Anda di halaman 1dari 3

Nama : Putu Ary Sinta Dewi Rahayu Bahasa Indonesia :

NPM : 15.33.121.057 Materi :

Bab V “Tax Planning PPN”

A. Pendahuluan.
PPN adalah pajak tidak langsung yang dikenakan atas konsumsi barang/jasa kena pajak di dalam daerah
pabean. Setiap pembelian dan penjualan barang/jasa dari PKP dikenai PPN. PPN tidak mempertimbangkan
kondisi subjektif dari subjek pajak. Yang termasuk Objek PPN yaitu 1) Penyerahan BKP/JKP di dalam daerah
pabean, 2) Pemanfaatan BKP tak berwujud/JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean, 3) Impor
BKP, 4) Ekspor BKP/JKP oleh PKP, 5) Kegiatan membangun sendiri di luar kegiatan usaha, 6) Penyerahan
aktiva dengan tujuan tidak untuk diperjualbelikan sepanjang perolehan PPN dapat dikreditkan.
B. Memaksimalkan Mekanisme Pengkreditan PPN
Mekanisme Indirect Subtraction Method (PK-PM) terjadi apabila jumlah PPN yang dipungut lebih besar
dan PPN yang telah dibayar pada saat perolehannya, maka kelebihannya harus disetor ke Kas Negara. Jika PK
> PM maka selisihnya adalah PPN yang harus dibayar sedangkan jika PK<PM maka selisihnya adalah
kelebihan bayar PPPN yang bisa dikompensasi dengan masa pajak berikutnya atau dimintakan kembali
(restitusi).
Mekanisme pengkreditan Pajak Masukan (PM) adalah 1) PM dapat dikreditkan dengan PK (Pajak
Keluaran) untuk masa pajak yang sama; 2) Apabila terdapat PM yang dapat dikreditkan tetapi belum dikreditkan
dengan PK pada masa pajak yang sama, dapat dikreditkan pada masa pajak berikutnya paling lambat 3 bulan
setelah berakhirnya masa pajak, sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan,
3) Apabila dalam masa pajak belum ada PK, maka PM tetap dapat dikreditkan.
C. Faktur Pajak
Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP/bukti
pungutan pajak karena impor BKP yang digunakan oleh Dirjen Bea Cukai. Faktur Pajak terdiri atas 1) Faktur
Pajak, 2) Faktur Pajak Gabungan. 3) Dokumen tertentu yang dipersamakan dengan Faktur Pajak. Pembuatan
faktur pajak yang tepat pada saat terutangnya pajak yaitu saat penyerahan atau saat pembayaran dengan tujuan
meringankan beban administrasi wajib pajak. Bagi PKP diperkenankan membuat Faktur Pajak Gabungan paling
lama akhur bulan penyerahan BKP/JKP, meskipun di dalam penyerahan telah terjadi pembayaran baik sebagian
atau seluruh. Pembuatan faktur pajak dapat ditunda sampai bulan berikutnya setelah penyerahan BKP/JKP.
D. Saat Terutang PPN
PPN akan terutang pada saat 1) Pemungutan PPN dan PPnBM menganut prinsip akrual artinya terjadi pada
saat penyerahan BKP/JKP meskipun pembayaran atas penyerahan tersebut belum sepenuhnya diterima atau
pada saat Impor BKP, 2) Dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan BKP/JKP atau pembayaran
diterima sebelum dimulainya pemanfaatan BKP Tak Berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean.
E. Batas Waktu Penyetoran PPN dan Pelaporan SPT Masa PPN
Batas waktu penyetoran PPN dan PPnBM yang terutang dan SPT Masa PPN paling lama akhir bulan
berikutnya setelah berakhirnya masa pajak. Dalam hal akhir bulan (jatuh tempo penyetoran) bertepatan dengan
hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, maka penyetoran tersebut dapat disampaikan pada hari
kerja berikutnya. Apabila wajib pajak terlambat pelaporan SPT Masa PPN, akan dikenai denda Rp. 500.000
dan terlambat penyetoran PPN dikenai denda bunga 2% per bulan dari PPN yang terutang.
F. Memaksimalkan Fasilitas di Bidang PPN
Fasilitas yang berkaitan dengan PPN yaitu Fasilitas PPN tidak dipungut, Fasilitas PPN dibebaskan, Fasilitas
PPN ditanggung Pemerintah. Memaksimalkan fasilitas tersebut memberi dampak pada 1) Berkurangnya jumlah
yang dibayar oleh pembeli terhadap barang yang dibeli dari penjual minimal 10% x harga jual, 2) Mendorong
penjual untuk menurunkan harga jual secara proporsional, 3) Mendorong pembentukan harga barang di pasar
lebih murah, memperoleh omzet yang meningkat dan setoran pajak akan lebih besar.
G. Sentralisasi Pengenaan PPN
Sentralisasi tempat terutangnya PPN merupakan fasilitas yang dimanfaatkan oleh PKP. Dengan izin
sentralisasi akan mendapatkan penghematan biaya administrasi dan pengaturan cash flow perusahaan yang lebih
baik dalam melaksanakan hak dan kewajiban di bidang PPN.
Nama : Putu Ary Sinta Dewi Rahayu Bahasa Indonesia :

NPM : 15.33.121.057 Materi :

H. Memaksimalkan Restitusi PPN


Restitusi PPN atau Kompensasi terjadi apabila suatu masa pajak terdapat kelebihan pajak (PM>PK).
Pemilihan restitusi ini sangat bergantung pada kondisi masing-masing WP atau PKP. Pertimbangan ini
berkaitan dengan biaya pemeriksaan dan opportunity cost yang timbul dari kelebihan pajak negara. Apabilan
opportunity cost > biaya pemeriksaan, maka WP akan cenderung meminta restitusi. Kriteria umum bagi
manajemen dalam memutuskan perlu/tidaknya mengajukan permohonan restitusi PPN yaitu 1) Apabila
besarnya PPN yang lebih bayar cukup signifikan/material jumlahnya, 2) Bila kondisi keuangan perusahaan
mengalami gangguan cash flow, 3) Bila sudah yakin kesiapan perusahaan untuk diperiksa oleh fiskus, 4) Bila
prediksi masa depan pembayaran PPN menunjukkan lebih bayar PPN. Dalam kondisi tertentu perusahaan
mungkin memiliki pertimbangan khusus untuk meminta pengembalian kelebihan bayar PPN. Misal, bagi WP
melakukan kegiatan ekspor atau penyerahan BKP/JKP kepada terpungut PPN, maka restitusi merupakan hal
yang tidak bisa dihindarkan, namun masalah waktu perlu perencanaan yang matang.
I. Membangun Sendiri Tidak dalam Kegiatan Usaha
Membangun sendiri untuk tempat tinggal atau tempat usaha oleh OP atau Badan akan dikenai PPN apabila
dengan kondisi a) luas bangunan 200m2 atau lebih, bangunan permanen, b) tarif 10% x 40% x biaya bangunan
(tanpa harga tanah), c) disetor tiap bulan (tanggal 15 bulan berikutnya sejak pembangunan dimulai).
J. PPN atas Barang Gratis untuk Kepentingan Promosi
Kegiatan promosi termasuk bagian implementasi marketing strategi perusahaan untuk meningkatkan
omzet perusahaan. Kegiatan promosi dalam bentuk pemberian barang secara cuma-cuma atau gratis kepada
konsumen ini merupakan transaksi penyerahan barang yang menjadi objek PPN. Dalam tax planning, apabila
perusahaan ingin menghemat pajak atas pemberian cuma-cuma maka dapat dilakukan dengan cara mengubah
invoicing atau pemakturan dalam faktur pajaknya.
K. Penjagaan Terhadap Cash Flow Perusahaan
Adapun penjagaan yang aman terhadap cash flow perusahaan guna meningkatkan efisiensi pajak dan
keuangan perusahaan dengan cara 1) Menyegerakan pengajuan Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak (NPPKP)
pada perusahaan yang baru berdiri, 2) Memilih mendirikan perusahaan di lokasi yang mendapat fasilitas
perpajakan PPN, 3) Mengusahakan membeli bahan baku pada saat menjalankan proses produksi (just in time),
4) Mengajukan permohonan sentralisasi PPN bagi perusaahaan yang mempunyai kantor cabang, 5)
Penanganaan Faktur Pajak dengan baik.
L. Pengendalian Pajak Melalui Tax Review
Tax Review merupakan pelayanan yang bertujuan untuk menelaah dan meneliti tingkat kepatuhan wajib
pajak dan memberikan rekomendasi untuk meminimalkan pajak yang belum diketahui perusahaan. Tujuan tax
review PPN adalah 1) Untuk mengetahui sejauh mana unit bisnis melakukan pemenuhan perpajakan PPN-nya
sesuai peraturan perpajakan, 2) Meminimalisir terjadinya transaksi berkaitan dengan PPN yang menimbulkan
risiko masalah perpajakan, 3) Meminimalisir sanksi perpajakan PPN akibat dari kesalahan pencatatan yang
dilakukan oleh unit bisnis dan memperbaikinya, 4) Mempersiapkan unit bisnis dalam menghadapi pemeriksaan
oleh pihak fiskus, Prosedur yang dilakukan dalam tax review PPN yaitu 1) Melakukan kegiatan monitoring
terhadap pelaporan SPT Masa PPN dan SPT Tahunan Badan, Buku Besar (ledger), dan laporan keuangan; 2)
Meminta bukti/dokumen pendukung terhadap objek PPN seperti invoice penjualan, faktur PM/PK, bukti kas,
debit nota, kontrak jual beli, PO dsb; 3) Merekonsiliasi atau mengekualisasikan data objek pajak berupa omzet
di ledger dengan SPT Masa PPN.
M. Tanggung Jawab Renteng
Tanggung jawab renteng menurut Pasal 16F UU PPN No. 42 Tahun 2009 yaitu Pembeli BKP atau Penerima
JKP bertanggung jawab secara renteng atas pembayaran pajak, sepanjang tidak dapat menunjukkan bukti bahwa
pajak telah dibayar. Namun hal tersebut menimbulkan ketidakadilan pajak karena 1) sanksi perpajakan untuk
satu objek pajak PPN dikenakan lebih dari 1x, dimana penjual dan pembeli akan dikenai PPN (tidak
menimbulkan pajak berganda); 2) tanggung jawab pemungutan pajak (penyetoran dan pelaporan) hal ini berada
di pihak penjual yang melakukan penyerahan BKP/JKP sedangkan beban pajak menjadi tanggungan si pembeli
BKP/JKP. Untuk mengatasi masalah diatas, PKP harus melakukan pengawasan lebih cermat dengan
memastikan 1) Jangan menerima faktur penjualan yang diterbitkan tanpa faktur pajak; 2) Setiap transaksi
Nama : Putu Ary Sinta Dewi Rahayu Bahasa Indonesia :

NPM : 15.33.121.057 Materi :

penjualan harus ada kontrak/ sales agreement-nya/purchace order (PO) sehingga disputer tersebut bisa
dihindari di kemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai