Anda di halaman 1dari 28

PANDUAN PELAKSANAAN AMP PONEK RSU KUMALA SIWI KUDUS

RSU KUMALA SIWI MIJEN KUDUS


Alamat : Jl. Jepara KM.6 Desa Mijen, Kec. Kaliwungu – Kudus
Telp. 0291 – 4245551 / 4245554 Fax. : 0291 - 4245548
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
masih tergolong tinggi. Indonesia pun salah satu negara yang memiliki Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih sangat tinggi.
Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2002
Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 307/ 100.000 kelahiran hidup, dan Angka
Kematian Bayi (AKB) sebesar 35/ 1000 kelahiran hidup, sedangkan tahun 2007
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 228/100.000 kelahiran hidup dan
Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 34/ 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian
Ibu saat melahirkan telah ditargetkan dalam MDGs pada tahun 2015 yaitu
nilainya 110. Tiap tahun terdapat 14.778 kematian ibu atau tiap dua jam terdapat
dua ibu hamil, bersalin, maupun nifas yang meninggal karena berbagai
penyebab. Pada tahun 1990 Angka Kematian Ibu 450 per 1000 kelahiran hidup,
namun target dari MDGs tahun 2015 senilai 110 per 1000 kelahiran hidup sangat
berat dalam pencapaiannya, jika tanpa dilakukan upaya percepatan penurunan.
Percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) sangat dibutuhkan, karena
untuk mencapai target tersebut nilainya masih cukup jauh, sehingga diperlukan
upaya untuk percepatan penurunan.
Menurut data pemerintah, Angka Kematian balita mengalami penurunan
yang cukup tajam dari 82,6 per 1.000 menjadi 46 per 1.000 kelahiran hidup.
Namun, kasus kematian bayi saat ini lebih banyak terjadi pada keluarga miskin
dan sebagian besar penyebab utamanya adalah karena akses, biaya, pelayanan
kesehatan yang tidak terjangkau keluarga miskin, serta kurangnya pengetahuan
dan perilaku mengenai kesehatan ibu dan anak.
Kenyataan ini menunjukkan ketidakseriusan pemerintah dalam
menangani masalah kematian ibu melahirkan dan kematian bayi. Selain itu
tingginya Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi dapat menunjukkan
masih sangat rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Dengan demikian,
upaya peningkatan kesehatan perinatal tidak dapat dipisahkan dengan upaya
peningkatan kesehatan ibu dan anak.
Salah satu upaya Kementerian Kesehatan dalam percepatan penurunan
AKI dan AKB adalah kegiatan Audit Maternal Perinatal (AMP) yang mencakup
audit terhadap kematian ibu yang disebabkan karena masalah kehamilan,
persalinan dan nifas, serta kematian janin/bayi (perinatal dan neonatal). Oleh
karena itu, dalam penulis membahas mengenai Audit Maternal Perinatal, yang
pelaksanaannya perlu dilakukan secara lebih optimal dan terarah, sebagai upaya
percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) di Indonesia.
Terdapat tiga jenis area intervensi yang dapat dilakukan untuk
menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu dan neonatal yaitu melalui: (1)
peningkatan pelayanan antenatal yang mampu mendeteksi dan menangani
kasus risiko tinggi secara memadai, (2) pertolongan persalinan yang bersih dan
aman oleh tenaga kesehatan terampil, pelayanan pasca persalinan dan
kelahiran, serta (3) pelayanan emergensi kebidanan dan neonatal dasar
(PONED) dan komprehensif (PONEK) yang dapat dijangkau.
Beberapa program penurunan AKI dan AKN di Indonesia telah dilakukan
melalui kebijakan Making Pregnancy Safer (MPS). Salah satunya adalah dengan
meningkatkan mutu dan menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan ibu
serta neonatal di tingkat pelayanan dasar dan pelayanan rujukan. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan mengembangkan konsep Audit Maternal
Perinatal/Neonatal (AMP) tingkat Kabupaten/Kota. Ruang lingkup AMP yang
dikembangkan dalam pedoman ini mencakup audit untuk ibu, bayi pada masa
perinatal, hingga neonatal.

B. Tujuan Audit Maternal Perinatal/Neonatal


1. Tujuan Umum
Tujuan umum Audit Maternal Perinatal/Neonatal adalah untuk menjaga
dan meningkatkan mutu pelayanan KIA di RSU Kumala Siwi melalui upaya
penerapan tata kelola kinik yang baik (clinical govermance) dalam rangka
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan angka kematian
Perinatal/Neonatal.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus Audit Maternal Perinatal/Neonatal adalah :
a. Menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus kebidanan dan
Perinatal/Neonatal secara teratur dan berkesinambungan.
b. Mengidentifikasi penyebab kematian dan mengkaji faktor-faktor
penyebab kematian ibu dan Perinatal/Neonatal yang dapat dicegah
yang meliputi:
1) Penyebab yang berhubungan dengan pasien/ keluarga, seperti:
situasi pribadi, keluarga, lingkungan (komunitas), termasuk
masalah sosial ekonomi,dan perilaku pasien.
2) Penyebab yang berhubungan dengan petugas kesehatan.
3) Penyebab yang berhubungan dengan manajemen pelayanan
kesehatan.
4) Penyebab yang berhubungan dengan kebijakan pelayanan
kesehatan.
c. Mengembangkan mekanisme pembelajaran, pembinaan, pelaporan,
dan perencanaan yang terpadu mengenai AMP.
d. Mengembangkan mekanisme pemantuan, evaluasi, dan
pengembangan terhadap rekomendasi yang disepakati.
e. Menentukan intervensi dan pembinaan untuk masing-masing pihak
yang diperlukan dalam hal mengatasi masalah yang ditemukan dalam
pembahasan kasus.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian AMP
AMP adalah kegiatan penelusuran sebab kematian atau kesakitan ibu, perinatal,
dan neonatal guna mencegah kesakitan dan atau kematian serupa di masa yang
akan datang. Kegiatan ini memungkinkan tenaga kesehatan dapat menentukan
hubungan antara faktor penyebab kejadian kesakitan dan kematian maternal
perinatal, sehingga dapat menetapkan langkah-langkah intervensi.
AMP RSU Kumala Siwi Kudus merupakan kegiatan penelusuran sebab kematian
atau kesakitan ibu,perinatal/neonatal yang dilakukan di RSU Kumala Siwi Kudus
apabila ada kematian/morbiditas ibu,perinatal dan neonatal untuk mencegah
kejadian serupa dan hasilnya digunakan untuk pelaporan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten.
Analisis pemberian pelayanan atas suatu kejadian kesakitan atau kematian
tersebut dilakukan secara sistematik dan anonim oleh para pengkaji yang berasal
baik dari dalam maupun luar. Prinsipnya adalah bagaimana setiap kejadian
kesakitan atau kematian ibu, perinatal, dan neonatal dapat dijadikan pembelajaran
bukan saja oleh para pihak yang terkait langsung atas kematian atau kesakitan,
tetapi juga oleh para pihak yang kebetulan tidak sedang terlibat dalam
pelayanannya. Pembelajaran tersebut dikelola oleh suatu Tim AMP rumah sakit.
Untuk membuat para pihak terkait bersedia secara sukarela memberikan informasi
yang sebenar-benarnya atas suatu kejadian kesakitan atau kematian untuk
keperluan pembelajaran, maka kerahasiaan seluruh identitas para pihak tersebut
dijaga dalam tanggung jawab Tim AMP melalui mekanisme anonimasi.
Audit terhadap kesakitan ibu dan Perinatal/Neonatal juga dapat dilakukan
terhadap kasus- kasus nyaris mati (near-miss) akan tetapi untuk sementara audit
terhadap near miss ini belum dapat dilaksanakan secara nasional mengingat
penentuan near-miss memerlukan kriteria yang masih sulit untuk disepakati secara
nasional
Dengan demikian, kegiatan audit ini berorientasi pada peningkatan kualitas
pelayanan dengan pendekatan pemecahan masalah. Dalam kaitannya dengan
pembelajaran dan pembinaan, ruang lingkup wilayah dibatasi pada Kabupaten/Kota
sebagai unit efektif yang mempunyai kemampuan pelayanan obstetrik-
Perinatal/Neonatal dan didukung oleh pelayanan KIA sampai ke tingkat
masyarakat.
Audit maternal perinatal juga dapat berfungsi sebagai alat pemantauan dan
sistem rujukan. Agar fungsi ini berjalan dengan baik, maka dibutuhkan :
1. Pengisian rekam medis yang lengkap dengan benar di semua tingkat
pelayanan kesehatan
2. Pelacakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan puskesmas dengan cara
otopsi verbal, yaitu wawancara kepada keluarga atau orang lain yang
mengetahui riwayat penyakit atau gejala serta tindakan yang
diperoleh sebelum penderita meninggal sehingga dapat diketahui perkiraan
sebab kematian.

B. Kematian Maternal
Kematian maternal adalah kasus kematian perempuan yang diakibatkan oleh
proses yang berhubungan dengan kehamilan (termasuk hamil ektopik), persalinan,
abortus (termasuk abortus mola), dan masa dalam kurun waktu 42 hari setelah
berakhirnya kehamilan tanpa melihat usia gestasi, dan tidak termasuk di dalamnya
sebab kematian akibat kecelakaan atau kejadian insidental. Penyebab kematian
maternal akan diklasifikasikan menjadi penyebab kematian maternal langsung dan
tidak langsung.
Kematian Maternal di RSU Kumala Siwi Kudus yang dilakukan AMP adalah
kematian perempuan yang diakibatkan dengan kehamilan,persalinan dan masa
nifas dalam 24 jam di RSU Kumala Siwi Kudus.
C. Kematian Perinatal/Neonatal
Kematian perinatal adalah kematian bayi (dengan umur kehamilan lebih 22
minggu) yang lahir dalam keadaan meninggal atau bayi yang lahir hidup namun
kemudian meninggal dalam masa 7 hari setelah persalinan.
Stillbirth atau lahir-mati, adalah bayi dengan berat lahir lebih dari 500 gram atau
umur kehamilan lebih 22 minggu yang dilahirkan tanpa tanda-tanda kehidupan.
Lahir mati dibagi menjadi 2 kelompok yaitu lahir mati dengan tanda maserasi dan
lahir mati tanpa tanda maserasi (masih tampak segar).
Kematian neonatal adalah kematian bayi lahir hidup yang kemudian meninggal
sebelum 28 hari kehidupannya. Kematian neonatal dibagi menjadi 2 kelompok,
yaitu kematian neonatal dan kematian neonatal lanjut. Kematian neonatal adalah
kematian bayi yang terjadi pada 7 hari pertama kehidupannya. Kematian lanjut
adalah kematian bayi yang terjadi pada masa 8-28 hari kehidupannya.
Kematian neonatal yang dilakukan AMP di RSU Kumala Siwi adalah kematian
bayi lahir hidup yang kemudian meninggal sebelum 28 hari kehidupannya di rumah
sakit.

D. Kebijakan dan Strategi


Undang-undang Nomor 36 tentang Kesehatan tahun 2009 dan UU nomor 44
tentang Rumah Sakit pasal 39 tahun 2009 menyatakan bahwa tenaga kesehatan
dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk memenuhi standar profesi dan
menghormati hak pasien. Berdasarkan hal tersebut, kebijakan sehubungan dengan
Audit Maternal Perinatal/Neonatal adalah sebagai berikut:
Kebijakan Teknis dalam Upaya Penurunan AKI dan AKB:
1. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan KIA termasuk KB
2. Program prioritas untuk mengatasi penyebab kematian ibu, bayi, dan balita
3. Mendorong persalinan di tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan
4. Meningkatkan kualitas keahlian tenaga kesehatan serta distribusi
ketersediaan (bidan, perawat, dokter spesialis) melalui tugas belajar,
pengiriman residen, dan sister hospital.
5. Menerapkan standar pelayanan kesehatan di puskesmas dan rumah sakit
tingkat kabupaten/kota.
6. Pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam KIA.
7. Pengaturan dan Perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan.
8. Peningkatan upaya pembiayaan kesehatan melalui dana alokasi khusus,
dana jamkesmas dan jampersal.
9. Peningkatan kerjasama dengan organisasi profesi, Lembaga Swadaya
Masyarakat, Perguruan Tinggi, dan pihak swasta.
Strategi yang diambil dalam menerapkan AMP adalah:
1. Penerapan secara bertahap kendali mutu melalui program peningkatan mutu
pelayanan KIA di unit efektif, yaitu pada semua kabupaten/kota.
2. Upaya peningkatan kendali mutu di wilayah kabupaten/kota dengan cara
melibatkan kerjasama antara Dinas Kesehatan Kabupaten/kota sebagai
koordinator, dengan rumah sakit, puskesmas, dan unit pelayanan KIA
swasta.
3. Pembentukan Tim Audit Maternal Perinatal di tingkat kabupaen/kota untuk
menyeleksi, membahas, dan membuat suatu tindak lanjut dari suatu kasus
kematian/kesakitan ibu dan bayi.
4. Perencanaan program KIA untuk upaya pemecahan masalah, dari hasil
audit, serta dilakukan pembinaan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota
bekerja sama dengan rumah sakit yang disepakati bersama oleh Tim Audit
Maternal Perinatal.

E. Azas
Dalam melaksanakan kegiatan AMP ini, terdapat beberapa prinsip yang berbeda
dengan kegiatan AMP terdahulu. Prinsip atau azas yang mutlak harus dipenuhi
dalam kegiatan AMP ini adalah:
1. No Name (tidak menyebutkan identitas)
Dalam kegiatan AMP ini, seluruh informasi mengenai identitas kasus
maupun petugas dan institusi kesehatan yang memberikan pelayanan
kepada ibu dan neonatal yang meninggal akan dianonimkan (no name) pada
saat proses penelaahan kasus sehingga kemungkinan untuk menyudutkan,
menyalahkan dan menghakimi seseorang atau institusi kesehatan dapat
dihilangkan atau diminimalkan.
2. No Shame (tidak mempermalukan)
Seperti yang telah diuraikan diatas, seluruh identitas akan dihilangkan
(anonim) sehingga kemungkinan kegiatan AMP berpotensi mempermalukan
petugas atau institusi kesehatan dapat diminimalkan.
3. No Blame (tidak menyalahkan)
Sebagai akibat dari tidak adanya identitas pada saat pengkajian kasus
dilakukan, potensi menyalahkan dan menghakimi (blaming) petugas atau
institusi kesehatan dapat dihindari. Penganoniman juga diharapkan dapat
membuat petugas kesehatan yang memberikan pelayanan bersedia untuk
lebih terbuka dan tidak menyembunyikan informasi yang ditakutkan dapat
menyudutkan petugas tersebut. Informasi yang mungkin disembunyikan
tersebut mungkin merupakan informasi penting yang berkaitan dengan faktor
yang dapat dihindarkan. Prinsip ini harus diterapkan saat proses audit
sehingga tujuan untuk memperoleh pembelajaran dan mencegah terjadinya
kesalahan di masa datang dapat tercapai.
4. No Pro Justisia (tidak untuk keperluan peradilan)
Seluruh informasi yang diperoleh dalam kegiatan AMP ini tidak dapat
digunakan sebagai bahan bukti di persidangan (no pro justisia). Seluruh
informasi adalah bersifat rahasia dan hanya dapat digunakan untuk
keperluan memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan maternal dan
perinatal/neonatal.
5. Pembelajaran
Salah satu upaya AMP untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
maternal dan Perinatal/Neonatal adalah melalui pembelajaran yang dapat
bersifat: individual, kelompok terfokus, maupun massal berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan oleh pengkaji kepada seluruh komunitas
pelayanan KIA.
F. Langkah-langkah dan Kegiatan
Lingkup dari AMP RSU Kumalasiwi Kudus dalah:

Kegiatan penelusuran sebab - sebab kesakitan/ kematian maternal dan perinatal dengan
maksud untuk mencegah terjadinya kesakitan/ kematian yang serupa di masa mendatang

Petugas kesehatan melakukan identifikasi faktor yang dapat dicegah pada kematian /
kesakitan maternal dan perinatal/neonatal:
a. Masalah yang berhubungan dengan pasien, seperti: situasi pribadi, keluarga,
lingkungan (komunitas), termasuk masalah sosial ekonomi, dan perilaku keluarga.
b. Masalah manajemen pelayanan, seperti: transport, hambatan pembiayaan untuk
mendapat layanan kesehatan, kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan untuk
menangani keadaan emergensi, kurangnya petugas, ketersediaan obat, alat,dan
sarana kesehatan
c. Masalah pemberian layanan kesehatan, seperti: penegakan diagnosis,
penatalaksanaan, pemantauan, rujukan, pemantauan lanjutan, serta komunikasi
antara pasien dan petugas maupun antar petugas yang memberi layanan
kesehatan.

Diperlukan :
a. Pencatatan dan pelaporan kematian dan kesakitan maternal dan perinatal/ neonatal yang
menyeluruh
b. Pengisian rekam medis yang lengkap, benar dan tepat di semua unit terkait pelayanan
PONEK
c. Pelacakan sebab kematian oleh petugas puskesmas dengan cara otopsi verbal
d. Identifikasi faktor-faktor non-medis termasuk informasi rujukan dan masalah sosial
ekonomi keluarga

G. Manajemen AMP RSU Kumala Siwi


Pelaksanaan AMP di RSU Kumala siwi yang dikelola secara berjenjang dalam
lingkup RSU Kumala siwi. Untuk itu, diperlukan adanya suatu tim yang bekerja
secara legal dengan dibekali Surat Penugasan atau Surat Keputusan dari Direktur
sebagai Pelindung kegiatan AMP ini. Tim AMP RSU Kumala siwi dibentuk melalui
Surat Keputusan Direktur Kumala Siwi. Tim AMP RSU Kumala Siwi dari Tim
Manajemen, Tim Pengkaji, dan Komunitas Pelayanan. Para anggota Tim
Manajemen dan Tim Pengkaji memerlukan Surat Penugasan/Surat Keputusan
sebelum mulai bertugas.
1. Pelindung
Pelindung kegiatan AMP adalah Direktur RSU Kumala Siwi Kudus. Tugas
Pelindung adalah menyediakan payung hukum dan kebijakan bagi para pihak
yang terkait dalam kegiatan AMP baik sebagai Tim Manajemen, Tim Pengkaji,
maupun Komunitas Pelayanan.
2. Tim Manajemen AMP
Tim Manajemen AMP adalah para pihak yang bertugas mengelola
kegiatan AMP di RSU Kumala Siwi.
a. Penanggung Jawab
Penanggung Jawab Tim AMP adalah Ketua Komite Medis. Tugasnya
adalah memastikan terlaksananya, memfasilitasi Koordinator Tim
Manajemen dalam penyelenggaraan dan pengalokasian dana pelaksanaan
AMP di RSU Kumala Siwi, serta mengupayakan tindak lanjut rekomendasi-
rekomendasi yang dihasilkan.
Disamping itu Penanggung Jawab Tim AMP juga menetapkan indikator
dan standar outcome kegiatan AMP yang diberlakukan di RSU Kumala Siwi
Kudus.
b. Koordinator Tim Manajemen
Koordinator Tim Manajemen adalah petugas Penanggung Jawab Program
KIA atau Program Yankes yang ditunjuk oleh Direktur. Tugasnya adalah
mempersiapkan dan menyelenggarakan pertemuan kajian kasus secara rutin
(minimal 3 bulan sekali, sesuai dengan kemampuan Rumah Sakit),
mengelola data hasil kajian kasus, dan mengatur pemanfaatan hasil-hasil
kajian kasus untuk keperluan pembelajaran, pelaporan, dan perencanaan.
Untuk melaksanakan tugas-tugasnya, Koordinator Tim Manajemen
dibantu oleh Sekretariat AMP RSU Kumala Siwi.
c. Sekretariat
Sekretariat yang berkedudukan di RSU Kumala Siwi dari beberapa orang
staf KIA yang penunjukannya diusulkan oleh Koordinator Tim Manajemen.
Sekretariat bertugas membantu Koordinator Tim Manajemen dalam bidang
administrasi, termasuk menjadi notulis dalam pertemuan kajian kasus
maupun sesi pembelajaran dan memfasilitasi pelaksanaan pertemuan AMP.
3. Tim Pengkaji
Tim pengkaji adalah para klinisi atau para pakar yang bidang keahliannya
terkait dengan pelayanan maternal-Perinatal/Neonatal. Dalam melakukan
tugasnya, Tim Pengkaji diharapkan dapat menerapkan azas profesionalisme
(professional judgement) dan mengedepankan etika. Diharapkan Dokter
Spesialis,Dokter Umum,Bidan dan Perawat serta Manajemen Keperawatan
dapat ikut berperan serta aktif dalam proses pelaksanaan AMP untuk
memperbaiki kualitas pelayanan melalui peningkatan profesionalisme, patient
safety, dan clinicalgovermance dalam bidang Kesehatan Ibu dan Bayi.
a. Pengkaji Internal
Pengkaji internal adalah para pakar di RSU Kumala Siwi yang terkait
dengan proses pemberian pelayanan ibu dan anak serta aspek-aspek yang
terkait dengan morbiditas dan mortalitasnya; seperti dokter spesialis
kebidanan, dokter spesialis anak, bidan senior, dan pengelola progam KIA.
Apabila diperlukan, dapat melibatkan dokter spesialis lain seperti anestesi,
penyakit dalam, dan lain-lain. Pengkaji internal bertugas melakukan
pengkajian kasus, merumuskan rekomendasi, dan bila memungkinkan
mengembangkan pedoman praktik (local practice guideline) bagi komunitas
pelayanan di wilayahnya.
b. Pengkaji Eksternal
Pengkaji eksternal adalah Dokter Spesialis Obstetri dan Ginkologi dan
Spesialis Anak atau para pakar yang berasal dari luar RSU Kumala Siwi
yang biasanya berasal dari pusat-pusat pendidikan kedokteran atau dari
Kabupaten/Kota yang mempunyai kemampuan untuk menjadi pengkaji.
Tugas utama Pengkaji Eksternal adalah memberikan masukan kepada
Pengkaji Internal tentang suatu kasus yang dikaji, dan menyediakan
informasi tentang bukti-bukti ilmiah (evidence-based practice). Bukti-bukti
ilmiah yang diajukan oleh Pengkaji Eksternal dapat dipakai oleh Pengkaji
Internal dalam merumuskan rekomendasi dan mengembangkan pedoman
praktik lokal.
Keberadaan Pengkaji Eksternal tidak menjadi syarat utama dilakukannya
AMP, pelibatan Pengkaji Eksternal menjadi keputusan Koordinator AMP
dengan melihat berbagai pertimbangan terhadap kasus kematian yang
terjadi, misalnya pada situasi dimana di suatu Rumah Sakit tidak didapatkan
pengkaji internal; kasus rumit yang jarang terjadi di RS tersebut atau kasus
yang dikaji adalah kasus yang dikelola oleh pengkaji internal. Apabila di RS
belum ada Pengkaji Internalnya, maka Koordinator Tim Manajemen dapat
meminta Pengkaji Eksternal untuk melakukan kajian kasus. Dinas Kesehatan
Kabupaten diharapkan dapat memfasilitasi penyediaan pengkaji eksternal
bagi Rumah sakit yang memerlukannya.
c. Komunitas Pelayanan
Komunitas Pelayanan adalah para pihak yang secara langsung maupun
tidak langsung terlibat dalam pemberian pelayanan maternal-
Perinatal/Neonatal. Dalam konteks AMP, Komunitas Pelayanan adalah pihak
yang bertugas memberikan input kepada Tim Manajemen dan Tim Pengkaji,
serta berhak menerima umpan balik bagi keperluan pembelajaran,
pelaporan, dan perencanaan. Ada empat kelompok yang membentuk
Komunitas Pelayanan maternal-Perinatal/Neonatal di Rumah sakit , yaitu:
kelompok masyarakat, kelompok petugas kesehatan, kelompok pimpinan
fasilitas pelayanan, dan kelompok pembuat kebijakan .
d. Kelompok Masyarakat
Termasuk dalam kelompok ini adalah para pasien dan keluarganya serta
kelompok atau organisasi kemasyarakatan. Sebagai pihak yang mengalami
pelayanan dalam bidang maternal-Perinatal/Neonatal, kelompok masyarakat
perlu diberdayakan melalui pemberian informasi dan pelatihan yang
diperlukan sehingga animo dan kualitas partisipasinya semakin meningkat.
Input yang dapat diberikan oleh Kelompok Masyarakat adalah penyampaian
informasi perihal kematian maternal-Perinatal/Neonatal yang terjadi di
masyarakat, yang selanjutnya akan ditindaklanjuti pengumpulan data oleh
petugas kesehatan.
e. Kelompok Petugas Kesehatan
Kelompok Petugas Kesehatan adalah pihak yang secara langsung
memberikan pelayanan maternal-Perinatal/Neonatal. Kelompok Petugas
kesehatan terdiri dari para petugas misalnya para bidan, perawat, dan
dokter. Kelompok Petugas Kesehatan dapat memberikan input berupa
informasi atas kematian yang ditelusuri dari masyarakat atau diperoleh dari
fasilitas pelayanan kesehatan (puskesmas, rumah sakit dan sebagainya).
Informasi dari Kelompok Petugas Kesehatan selanjutnya akan dijadikan
bahan kajian kasus oleh Tim Pengkaji.
f. Kelompok Pimpinan Fasilitas Pelayanan
Kelompok Pimpinan Fasilitas Pelayanan terdiri dari para Kepala
Puskesmas, Direktur Rumah Sakit, dan para pimpinan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya. Tugas kelompok ini adalah memfasilitasi kegiatan
pengumpulan dan pelaporan data kematian, serta memfasilitasi
implementasi rekomendasi-rekomendasi yang terkait dengan fasilitas yang
dipimpinnya.
g. Kelompok Pembuat Kebijakan
Kelompok Pembuat Kebijakan adalah pihak yang berwenang dalam
pembuatan dan penetapan kebijakan-kebijakan terkait pelayanan maternal-
Perinatal/Neonatal di Kabupaten/Kota. Pimpinan Dinas Kesehatan, anggota
DPRD yang membidangi kesehatan, pihak pengelola asuransi kesehatan,
adalah beberapa contoh komponen kelompok ini. Tugas Kelompok Pembuat
Kebijakan bertugas memfasilitasi penyelenggaraan AMP dan
mengimplementasikan rekomendasi-rekomendasi pada tingkat kebijakan.
Lingkup pekerjaan/tugas dari masing-masing anggota Tim Manajemen
dan Tim Pengkaji dapat dilihat pada Lampiran 1.
4. Mekanisme Kerja

Kematian

Fasilitas Masyarakat

- Data kematian di fasilitas - Otopsi verbal


- Faktor medis dan non medis - Faktor non
medis
Register & Anonimasi Oleh Sekretariat AMP Rumah Sakit Kumalasiwi Kudus

Pengkajian kasus

Hasil kajian & Rekomendasi

Pengolahan Data Hasil Kajian & Rekomendasi oleh


Penanggung Jawaban dan Koordinator AMP

Umpan balik

Pembelajaran Pemanfaatan Hasil Kajian & Rekomendasi Perencananna


oleh Komunitas pelayanan

Pelaporan

- Kasus kematian/kesakitan maternal danPerinatal/Neonatal dilaporkan oleh


pasien/masyarakat, petugas pemberi pelayanan, dan institusi pemberi layanan ke
Puskesmas setempat.
- Untuk kematian yang terjadi di masyarakat, Bidan Koordinator/Bidan Puskesmas
yang ditunjuk akan melakukan otopsi verbal dengan menggunakan formulir yang
tersedia (lihat Bab III tentang Pengisian dan Penggunaan Instrumen/Lampiran 3).
- Untuk kematian yang terjadi di Puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya (RB,
BPS, Bidan di desa), Bidan Koordinator/Bidan Puskesmas yang ditunjuk akan
melengkapi formulir kematian di fasilitas dan otopsi verbalnya (lihat Bab III tentang
Pengisian dan Penggunaan Instrumen/Lampiran 3).
- Kasus kematian di RS baik pemerintah maupun swasta dilaporkan ke Dinas
Kesehatan setempat dalam waktu 3 hari.
- Bila kasus meninggal di institusi pelayanan kesehatan, dilakukan pengisian formulir
tersendiri yang harus dilengkapi oleh dokter penanggung jawab di institusi
pelayanan kesehatan dimana kasus meninggal (lihat Bab 3 tentang Pengisian dan
Penggunaan Instrumen/Lampiran 3).
- Formulir yang sudah dilengkapi dikirimkan ke Sekretariat AMP Kabupaten/Kota
setempat.
- Sekretariat mendata, meneliti kelengkapan data, dan melaporkannya ke
Koordinator. Data yang belum lengkap harus dikembalikan ke unit pengirim untuk
dilengkapi. Data yang terkumpul dan sudah lengkap dibuat anonim. Sekretariat
kemudian berkoordinasi dengan Koordinator untuk mengagendakan pertemuan
pengkaji dan menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pertemuan
tersebut.

5. Pelaksanaan Kegiatan AMP di Rumah Sakit Kumala Siwi


Dalam melaksanakan kegiatan AMP, beberapa langkah akan ditempuh
termasuk pengumpulan data dasar yang akan dikumpulkan dengan
menggunakan beberapa instrumen. Kemudian tim AMP mengadakan rapat untuk
pe;laksanaan AMP setelah data terkumpul lengkap,hasil dari pengkajian AMP
akan dilaporkan ke Dinas Kesehatan dalam waktu maksimal 3 hari.
6. Tindak lanjut
Sebagai tindak lanjut dari rekomendasi yang dihasilkan dari kegiatan
AMP, akan dilakukan pembelajaran dan pembinaan yang ditujukan untuk
memperbaiki mutu pelayanan kesehatan maternal dan Perinatal/Neonatal serta
buat pelaporan Ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus.

7. Pemantauan dan evaluasi


Pemantauan akan dilakukan secara berjenjang, dengan tujuan menilai
apakah AMP ditindaklanjuti dengan upaya peningkatan mutu pelayanan
kesehatan maternal danPerinatal/Neonatal di RSU Kumala Siwi Kudus.
Sedangkan evaluasi akan dilakukan dengan menilai beberapa indikator
kesehatan maternal dan Perinatal/Neonatal.
BAB III
PENCATATAN DAN PELAPORAN

A. Pendahuluan
Untuk menjamin semua kasus kesakitan dan kematian terlaporkan, diharapkan
semua bidan di desa mengisi PWS KIA, formulir LB3 dan register kohort ibu serta
kohort bayi secara berkesinambungan yang nantinya akan direkapitulasi di tingkat
puskesmas. Selain itu, kematian yang terjadi di RS, baik swasta maupun pemerintah,
diharapkan akan dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Alur dari
pencatatan dan pelaporan dalam kegiatan AMP ini dapat dilihat pada bagan
mekanisme kerja pada bab sebelumnya.
Untuk kegiatan pencatatan dan pelaporan telah dikembangkan beberapa
instrumen yaitu:
1) Formulir pemberitahuan kematian maternal individual (masyarakat, Bidan di
desa, BPS, RB, puskesmas, RS) / Formulir PKmM.
2) Formulir pemberitahuan kematian Perinatal/Neonatal individual (masyarakat,
BdD, BPS, RB, puskesmas, RS) / Formulir PKmP
3) Formulir daftar kematian maternal di fasilitas kesehatan (puskesmas dan RS) /
Formulir DKM
4) Formulir daftar kematian Perinatal/Neonatal di fasilitas kesehatan (puskesmas
dan RS)/ Formulir DKP
5) Formulir daftar rekapitulasi kematian maternal di tingkat kabupaten (rekapitulasi
dari puskesmas dan RS) / Formulir RKM
6) Formulir daftar rekapitulasi kematian Perinatal/Neonatal di tingkat
Kabupaten/Kota (rekapan dari puskesmas dan RS) / Formulir RKP
7) Formulir Otopsi Verbal Kematian Maternal (OVM)
8) Formulir Otopsi Verbal Kematian Perinatal/Neonatal (OVP)
9) Formulir Rekam Medis Kematian Ibu (RMM)
10) Formulir Rekam Medis Kematian Perinatal/Neonatal (RMP)
11) Formulir Rekam Medis Kematian Ibu Perantara (RMMP)
12) Formulir Rekam Medis Kematian Perinatal/Neonatal Perantara (RMPP)
13) Formulir Pengkaji Maternal
14) Formulir Pengkaji Perinatal/Neonatal
15) Formulir Ringkasan Pengkaji Maternal
16) Formulir Ringkasan Pengkaji Perinatal/Neonatal

B. Identifikasi kasus kematian


Kasus kematian dapat terjadi di masyarakat atau di sarana kesehatan
(puskesmas, RB, BPS, bidan di desa, RS). Oleh karena itu sumber informasinya
dapat berasal dari laporan masyarakat termasuk dukun, laporan puskesmas dan RS.
Kematian di RS baik pemerintah maupun swasta dilaporkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Seluruh kematian tersebut akan dilaporkan dengan menggunakan
formulir pemberitahuan kematian maternal danPerinatal/Neonatal.

C. Pengisian dan penggunaan instrumen


1. Formulir pemberitahuan kematian maternal dan Perinatal/Neonatal
individual (PKmM atau PKmP)
Formulir ini diisi setiap kali terjadi kematian maternal dan
Perinatal/Neonatal oleh bidan di desa, BPS, RB, puskesmas, dan RS. Formulir
yang diisi oleh bidan di desa, BPS, RB dan puskesmas dikirimkan ke puskesmas
di tingkat kecamatan. Sedangkan formulir yang diisi di RS dikirimkan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.

2. Formulir daftar kematian maternal di tingkat puskesmas (DKM)


Formulir ini diisi setiap kali ada laporan pemberitahuan kematian maternal
oleh Bidan Koordinator atau Bidan yang ditunjuk.

3. Formulir daftar kematian Perinatal/Neonatal di tingkat puskesmas (DKP)


Formulir ini diisi setiap kali ada laporan pemberitahuan kematian Perinatal/Neonatal
oleh Bidan Koordinator atau Bidan yang ditunjuk.
a. Formulir daftar kematian maternal di tingkat kabupaten (DKM)
Formulir ini diisi setiap kali ada laporan pemberitahuan kematian maternal
yang terjadi di RS dan formulir daftar kematian maternal dari tingkat
Puskesmas oleh staf KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
Formulir ini digunakan untuk mengetahui jumlah kematian maternal di tingkat
kabupaten untuk periode tertentu.
b. Formulir daftar kematian Perinatal/Neonatal di tingkat kabupaten (DKP)
Formulir ini diisi setiap kali ada laporan pemberitahuan kematian
Perinatal/Neonatal yang terjadi di RS dan formulir daftar kematian
Perinatal/Neonatal dari tingkat Puskesmas oleh staf KIA di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat. Formulir ini digunakan untuk mengetahui jumlah
kematian Perinatal/Neonatal di tingkat kabupaten untuk periode tertentu.
c. Formulir Otopsi Verbal Maternal (OVM)
Formulir ini diisi untuk setiap kematian maternal yang terlaporkan di
tingkat kabupaten. Pengisian dilakukan oleh Bidan Koordinator/Bidan yang
ditunjuk dari Puskesmas Kecamatan tempat domisili kasus yang meninggal.
Formulir ini digunakan untuk kepentingan verbal otopsi bagi kematian
maternal yang terjadi di komunitas. Selain itu, formulir ini juga digunakan
untuk mendapatkan informasi non-medis di seputar kematian maternal, baik
untuk kematian maternal di masyarakat maupun di fasilitas kesehatan.
d. Formulir Otopsi Verbal Perinatal/Neonatal (OVP)
Formulir ini diisi untuk setiap kematian Perinatal/Neonatal yang
terlaporkan di tingkat kabupaten. Pengisian dilakukan oleh Bidan
Koordinator/Bidan yang ditunjuk dari Puskesmas Kecamatan tempat domisili
kasus yang meninggal. Formulir ini digunakan untuk kepentingan verbal
otopsi bagi kematian Perinatal/Neonatal yang terjadi di komunitas. Selain itu,
formulir ini juga digunakan untuk mendapatkan informasi non-medis di
seputar kematian Perinatal/Neonatal, baik untuk kematian Perinatal/Neonatal
di masyarakat maupun di fasilitas kesehatan.
e. Formulir Rekam Medik Kematian Maternal (RMM)
Formulir ini diisi untuk setiap kematian maternal yang terjadi di fasilitas
kesehatan. Untuk kematian yang terjadi di bidan di desa, BPS, RB, dan
Puskesmas formulir akan diisi oleh Bidan Koordinator/Bidan yang ditunjuk
dari Puskesmas Kecamatan tempat domisili kasus yang meninggal.
Sedangkan untuk kasus yang meninggal di RS, formulir akan diisi oleh
dokter penanggung jawab perawatan dengan diketahui oleh direktur RS.
Idealnya, formulir ini diisi setelah pertemuan yang bertujuan mendiskusikan
kasus kematian tersebut dengan seluruh staf yang terlibat. Pada institusi
yang lebih kecil, pengawas atau kepala perawatan akan memimpin pengisian
formulir dan diskusi dalam pertemuan tersebut.
Pada institusi yang lebih besar, pimpinan Komite Medik akan meminta
Kepala Departemen Obstetri dan Ginekologi untuk menugaskan staf khusus
(misalnya DPJP) untuk bertanggung jawab dalam penyelesaian formulir ini.
Untuk kasus yang meninggal di perjalanan dan sampai RS sebagai DOA,
maka formulir RMM tetap diisi oleh Bidan RS.
f. Formulir Rekam Medik Kematian Perinatal (RMP)
Formulir ini diisi untuk setiap kematian Perinatal/Neonatal yang terjadi di
fasilitas kesehatan. Untuk kematian yang terjadi di bidan di desa, BPS, RB,
dan Puskesmas formulir akan diisi oleh Bidan Koordinator/Bidan yang
ditunjuk dari Puskesmas Kecamatan tempat domisili kasus yang meninggal.
Sedangkan untuk kasus yang meninggal di RS, formulir akan diisi oleh
dokter penanggung jawab perawatan dengan diketahui oleh direktur RS.
Untuk kasus yang meninggal di perjalanan dan sampai RS sebagai DOA,
maka formulir RMP tetap diisi oleh Petug
g. Formulir Rekam Medik Kematian Maternal Perantara (RMMP)
Formulir ini diisi untuk mendapatkan informasi layanan kesehatan pada
kasus kematian yang pernah mendapat perawatan di fasilitas kesehatan lain
sebelum dirawat di fasilitas kesehatan tempat ibu meninggal.
h. Formulir Rekam Medik Kematian Perinatal Perantara (RMPP)
Formulir ini diisi untuk mendapatkan informasi layanan kesehatan pada
kasus kematian yang pernah mendapat perawatan di fasilitas kesehatan lain
sebelum dirawat di fasilitas kesehatan tempat bayi meninggal.
i. Formulir Pengkaji Maternal dan Perinatal/Neonatal
Formulir ini akan diisi oleh tim pengkaji sebagai panduan dalam
melakukan kajian kasus dan untuk menilai apakah kasus kematian ini dapat
dicegah atau tidak.
j. Formulir Ringkasan Pengkaji Maternal dan Perinatal/Neonatal
Formulir ini merupakan ringkasan kajian kasus yang meliputi seluruh
informasi di seputar kematian, baik faktor medis (misalnya, ada tidaknya
layanan sub-standar) maupun non-medis (misalnya, faktor sosial ekonomi
dan pola pencarian pertolongan medis).

4. Alur Pelaporan
a. Formulir Pemberitahuan Kematian Maternal (PKmM) dan Formulir
Pemberitahuan Kematian Perinatal/Neonatal (PKmP)
Formulir ini selambat-lambatnya harus dikirimkan oleh Bidan
desa/RB/Puskesmas atau fasilitas kesehatan lain 3 hari setelah terjadinya
kematian (untuk daerah sulit diperlukan mekanisme tersendiri, mungkin
dapat dilakukan melalui telepon, SMS, ataupun Internet). Begitu laporan
kematian diterima Puskesmas Kecamatan, Bidan Koordinator/Bidan yang
ditunjuk dapat segera melakukan pengumpulan data menggunakan Formulir
OVM/OVP serta melaporkan hal tersebut ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Bila kematian terjadi di fasilitas kesehatan (kecuali RS),
Bidan Koordinator juga dapat langsung mengumpulkan data dengan
menggunakan Formulir RMM/RMP serta langsung melaporkannya ke Dinas
Kesehatan.
b. Formulir Daftar Kematian (DKM atau DKP)
Terdapat dua sumber Formulir Daftar Kematian, yaitu:
- Formulir Daftar Kematian Maternal dan Perinatal/Neonatal dari
Puskesmas Kecamatan
- Formulir Daftar Kematian Maternal dan Perinatal/Neonatal dari RS

Formulir-formulir tersebut diatas dikirim ke Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota setiap awal bulan sebagai rekapitulasi kematian maternal
dan Perinatal/Neonatal yang terjadi pada bulan sebelumnya. Informasi dari
formulir-formulir tersebut diatas akan direkapitulasi menggunakan Formulir
Daftar Kematian Maternal/Perinatal/Neonatal di tingkat kabupaten/kota.
c. Formulir OVM dan OVP yang telah diisi untuk semua kematian akan
dikirimkan ke Sekretariat AMP di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
berasal dari:
- Bidan Koordinator untuk kematian terjadi di bidan di desa, BPS, RB, dan
Puskesmas
- Bidan RS untuk kematian yang terjadi di RS Pemerintah dan Swasta,
formulir akan diisi oleh bidan RS
Semua formulir OVM dan OVP yang telah terisi akan dikiimkan ke
Sekretariat AMP di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
d. Formulir RMM/RMP, serta RMMP/RMPP
(bila ada) yang telah diisi untuk semua kematian akan dikirim ke
Sekretariat AMP di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, berasal dari:
- Dokter Penanggung Jawab Pasien dan Bidan RS yang ditunjuk dari RS
tempat ibu/bayi meninggal, atau dari RS tempat ibu/bayi pernah mendapat
perawatan sebelum meninggal.
- Bidan dari Fasilitas Kesehatan selain RS tempat ibu/bayi meninggal atau
tempat ibu/bayi pernah mendapat perawatan sebelum ibu/bayi meninggal.

Secara berkala, berkas RMM & RMP, RMMP & RMPP dan OVM & OVP
yang telah lengkap, telah dianonimkan dan dipilih untuk dikaji akan
dikirimkan ke tim pengkaji untuk dilakukan telaah pada pertemuan yang telah
dijadwalkan sebelumnya oleh Sekretariat AMP Kabupaten/Kota. Jumlah
kasus dan periode pertemuan telaah kasus dilakukan sesuai dengan
kesepakatan di masing-masing Kabupaten/Kota (tergantung dari jumlah
kematian serta banyaknya dan ketersediaan dari tenaga pengkaji). Bila
pengkajian seluruh kasus kematian tidak dimungkinkan (misalnya, karena
masalah keterbatasan dana dan tenaga) maka dapat dilakukan sampling
yang representatif terhadap kematian di daerah tersebut.
Hasil telaah yang tertuang dalam Formulir Pengkaji dan Formulir
Ringkasan Pengkaji akan diserahkan ke Koordinator dan Penanggung
Jawab AMP Kabupaten/Kota sebagai dasar dirumuskannya mekanisme
umpan balik (termasuk pembelajaran dan pembinaan) untuk upaya
perbaikan kualitas pelayan kesehatan maternal dan Perinatal/Neonatal.
Bagan kegiatan AMP terkait pencatatan dan pelaporan dapat dilihat pada
gambar berikut ini.
Kematian di Kematian di fasilitas Kematian di
Rumah Sakit kesehatan selain RS masyarakat

Pemberitahua Pemberitahuan Pemberitahua


n kematian kematian n kematian

Daftar kematian

RMM&RMP/ RMM&RMP Puskesmas OVM dan OVP


RMMP&RMPP / seluruh kematian
RMMP&RM
PP

Daftar kematian

Dinas
Kesehatan
Kabupaten/K
ota

Anonim dan Kode


Unik

RMM&RMP

RMMP&RMPP

OVM&OVP

Pertemuan Tim
Pengkaji AMP

Gambar 1. Flow/Alur Formulir dan Data


Keterangan gambar 1:
Merupakan alur pengumpulan data menggunakan formulir RMM&RMP,
RMMP&RMPP dan OVM &OVP.
Merupakan alur laporan kematian dan rekapitulasinya
Merupakan alur penyampaian data yang sudah lengkap untuk dikaji
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Audit maternal perinatal (AMP) merupakan kegiatan menelusuri sebab kesakitan,
kematian maternal dan perinatal dengan maksud mencegah kesakitan dan
kematian dimasa yang akan datang. Kegiatan ini memungkinkan tenaga kesehatan
dapat menentukan hubungan antara faktor penyebab kejadian kesakitan dan
kematian maternal perinatal, sehingga dapat menetapkan langkah-langkah
intervensi. Kegiatan AMP lebih cenderung ke arah pemecahan masalah dengan
upaya peningkatan kualitas pelayanan. Ruang lingkup AMP dibatasi, yaitu pada
tingkat kabupaten atau kota, karena wilayah tersebut dinilai efektif dalam
memberikan pelayanan obstetrik, perinatal, serta KIA secara langsung kepada
masyarakat.
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota yang berperan sebagai koordinator dan
penanggungjawab kegiatan AMP, yang dilaksanakan minimal empat kali dalam
jangka waktu satu tahun yang bertujuan untuk menjaga mutu pelayanan KIA.
Untuk pelaksanaan AMP di RSU Kumala Siwi dilakukan apabila ada kejadian
kematian maternal perinatal dan atu neonatal yang secara langsung meninggalnya
di RSU Kumala Siwi,kecuali kasus IUFD tidak dilakukan hanya pelaporannya saja.

B. Saran
1. Perlu dilakukan evaluasi dan tindakan yang lebih terencana lagi dalam Audit
Maternal Perinatal (AMP) agar upaya percepatan penurunan Angka Kematian
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dapat tercapai.
2. Perlu adanya kerjasama antar sektoral untuk upaya menurunkan angka
Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.
3. Sebaiknya dilakukan upaya peningkatan dan pengembangan standarisasi
mutu pelayanan kesehatan baik di tingkat pelayanan dasar (Puskesmas) dan
Rumah Sakit terutama dalam pelayanan KIA.

Anda mungkin juga menyukai