❖ DEFINISI
– Gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau
terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak
(Sylvia A Price, 2009)
– Proses terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis serebral dan
tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan
hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder.
(Arif Muttaqin,2011).
Hemoragik
trombosis cerebral embolis
ETIOLOGI
Hipertensi/
Kontrasepsi Faktor Risiko
Penurunan
oral
tek.darah
Penyalahgunaan Penyakit
alkohol
obat kardiovaskuler
❖ ANATOMI PEMBULUH
DARAH OTAK
SuplaiOtak
darah dalam mempunyai
manusia otak berasal berat
dari dua pasang
sekitar 1400arteri
gram yaitu
dan terdiri
arteri
dari vertebralis
sekitar dan arteri
100 miliar neuron. karotis interna, yang
Otak merupakan pusatmemiliki
gerakan atau
cabang-cabang
motorik, yang sensibilitas,
sebagai pusat saling berhubungan membentuk
pusat bicara motorik, pusat bicara
sirkulus arterious
sensoris, serebriarea
dan sebagai Willisivisuosensoris, dan otak kecil yang
berfungsi sebagai pusat koordinasi serta batang otak yang
arteri karotis interna (terdiri dari arteri karotis kanan dan kiri)
merupakan tempat
→ bagian depan jalan
otak serabut-serabut
(sirkulasi saraf anterior)
arteri serebrum ke target→organ. Jika
terjadi kerusakan
disebut sirkulasi gangguan
arteri serebrum otak maka akan mengakibatkan
anterior
kelumpuhan pada anggota gerak, gangguan bicara, serta gangguan
Arteri pengaturan
dalam vertebralis → bagian
nafas danbelakang
tekanan otak →Gejala
darah. disebuttersebut
sirkulasibiasanya
arteri serebrum posterior
terjadi karena adanya serangan stroke.
sirkulasi arteri serebrum anterior bertemu dengan sirkulasi
arteri serebrum posterior membentuk suatu sirkulus willisi.
❖PATOFISIOLOGI
Berkurangnya suplai darah ke area tertentu dalam otak dapat
menyebabkan terjadinya infark serebral. Aterosklerosis sering didapatkan
sebagai faktor penyebab infark pada otak. Plak aterosklerosis dapat
berkembang menjadi trombus dan dapat menyebabkan iskemia jaringan otak
yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema serta
kongesti (pembendungan) di sekitar area yang terdapat trombus.
Jika edema terjadi akibat septik infeksi maka akan meluas pada
dinding pembuluh darah dan akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa
infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat, maka akan
menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Saat aneurisma pecah
atau ruptur, hal ini akan menyebabkan perdarahan serebral. Jika sirkulasi
serebral terhambat, dapat berkembang menjadi anoksia serebral. Perubahan
yang disebabkan oleh anoksia serebral dapat menjadi reversibel/ireversibel.
Penyakit yang mendasari stroke non haemoragik
(Kontrasepsi oral, penyalahgunaan obat, hipertensi/penurunan tekanan darah, alkohol,
penyakit kadiovaskuler)
Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan
gejala dapat berupa:
Afasia
Mudah frustasi
❖ KOMPLIKASI
❖PENATALAKSANAAN
Pengobatan Pembedahan
Komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan:
1. Mempertahankan saluran nafas yang paten
1. Tujuan utama adalah
Berhubungan dengan memperbaiki
immobilisasialiran darah
: infeksi serebral :nyeri pada
pernafasan,
2. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien
daerah tertekan,
1.Endosterektomi konstipasi
karotis dan thromboflebitis.
: membentuk kembali arteri karotis, yaitu
3. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
2. dengan membuka
Berhubungan arteriparalisis
dengan karotis di leher.pada daerah punggung,
: nyeri
4. Menempatkan
dislokasi pasien dan
sendi, deformitas dalam posisi yang tepat.
terjatuh
2.Revaskularisasi : tindakan pembedahan dan manfaatnya paling
o
5. Mengendalikan
Berhubungan
3. dirasakan hipertensi
denganTIA.
oleh pasien dan menurunkan TIK dengan
kerusakan otak : epilepsi dan sakit kepala.meninggikan kepala 15-30
Pengobatan Konservatif
❖ PEMERIKSAANdarah
Evaluasi bekuan (dilakukan pada stroke akut)
PENUNJANG
Anti agregasi
1. Angiografi
1.Ugasi thrombosis
serebral
arteri karotis seperti
komunis aspirin
di leher (untuk menghambat
(khususnya reaksi pelepasan agregasi thrombosis
pada aneurisma)
yang terjadi
2. Single sesudah
Photon ulserasiComputed
Emission alteroma)Tomography (SPECT).
3. CT scan
Anti koagulan
4. MRI (untuk
(Magnetic mencegah
Imaging terjadinya/ memberatnya trombosis atau emboli di tempat lain di
Resonance)
sistem
5. EEGkardiovaskuler)
6. Pemeriksaan laboratorium
KASUS
Tanggal/jam
KELUHANMRS
UTAMA : 30-Okt-2019/ pukul 09.00 WIB
Tanggal Pengkajian
Keluhan Utama : :18
Kaki,November 2019 lemas tidak dapat bergerak,
tangan sebelah
demam, batuk berdahak.
Identitas
• Nama
RIWAYAT
Pasien
PENYAKIT
: Tn.S
SEKARANG
• Umur
Riwayat :penyakit
67 Tahun
sekarang : Klien datang ke IGD dengan keadaan
lemas, keluarga
• Diagnosa Masukmengatakan
: SNH bahwa klien tiba-tiba jatuh saat duduk
dan klien
• Hari rawatmemiliki
ke : riwayat
21 hipertensi
RIWAYAT PENYAKIT
• Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah dirawat.
• Pasien mengatakan memiliki penyakit kronik, yaitu hipertensi. Pasien kontrol
ke puskesmas setiap obat anti hipertensinya habis. Obat yang dikonsumsi
pasien dirumah adalah obat amlodipin 5mg.
• Pasien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap obat ataupun makanan.
• Pasien mengatakan dalam keluarganya ada anggota keluarga yang memiliki
riwayat penyakit hipertensi dan diabetes mellitus, yaitu kedua orangtua dari
pasien.
• Pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi alkohol dan tidak berolahraga,
pasien pernah merekok semenjak SMP dan berhenti pada usia 50 tahun.
OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda vital
S: 37,9⁰C N: 84x/ mnt TD: 140/100 mmHg RR: 24 x/mnt
Kesadaran kualitatif : Delirium
Kesadaran kuantitatif: Jumlah GCS: 10 (E: 3 V: 3M: 4)
2. Sistem Pernafasan (B1)
Respirasi pernafasan pasien 24x/menit, pola napas pasien tampak dispnoe,
terdengar suara ronchi, pasien terdengar batuk (terdapat sekret berwarna
putih kental), klien nampak menggunakan otot bantu pernafasan seperti
penggunaan otot-otot diafragma dan abdomen dan pergerakan cuping hidung
untuk pemenuhan oksigen, Irama nafas tampak teratur, tidak ada pleural
Friction, pasien menggunakan alat bantu nafas jenis nasal kanul (flow:
3lt/menit).
3. Sistem Kardio Vaskuler (B2)
Tekanan darah: 140/100 mmHg, Nadi: 84 x/menit, Irama jantung reguler,
suara normal (S1/S2 tunggal), tidak tampak ctus cordis, CRT < 3 detik, akral
teraba hangat, ECG dan Interprestasinya adalah sinus takikardi.
4. Sistem Endokrin
• Tidak tampak adanya pembesaran tyroid dan pembesaran kelenjar
getah bening.
• Tidak tampak adanya tanda-tanda Hipoglikemia dan hiperglikemia.
• Pasien tidak memiliki riwayat luka DM
OD OS
Odem (-) radang (-) simetris Aurcicula Odem (-) radang (-) simetris
Odem (-) radang (-) simetris MAE Odem (-) radang (-) simetris
Bersih, tidak ada serumen yang keluar Membrane Bersih, tidak ada serumen yang keluar
tymphani
Tidak dilakukan karena pasien delirium Rinne Tidak dilakukan karena pasien delirium
Tidak dilakukan karena pasien delirium Weber Tidak dilakukan karena pasien delirium
Keluarga mengatakan pasien Bunyi napas ronkhi, RR 24x/m, Disfungsi Bersihan jalan
batuk berdahak terpasang oksigen nasal kanul neuromuskuler napas tidak
3lt/m, hasil pengkajian dahak efektif
kental putih
DATA
Data subjektif Data objektif Etiologi Masalah
Keluarga klien mengatakan Pasien bedrest lebih dari 20 Penurunan mobilitas Resiko gangguan
pasien tidak dapat bergerak hari, penilaian skor resiko integritas jaringan kulit
dan tidur terus dekubitus 15 (low risk)
keluarga ps mengatakan ps Mulut dan kepala pasien Gangguan Defisit perawatan diri
belum sikat gigi & keramas tampak kotor dan bau Neuromuskuler
sejak masuk RS
DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perfusi Jaringan serebral tidak efektif b.d penyumbatan pembuluh darah otak
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d disfungsi neuromuskuler
3. Hipertermia b.d Infeksi
4. Gangguan mobilitas fisik b.d terputusnya jaringan saraf
5. konstipasi b.d penurunan motilitas fisik
6. Resiko gangguan integritas jaringan kulit b.d penurunan mobilitas
7. Defisit perawatan diri b.d gangguan neuromuskuler
Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
o
1. Perfusi Setelah dilakukan tindakan Monitor Neurologis I.06197 ✔ Untuk mengetahui
Jaringan keperawatan selama 3x24 tingkat kesadaran,
serebral tidak jam diharapkan PERFUSI Tindakan: respon verbal dan
efektif b.d SEREBRAL membaik Observasi kekuatan otot
penyumbatan Kriteria Hasil 1.Monitor tingkat kesadaran pasien
2.Monitor tanda tanda vital ✔ Obat dapat
pembuluh 1. Kognitif, cukup
3.Monitor kesimetrisan wajah mempercepat
darah otak meningkat (skor 4)
proses
2. Tingkat kesadaran, cukup
Kolaborasi penyembuhan dari
meningkat (skor 4)
Kolaborasi pembrian obat dalam tubuh
3. Tekanan darah, cukup
vitamin syaraf dan otot
membaik (skor 4)
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
2. Bersihan jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas I. 01011 ✔Untuk mengetahui
nafas tidak tindakan gangguan jalan nafas
efektif keperawatan selama Tindakan: ✔Untuk membuka
berhubungan 3x24 jam diharapkan Observasi jalan nafas
dengan bersihan jalan nafas 1.Monitor pola nafas ✔Untuk mengurangi
disfungsi meningkat 2.Monitor bunyi nafas tambahan sesak dan memenuhi
neuromuskuler 3.monitor sputum ( jumlah dan kebutuhan oksigen
Kriteria Hasil warna) pasien
Tarapeutik ✔Agar dahak mudah
1. Produksi sputum,
1.Posisikan pasien semi fowler atau keluar
menurun (skor 5)
fowler
2. Dispnea, cukup
2.Lakukan penghisapan lendir
menurun (skor 4)
(suction) >15 detik
3. Frekuensi napas,
3.Berikan oksigen, jika perlu
membaik (skor 5)
Kolaborasi
1.pemberian bronkodilator.
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
3. Hipertermi Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia I.15506 ✔ Untuk mengetahui
berhubungan tindakan keperawatan perkembangan suhu
dengan selama 3x24 jam Tindakan: secara berkala
infeksi diharapkan observasi
hipertermia 1.monitor suhu tubuh
(termoregulasi) Tarapeutik
menurun 1.berikan cairan oral
Kriteria Hasil 2.lakukan pendinginan eksternal (
mis. Kompres dingin pada dahi,
1. Menggigil, cukup leher, abdomen, aksila)
menurun (skor 4) Kolaborasi
2. suhu tubuh, cukup 1.kolaborasi pemberian obat
menurun (skor 4) antipiretik dan loading pemberian
cairan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
4. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Perawatan Tirah Baring I.14572 ✔karena pasien bedrest
mobilitas keperawatan selama 3x24 dan delirium serta tidak
fisik jam diharapkan mobilitas Observasi dapat berkomunikasi
b.d fisik meningkat 1.Monitor kondisi kulit dan bergerak, maka
terputusn Kriteria Hasil 2.Monitor komplikasi tirah baring dilakukan perawatan
ya (misal kehilangan massa otot, tirah baring untuk
1. pergerakan ekstermitas,
jaringan skit punggung, konstipasi) mengurangi risiko
cukup meningkat (skore
saraf Tarapeutik dekubitus dan kaku
4)
1.Pertahankan sprei tetap kering otot
2. kekuatan otot, cukup
dan berih
meningkat (skor 4)
2.Berikan latihan gerak aktif atau
3. rentang gerak (ROM),
pasif
cukup meningkat (skor 4)
3.Pertahankan kebersihan pasien
4. gerakan terbatas,
4.Ubah posisi pasien setiap 2 jam
menurunn (skor 5)
5. klemahan fisik, menurun
(skor 5)
Implementasi
4. Gangguan mobilitas fisk b.d S: : Keluarga klien mengatakan sudah mengerti tentang
terputusnya jaringan saraf pentingnya latihan rom pasif dan bisa melatih pasien
secara mandiri berkala
O: Pasien bedrest, skala kekuatan otot ekstremitas kiri 2,
ekstremitas kanan 3. kulit teraba lembab, skor resiko
dekubitus 15 (low risk)
A: Masalah belum teratasi
P : intervensi dihentikan
Wassalamu’alaikum wr.wb