Anda di halaman 1dari 6

Struktur Kelompok dan Penyebaran Bekantan (Nasalis larvatus Wrumb.

) diKuala
Samboja, Kalimantan Timur

Tri Atmoko1*, Ani Mardiastuti2, dan Entang Iskandar3


1
Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam
Jl. Soekarno-Hatta Km 38 Samboja, Po. Box. 578 Balikpapan, Kalimantan Timur
2
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, IPB
Kampus IPB Dramaga, Po. Box. 168, Bogor, Jawa Barat 16001
3
Pusat Studi Satwa Primata, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat-IPB
Jl Lodaya II No. 5 Bogor, Jawa Barat
*tri.atmoko@forda-mof.org

ABSTRACT: Study of group structure and distribution of proboscis monkey (Nasalis larvatus Wrumb.) was done in
Kuala Samboja, East Kalimantan. Concentration method was conducted with boat-based observations. The results
of the study showed population of monkey more than 143 monkeys, 98 monkeys divided to 9 groups (6 one male
groups, 3 all male groups), whereas 45 monkeys unidentified. Group of one male distributed in three tipes of habitat,
that is rambai (1 group), rambai-riparian (4 groups), and riparian (1 group). While, the habitat of all male groups in
rambai (2 groups) and riparian (1 group). Sex ratio on one male group is 1 : 3,9. Habitat of proboscis monkey in Kuala
Samboja is narrow and fragmented by several community activities.

Key words: Proboscis monkey, distribution, one male group, all male group, sex ratio

PENDAHULUAN ada, yaitu Kalimantan Utara, Kalimantan Timur,


Bekantan (Nasalis larvatus Wrumb) adalah Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan
salah satu anggota subfamili Colobinae endemik Kalimantan Barat. Namun, saat ini habitat bekantan
Borneo yang unik dan dilindungi. Bekantan sebagian besar berada di luar kawasan konservasi,
termasuk primata yang sexually dimorphic yaitu sehingga sangat rentan mengalami kerusakan dan
memiliki perbedaan yang jelas antara jantan dan perubahan fungsi.
betina. Selain itu juga memiliki memiliki morfologi Kuala Samboja adalah salah satu habitat
khusus pada hidungnya sehingga termasuk dalam bekantan yang berada di luar kawasan konservasi.
kelompok odd-nosed leaf-monkeys, yaitu monyet Habitatnya terisolasi dan terfragmentasi oleh
pemakan daun yang berhidung aneh. berbagai infrastruktur dan aktivitas masyarakat
Bekantan termasuk satwa dilindungi sehingga rentan terhadap gangguan manusia
berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun (Adinugroho & Ma’ruf, 2005). Oleh karena itu,
1999 (Pemerintah RI 1999). Selain itu, bekantan informasi terkait populasi, penyebaran dan struktur
juga termasuk dalam kategori endangered species kelompok pada habitatnya penting untuk dilakukan.
sejak tahun 2000 berdasarkan Red Book IUCN Informasi tersebut sangat berguna sebagai dasar
(International Union for Conservation of Nature untuk perlindungan, pengelolaan serta antisipasi
and Natural Resources) (Meijaard et al. 2008) dan konflik yang mungkin terjadi dengan masyarakat
Appendix I CITES (Convention on International Trade yang tinggal di sekitarnya.
in Endangered Species of Wild Fauna and Flora)
(Gron, 2009).
Habitat bekantan bervariasi mulai hutan METODE
mangrove, rawa gambut, hutan tepi sungai dan Waktu dan Kondisi Umum Lokasi
rawa gambut air tawar (Yeager, 1991; Salter et Penelitian dilaksanakan pada bulan
al. 1985; Matsuda et al. 2010). Namun bekantan September 2011 s/d Februari 2012 di habitat
juga dijumpai di hutan rawa galam (Soendjoto et bekantan di Kelurahan Kuala Samboja, Kecamatan
al. 2006), hutan Dipterocarpaceae, hutan kerangas Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi
(Salter et al. 1985), hutan karet dan hutan bukit Kalimantan Timur. Secara geografis habitat
kapur/karst (Soendjoto et al. 2006). bekantan di Kuala Samboja terletak pada koordinat
Meijaard dan Nijman (2000) melaporkan 01o00’40” s/d 01o02’10” LS dan 117o09’12” s/d
sebanyak 153 titik penyebaran bekantan di Borneo 117o12’42” BT. Rata-rata curah hujan selama 10
dengan 16 areal diantaranya menjadi prioritas tahun terakhir adalah 2.363 mm/tahun, dengan
perlindungan bekantan. Penyebaran bekantan rata-rata hari hujan 150 hari/tahun dimana curah
di Kalimantan meliputi seluruh provinsi yang hujan cenderung turun pada bulan Juli-Oktober.

29 | Seminar Ilmiah Nasional Ekologi dan Konservasi – Makassar, 20-21 November 2013
Suhu udara selama tahun 2011 yang tercatat 3. Betina dewasa yaitu ukuran badan penuh
di Stasiun BMKG Balikpapan berkisar antara 4. Betina remaja yaitu ukuran lebih dari ¾ tapi
22-34.7oC, dengan rata-rata 26.8oC. Rata-rata tidak sampai ukuran penuh
kelembaban udara bulanan berkisar antara 82- 5. Anak/juvenile yaitu satwa dengan warna wajah
93%. Lokasi stasiun berjarak sekitar 38 km dari seperti dewasa dan bulu coklat tapi ukuran tidak
lokasi penelitian. Vegetasi pada habitat bekantan sampai ¾ ukuran dewasa
dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Kondisi 6. Bayi yaitu satwa dengan warna bulu kepala dan
tersebut menyebabkan terdapat perubahan formasi badan coklat tapi dengan sedikit gelap pada kulit
vegetasi mulai dari muara sungai menuju ke arah wajah
hulu. Komunitas habitat bekantan di lokasi ini Titik-titik perjumpaan bekantan di
dibagi menjadi tiga tipe, yaitu komunitas rambai, lokasi penelitian diambil koordinatnya untuk
komunitas rambai-riparian, dan komunitas riparian mengetahui indikasi keberadaan bekantan pada
(Atmoko et al. in press). hábitat. Peta batas hábitat bekantan dihasilkan
dengan melakukan digitasi peta GoogleEarth yang
Alat dan Bahan koordinatnya disesuaikan dengan peta dasar
Alat yang digunakan adalah perahu kelotok Provinsi Kalimantan Timur. Selanjutnya dilakukan
5 HP (horse power), GPS receiver Garmin CSx60, overlay dengan titik koordinat perjumpaan
binocular Brunton 10 x 40, komputer dengan bekantan dan hasilnya digambar ulang di atas kertas
software ArcView 3.3 dan MapSources. Bahan kalkir.
yang digunakan adalah kertas kalkir, Snowman
drawing pen, peta dasar digital provinsi Kalimantan HASIL DAN PEMBAHASAN
Timur dari Balai Pemantapan Kawasan Hutan Populasi bekantan yang teramati secara
(BPKH) IV Kalimantan dan peta Kuala Samboja dari langsung adalah sekitar 143 ekor. Populasi
GoogleEarth yang diakses tahun 2010. bekantan tersebut sebanyak 98 ekor yang terbagi
dalam 9 kelompok dapat diidentifikasi dan dikenali
Metode Kerja oleh peneliti, sedangkan 45 ekor lainnya tidak
Perhitungan jumlah individu dilakukan dapat dipastikan jumlah kelompoknya. Hal itu
dengan sensus secara langsung menggunakan dikarenakan keterbatasan peneliti untuk dapat
metode konsentrasi dengan menggunakan perahu mengidentifikasi seluruh kelompok, setiap
(Bennett & Sebastian, 1988). Dalam metode ini kelompok memiliki daerah jelajahnya masing-
penghitungan dilakukan pada semua individu masing dan antar kelompok saling tumpang
dalam kelompok bekantan dari atas perahu di tepi tindih. Sembilan kelompok bekantan yang dapat
kiri dan kanan sungai. Sensus dilakukan terutama diidentifikasi, 6 kelompok diantaranya adalah one
pada pagi hari (06.00-10.00) saat bekantan masih male group (OMG), yang berada di komunitas rambai
berada di pohon tidur dan pada sore hari (14.00- sebanyak satu kelompok, di komunitas rambai-
18.00) saat bekantan menuju dan berada pada riparian empat kelompok dan di komunitas riparian
pohon tidur di tepi sungai. satu kelompok. Tiga kelompok lainnya adalah all
Setiap perjumpaan dengan kelompok male group (AMG), yang tersebar di komunitas
bekantan dicatat lokasi, waktu perjumpaan, jumlah rambai sebanyak dua kelompok dan satu kelompok
individu, struktur umur dan jenis kelaminnya. di komunitas riparian. Bekantan yang tidak dapat
Jenis kelamin dan kelas umur yang diamati pada diidentifikasi seluruhnya berada di komunitas
penelitian ini didasarkan modifikasi dari Bennett rambai. Sex ratio yang dihitung berdasarkan jumlah
dan Sebastian (1988). Kelas umur dan jenis kelamin individu dewasa dan remaja pada pada kelompok
yang diamati adalah 6 (enam) tingkat yaitu jantan OMG adalah 1: 3.9. Komposisi kelompok tersaji
dewasa, betina dewasa, jantan remaja, betina pada Tabel 1.
remaja, anak dan bayi. Bayi bekantan dalam Penyebaran bekantan pada habitat
penelitian ini dikelompokkan dalam satu tingkat berdasarkan indikasi titik perjumpaan dan informasi
saja. Identifikasi terhadap individu bekantan masyarakat menunjukkan bahwa aktivitas
tersebut adalah sebagai berikut: bekantan hanya berada di tepi kiri dan kanan
1. Jantan dewasa yaitu ukuran badan penuh dengan sungai. Karena selebihnya telah berubah menjadi
hidung berkembang sempurna dan bulu tengkuk permukiman, jalan, kebun, areal penggembalaan
mengurai ke belakang. ternak dan sarana infrastruktur lainnya. Kondisi
2. Jantan remaja yaitu ukuran lebih dari ¾ ukuran penyebaran bekantan pada habitatnya di Kuala
dewasa atau ukuran badan penuh tapi hidung Samboja tersaji pada Gambar 1.
belum berkembang sempurna dan/atau bulu Meskipun menurut Undang-Undang nomor
tengkuk mengurai ke belakang 41 tahun 1999 menyatakan bahwa setiap orang

Seminar Ilmiah Nasional Ekologi dan Konservasi – Makassar, 20-21 November 2013 | 30
dilarang menebang pohon dalam jarak 100 meter et al. 1995). Persentase keberadaan bayi pada
dari tepi sungai dan 50 meter dari anak sungai, penelitian ini hanya 7.1% dari populasi yang ada,
namun kenyataannya pengakuan kepemilikan padahal sekitar 20 tahun yang lalu persentase bayi
lahan oleh masyarakat sampai dengan bibir sungai. dilaporkan mencapai 21.4% (Alikodra 1997). Hal
Sehingga penebangan pohon di beberapa tempat di ini sangat erat kaitannya dengan perubahan kondisi
tepi sungai tetap terjadi. habitat yang berpengaruh terhadap kualitas dan
kuantitas sumber pakan.
PEMBAHASAN Sex ratio bekantan pada penelitian ini
Populasi adalah 1:3.9, masih dalam kisaran sex ratio
Apabila dibandingkan dengan laporan hasil penelitian sebelumnya di lokasi yang sama
penelitian terdahulu menunjukkan bahwa populasi pada tahun 1991, yaitu berkisar antara 1:3-1:6
bekantan di Sungai Kuala Samboja mengalami (Alikodra, 1997). Sex ratio kelompok bekantan di
peningkatan. Pada tahun 1989 di lokasi yang beberapa lokasi lainnya bervariasi, diantaranya di
sama dilaporkan terdapat lima kelompok bekantan TN Kutai 1:2.55 (Bismark, 1995), di TN Tanjung
dengan jumlah sebanyak 90 ekor (Yasuma, 1994), Puting 1:1.5 (Bismark, 1981), 1:4.2 (Yeager, 1992),
pada tahun 1991 populasinya menjadi 98 ekor di Kabupaten Tabalong 1:2.83 (Soendjoto, 2005),
(Alikodra, 1997), tahun 1993 meningkat menjadi di Kinabatangan 1:8.4 (Boonratana, 2000), dan di
tujuh kelompok dengan populasi 103 ekor (Alikodra Labuk Bay Sabah 1:5 (Agoramoorthy & Hsu, 2005).

Tabel 1.Komposisi kelompok bekantan di Kuala Samboja


Lokasi/Komunitas Kelompok Jumlah JD JR BD BR An By
Riparian AMG 1 6 2 4
Riparian Raja 10 1 1 3 1 3 1
Rambai-Riparian Zacky 12 1 6 4 1
Rambai-Riparian Becky 12 1 5 1 3 2
Rambai-Riparian J-Bond 15 1 6 2 3 3
Rambai-Riparian Baha 5 1 3 1
Rambai AMG 2 15 4 8 3
Rambai AMG 3 13 3 8 2
Rambai Stan 10 1 1 4 4
Rambai Unidentified 45
Total 143 15 22 27 4 23 7
Keterangan: JD=jantan dewasa; JR=jantan remaja; BD=betina dewasa; BR=betina remaja; An=anak; By=bayi

Gambar 1. Indikasi titik penyebaran bekantan di Kuala Samboja

31 | Seminar Ilmiah Nasional Ekologi dan Konservasi – Makassar, 20-21 November 2013
Pembentukan Kelompok terfragmentasi menyebabkan tajuk pohon lebih
Hal yang menarik dari hasil penelitian ini terbuka dan ancaman predator akan semakin tinggi,
jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu sehingga dengan membentuk kelompok AMG yang
adalah tidak adanya laporan sebelumnya yang besar dapat melawan ancaman dari predator.
melaporkan keberadaan kelompok all-male group Satwa primata secara umum hidup dalam
(AMG) di lokasi ini. Pada penelitian ini dijumpai kelompok. Menurut Napier dan Napier (1985)
sekurang-kurangnya tiga kelompok AMG dengan terdapat tiga tipe kelompok pada satwa primata,
jumlah kelompok berkisar antara 6-15 ekor, yang yaitu: (1) multi-male group, (2) one-male group dan
terdiri dari jantan dewasa, jantan remaja dan anak- (3) family group. Sedangkan struktur kelompok
anak. Satu kelompok AMG berada di komunitas bekantan sendiri pada dasarnya adalah one-male
riparian dan dua kelompok lainnya berada di group yang terdiri dari satu jantan dewasa dengan
komunitas rambai. beberapa betina dewasa dan anak, namun ada juga
Pada habitat bekantan lainnya jumlah kelompok yang semuanya jantan (all-male group)
kelompok pada AMG bervariasi, mulai dari 6 ekor (Yeager, 1991), non-breeding group (Boonratana,
di Labuk Bay (Agoramoorthy & Hsu, 2005), 8 ekor 1999), dan soliter (Bennett & Sebastian, 1988;
di Kinabatangan (Boonratana, 1999), 12 ekor di Boonratana, 1999).
Samunsam, Serawak (Bennett & Sebastian, 1988) Proses terbentuknya kelompok bekantan
dan 30 ekor di Sungai Menanggul (Murai, 2004). secara umum tersaji pada Gambar 2. Selain
Murai (2004) melaporkan bahwa fragmentasi perpindahan jantan yang menginjak remaja
habitat bekantan akibat pembangunan kebun bergabung dengan AMG terdapat juga betina remaja
kelapa sawit di Sungai Menanggul menyebabkan yang dilaporkan sering bergabung dengan kelompok
peningkatan ukuran kelompok AMG. Saat kebun AMG untuk beberapa waktu untuk kawin dengan
kelapa sawit baru dibuka tahun 1990-1991 di jantan remaja atau anak, namun akan kembali lagi
sekitar Sungai Menanggul dijumpai tiga kelompok ke kelompoknya semula (Murai, 2004). Alasan
AMG dengan jumlah berkisar antara 8-10 ekor, perpindahan jantan yang menginjak remaja dari
namun tahun 2000 kelompok AMG mencapai 30 kelompok OMG ke AMG adalah salah satu strategi
ekor (Murai, 2004). Habitat yang rusak atau untuk menghindari inbreeding (Murai, 2004).

One male group All male group

3a
3b

Mati/Soliter

Gambar 2.Proses terbentuknya kelompok pada bekantan. Keterangan: (1) Jantan di kelompok OMG yang
menginjak remaja akan keluar dari kelompok natalnya dan berpindah ke kelompok AMG; (2) Betina remaja
dan dewasa kadang-kadang keluar dari kelompoknya dan masuk ke AMG beberapa waktu dan kembali lagi ke
kelompoknya semula; (3) Jantan dewasa dalam kelompok AMG melakukan takeover jantan dewasa di kelompok
Gambar
OMG. 2.Proses
Jantan terbentuknya
yang kalah akan matikelompok pada
atau keluar bekantan.
menjadi Keterangan:
soliter; (1)terjadi
(4) Setelah Jantantakeover
di kelompok
padaOMG
jantanyang
dewasa,
menginjak
dapat terjadiremaja akan terhadap
infanticide keluar dari kelompok
bayi yang adanatalnya dan berpindah
di kelompok tersebut.ke kelompok AMG; (2) Betina remaja
dan dewasa kadang-kadang keluar dari kelompoknya dan masuk ke AMG beberapa waktu dan kembali lagi ke
kelompoknya semula; (3) Jantan dewasa dalam kelompok AMG melakukan takeover jantan dewasa di
kelompok OMG. Jantan yang kalah akan mati atau keluar menjadi soliter; (4) Setelah terjadi takeover pada
jantan dewasa, dapat terjadi infanticide terhadap bayi yang ada di kelompok tersebut.
Seminar Ilmiah Nasional Ekologi dan Konservasi – Makassar, 20-21 November 2013 | 32
KESIMPULAN DAN SARAN UCAPAN TERIMA KASIH
KESIMPULAN DAN SARAN Sarawak. International Journal of Primatology,
Kesimpulan Vol. 9(3):233-255.
Kelompok dan populasi bekantan di Kuala Bismark, M. 1995. Analisis populasi bekantan (Nasalis
samboja mengalami peningkatan, namun jika larvatus). Rimba Indonesia 30(3): Halaman?
dilihat dari persentase keberadaan bayi yang rendah Boonratana, R. 1999. Dispersal in proboscis monkey
kondisi populasi ini cukup mengkhawatirkan. (Nasalis larvatus) in The Lower Kinabatangan,
Indikasi penyebaran bekantan pada habitatnya Northern Borneo. Tropical Biodiversity Vol.
hanya berada di tepi kanan dan kiri sungai, 6(3):179-187.
selebihnya sudah terfragmentasi dan dimanfaatkan Boonratana, R. 2000. Ranging behavior of proboscis
oleh masyarakat. Pembentukan struktur kelompok monkey (Nasalis larvatus) in the Lower
pada bekantan merupakan salah satu strategi untuk Kinabatangan, Norhern Borneo. International
bisa bertahan pada habitat. Journal of Primatology Vol. 21(3):497-518.
Gron, K.J. 2009. Primate Factsheets: Proboscis monkey
Saran (Nasalis larvatus) Conservation. http://pin.
Perlu dilakukan monitoring populasi primate.wisc.edu/factsheets/entry/proboscis_
bekantan secara intensif, pembinaan habitat monkey/cons. Diakes 9 Oktober 2010.
dan penyadartahuan masyarakat sekitar terkait Matsuda, I, A. Tuuga, dan S. Higashi. 2010. Effects of
perlindungan dan pelestariannya. water level on sleeping-site selection and inter-
group association in proboscis monkeys: why
UCAPAN TERIMA KASIH do they sleep alone inland on flooded days?.
Makalah ini adalah bagian dari hasil Ecological ResearchVol. 25: 475–482.
penelitian yang dibiayai oleh DIPA Balitek KSDA Meijaard, E.dan V. Nijman. 2000. Distribution and
dan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan conservation of the proboscis monkey (Nasalis
Timur. Terima kasih kepada Dr. Nur Sumedi selaku larvatus) in Kalimantan, Indonesia. Biological
Kepala Balitek KSDA atas dukungannya dalam ConservationVol. 92:15-24.
penelitian dan juga Mudzakir yang telah membantu Meijaard, E., V. Nijman, dan J. Supriatna. 2008. Nasalis
pengamatan dan pengambilan data di lapangan. larvatus. In: IUCN 2010. IUCN Red List of
Threatened Species. Version 2011.2. <www.
DAFTAR PUSTAKA iucnredlist. org>. Downloaded on 22 April 2012.
Adinugroho, W.C., dan A. Ma’ruf 2005. Sungai Hitam Murai, T. 2004. Social behaviors of all-male proboscis
Samboja habitat bekantan (Nasalis larvatus) monkeys when joined by females. Ecological
yang terabaikan. Warta Konservasi Lahan Basah, ResearchVil. 19:451–454.
Vol. 13(2): 26-28. Napier, J.R., dan P.H. Napier. 1985. The Natural History
Agoramoorthy, G. danM.J. Hsu. 2005. Occurrence of of The Primate. The MIT Press, Cambridge
Infanticide among wild proboscis monkeys Massachusetts.
(Nasalis larvatus) in Sabah, Northern Borneo. Pemerintah Republik Indonesia. 1999. Undang-Undang
Folia Primatology, Vol. 76:177–179. Republik Indonesia nomor 41 tahun 1999
Alikodra, H.S. 1997. Populasi dan perilaku bekantan tanggal 30 September 1999 tentang Kehutanan.
(Nasalis larvatus) di Samboja Koala, Kalimantan Pemerintah Republik Indonesia. 1999. Peraturan
Timur. Media Konservasi 5(2):67-72. Pemerintah nomor 7 tahun 1999 tanggal
Alikodra, H.S., A.H. Mustari, N. Santosa, dan Yasuma. 27 Januari 1999 tentang Pengawetan Jenis
1995. Social interaction of proboscis monkey Tumbuhan dan Satwa.
(Nasalis larvatus Wurmb) group at Samboja Salter, R.E., N.A. Mackenzie, N. Nightingale, K.M.
Koala, East Kalimantan. Annual Report of Aken, dan P.K. Chai. 1985. Habitat use, ranging
Pusrehut Vol. 6: hamalan?. behaviour, and food habits of the proboscis
Atmoko, T., A. Mardiastuti, dan E. Iskandar. Tahun?. monkey, Nasalis larvatus (van Wurmb), in
In. press. Komunitas habitat bekantan (Nasalis Sarawak. Primates, Vol. 26(4):436-451.
larvatus Wurmb) pada areal terisolasi di Kuala Soendjoto, M.A. 2005. Adaptasi bekantan (Nasalis
Samboja, Kalimantan Timur. larvatus) terhadap hutan karet: Studi kasus
Bennett, E.L. danA.C. Sebastian. 1988. Social di Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan
organization and ecology of proboscis monkeys [desertasi]. Program Pascasarjana, Institut
(Nasalis larvatus) in Mixed Coastal Forest in Pertanian Bogor.

33 | Seminar Ilmiah Nasional Ekologi dan Konservasi – Makassar, 20-21 November 2013
Soendjoto, M.A., H.S. Alikodra, M. Bismark, dan H. Yeager, C.P. 1991. Possible antipredator behavior
Setijanto. 2006. Jenis dan komposisi pakan associated with river crossings by proboscis
bekantan (Nasalis larvatus Wurmb) di Hutan monkeys (Nasalis larvatus). American Journal of
Karet Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Primatology, Vol. 24:61-66.
Biodiversitas, Vol. 7(1):34-38. Yeager, C.P. 1992. Changes in proboscis monkey (Nasalis
Yasuma, S. 1994. An Invitation to The Mamals of East larvatus) group size and density at Tanjung
Kalimantan. Pusrehut Special Publication No.3. Puting National Park, Kalimantan Tengah,
Samarinda. Indonesia. Tropical BiodiversityVol. 1(1):49-55.

Seminar Ilmiah Nasional Ekologi dan Konservasi – Makassar, 20-21 November 2013 | 34

Anda mungkin juga menyukai