Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Istilah gender dimunculkan oleh para ilmuan social untuk menjelaskan mana
perbedaan laki-laki dan perempuan yang bersifat bawaan yang merupakan bentukan
budaya yang di konstruksikan,dipelajari dandisosialisasikan. Dengan mengenal perbedaan
gender sebagai sesuatu yang tidak permanen,memudahkan kita untuk membangun
gambaran tentang realitas relasi perempuan dan laki laki secara lebih tepat dan sesuai
dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat. Gender bukanlah ketentuan tuhan dan
karenanya berkaitan dengan proses keyakinan tentang bagaimana seharusnya laki-laki
dan perempuan diharapkan untuk bertindak,bersikap,dan berperan sesuai dengan
ketentuan social dan budaya dimana mereka berasal.
Konsep gender, yakni sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan
yang di konstruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya, bahwa perempuan di kenal
dengan sifat lemah lembut, cantik, emosional atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap
kuat, rasional, jantan dan perkasa. Ciri dari sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang
dapat di pertukarkan. Artinya ada laki-laki yang emosional, lemah lembut, dan keibuan,
sementara ada juga perempuan yang kuat, rasional dan perkasa. Perubahan ciri dari sifat-
sifat itu dapat terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat lain. Semua hal yang
dapat di pertukarkan antara sifat laki-laki dan perempuan, yang bisa berubah dari waktu
ke waktu, berbeda dari kelas ke kelas lainnya, itulah yang dikenal sebagai konsep gender.
Konsep gender ini tidak lain adalah bagaimana mengatasi kebutuhan praktis gender yaitu
kebetuhan-kebutuhan perempuan dan laki-laki untuk dapat melaksanakan perannya secara
lebih mudah, lebih efektif, dan efisien dan biasanya kebutuhan itu dapat di identifiksi oleh
mereka sendiri.
Masyarakat menentukan dan membentuk sifat-sifat individu, yang mencakup
penampilan, pakaian, sikap, dan kepribadian. Jika ia seorang lakilaki maka ia harus
terlihat maskulin dan apabila ia perempuan maka ia harus feminim. Maskulinitas seorang
laki-laki ditunjukkan dengan karakter yang gagah berani, kuat, tangguh, pantang
menyerah, egois, dan berpikir rasional. Apabila sifat-sifat tersebut banyak ditinggalkan
atau bahkan tidak dimiliki oleh seorang laki-laki, maka ia akan dianggap sebagai laki-laki
yang kebancibancian. Feminimitas seorang perempuan ditunjukkan dengan karakter yang
lembut, rendah hati, anggun, suka mengalah, keibuan, lemah, dan dapat memahami
kondisi orang lain. Apabila sifat-sifat positif ini banyak ditinggalkan oleh seorang wanita,
atau bahkan tidak dimilikinya, maka wanita yang bersangkutan dikatakan sebagai wanita
yang tidak menarik (HeniyAstiyanto, 2006: 310).
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan
darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah
tangga, berinteraksi satu sama lain,dan di dalam perannya masing-masing menciptakan
serta mempertahankan kebudayaan (Bailon dan Maglaya,1989)
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa definisi gender?
2. Apa saja tipe keluarga?
3. Bagaimana peran gender dalam keluarga?
4. Apa saja kasus-kasus yang berhubungan dengan peran gender dalam tipe keluarga?
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi gender.
2. Untuk mengetahui tipe keluarga.
3. Untuk mengetahui peran gender dalam keluarga.
4. Untuk mengetahui kasus-kasusu yang berhubungan dengan peran gender dalam tipe
keluarga.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Gender


Gender adalah pandangan masyarakat tentang pembedaan peran, fungsi dan
tanggung jawab laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil kontruksi social
budaya dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Gender berhubungan
dengan persepsi dan pemikiran serta tindakan yang diharapkan sebagai laki-
laki/perempuan (WHO,1998).
2.2 Tipe Keluarga
a. Keluarga inti (nucear family). Adalah keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, dan
anak-anak.
b. Keluarga besar (extended family). Adalah keluarga inti ditambah sanak saudara,
misalnya kakek, nenek, keponakan, saudara, sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.
c. Keluarga berantai (serial family). Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan
pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan keluarga inti.
d. Keluarga duda-janda.(single family). Adalah keluarga yang terjadi krena
perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (composite). Adalah keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga kabitas (cahabitation ). Adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan
tetapi membentuk suatu keluarga.
2.3 Peran Gender dalam Keluarga
Peran gender adalah dimana peran laki-laki dan perempuan yang dirumuskan
oleh masyarakat berdasarkan tipe seksual maskulin dan feminitasnya. Misal peran
laki-laki ditempatkan sebagai pemimpin dan pencari nafkah karena dikaitkan dengan
anggapan bahwa laki-laki adalah makhluk yang lebih kuat, dan identik dengan sifat-
sifatnya yang super dibandingkan dengan perempuan. Didalam undang-undang
perkawinan ditetapkan bahwa peran suami adalah sebagai kepala keluarga dan istri
sebagai ibu rumah tangga. suami wajib melindungi istri, dan memberikan segala
sesuatu sesuai dengan keperluannya, sedangkan kewajiban istri adalah mengatur
urusan rumah tangga dengan sebaik-baiknya. dengan pembagian peran tersebut,
berarti peran perempuan yang resmi diakui yaitu peran mengatur urusan rumah tangga
seperti membersihkan rumah, mencuci baju, memasak, merawat anak.
Pembedaan peran antara laki-laki dan perempuan berdasarkan gender dapat dibagi
menjadi 4:
1. Pembedaan peran dalam hal pekerjaan, misalnya laki-laki dianggap pekerja yang
produktif yakni jenis pekerjaan yang menghasilkan uang (dibayar), sedangkan
perempuan disebut sebagai pekerja reproduktif yakni kerja yang menjamin
pengelolaan seperti mengurusi pekerjaan rumah tangga dan biasanya tidak
menghasilkan uang
2. Pembedaan wilayah kerja, laki-laki berada diwilayah publik atau luar rumah dan
perempuan hanya berada didalam rumah atau ruang pribadi.
3. Pembedaan status, laki-laki disini berperan sebagai aktor utama dan perempuan
hanya sebagai pemain pelengkap.
5. Pembedaan sifat, perempuan dilekati dengan sifat dan atribut feminin seperti halus,
sopan, penakut, "cantik" memakai perhiasan dan cocoknya memakai rok. dan laki-laki
dilekati dengan sifat maskulinnya, keras, kuat, berani, dan memakai pakaian yang
praktis.
Namun pada kenyataan saat ini sudah tidak adanya pembedaan peran gender
seperti yang telah disebutkan. Saat ini peran antara laki dan perempuan hampirlah
sama, tidak ada pembedaan siapa yang harus memberi nafkah siapa yang harus
mengerjakan pekerjaan rumah tangga. karena pada faktanya banyak perempuan yang
dapat menafkahi keluarganya sendiri, dan atau antara suami dan istri sama-sama
mencari nafkah.
2.4 Kasus-kasus yang Berhubungan dengan Peran Gender dalam Keluarga
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Peran gender adalah dimana peran laki-laki dan perempuan yang dirumuskan
oleh masyarakat berdasarkan tipe seksual maskulin dan feminitasnya. Didalam undang-
undang perkawinan ditetapkan bahwa peran suami adalah sebagai kepala keluarga dan
istri sebagai ibu rumah tangga. suami wajib melindungi istri, dan memberikan segala
sesuatu sesuai dengan keperluannya, sedangkan kewajiban istri adalah mengatur urusan
rumah tangga dengan sebaik-baiknya. dengan pembagian peran tersebut, berarti peran
perempuan yang resmi diakui yaitu peran mengatur urusan rumah tangga seperti
membersihkan rumah, mencuci baju, memasak, merawat anak.
DAFTAR PUSTAKA

Rokhmansyah, Alfian. 2016. Pengantar Gender dan Feminisme. Jakarta: Penerbit


Garudhawaca

Anda mungkin juga menyukai