Tax Planning PPN
Tax Planning PPN
A. Pendahuluan.
PPN adalah pajak tidak langsung yang dikenakan atas konsumsi barang/jasa kena pajak di dalam daerah
pabean. Setiap pembelian dan penjualan barang/jasa dari PKP dikenai PPN. PPN tidak mempertimbangkan
kondisi subjektif dari subjek pajak. Yang termasuk Objek PPN yaitu 1) Penyerahan BKP/JKP di dalam daerah
pabean, 2) Pemanfaatan BKP tak berwujud/JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean, 3) Impor
BKP, 4) Ekspor BKP/JKP oleh PKP, 5) Kegiatan membangun sendiri di luar kegiatan usaha, 6) Penyerahan
aktiva dengan tujuan tidak untuk diperjualbelikan sepanjang perolehan PPN dapat dikreditkan.
B. Memaksimalkan Mekanisme Pengkreditan PPN
Mekanisme Indirect Subtraction Method (PK-PM) terjadi apabila jumlah PPN yang dipungut lebih besar
dan PPN yang telah dibayar pada saat perolehannya, maka kelebihannya harus disetor ke Kas Negara. Jika PK
> PM maka selisihnya adalah PPN yang harus dibayar sedangkan jika PK<PM maka selisihnya adalah
kelebihan bayar PPPN yang bisa dikompensasi dengan masa pajak berikutnya atau dimintakan kembali
(restitusi).
Mekanisme pengkreditan Pajak Masukan (PM) adalah 1) PM dapat dikreditkan dengan PK (Pajak
Keluaran) untuk masa pajak yang sama; 2) Apabila terdapat PM yang dapat dikreditkan tetapi belum dikreditkan
dengan PK pada masa pajak yang sama, dapat dikreditkan pada masa pajak berikutnya paling lambat 3 bulan
setelah berakhirnya masa pajak, sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan,
3) Apabila dalam masa pajak belum ada PK, maka PM tetap dapat dikreditkan.
C. Faktur Pajak
Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP/bukti
pungutan pajak karena impor BKP yang digunakan oleh Dirjen Bea Cukai. Faktur Pajak terdiri atas 1) Faktur
Pajak, 2) Faktur Pajak Gabungan. 3) Dokumen tertentu yang dipersamakan dengan Faktur Pajak. Pembuatan
faktur pajak yang tepat pada saat terutangnya pajak yaitu saat penyerahan atau saat pembayaran dengan tujuan
meringankan beban administrasi wajib pajak. Bagi PKP diperkenankan membuat Faktur Pajak Gabungan paling
lama akhur bulan penyerahan BKP/JKP, meskipun di dalam penyerahan telah terjadi pembayaran baik sebagian
atau seluruh. Pembuatan faktur pajak dapat ditunda sampai bulan berikutnya setelah penyerahan BKP/JKP.
D. Saat Terutang PPN
PPN akan terutang pada saat 1) Pemungutan PPN dan PPnBM menganut prinsip akrual artinya terjadi pada
saat penyerahan BKP/JKP meskipun pembayaran atas penyerahan tersebut belum sepenuhnya diterima atau
pada saat Impor BKP, 2) Dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan BKP/JKP atau pembayaran
diterima sebelum dimulainya pemanfaatan BKP Tak Berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean.
E. Batas Waktu Penyetoran PPN dan Pelaporan SPT Masa PPN
Batas waktu penyetoran PPN dan PPnBM yang terutang dan SPT Masa PPN paling lama akhir bulan
berikutnya setelah berakhirnya masa pajak. Dalam hal akhir bulan (jatuh tempo penyetoran) bertepatan dengan
hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, maka penyetoran tersebut dapat disampaikan pada hari
kerja berikutnya. Apabila wajib pajak terlambat pelaporan SPT Masa PPN, akan dikenai denda Rp. 500.000
dan terlambat penyetoran PPN dikenai denda bunga 2% per bulan dari PPN yang terutang.
F. Memaksimalkan Fasilitas di Bidang PPN
Fasilitas yang berkaitan dengan PPN yaitu Fasilitas PPN tidak dipungut, Fasilitas PPN dibebaskan, Fasilitas
PPN ditanggung Pemerintah. Memaksimalkan fasilitas tersebut memberi dampak pada 1) Berkurangnya jumlah
yang dibayar oleh pembeli terhadap barang yang dibeli dari penjual minimal 10% x harga jual, 2) Mendorong
penjual untuk menurunkan harga jual secara proporsional, 3) Mendorong pembentukan harga barang di pasar
lebih murah, memperoleh omzet yang meningkat dan setoran pajak akan lebih besar.
G. Sentralisasi Pengenaan PPN
Sentralisasi tempat terutangnya PPN merupakan fasilitas yang dimanfaatkan oleh PKP. Dengan izin
sentralisasi akan mendapatkan penghematan biaya administrasi dan pengaturan cash flow perusahaan yang lebih
baik dalam melaksanakan hak dan kewajiban di bidang PPN.
Nama : Putu Ary Sinta Dewi Rahayu Bahasa Indonesia :
penjualan harus ada kontrak/ sales agreement-nya/purchace order (PO) sehingga disputer tersebut bisa
dihindari di kemudian hari.