Anda di halaman 1dari 106

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kawasan eks Bandara Polonia Medan yang berlokasi dekat dengan

lingkungan perumahan menengah atas dan berdasarkan pengataman di lapangan

masyarakat sekitar kawasan eks Bandara Polonia Medan merupakan masyarakat

dengan kategori berpenghasilan tinggi, sehingga menjadikan kawasan ini banyak

dilirik oleh para pengembang atau developer properti untuk berinvestasi di

kawasan tersebut. Salah satu konsep yang belakangan sudah dikembangkan di

ibu kota Jakarta adalah superblok atau biasa juga disebut dengan Central Business

District yang selanjutnya disingkat sebagai CBD. Central Business

District (CBD) atau Daerah Pusat Kegiatan (DPK) adalah bagian kecil dari kota

yang merupakan pusat dari segala kegiatan politik, sosial, budaya, ekonomi, dan

teknologi .

Peluang membangun CBD di kawasan tersebut eks Bandara Polonia

Medan tersebut tidak disia-siakan oleh developer yang ada di Kota Medan,

dimana kawasan CBD tersebut dibangunan oleh PT. Multatuli Group dengan

membangun komplek CBD di Kota Medan dalam areal yang cukup luas yaitu, di

atas lahan 337.000 meter persegi yang berlokasi di kawasan pemukiman elit dan

berdekatan dengan lingkungan markas TNI AU Polonia, yang di kenal dengan

nama CBD Polonia Medan.

1
LOKASI

Gambar 1.1. Lokasi Central Business District (CBD) Polonia


Sumber : Google Maps, 2017

CBD merupakan zona dengan derajat aksesibilitas tinggi pada suatu

kota. Central Business District memiliki ciri-ciri yang membedakannya dari

bagian kota yang lain, ciri ciri tersebut ditunjukkan pada Tabel 1.1 .

Tabel 1.1 Ciri – CiriCentral Business District (CBD) atau


Daerah Pusat Kegiatan (DPK)

Ciri – CiriCentral Business District (CBD) atau


No
Daerah Pusat Kegiatan (DPK)
a b
1. Adanya pusat perdagangan, terutama sektor retail
2. Banyak kantor-kantor institusi perkotaan
3. Tidak dijumpai adanya Industri berat atau manufaktur
Jarang permukiman, dan kalaupun ada merupakan permukiman tinggi dan
mewah (kondominium)
4. Ditandai dengan adanya zonasi vertikal, yaitu banyak bangunan bertingkat
yang memiliki diferensiasi fungsi
5. Adanya jalur pedestrian, yaitu suatu zona yang dikhususkan untuk pejalan
kaki karena sering terjadi kemacetan lalu lintas.
6. Adanya “multi storey” yaitu perdagangan yang bermacam-macam dan
ditandai dengan adanya supermarket atau mall

Sumber :https://www.arsitag.com/article/kawasan-central-business-district-cbd (diakses tanggal


15 Juni 2018)

2
Karakteristik CBD dapat terlihat dari integrasi antara kegiatan dan fungsi

dalam satu kawasan, yang setidaknya terdiri dari hunian, hotel, perkantoran, pusat

perbelanjaan, dan lainnya(The Appraisal of Real Estate,2008). Central Business

District (CBD) merupakan pusat komersial dan bisnis yang dibangun atau

dikembangkan di sebuah lokasi dan menjadi magnet bisnis bagi pebisnis maupun

investor. Keberhasilan sebuah CBD biasanya ditandai dengan pesatnya

pembangunan dan tingginya aktifitas bisnis di kawasan itu, sebut saja properti

ritel, gedung-gedung perkantoran, hotel, perbankan, biasanya akan mengisi

kawasan CBD tersebut.

CBD ini terdiri dari dua bagian, yaitu :

1. Bagian paling inti (the heart of the area) yang disebut RBD (Retail

Business District). Dominasi kegiatan pada bagian ini adalah “department

stores, smart shops, office building, clubs, banks, hotels theatres and

headquarters of economic, social, civic and political life.” Pada kota-kota

yang kecil fungsi-fungsi tersebut berbaur satu sama lain, namun untuk

kota besar fungsi-fungsi tersebut menunjukkan diferensiasi yang nyata.

2. Bagian diluarnya yang disebut WBD (Wholesale Business District).

Daerah ini ditempati bangunan yang digunakan untuk kegiatan ekonomi

dalam jumlah yang besar seperti pasar, pergudangan (warehouse), gedung

penyimpan barang supaya tahan lebih lama (storage building).

Pada kawasan CBD Polonia Medan ini terdapat berbagai sarana dan

prasarana yang telah selesai dan akan dibangun. Semula di rencanakan dibangun

pusat perbelanjaan modern(shopping mall),pusat perkantoran, hotel, pusat

3
hiburan, pendidikan,apartemen, perumahan elit dan pertokoan atau ruko. Adapun

properti yang telah dibangun di kawasan CBD Polonia Medan dapat di lihat pada

Tabel 1.2 .

Tabel 1.2 Rencana Pembangunan Properti dan


Kondisi Terkini di CBD Polonia Medan

Kondisi Properti Terkini


No Jenis Properti (Bulan Maret Tahun 2018)
Terbangun Terjual Sisa Beroperasi
Keterangan
(Unit) (Unit) (Unit) (Unit)
a b c d
1. Ruko 1000 990 10 60 Beroperasi kurang
menguntungkan,
rerata kunjungan 5-
10 Orang
2. Waterpark 1 - - 1 Beroperasi kurang
menguntungkan,
rerata kunjungan
40-80 Orang
3. Sekolah/ 1 - - 1 Mulai Beroperasi
Universitas
4. Mall (WTC) - - - - Tahap
Pembangunan
5. Apartemen - - - - Belum Ada
6. Rumah Sakit - - - - Belum Ada
7. Bangunan - - - - Belum Ada
Perkantoran
8. Hotel Berbintang - - - - Belum Ada
9. Perumahan Mewah - - - - Belum Ada
10. Rumah Ibadah 1 - - - Mulai Beroperasi
Sumber :Pengamatan Lapangan dan Wawancara Developer, 2018

Berdasarkan Tabel 1.2 terlihat hanya sisa 10 unit ruko yang tersisa.

Dilihat dari laporan penjualan sudah sangat memuaskan, namun dari sisi aktifitas

belum memuaskan bagi para investor yang sudah terlanjur berinvestasi di CBD

tersebut.Hal ini menunjukkan bahwa kawasan CBD Polonia kurang diminati oleh

masyarakat sebagai tempat kegiatan ekonomi. Bila dilihat dari tabel 1.2 untuk

menjadikan CBD sebagai salah satu kawasan bisnis belum sesuai dengan

harapan,dimana beberapa jenis bangunan sampai saat ini belum terealisasi.

4
Kawasan CBD Polonia Medan direncanakan pada awalnya sebagai pusat kegiatan

bisnis dengan berbagai fasilitas, akan tetapi kenyataanya sampai saat penelitian ini

dilakukanproperti yang beroperasi hanyalah beberapa bangunan ruko dan

waterpark saja (Tabel 1.2) tidak seperti CBD-CBD yang ada di Jakarta pada

umumnya, kenyataannya yang terlihat CBD Polonia Medan ini tidak jauh

berbeda seperti kebanyakan pembangunan kompleks ruko lainnya di kota Medan.

Gambar 1.2
Rencana Design Komplek Central Business District (CBD) Polonia Medan
Sumber : Pihak Pengembang CBD Polonia Medan, 2017

Merujuk pada Gambar1.2, dapat dilihat bahwa CBD Polonia Medan

direncanakan menjadi kawasan komersil yang didukung oleh fasilitas pendidikan,

perhotelan, hiburan dan fasilitas pendukungan lainnya. Namun, pada

kenyataannya hingga saat ini aktivitas perekonomian dari ruko-ruko yang telah

5
dibeli oleh konsumen belum berjalan maksimal, masih sangat sedikit sekali

aktivitas operasional ruko yang dijalankan oleh konsumen. Aktivitas yang

tampak digunakan oleh masyarakat sekitar yakni sarana hiburan wisata air CBD

Water Park, aktivitas operasional ruko yang lainnya sepi dari kehadiran

pengunjung.

Gambar 1.3
Situasi Terkini Komplek Central Business District (CBD) Polonia Medan
Sumber :Pengamatan Lapangan, 2018

Berdasarkan Gambar1.3, merupakan gambaran dari situasi harian terkini

pada komplek Central Business District (CBD) Polonia Medan.

Berbeda dengan SCBD (Sudirman Central Business Dictrict) yang ada di

Ibukota Jakarta.SCBD (Sudirman Central Business Dictrict)yang terletak di

6
antara dua jalan utama jalan Jendral Sudirman dan Jalan Gatot Subroto yang

merupakan bagian selatan dari segitiga emas kota Jakarta. Akses masuk keluar

SCBD relatif mudah dan dilalui oleh sistim transportasi umum. Kawasan yang

dibangun dan dikelola oleh PT.Danayasa Arthatama.Tbk meliputi kawasan seluas

45 hektar dan 13 hektar lahan diperuntukkan bagi sarana infrastrukturnya.SCBD

menjadi pelopor dalam CBD di Indonesia yang menghadirkan perkantoran, retail,

hotel, rumah sakit, serta fasilitas life style kelas dunia.SCBD menyuguhkan

konsep mengintegrasikan ruang publik, kompleks apartemen, hotel,

kondominium, pusat perbelanjaan, serta fasilitas rekreasi.

Faktor lokasi dapat dianggap sebagai faktor terkuat pengaruhnya terhadap

nilai suatu properti(Wahyu, 2013). Bapak teori lokasi : Von Thunen dalam

Tarigan (2006) mengemukakan tingkat sewa lahan paling mahal nilainya adalah

di pusat pasar dan makin rendah apabila jauh dari pasar. Perkembangan dari teori

Von Thunen adalah selain harga tinggi di pusat kota dan akan semakin menurun

apabila makin jauh dari pusat kota. Keberhasilan suatu bisnis properti seperti

CBD sangat ditentukan oleh pemilihan lokasi yang tepat dan strategis.

Aksesbilitas adalah salah satu faktor yang sangat mempengaruhi apakah suatu

lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak. Tingkat aksesbilitas merupakan

tingkat kemudahan didalam mencapai dan menuju arah suatu lokasi ditinjau dari

lokasi lain disekitarnya (Tarigan, 2006). Menurut Tarigan, tingkat aksesbilitas

dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai

sarana penghubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk

frekwensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur


7
tersebut. Akses masuk dan keluar pada CBD Polonia relatif sulit karena tidak

berlokasi dekat pusat kota dimana belum terdapat sistim angkutan umum di

kawasan tersebut dan harus melalui lingkungan markas TNI AU.

Pelaku ekonomi dalam beraktivitas biasanya memilih lokasi pada tempat-

tempat yang strategis di sebagian besar wilayah kota. Pelaku ekonomi akan

berusaha agar barang atau jasa yang dijual terlihat oleh pembeli. Lokasi-lokasi

yang strategis dan menguntungkan di pusat kota atau di suatu lokasi yang

merupakan lokasi aktivitas masyarakat menjadi pilihan utama. Dapat dijumpai

kehadiran pelaku aktivitas ekonomi di sekitar lokasi aktivitas perdagangan,

pendidikan, perkantoran, dan aktivitas sosial masyarakat lainnya. Dalam teori

lokasi juga disebutkan bahwa bagi pedagang terdapat kecenderungan untuk

berorientasi kepada konsentrasi konsumen dalam menentukan lokasi tempat usaha

(Sidik, 2000). Aktivitas ekonomi yang dimaksud pada penelitian ini adalah

aktivitas pelaku ekonomi yang memiliki kecenderungan berada di wilayah

penelitian, yaitu para pembeli properti di CBD Polonia Medan yang

memfungsikan properti yang sudah dibeli.

1.2 Perumusan Masalah

Beberapa peneliti terdahulu telah berpendapat bahwa dalam melihat

perkembangan suatu kawasan bisnis, pengembangan atau developer properti harus

terus melakukan pembaharuan dalam mengembangkan kawasan bisnisnya, agar

terus menjadi daya tarik baik dari sisi konsumen properti atau pembelinya maupun

bagi masyarakat sekitar yang menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan di
8
komplek bisnis tersebut. Maka pokok permasalahan yang perlu dicari

penyelesaiannya adalah sejauh mana perkembangan kawasan CBD Polonia

Medan telah berkembang dari sisi lokasi dan aksesibilitas, ekonomi dan sosial,

tersedianya fasilitas publik CBD dan tata guna lahan dalam mempengaruhi

perkembangan kawasan CBD Polonia Medan. Sehingga dalam penelitian ini

peneliti bermaksud untuk mengkaji faktor-faktor apa saja yangmemiliki

pengaruh atas perkembangan properti CBD Polonia Medan.

Maka pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah :

a. Apakah lokasi dan aksesiblitas mempengaruhi perkembangan properti di CBD

Polonia Medan?

b. Apakah ekonomi dan sosial mempengaruhi perkembangan properti di CBD

Polonia Medan?

c. Apakah tersedianya fasilitas publik CBD mempengaruhi perkembangan

properti di CBD Polonia Medan?

d. Apakah tata guna lahan mempengaruhi perkembangan properti di CBD

Polonia Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis apakah lokasi dan aksesibilitas berpengaruh terhadap

perkembangan kawasan CBD Polonia Medan.

2. Menganalisis apakah ekonomi dan sosial berpengaruh terhadap

perkembangan kawasan CBD Polonia Medan.

9
3. Menganalisis apakah tersedianya fasilitas publik CBD berpengaruh

terhadap perkembangan kawasan CBD Polonia Medan.

4. Menganalisis apakah tata guna lahan berpengaruh terhadap perkembangan

kawasan CBD Polonia Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat akademis sebagai khazanah sumber rujukan bagi penelitian

selanjutnya.

2. Manfaat bagi para pelaku properti sebagai masukan dan evaluasi bagi para

investor maupun pengembang dan pihak-pihak terkait lainnya.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Properti

Dalam ilmu penilaian (appraisal), properti diartikan sebagai harta

kekayaan. Menurut F.Fanning (2008), properti didefinisikan sebagai hak yang

dimiliki seseorang atas tanah atau benda-benda yang bersifat eksklusif; hak yang

diperoleh dari kepemilikian atas kekayaan atau the rights that one individual has

in lands or goods to the exclusion of all others; rights gained from the ownership

of wealt..

Properti adalah konsep hukum yang mencakup kepentingan, hak dan

manfaat yang berkaitan dengan suatu kepemilikan, atau hak dan kepentingan yang

bernilai, berbentuk benda (berwujud) atau bukan benda (tak berwujud) yang

memiliki nilai tukar atau dapat membentuk kekayaan.

Menurut( Real Estate Hand Book, 1997), pengertian properti dalam hukum

adalah Real estate is land and everything more or less attached to it. Ownership

below to the center of the earth and above to the heavens atau Real Estate adalah

tanah dan segala sesuatu yang melekat atau berada di atasnya). Sedangkan sebagai

bisnis Real estate is the activities concerned with ownership and use transfer of

the physical property atau Real Estate adalah seluruh kegiatan yang berkenaan

dengan kepemilikan dan pengalihan kegunaan dari kekayaan fisik).

11
2.1.1 Klasifikasi Properti

Berdasarkan fungsi dan tujuan penggunaannya (Prawoto, 2010), properti

dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) golongan atau kategori, yaitu:

a. Komersial

Jenis ini memiliki kemampuan komersial untuk menghasilkan arus kas dari

semua aspek komersialnya. Contohnya adalah : perkantoran, pusat

perbelanjaan, penginapan, dan rumah toko.

b. Hunian

Jenis ini memiliki tujuan utama untuk dihuni.Dalam kenyataanya banyak

diketemukan sebagai kegiatan atau sarana komersial. Namun karena

kebutuhan akan tempat hunian lebih bersifat, maka jenis ini tidak

digolongkan ke dalam jenis komersial, secara umum jenis properti dibagi dua

yaitu landed house berupa rumah/kompleks perumahan, dan high building

berupa rumah susun dan apartemen.

c. Industri

Real estate dalam kategori ini sebagai tempat produksi atau perakitan barang-

barang, baik melalui peralatan dramatik maupun manual dengan melibatkan

tenaga kerja. Contohnya adalah pabrik-pabrik, bangunan pabrik siap pakai,

gudang.

d. Fasilitas umum

Biasanya jenis ini dipergunakan untuk kepentingan umum dan khalayak

ramai kendati saat ini mulai mengarah menjadi komersial yang diperuntukkan

12
bagi anggotanya saja. Contohnya adalah : universitas, rumah sekolah, tempat

beribadah, sarana olahraga, rumah sakit, dan tempat rekreasi.

2.1.2 Pasar Properti

American Institute of Real Estate Appraiser (2008) menjelaskan bahwa

pasar real estate yang berbeda adalah tercipta dari kebutuhan, keinginan,

motivasi, lokasi dan umur peserta pasar dan juga tipe, desain dan peraturan zoning

dari poperti itu. Lima pasar real estate dapat diidentifikasikan untuk berhubungan

dengan lima kategori properti, yaitu :

1. Residensial.

Contohnya adalah rumah keluarga tunggal yang terpisah, rumah keluarga

tunggal yang berhubungan atau duplex, gedung apartemen yang multi

penyewa.

2. Komersil

Contohnya berupa gedung perkantoran, industri jasa dan pusat kegiatan

profesi, pusat perbelanjaan retail, pusat belanja grosir, hotel dan motel.

3. Industri

Contohnya industri manufaktur, gudang, gedung pusat penelitian

4. Pertanian

Contohnya daerah pertanian, taman bunga, padang rumput, peternakan,

kehuatan, daerah galian tambang dan anjungan lepas pantai

5. Keperluan Khusus.

Contohnya properti dengan desain atau konstruksi tertentu seperti sekolah,

gedung publik, bandar udara, fasilitas konvesi, taman ria dan padang golf

13
American Institute of Real Estate Appraiser (2008) membagi tipe properti

tersebut kedalam subdivisi yang lebih kecil dan pasar khusus yang dinamakan

subpasar. Subpasar untuk properti residensial daerah kota, pinggiran kota dan

pedesaan. Gedung apartemen multi penyewa yang merupakan properti residensial

pengasil pendapatan, dan perkantoran, toko, motel, hotel dan pusat perbelanjaan

yang merupakan properti komersil, secara umum memberikan daya tarik bagi

investor.

Properti terdapat banyak jenisnya mulai dari properti hunian seperti

perumahan atau residence, rusun, cluster, town house, bungalow, kondominium

hingga properti yang di fungsikan untuk komersial seperti ruko, hotel, apartemen,

perkantoran, rumah makan, pusat perbelanjaan(www.simplyland.co.id, Akses 2

Mei 2017). Secara umum properti disini di bagi menjadi dua jenis yaitu properti

komersial dan properti non komersial.

1. Properti komersial adalah properti yang di atasnya di jadikan sebagai tempat

untuk membuat keuntungan bagi si pemiliknya seperti ruko (rumah toko)

yang dijadikan sebagai tempat untuk membuka usaha, perhotelan yang di

jadiakan sebagai tempat penginapan, rumah kos-kosan atau apartemen yang

di sewakan sehingga selalu memberikan penghasilan setiap hari ataupun

setiap bulannya bagi pemilik properti tersebut.

2. Properti non komersial seperti perumahan atau rumah susun dimana properti

tersebut hanya digunakan sebagai pemakaian pribadi baik itu untuk tempat

tinggal sendiri dan sebagainya.

14
Dari pemaparan tersebut kita dapat membedakan antara kedua jenis

properti ini Properti komersial seperti ruko dan lainnya biasanya akan bernilai

jauh lebih mahal jika di banding dengan properti hunian atau non komersial. Hal

itu tentu saja dikarenakan peruntukan dari bangunan itu sendiri dimana properti

komersial dapat dijadikan sebagai tempat usaha atau bisnis yang menghasilkan

pendapatan atau yield sementara untuk properti yang di fungsikan untuk non

komersial tidak memberikan penghasilan. Perbedaan jenis properti ini

membedakan nilai dari masing-masing properti tersebut.

2.1.3 Faktor-Faktor Mempengaruhi Nilai Properti

Prawoto (2010) mengatakan bahwa analisis pasar properti berpusat pada

empat kekuatan yaitu :

1. Pengaruh Sosial.

Pada faktor sosial, ciri faktor sosial yang relevan termasuk sebagai berikut :

a. Kepadatan penduduk

b. Tingkat keahlian.

c. Tingkat usia.

d. Ukuran rumah tangga.

e. Status pekerjaan.

f. Ukuran keamanan dan kenyamanan.

g. Kualitas dan tersediaanya layanan pendidikan, medis, hiburan dan

pelayanan komersial.

h. Kehadiran organisasi komunitas.

15
2. Pengaruh Ekonomis.

Pertimbangan ekonomis berkaitan dengan kapasitas keuangan dari setiap

elemen yang bergerak dalam pasar properti. Ciri faktor ekonomis yang masuk

dalam faktor ekonomis adalah :

a. Tingkat pendapatan penduduk.

b. Income perkapita.

c. Distribusi pendapatan dari rumah tangga.

d. Tingkat okupansi pemilik.

e. Tingkat sewa properti.

f. Tingkat nilai properti.

g. Jumlah pembangunan dan konstruksi.

3. Pengaruh Pemerintah.

Pertimbangan dari faktor pemerintah terkait dengan hukum, regulasi dan

pajak tanah. Ciri dari faktor pemerintah yang perlu dipertimbangkan didalam

analisis pasar properti termasuk :

a. Beban pajak relatif terhadap pelayanan yang disediakan.

b. Asesmen khusus.

c. Peratuan pembangunan dan perumahan.

d. Kualitas pelayanan public.

e. Peraturan tentang lingkungan.

4. Pengaruh Lingkungan.

Pengaruh lingkungan terdiri atas yang bersifat alami atau buatan, termasuk

pengaruh lingkungan adalah :

16
a. Ukuran gedung, kepadatan dan pemeliharaan.

b. Fitur topografi.

c. Lahan terbuka.

d. Bahaya yang timbul dari fasilitas pertokoan, pabrik dan sekolah.

e. Kecukupakan utilitas public.

f. Adanya tanah kosong.

g. Pemeliharaan umum.

h. Pola jalan, lebar dan pemeliharaannya.

i. Daya tarik dan keselamatan dari route masuk dan keluar area pasar

properti.

j. Umur efektif properti.

k. Perubahan penggunaan dan pola penggunana tanah sekitar.

l. Cuaca sekitar.

m. Ancaman bencana alam.

n. Akses ke transportasi umum

2.2 Central Business Districts (CBD)

CBD adalah suatu kawasan yang terletak di pusat kota dari suatu kota

dimana ritel /perdagangan ,keuangan,pemerintahan , para professional, pusat

rekreasi dan jasa layanan masyarakat dipusatkan (The Appraisal of Real Estate

,2008).

Karakteristik dari CBD :

1. Defenisi karakteristiknya : terletak dan berkonsentrasi pada ritel yang besar ,

bidang keuangan,pemerintahan,professional,sarana rekreasi,

17
2. Sub distriknya :Cakupannya berbagai-bagai kegunaan seperti hotel,ritel,

perumahan dan hiburan.

3. Nilai yang berpengaruh yaitu populasi lokal, hubungan antar transportasi, lalu

lintas pejalan kaki, kebijakan penggunaan lahan kota, kepadatan dan berbagai

kebijakan, tingkat hunian dan nilai sewa.

CBD adalah merupakan inti kota yang berupa kawasan perdagangan, jasa

dan kebudayaan. CBD terbentuk dari lokasi-lokasi kegiatan yang berdekatan dan

mudah dicapai dengan tranportasi ataupun pejalan kaki. Dalam skala tertentu,

CBD menjadi superblok, dan tidak hanya memiliki fungsi perdagangan, jasa dan

kebudayaan, namun bertambah dengan berbagai macam fungsi lainnya seperti

hunian, tempat pendidikan, rekreasi, rumah sakit, hotel, exhibition hall dan lain-

lain.

Pengembangan superblok bertujuan mengurangi kemacetan dengan cara

meminimalkan pergerakan orang yang memerlukan mobilitas jarak dekat,

sehingga tidak perlu keluar kawasan superblok (Tondobala, 2015). Keuntungan

dari dari konsep superblok, yaitu mendorong tumbuhnya kegiatan yang beragam

secara terpadu dalam suatu wadah secara memadai, menghasilkan sistem sarana

dan prasarana yang lebih efisien dan ekonomis, memperbaiki sistem sirkulasi,

mendorong pengembangan sistem persil yang tidak kaku dan lebih fleksibel,

mendorong pemisahan yang jelas antara berbagai sistem moda transportasi dan

memberikan kerangka yang luas bagi inovasi perancangan bangunan dan

lingkungan (Danisworo dalam Kamil: 2008). Kawasan superblok mampu

menjadi kawasan yang mandiri (independent controlled zone), dimana warga kota

18
bisa tinggal, bekerja dan berekreasi (live, work & play district) dalam satu lokasi.

Jika ini terjadi, maka ketergantungan warga kota untuk bepergian dengan

kendaraan yang boros energi akan berkurang.

Secara umum superblok dapat diartikan sebagai suatu kawasan binaan atau

terpadu yang terdiri dari fungsi-fungsi seperti pusat perbelanjaan, perkantoran,

hunian, hotel, sarana rekreasi dan area terbuka yang kesemuanya mempunyai

hubungan dan saling menunjang dalam fungsi dan kegiatan (Ronald,2004). Suatu

bangunan disebut dengan superblok jika kawasan tersebut mempunyai skala lebih

dari 5 hektar dan dirancang sebagai suatu kesatuan yang integral antara fungsi

satu dengan fungsi lainnya. Ronald (2004) menyebutkan superblok merupakan

suatu bentuk/wadah fisik dari pengembangan Mixed Use Development, dapat

diartikan sebagai suatu blok atau massa bangunan yang berbeda dalam fungsi

tetapi saling mendukung antara satu dengan yang lain.

Pembangunan mixed use dalam konteks zoning berarti mengkombinasikan

beberapa fungsi berupa hunian, komersial, industri, perkantoran, institusi atau

fungsi-fungsi lain. Konsep pembangunan ini memiliki tujuan untuk memberi

kenyamanan dan kemananan misalnya dengan medekatkan antara fungsi hunian

dengan fungsi lain seperti kantor dan komersial (Suwantoro,2011). Seperti telah

disebutkan dalam defenisi, mixed use building adalah salah satu usaha untuk

menyatukan berbagai aktifitas dan fungsi yang berada di bagian area suatu kota

(luas area terbatas, harga mahal, letak,strategis, nilai ekonomi tinggi) sehingga

terjadi satu struktur yang kompleks dimana semua kegunaan dan fasilitas saling

berkaitan menjadi kerangka integrasi yang kuat. Penyatuan fungsi dan aktifitas

19
inilah yang sering kita sebut sebagai bangunan multi fungsi atau mixed use

building.

Menurut Nurani (2006) , ada tiga jenis fungsi utama yang ada dalam

sebuah kawasan mixed use yaitu residensial atau hunian, kantor dan retail. Selain

tiga fungsi utama tersebut ada fungsi-fungsi lainseperti hotel, bangunan

kebudayaan, administrasi kota, sarana rekreasi, sarana kesehatan, dan sebagainya.

Penggabungan fungsi-fungsi tersebutdapat menghasilkan sinergi atau tingkat

kekuatan tertentu.

Penggabungan fungsi kantor, hotel, dan residensial memiliki tingkat

sinergi terkuat. Hal ini dapat dilihat dengan kesuksesan beberapa kawasan mixed-

use seperti SCBD (Sudirman Central Business District) , Mall of Indonesia, dan

sebagainya. Kesuksesan dari kawasan-kawasan mixed-use tersebut tidak terlepas

dari kesuksesan tata letak bangunannya dalam kawasan tersebut.

Nurani (2006) menjabarkan kemungkinan konfigurasi tata letak bangunan

dalam sebuah kawasan mixed-use yakni sebagai berikut :

1. Mixed-use Tower, berstruktur tunggal dari segi massa ataupun ketinggian

dengan peletakkan fungsi-fungsi dalam lapisan – lapisan tersebut. Biasanya

berupa high rise tower dengan fungsi tumpuk atau dengan struktur bawah

yang diperbesar.

2. Multitowerered Megastructure, memiliki podium dengan tower-tower yang

menyatu secara arsitektural dengan atriumatau kompleks perbelanjaan.

Struktural ini mengintegrasikansemua komponen pada podium sebagai

20
common base. Pada konfigurasi ini akses tercampur menjadi satu. Dengan

demikian, pengguna bangunan bercampur tujuan dan aktivitas.

3. Freesatnding Structure with Pedestrian Connection, kumpulan bangunan

tunggal yang disatukan oleh jalur pedestrian. Dengan demikian fungsi

masing-masing bangunan tidak akanbersinggungan secara langsung karena

akses dari setiap fungsi terpisah. Bersinggungan hanya terjadi pada area

pedestrian.

4. Combination, merupakan penggabungan dari ketiga bentuk tersebut dalam

sebuah kawasan.

Konfigurasi ke empat bentuk tata letak bangunan tersebut dapat dilihat

pada Gambar 2.1

(1) (2)

Gambar 2.1 Konfigurasi Tata Letak Bangunan Dalam Kawasan Mixed-Use

21
(3) (4)

Lanjutan Gambar 2.1


Sumber: Dea Nurani , 2008

Kamil (2008) menjelaskan agar kawasan superblok bisa berkembang ada

beberapa strategi utama sejak perencanaan hingga menjadi sebuah produk yang

siap dipasarkan, yaitu :

a) Identity/branding, strategi ini lebih pada studi kelayakan dan konsep identitas

ekonomi. Banyaknya kawasan-kawasan sejenis menyebabkan kawasan

superblok pun harus memiliki identitas tematik.

b) Mixed of uses,superblok yang mandiri harus memiliki tata guna lahan bersifat

campuran dimana fungsi hunian, publik, komersial dan rekreasi bisa hadir

dalam satu kawasan.

c) Massing framework, tata bangunan memiliki kepekaan terhadap konteks

urban. Satu bangunan tertinggi/terunik diperlukan sebagai

22
tengaran(landmark) yang dikelilingi oleh bangunan-bangunan yang tidak

terlalu menonjol(background building).

d) Efficient vehicular circulation,konsep sirkulasi kendaraan dirancang seefisien

mungkin. Strategi terbaik adalah dengan menyediakan transportasi publik

internal yang terhubung dengan jaringan transportasi publik kota.

e) Multy-layers pedestrian linkage pada dasarnya superblok harus menjadi

kawasan aman dan nyaman bagi pejalan kaki. Karenanya inovasi dalam

konsep ‘urban linkage’ dan ‘air-rights’ untuk kepentingan pedestrian menjadi

penting. Seperti halnya di beberapa kawasan superblok di Hongkong, jalur

pejalan kaki tidak hanya disediakan di lantai dasar namun juga di lantai dua

yang menembus gedung-gedung yang berada di kawasan tersebut.

Dapat disimpulkan CBD adalah kawasan perdagangan, jasa dan

kebudayaan dalam sebuah kota, perkembangan CBD lebih besar menjadi blok-

blok yang lebih besar dinamakan superblok. Dalam kawasan superblok yang

pembangunannya di atas lahan yang peruntukannya campuran (mixed use)

terdapat bangunan yang hanya satu fungsi saja perblok atau beberapa fungsi

dalam satu bangunan yang dinamakan mixed use building, bangunan yang

memiliki beberapa fungsi yang berbeda dan saling terintegrasi untuk

memperpendek dan mempercepat jalur sirkulasi manusia dan kendaraan dalam

melakukan kegiatan.

23
2.3 Faktor-Faktor Mempengaruhi Perkembangan Kawasan Properti

Berdasarkan latar belakang dan model penelitian yang dibentuk, maka

faktor-faktor yang menjadi konsentrasi dalam penelitian ini adalah pengaruh

faktor lokasi dan aksesbilitas lahan terhadap perkembangan kawasan bisnis,

pengaruh faktor ekonomi dan sosial terhadap perkembangan kawasan bisnis,

pengaruh tersedianya fasilitas terhadap perkembangan kawasan bisnis, pengaruh

tata guna lahan terhadap perkembangan kawasan bisnis.

2.3.1 Pengaruh Faktor Lokasi dan Aksesbilitas Lahan Terhadap

Perkembangan Kawasan Bisnis.

Wahyu (2003) mengatakan faktor lokasi dan perletakan properti yang

mempengaruhi nilai properti dipandang sebagai lokasi strategis dan memilki ciri

khas dibandingkan dengan properti di daerah lain.Faktor lokasi dapat dianggap

sebagai faktor “terkuat” pengaruhnya terhadap nilai suatu properti. Secara umum

“teori lokasi” menyatakan bahwa semakin jauh dari pusat kota maka nilainya akan

semakin rendah. Hal tersebut dikarenakan kota merupakan pusat segala aktivitas

hidup manusia, yang banyak orang menginginkan untuk mendapatkan lokasi di

pusat kota.Faktor lokasi dapat dianggap sebagai faktor terkuat pengaruhnya

terhadap nilai properti. Faktor lokasi menentukan apakah sebuah properti

tersebut mudah atau sulit dicapai. Properti yang mempunyai lokasi di kawasan

kota dapat dicapai dengan mudah karena terdapat sistem pengangkutan dan

perhubungan yang lebih baik dibanding kawasan luar kota .

Aksesibilitas merupakan hal yang menentukan nilai suatu properti karena

semakin dekat suatu properti dengan daerah CBD maka biaya yang dikeluarkan
24
seseorang menuju suatu tempat kegiatan (daerah CBD) akan semakin kecil pula,

dimana apabila semakin kecil biaya aksesibilitas semakin meningkatkan

keuntungan sehingga hal ini akan menyebabkan nilai properti yang terletak pada

daerah CBD bernilai tinggi karena biaya aksesibilitasnya relatif kecil

dibandingkan daerah yang jauh dari daerah CBD (Prakoso,2005). Aksesibilitas

adalah bagaimana dapat mencapai suatu tempat yang diinginkan dari satu lokasi

rumah, hal ini berkaitan dengan ketersediaan angkutan umum, kondisi jalan serta

jarak ke suatu tempat, misalkan ke tempat pendidikan,tempat rekreasi, pasar,

sarana kesehatan dan lain-lainnya.

Primaningtyas (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh aksesbilitas

terhadap kepuasan pada properti yang dikembangkan oleh PT. Armada Hada

Graha Magelang. Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini ditemukan

bahwa atribut aksesibilitas berpengaruh signifikan terhadap kepuasan. Hasil

analisis dengan menggunakan SPSS dengan tehnik Analisis Regresi berganda

menunjukkan bahwa model penelitian ini dapat diterima (acceptable fit), sesuai

dengan data observasi dan disimpulkan Aksesibilitas berpengaruh positif terhadap

Kepuasan pada properti yang dikembangkan oleh PT. Armada Hada Graha Magelang

diterima.

2.3.2 Pengaruh Faktor Ekonomi dan Sosial Terhadap Perkembangan

Kawasan Bisnis.

Faktor yang dapat mempengaruhi nilai tanah dan bangunan pada suatu

properti di tidak hanya faktor lokasi dan faktor aksesbilitas saja. Tetapi masih

terdapat faktor lain yang mempengaruhi nilai tanah dan bangunan pada suatu
25
properti, diantaranya adalah faktor ekonomi. Seperti kita ketahui, ekonomi sangat

erat kaitannya dengan nilai. Oleh karena itu, faktor ekonomi berperan aktif dalam

mempengaruhi perubahan dan pengembangan kawasan bangunan yang ada pada

suatu properti, misalnya:

a. Tingkat pendapatan masyarakat.

b. Perubahan nilai mata uang dan tingkat suku bunga

c. Pengembalian investasi.

d. Permintaan dan penawaran

Menurut penelitian Widhaswara (2015) yang melakukan penelitian pada

properti Galaxy Bumi Permai, Surabaya, faktor-faktor yang menentukan nilai

dari suatu properti adalah:

a. Permintaan yang menunjukkan keinginan dan kemampuan seseorang untuk

membeli atau menyewa suatu properti.

b. Kegunaan yang menunjukkan manfaat dari properti subyek yang dapat

memberikan kepuasan pada konsumen.

c. Kelangkaan yang menunjukkan kuantitas dan kualitas dari properti lain yang

bersaingan dengan properti subyek yang bersangkutan.

d. Transferability yaitu, menunjukkan proses pengalihan hak-hak properti dari

satu pihak ke pihak lain melalui jual beli, sewa, dan kontrak.

Selain faktor ekonomi, juga terdapat faktor sosial yang mempengaruhi

nilai tanah dan bangunan pada suatu properti, misalnya:

26
a. Jumlah penduduk. Jumlah penduduk berdampak terhadap banyaknya

permintaan akan suatu kawasan, hal ini memberi pengaruh terhadap nilai jual

bangunan pada Properti Galaxi Bumi Permai, Surabaya.

b. Kepadatan penduduk. Tingkat kepadatan penduduk yang berkorelasi dengan

jumlah tenaga kerja, tingkat upah, tingkat pendapatan dan daya beli, tentunya

berpengaruh terhadap permintaan dan penawaran akan produk barang atau

jasa.

c. Tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan merupakan salah satu variabel yang

dapat menunjukkan karakteristik penduduk yang kemudian akan membentuk

suatu pola penggunaan tanah pada suatu kawasan bisnis.

d. Tingkat kejahatan atau keamanan. Properti yang tingkat keamanannya tidak

terjamin akan mengurangi minat masyarakat untuk menempati perumahan

tersebut. Kurangnya minat terhadap properti tersebut pastinya memiliki nilai

jual yang rendah.

2.3.3 Pengaruh Tersedianya Fasilitas Publik CBD Terhadap

Perkembangan Kawasan Bisnis.

Fasilitas publik CBD adalah segala sesuatu yang disediakan untuk

menunjang dalam penyampaian jasa yang tidak boleh dilupakan dalam desain jasa

serta penyediaan perlengkapan-perlengkapan fisik untuk memberikan kemudahan

kepada konsumen untuk melaksanakan aktivitas sehingga kebutuhan konsumen

dapat dipenuhi (Kotler, 2007).

27
Fasilitas publik dalam properti adalah segala sesuatu yang disediakan oleh

pengembang dalam menunjang kenyamanan penggunanya, berupa penyediaan

pelengkapan-pelengkapan fisik untuk memberikan kemudahan kepada konsumen

untuk melaksanakan aktivitas sehingga kebutuhan pembeli dapat dipenuhi.

Dengan adanya fasilitas yang baik dan memadai maka akan memberikan nilai

positif bagi konsumen apabila terjadi kekurangan pada bagian yang lain. Dengan

semakin lengkapnya fasilitas yang ditawarkan maka akan semakin tinggi pula

nilai properti tersebut. Fasilitas yang disediakan oleh pengembang sangat

mempengaruhi perkembangan properti, karena erat kaitannya dengan

pembentukan persepsi pembeli.

Keeratan hubungan tersebut dapat dilihat pada kecenderungan yang

tampak pada pasar produk sekarang ini adalah keinginan konsumen dengan

fasilitas yang lengkap (Kotler, 2007). Fasilitas yang disediakan hendaknya lebih

menarik dan berbeda dibandingkan pengembang yang lain agar dapat menjadi

keunggulan tersendiri bagi pengembang tersebut.

Variabel ketersediaan fasilitas seperti sarana pendidikan, tempat ibadah,

dan pusat perbelanjaan juga merupakan variabel yang berpengaruh dalam

perkembangan properti.Berdasarkan pengolahan data denganstatistik deskriptif

dan menggunakanskala Likert 1 s/d 5 untuk mengukursikap, pendapat dan

persepsiresponden. Kemudian dilakukan pembobotan jawaban responden dengan

kriteria Sangat TidakBerpengaruh = 1 (0% – 20%), Tidak Berpengaruh =2 (21% -

40%), Cukup Berpengaruh atau Normal = 3 (41%- 60%), berpengaruh = 4 (61% -

80%) dan Sangat Berpengaruh = 5 (81% -100%) ( Ridwan,2003). Variabel

28
tersedianya fasilitas merupakan variabel yang berpengaruh dalam perkembangan

properti mempunyai nilai 88%, 89%, dan 90 %.

2.3.4 Pengaruh Tata Guna Lahan Terhadap Perkembangan Kawasan

Bisnis

Tata guna lahan (land use) merupakan salah satu alat elemen kunci

dalam perancangan kawasan, untuk menentukan perencanaan dua dimensional

yang kemudian akan menentukan ruang tiga dimensional. Penentuan land use

dapat menciptakan hubungan antara pemanfaatan lahan dan fungsi infrastruktur

seperti jalan, utilitas sampai dengan lingkungan tata bangunan sirkulasi atau

parkir. Pada prinsipnya pengertian land use adalah pengaturan penggunaan lahan

untuk menentukan pilihan yang terbaik dalam mengalokasikan fungsi tertentu,

sehingga secara umum dapat memberikan gambaran keseluruhan bagaimana

daerah-daerah pada suatu kawasan tersebut seharusnya berfungsi.

Indafa’a (2006) melakukan penelitian tentang perencanaan dan

perancangan CBD Simpang Lima Gumul dengan penataan kawasan yang

memperhatikan peran fungsi dan makna kawasan. Perencanaan kawasan CBD

Simpang Lima Gumul diarahkan memanfaatkan land use dan pengolahan land use

baru yang dapat memenuhi fungsi pelayanan di Kabupaten Kediri.

2.4 Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian-penelitian yang berkaitan tentang pengembangan

kawasan bisnis yang telah dilakukan sebelumnya yaitu Suwantoro (2011)

29
melakukan penelitian bahwa suatu superblok mempunyai peran yang penting

dalam meningkatkan mutu lingkungan perkotaan di dalam kawasannya, juga

lingkungan lain di sekitar kawasannya. Studi kasus dilakukan pada kawasan

Sudirman di Jakarta, pada Sudirman Centarl Business District (SCBD). Lokasi

adalah faktor signifikan dalam kesuksesan sebuah properti. SCBD Sudirman

terletak diantara jalan utama, yaitu Jenderal Sudirman dan jalan Gatot Subroto dan

merupakan bagian dari segitiga emas Jakarta. Akses masuk dan keluar kawasan

SCBD relatif mudah ,dengan total tujuh akses.

Thedja (2011) melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor

penyebab perumahan ini cepat terjual dan minat beli masyarakat terhadap properti

ini tinggi. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah harga, desain,

lingkungan, investasi, aksesbilitas, infrastruktur, fasilitas umum, dan lokasi.

Analisa ini digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih satu variabel bebas

terhadap variabel terikat. Hasil penelitian ini menunjukkan variabel yang memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian yaitu: variabel

lingkungan dengan koefisien sebesar 0,28. Apabila lingkungan Perumahan Dian

regency ditingkatkan berpengaruh 0,28 (28%) terhadap keputusan pembelian.

Selanjutnya variabel investasi dengan koefisien sebesar 0,274. Apabila nilai

investasi ditingkatkan, keputusan pembelian akan meningkat sebesar 0,274

(27,4%).

Putri (2011) mengambil penelitian yang lebih mengarah pada identifikasi

faktor-faktor yang memiliki pengaruh yangsignifikan terhadap stabilitas nilai

properti. Beberapa faktor yang teridentifikasi antara lain kondisi fisikkawasan

30
maupun properti, bentuk pengelolaan, serta pembangunan maupun perbaikan yang

berlangsung. Fokus penelitian ini menjadi suatu kajian yang menarik, karena

dengan diketahuinya faktor yang dapat menunjang upaya optimalisasi nilai

properti maka akan tercipta stabilitas nilai properti. Faktor berpengaruh juga dapat

mengidentifikasi pihak mana yang dapat berperan dalam mengusahakan

keberlanjutan pengembangan properti pada suatu kawasan.

Wanagung (2011) dalam penelitian mengevaluasi untuk mengetahui

komposisi optimal dari tipe rumah yang dibangun pada perumahan Grand Renon

Prime Residence, berdasarkan analisa optimasi, analisa pasar, analisa teknis, dan

analisa finasial. Dari hasil analisis diketahui, minat dan pertimbangan konsumen

dalam memilh perumahan Grand Renon Prime Residence sangat dipengaruhi oleh

faktor lokasi, disusul oleh faktor kelengkapan sarana dan faktor kelengkapan

prasarana. Ditinjau berdasarkan aksesibilitasnya, maka perumahan Grand Renon

PrimeResidence dinyatakan sangat strategis sebagai lokasi perumahan dengan

jarak tempuh rata – rata 15 menit menuju pusat – pusat kegiatan.

Maria (2017) dalam penelitian dampak struktur demografi terhadap

pertumbuhan perumahan di Kota Bandung. Alat analisis yang digunakan adalah

regresi linier berganda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh pertumbuhan di lokasi tertentu dengan perumahan sekitarnya di Kota

Bandung. Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat dalam

memilih rumah, yaitu karakteristik struktural, karakteristik lokasi dan karakteristik

lingkungan.

31
Rustanto dkk , (2007). Penelitian ini mengambil lokasi Jalan Sultan Fatah

Demak sebagai obyek lokasi penelitian karena jalan ini merupakan jalan utama

CBD.Penelitian ini mengidentifikasikan karateristik jalan menyangkut besarnya

kapasitas jalan dan simpang, kebutuhan pelayanan transportasi berupa fasilitas

pejalan kaki dan parkir serta penanganan masalah berupa penurunan kapasitas

pada jalan utama. Hasil penelitian sebagai berikut : Kapasitas jalan pada area A

Jalan Sultan Fatah adalah 4914 smp /jam dengan Derajat Kejenuhan (DS) sebesar

0.53 menunjukkan kapasitas masih bisa menampung arus lalu-lintas. Kapasitas

jalan pada area B adalah 2465 smp /jam dengan DS sebesar 1.18 menunjukkan

bahwa kapasitas tidak mampu menampung arus lalu-lintas yang lewat. Penelitian

ini membuktikan keberadaan lokasi CBD yang tepat, selain menimbulkan dampak

positif kehadiran pelaku bisnis, juga meninbulkan dampak sosial yaitu kemacetan

lalu lintas.

Rachmawati (2008) dalam penelitian pengembangan pusat pelayanan ekonomi

di pinggiran kota sebagai alternatif penanganan problematik ruang di Kota

Yogyakarta. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menganalisis kemungkinan

pengembangan layanan ekonomi di daerah pinggiran kota sebagai alternatif untuk

memecahkan masalah spasial di Kota Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan

melalui observasi dan wawancara kepada masyarakat. Variabel dalam penelitian

ini adalah distribusi dan pemanfaatan layanan ekonomi, persepsi lokasi layanan

ekonomi dan orientasi perkembangan layanan ekonomi. Analisis dilakukan

melalui pendekatan teoritis, data sekunder dan primer analisis. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa; 1) Pelayanan ekonomi berkonsentrasi di pusat kota diikuti

32
oleh masalah tata ruang, 2) Preferensi menggunakan pelayanan ekonomi

dipengaruhi oleh lokasi, jarak, kebiasaan, kenyamanan, kuantitas dan kualitas

barang, 3) Kecenderungan perkembangan pelayanan ekonomi di daerah pinggiran

kota disebabkan oleh keterbatasan ruang di pusat kota, proses urban sprawl, dan

rekomendasi lokasi dari pengguna layanan.

Ikhsan dkk, (2015) dalam penelitian tentang pengembangan pusat bisnis

(Central Business District) dengan pola kerjasama pemerintah-swasta studi kasus

wilayah kaki Suramadu sisi Kota Surabaya. Berdasarkan hasil penelitian tentang

analisis kelayakan bisnis properti tersebut, bahwa pusat bisnis di kaki jembatan

Suramadu sisi Kota Surabaya layak secara bisnis dan layak untuk

dikerjasamakan antara Pemerintah Daerah dan Pihak Swasta.

Salleh dkk (2011) dalam penelitiannya tentang kepuasan penghuni rumah

tinggal menyimpulkan bahwa penghuni rumah tinggal puas terhadap faktor

kondisi dan karakter bangunan, kualitas bangunan, fitur bangunan dan

management perumahannya. Akan tetapi ada beberapa variabel yang

menyebabkan ketidak puasan seperti variabel interior desain bangunan, area

bermain anak, keamanan sekitarnya, dan kebersihan bangunan.

Penelitian – penelitian terdahulu yang telah di uraikan diatas memiliki

permasalahan dan variabel yang hampir sama dengan penelitian ini, dan peneliti

menganalisis dan menggunakan 4 (empat) faktor yang mempengaruhi

perkembangan kawasan bisnis, yaitu faktor lokasi dan aksesbilitas, ekonomi dan

sosial, tersedianya fasilitas, dan tata guna lahan.

33
BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Berdasarkan landasan teori dan hasil dari penelitian terdahulu maka

peneliti akan menganalisis secara simultan maupun secara parsial terhadap faktor-

faktor yang diduga dapat berpengaruh terhadap perkembangan kawasan Central

Business District (CBD), yaitu:

1. Lokasi dan aksesibilitas

Faktor lokasi dan Aksesibilitasdiambil berdasarkan dari penelitian terdahulu

yaitu Hajar Suwantoro (2011).Keberadaan suatu lokasi dan aksesibilitas tidak

dapat lepas dari berbagai aspek pendukung di sekitar lingkungan kawasan

Central Business District (CBD).Lokasi dan aksesibilitas juga menjadi daya

tarik bagi para investor untuk mau berinvestasi di kawasan Central Business

District (CBD).

2. Aktivitas Sosial dan Ekonomi.

Faktor aktivitas sosial dan ekonomi diambil berdasarkan dari penelitian

terdahulu yaitu Helena (2015).Adanya aktivitas sosial dan ekonomi di sekitar

kawasan Central Business District (CBD) akan mampu mengoptimalkan

perkembangan sebuah kawasan Central Business District (CBD).

3. Fasilitas Publik CBD

Faktor fasilitas diambil berdasarkan dari penelitian Hardinata

Wanagung(2011). Fasilitas publik CBD pada penelitian ini meliputi fasilitas

34
umum dan fasilitas sosial, diantaranya infrastruktur, sarana pendidikan,

kesehatan, keagamaan, sarana transportasi, dan lain lain. Keberadaan fasilitas

tersebut disebuah kawasan Central Business District (CBD) dapat menarik

minat investor yang selanjutnya akan meningkatkan aktivitas bisnis

dikawasan tersebut.

4. Tata guna lahan dan bangunan

Faktor tata guna lahan diambil berdasarkan dari penelitian Imaniar Putri

(2011), dimana tata guna lahan mempengaruhi perkembangan kawasan

Central Business District (CBD). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin

baik tata guna lahan yang dilakukan maka akan semakin meningkatkan

perkembangan kawasan Central Business District (CBD).

Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti ingin mengidentifikasi faktor

- faktor yang menyebabkan kawasan bisnis CBD Polonia Medan tidak

berkembang secara optimal.Adapun kerangka pemikiran dapat digambarkan

sebagai berikut pada Gambar 3.1.

Lokasi dan Aksesbilitas (X1)

Ekonomi dan Sosial(X2)


Perkembangan Kawasan
Tersedianya Fasilitas (X3) CBD Polonia (Y)

Tata Guna Lahan (X4)

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian

35
3.2 Hipotesis Penelitian

Sinulingga (2016) menyatakan bahwa struktur pengujian hipotesis akan

dirumuskan dengan menggunanakan Hipotesis Nol. Ini menyatakan setiap

hipotesis yang ingin diuji dinyatakan dengan H0. Penolakan H0 menjurus kepada

hipotesis tandingan, dinyatakan dengan H1

Berdasarkan latar belakang dan penlitian terdahulu serta kerangka

pemikiran teoritis, maka dalam penelitian ini hipotesis yang dibangun adalah

sebagai berikut :

1. Uji Simultan

Bahwa semua variabel bebas memiliki pengaruh secara bersama-sama

(simultan) terhadap perkembangan Kawasan Central Business District

(CBD).

2. Uji Parsial

Uji parsial ingin membuktikan bahwa masing-masing variabel berikut

memiliki pengaruh terhadap variabel dependen perkembangan Kawasan

Central Business District (CBD). Variabel-variabel tersebut adalah :

a. Diduga secara parsial lokasi dan aksesibilitas berpengaruh signifikan

terhadap perkembangan Kawasan Central Business District (CBD) sebagai

hipotesis 1 atau H1.

b. Diduga secara parsial aktivitas sosial dan ekonomi berpengaruh signifikan

terhadap perkembangan Kawasan Central Business District (CBD) sebagai

hipotesis 2 atau H2.

36
c. Diduga secara parsial fasilitas CBD berpengaruh signifikan terhadap

perkembangan Kawasan Central Business District (CBD) sebagai

hipotesis 3 atau H3.

d. Diduga secara parsial tata guna lahan berpengaruh signifikan terhadap

perkembangan Kawasan Central Business District (CBD) sebagai

hipotesis 4 atau H4.

37
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis dan Sifat Penelitian

Berdasarkan metodenya jenis penelitian ini adalah korelasional

(Correlational Research). Penelitian korelasional merupakan jenis penelitian yang

mempelajari hubungan dua variabel atau lebih yang menyebabkan masalah

(Sekaran, 2006) , yakni sejauh mana variasi dalam satu variabel berhubungan

dengan variasi dalam variabel lain. Derajat hubungan variabel-variabel dinyatakan

dalam satu indeks yang dinamakan koefisien korelasi.Koefisien korelasi dapat

digunakan untuk menguji hipotesis tentang hubungan antar variabel atau untuk

menyatakan besar kecilnya hubungan antara kedua variabel. Penelitian ini

dilaksanakan dengan tujuan mendeteksisejauh mana variasi-variasi pada suatu

faktor berkaitan atau berkorelasi dengan satu atau lebih faktor lain berdasarkan

koefisien korelasi (Sinulingga,2016).

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kawasan Central Business District (CBD) Polonia

Medan yang beralamat di Jl. KMU Adi Sucipto Polonia -Kecamatan Medan

Polonia Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara dengan luas 3,63 KM2.

38
Direncanakan penelitian akan dilakukan pada bulan April tahun 2018 hinggaJuni

tahun2018.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pelaku bisnis dan atau orang

yang bertanggungjawab dalam pengelolaan properti di Kawasan Central Business

District (CBD) Polonia Medan yang beralamat di Jl. KMU Adi Sucipto Polonia -

Kecamatan Medan Polonia Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara.

Pengambilan sampel dilakukan terhadap sampling unit, dimana sampling

unitnya terdiri dari satu kelompok (cluster). Tiap item (individu) di dalam

kelompok yang terpilih akan diambil sebagai sampel. Metode pengambilan

sampel ini disebut probablity sampling. Probablity sampling adalah teknik untuk

memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih

menjadi anggota sampel (Hair, 2006).

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian, apabila seseorang ingin

meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya

merupakan penelitian populasi atau studi populasi atau study sensus. Sedangkan

sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2006).

Dengan kata lain, sampel merupakan sebagian atau bertindak sebagai

perwakilan dari populasi sehingga hasil penelitian yang berhasil diperoleh dari

sampel dapat digeneralisasikan pada populasi.

Gujarati (2006) berpendapat bahwa sampel haruslah sebesar-besarnya.

Pendapat Gujarati (2006) ini mengasumsikan bahwa semakin banyak sampel yang

39
diambil maka akan semakin representative dan hasilnya dapat digenelisir. Namun

ukurannya sampel sangat bergantung atas pada jenis penelitiannya.

Roscoe (1975) dikutip dari Uma Sekaran (2006) memberikan panduan

untuk menentukan ukuran sampel, yaitu :

1. Ukuruan sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk

kebanyakan penelitian.

2. Jika sampel dipecah ke dalam sub sampel (pria/wanita, junior/senior, dan

sebagainya). Ukuran sampel minimum adalah 30 untuk setiap kategori.

3. Dalam penelitian multivariate, termasuk yang menggunakan analisis statistik

regresi linier berganda, ukuran sampel 10 kali dari jumlah variabel

indenpenden.

4. Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan control yang ketat,

penelitian dapat dilakukan dengan sampel kecil antara 10 sampai 20 sampel.

Hair (2006) mengatakan, untuk analisis regresi yang merupakan bagian dari

analisis multavariat mensyaratkan ukuran sampel minimal 20 observasi dan

perbandingan antara jumlah subjek sampel dan variabel independen sebesar 5

banding 1, artinya untuk setiap satu variabel independen minimum terdapat lima

buah subjek sampel, dimana idealnya terdapat 15-20 subjek sampel untuk setiap

satu variabel independen.

Sampel dalam yang didapat dalam penelitian ini adalah sejumlah 90

(sembilan puluh) responden.Untuk pengujian alat penelitian atau kuesioner

digunakan 30 (tiga puluh) responden dari total sampel minimal.Berdasarkan

40
kriteria penentuan jumlah sampel dalam analisis multivariate yang sudah

memenuhi ketentuan dimana sampel minimal dalam penelitian adalah 60 sampel,

yaitu 15 x (jumlah variabel bebas).

Pengambilan sampel dilakukan terhadap sampling unit. Lokasi blok-blok

pada Kawasan CBD Polonia dibagi dalam kelompok-kelompok (cluster) dengan

jumlah sampel pada masing-masing blok dalam komplek perumahan ditentukan

melalui rumus :

PopulasiBlok-1
SampelBlok-1 = x Total Sampel
Total Populasi

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini meliputi:

a. Studi Dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan mempelajari jurnal

ilmiah, buku, serta penelusuran internet yang berkaitan dengan masalah yang

akan diteliti.

b. Kuisioner, yaitu pengumpulan data dengan mengajukan daftar pertanyaan

tertulis untuk diisi oleh responden dengan alternative jawaban yang telah

disediakan oleh peneliti, dimana setiap jawaban item instrumen menggunakan

skala Likert dengan gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang

berupa kata-kata yaitu Sangat Berpengaruh (SB), Berpengaruh (B), Biasa

Saja atau Netral (N), Tidak Berpengaruh (TB), dan Sangat Tidak

Berpengaruh (STB).

c. Observasi, yaitu yaitu mengumpulkan informasi dengan cara melakukan

pengamatan langsung di lapangan terhadap aktivitas objek penelitian.


41
4.5 Jenis dan Sumber Data

Data dalam penelitian dapat dibedakan menurut sumbernya, yaitu data

primer dan data sekunder.

1. Data Primer. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung di

lapangan melalui wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan

kuisioner yang telah dipersiapkan.

2. Data Sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan cara

tidak langsung dari sumbernya melainkan data itu diperoleh dari publikasi

yang dilakukan oleh instansi yang terkait dengan penelitian ini.

4.6 Defenisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel merupakan hal yang didasarkan pada sifat-

sifat halyang dapat diamati dan diukur.Variabel yang dianalisa dalam penelitian

ini dibedakan menjadi variabel bebas dan variabel terikat antara laindapat dilihat

pada Tabel4.1.

Tabel 4.1 Definisi Variabel Penelitian

Skala
No. Variabel Definisi Operasional
Pengukuran

a b c d

1. Lokasi dan Aksesibilitas 1. Kedekatan dengan jalan utama Interval


Lahan (X1) 2. Kedekatan dengan Pusat Kota
3. Kedekatan dengan Pusat
pemerintahan
4. Kondisi jalan

42
Skala
No. Variabel Definisi Operasional
Pengukuran

a b c d

2. Ekonomi dan Sosial 1. Tingkat pendapatan masyarakat Interval


(X2) 2. Daya beli masyrakat
3. Kepadatan penduduk
4. Pendidikan masyarakat

3. Tata guna lahan dan 1. Topografi lahan Interval


bangunan (X3) 2. Ukuran dan bentuk lahan
3. Letak dan fungsi bangunan
4. Tersedianya Fasilitas 1. Jaringan air bersih/listrik/telfon Interval
PublikCBD (X4) 2. Jaringan Transportasi Umum
3. Fasilitas Komersial
5. Perkembangan Kawasan 1. Secara rerata bagaimana pemilihan Interval
CBD Polonia Medan lokasi dan aksesibilitas CBD Polonia
Medan.
2. Secara rerata bagaimana dukungan
ekonomi dan sosial Polonia.
3. Secara rerata bagaimana tata guna
lahan dan bangunan di CBD Polonia
Medan.
4. Secara rerata bagaimana kesediaan
fasilitas public CBD di CBD Polonia
Medan.
Sumber :Hasil Penelitian, 2018

Pengukuran indikator variabel penelitian pada Tabel 4.1 ini menggunakan

skala likert, yaitu dengan menyusun pertanyaan atau pernyataan yang masing-

masing item diberi range skor dalam skala likert.Skala likert adalah skala yang

bersifat ordinal.Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi

seseorang atau kelompok tentang fenomena sosial. Dengan skala likert maka

variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian

indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item

instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan, selain itu penggunaan

43
skala likert secara visual lebih menarik dan mudah untuk diisi oleh responden

(Suliyanto, 2011).

Skala likert dalam penelitian ini menggunakan 5 (lima) tingkatan jawaban

sebagaimana dalam Tabel 4.2 instrumen skala likert berikut.

Tabel 4.2 Instrumen Skala Likert

No Skala Skor
a b c
1 Sangat Berpengaruh 5
2 Berpengaruh 4
3 Normal atau Biasa Saja 3
4 Tidak Berpengaruh 2
5 Sangat Tidak Berpengaruh 1
Sumber: Suliyanto, 2011

4.7 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Sebelum instrumen penelitian digunakan maka terlebih dahulu diadakan

uji validitas dan reliabilitas.Jumlah sampel untuk pengujian instrumen penelitian

adalah sejumlah 30 sampel dengan rincian jumlah sampel pendahuluan pada

Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Sebaran Sampel Pengujian Kuisioner

No Alamat Sampel Jumlah Sampel


a b c
1. Blok – A 3
2. Blok – B 3
3. Blok – C 3
4. Blok – D 3
5. Blok – E 2
6. Blok – F 2
7. Blok – G 2

44
No Alamat Sampel Jumlah Sampel
a b c
8. Blok – AA 3
9. Blok – BB 3
10. Blok – CC 3
11. Blok – DD 3
12. Blok – EE 1
13. Blok – FF 1
Sumber : Hasil Penelitian, 2018

Daftar pertanyaan pada kuisioner yang akan dibagikan kepada keseluruhan

responden yang telah ditetapkan akan dilakukan uji validitas dan realiabilitasnya

terhadap 30 responden terlebih dahulu yaitusemua pelaku bisnis dan atau orang

yang diberi tanggung jawab operasional toko oleh owner property di Kawasan

Central Business District (CBD) Polonia Medan yang beralamat Jl. KMU Adi

Sucipto d/a. Jalan Avros Polonia - Kecamatan Medan Polonia Kotamadya Medan

Provinsi Sumatera Utara.

. Jenis korelasi yang digunakan adalah korelasi pearsonantara skor setiap

pertanyaan dan skor total item. Uji Validitas dilakukan dengan membandingkan

nilai Pearson Correlation yang diperoleh dari hasil output software SPSS dengan

nilai r-tabel, dengan tingkat signifikansi α= 0,05. Pertanyaan yang ada pada

instrumen penelitian dapat dinyatakan layak sebagai instrumen untuk mengukur

data penelitian apabila nilai Pearson Correlation lebih besar dari nilai r-tabel

(Triton, 2005).

Pengujian reliabilitas pertanyaan kuisioner pada penelitian ini dilakukan

dengan uji statistik Cronbach’s Alpha dengan menggunakan softwareSPSS .

Suatu variabel pada penelitian ini dapat dikatakan handal atau reliabel

45
jikaCronbach’s Alpha> 0,7 atau > 0,6. Data yang diperoleh akan diolah dengan

menggunakan bantuan software SPSS.

4.7 .1 Uji Validitas

Tujuan uji validitas untuk melihat korelasi antara setiap konstruk dengan

total qonstruk. Valid tidaknya suatu instrumen qonstruk dilihat dari nilai pearson

correlation yang berkorelasi positif dan significant dibawah 0,05 (5%) terhadap

total qonstruk variabel. Bila probabilitas hasil korelasi lebih kecil dari 0.05 (5%)

maka dinyatakan valid dan sebaliknya dinyatakan tidak valid (Ghozali, 2009).

Secara umum terdapat dua cara untuk melakukan uji validitas, yaitu

korelasi bivariate person dan correlated item-total correlation. Untuk penelitian

ini digunakan bivariate person (Widiyanto, 2010). Dasar pengambilan keputusan

dalam uji validitas adalah :

1. Jika nilai r hitung > rtabelmaka item pertanyaan atau pernyataan dalam

kuisioner berkorelasi signifikan terhadap skor total atau artinya item dalam

kuisioner dinyatakan valid.

2. Jika nilai r hitung > rtabelmaka item pertanyaan atau pernyataan dalam

kuisioner tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total atau artinya item

dalam kuisioner dinyatakan tidak valid.

R tabel dalam penelitian ini adalah 0.254 didapat dari rumus df=n-2 pada α

5 %.

46
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Lokasi dan Aksesibilitas

No Indikator rhitung rtabel Keterangan


a b c d e
Lokasi CBD Polonia
1. Medan dekat dengan 0.759 0.254 Valid
pusat Kota Medan
Akses masuk ke
kawasan CBD
2. 0.671 0.254 Valid
Polonia Medan relatif
mudah dijangkau
Trayek pengangkutan
umum tersedia di
3. 0.838 0.254 Valid
sekitar kawasan CBD
Polonia Medan
Kondisi jalan menuju
kawasa CBD Polonia
4. 0.859 0.254 Valid
Medan cukup lebar
dan tertata baik
Arus lalu lintas di
lingkungan CBD
5. Polonia Medan 0.882 0.254 Valid
sering terjadi
kemacetan
Sumber : Hasil Penelitian, 2018

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa seluruh instrumen

tentang variabel lokasi dan aksesibilitas adalah valid sehingga qonstruk atau item

dapat dipergunakan dalam penelitian ini.

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Ekonomi dan Sosial

No Indikator rhitung rtabel Keterangan


a b c d e
Tingkat konsumsi
masyarakat terhadap
1. potensi bisnis/usaha 0.921 0.254 Valid
di CBD Polonia
Medan cukup tinggi
Penduduk di sekitar
2. 0.553 0.254 Valid
kawasan CBD

47
No Indikator rhitung rtabel Keterangan
a b c d e
Polonia Medan
sering melakukan
aktivitasnya di CBD
Polonia Medan
Tingkat keamanan
lingkungan di CBD
3. Polonia Medan 0.871 0.254 Valid
cukup baik dan
terjaga
Sumber : Hasil Penelitian, 2018

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa seluruh instrumen

tentang variabel ekonomi dan sosial adalah valid sehingga qonstruk dapat

dipergunakan dalam penelitian.

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Tersedianya Fasilitas Publik CBD

No Indikator rhitung rtabel Keterangan


a b c d e
Ketersediaan sarana
bermain, sarana dan
1. olah raga, sudah cukup 0.828 0.254 Valid
memadai di CBD
Polonia Medan
Ketersediaan tempat
beribadah dan sarana
2. pendidikan sudah cukup 0.838 0.254 Valid
memadai di CBD
Polonia Medan
CBD Polonia Medan
telah menjadi pusat
3. perbelanjaan 0.805 0.254 Valid
masyarakat di sekitar
kawasan
Sumber : Hasil Penelitian, 2018

48
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa seluruh instrumen

tentang variabel tersedianya fasilitasadalah valid sehingga qonstruk dapat

dipergunakan dalam penelitian.

Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Instrumen Tata Guna Lahan

No Indikator rhitung rtabel Keterangan


a b c d e
Pemanfaatan lahan dan
bangunan yang ada sudah
1. 0.756 0.254 Valid
berfungsi sebagaimana
mestinya
Kompleks CBD Polonia
2. 0.861 0.254 Valid
Medan bebas dari banjir
Pihak developer sudah
memaksimalkan
3. penggunaan lahan di 0.784 0.254 Valid
CBD Polonia Medan
dengan baik
Sumber : Hasil Penelitian, 2018

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa seluruh instrumen

tentang variabel tata guna lahan adalah valid sehingga qonstruk dapat

dipergunakan dalam penelitian.

Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Instrumen Perkembangan Kawasan

No Indikator rhitung rtabel Keterangan


a b c d e
Peningkata aktivitas
bisnis di kompleks
1. 0.869 0.254 Valid
CBD Polonia Medan
berjalan lambat
Harga sewa atau harga
2. 0.903 0.254 Valid
jual ruko di CBD
49
No Indikator rhitung rtabel Keterangan
a b c d e
Polonia Medan
meningkat cukup
signifikan setiap
tahunnya
Sumber : Hasil Penelitian, 2018

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa seluruh instrumen

tentang variabel tata guna lahan adalah valid sehingga qonstruk dapat

dipergunakan dalam penelitian.

4.7 .2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan

indikator dari variabel atau qonstruk.Suatu kuisioner dikatakan reliable jika

jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten dari waktu ke

waktu.Suatu qonstruk dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach Alpha>

0.60

Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pertanyaan pada Sampel di


Komplek CBD Polonia Medan

No Variabel Cronbach Alpha Keterangan


a b c d
1. Lokasi dan Aksesibilitas 0.851 Reliabel
2. Ekonomi dan Sosial 0.705 Reliabel
Tersedianya Fasilitas Publik Reliabel
3. 0.745
CBD
4. Tata Guna Lahan 0.709 Reliabel
5. Perkembangan Kawasan 0.724 Reliabel
Sumber : Hasil Penelitian, 2018

50
Berdasarkan Tabel 4.9 diperoleh bahwa hasil pengujian seluruh variabel

penelitian memeiliki nilai r-hitung >Cronbach Alpha yang di syaratkan sebesar

0.60.Dengan demikian dapat dsimpulkan bahwa seluruh instrumen-

instrumenpertanyaan tentang variabel penelitian ini adalah reliable, sehingga

seluruh instrumen dapat dipergunakan dalam penelitian ini.

4.8 Teknik Analisis Data

Analisis data yang dilakukan untuk menarik kesimpulan pada penelitian

ini adalah dengan menggunakan metode regresi linier berganda, dimana tahapan

pengujian data dilakukan dengan uji asumsi klasik dan uji goodness of fit

4.8.1 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik yang dilakukan adalahuji normalitas.Uji normalitas

bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu

atau residual memiliki distribusi normal (Erlina, 2008). Data yang baik adalah

data yang mempunyai pola seperti bentuk lonceng pada diagram histogram. Uji

normalitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji P-Plot dan Uji

Kolmogorov-Smirnov.

Uji Normal P-Plot data dapat dideteksi dengan melihat persebaran data

atau titik pada sumbu diagonal dari residualnya.Data dikatakan terdistribusi

normal, jika data atau titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal.Sebaliknya data dikatakan tidak terdistribusi normal, jika data atau

titik menyebar jauh dari arah garis atau tidak mengikuti diagonal.

51
Untuk Kriteria Uji Kolmogorov-Smirnov, pengujian satu sampel

menggunakan pengujian satu sisi yaitu dengan membandingkan probabilitas

dengan tingkat signifikansi tertentu yaitu apabila nilai signifikan atau probabilitas

< 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal dan bila nilai signifikan atau

probabilitas > 0,05, maka data terdistribusi secara normal (Ghozali, 2006).

4.8.2 Uji Goodness of Fit

Uji goodness of fit atau uji kesesuaian model yang dilakukan antara lain

adalah uji koefisien determinasi (uji r-square), uji simultan (uji-F) dan uji parsial

(uji-t).

Pengujian koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa

jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Koefisien

determinasi berkisar antara nol sampai dengan satu. Nilai R2 yang semakin kecil

mendekati nol menunjukkan bahwa kemampuan variabel-variabel independen

dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas, bila R2 semakin besar

mendekati 1 menunjukkan bahwa variabel-variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen (Ghozali, 2006).

Uji Simultan (Uji F) ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

dari variabel independen (bebas) terhadap variabel dependen (terikat) secara

simultan. Pengujian ini dilakukan dengan softwareSPSS . Hipotesis pada

pengujian yaitu :

H0 : Variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat secara simultan

52
H1 : Variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat secara

simultan dengan tingkat signifikansi α = 0.05, maka kriteria pengujian yang

digunakan.

adalah jika nilai prob. F hitung (sig.)< 0,05, maka H1 diterima dan jika nilai prob.

F hitung (sig.)> 0,05, maka H1 ditolak.

Menurut Suliyanto (2011) Uji t dilakukan untuk menguji pengaruh

variabel indepeden secara parsial.Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah

variabel independen mempunyai pengaruh yang nyata (signifikan) terhadap

variabel dependen. Untuk membuktikan variabel independen berpengaruh

terhadap variabel dependen maka kita harus membandingkan nilai signifikansi

hitungdengan nilai signifikansi taraf kepercayaaan 0,05.

Bila signifikansi hasil perhitunganlebih besar dari signifikansi ketetapan

penelitian, pada taraf kepercayaaan 0,05 artinya ada pengaruh signifikan. Dan,

sebaliknya bila signifikansi hasil perhitunganlebih kecil dari signifikansi

ketetapan artinya tidak ada pengaruh signifikan dari hipotesis.

Kriteria pengujian hipotesis secara parsial (individual) adalah sebagai

berikut:

H0 : β1 = 0 H0 : β 2 = 0 H0 : β 3 = 0 H0 : β 4 = 0

artinya variabel signifikan lokasi dan askesibilitas(X1)ekonomi dan sosial (X2) ,

tersedianya fasilitas publik CBD (X3), tata guna lahan (X4), terhadap

perkembangan CBD (Y) di Komplek CBD Polonia Medan.

53
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian dan Sampel

Penelitian ini secara lokasi administratif, berlokasi di Kecamatan Medan

Polonia.

Gambar 5.1 Peta Kecamatan Medan Polonia


Sumber: Badan Pusat Statistik, 2017

54
Kecamatan Medan Polonia, merupakan kecamatan yang berbatasan

langsung dengan Kecamatan Medan Johor di sebelah selatan, Kecamatan Medan

Petisah di sebelah utara, Kecamatan Medan Baru di sebelah barat, dan Kecamatan

Medan Maimun di sebelah timur.

Kecamatan Medan Polonia merupakan salah satu kecamatan di Kota

Medan yang mempunyai luas sekitar 8,92 KM2 . Kecamatan Medan Polonia

terdiri atas 5 (lima) kelurahan, yaitu Kelurahan Sari Rejo, Kelurahan Suka Damai,

Kelurahan Polonia, Kelurahan Angrung dan Kelurahan Madras Hulu. CBD

Polonia Medan, terletak di Kelurahan Polonia, Kelurahan Sari Rejo dan

Kelurahan Suka Damai (Badan Pusat Statistik, 2017).

Jumlah populasi responden dalam penelitian ini sebanyak 1227 (seribu

dua ratus dua puluh tujuh) rumah toko, sedangkan jumlah sampel adalah sebanyak

90 (sembilan puluh) rumah toko.Kriteria yang menjadi responden dalam

penelitian ini adalah pemilik rumah toko dan atau karyawan yang bertanggung

jawab dalam mengelola ruko yang ada. Proses wawancara dilakukan melalui tatap

muka serta melalui sambungan telepon.

Populasi dan sebaran responden dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut.

Tabel 5.1 Populasi dan Sebaran Responden Penelitian

No Blok Perumahan Jumlah Populasi Rumah Jumlah Sampel


a b c d
1. Blok – A 103 5
2. Blok – B 103 5
3. Blok – C 101 5
4. Blok – D 101 5
5. Blok – E 98 5
6. Blok – F 98 5
55
No Blok Perumahan Jumlah Populasi Rumah Jumlah Sampel
a b c d
7. Blok – G 97 5
8. Blok – AA 105 5
9. Blok – BB 105 5
10. Blok – CC 107 6
11. Blok – DD 107 5
12. Blok – EE 51 2
13. Blok – FF 51 2
Jumlah 1227 90
Sumber : Hasil Penelitian, 2018

Pengambilan sampel dengan metode teknik acak dilakukan dengan cara

proporsional, dan jumlah sampel pada masing-masing blok dalam komplek

perumahan ditentukan melalui rumus :

PopulasiBlok-1
SampelBlok-1 = x Total Sampel
Total Populasi

Penelitian ini berlokasi di Komplek Central Business District (CBD)

Polonia, yang terletak di Jalan Avros, di Kecamatan Medan Polonia, Kota Medan,

Provinsi Sumatera Utara.

5.2 Statistik Deskriptif Responden Penelitian

Untuk proses pencatatan dan peringkasan data atas jawaban responden

dengan tujuan untuk menggambarkan karakteristik sampel dilapangan

disampaikan dalam statistik deskriptif .

Menurut Ghozali (2009) kualitatif adalah “metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat positivisme yang digunakan untuk meneliti pada

kondisi objek yang alamiah, sebagai lawannya adalah eksperimen”. Analisis

56
kualitatif dalam penelitian ini menggunakan pendekatan analisis data kuantitatif

dengan menggunakan alat bantu analisis data statistik baik yang bersifat deskriptif

yang digunakan dalam pemilihan ini untuk maksud mendeskrifsikan data pada

setiap variabel penelitian terutama untuk melihat gambaran secara umum

penilaian responden atau tanggapan responden dilakukan dengan membuat

pengkategorian.

Menurut Santoso (2003), pengertian metode statistik deskriptif adalah

sebagai berikut: “Metode statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang

telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum atau generalisasi”.

Ringkasan karakteristik responden yang berhasil dihimpun melalui

kuisioner adalah sebagai berikut :

1. Nama dan Alamat Responden.


2. Jenis Kelamin Responden
3. Usia Responden.
4. Pekerjaan Responden.
Usia responden dibatasi rentang atas 3 rentang yang ditetapkan dalam

kuisioner sebagai berikut :

a) Usia 20 – 30 Tahun;

b) Usia 31 – 40 Tahun; dan

c) > 40 Tahun.

Untuk pekerjaan responden terbagi atas 4 (empat) jenis pekerjaan yang

disusun dalam kuisioner, yaitu :

57
a) Pegawai Negeri;

b) Pegawai Swasta;

c) Wiraswasta; dan

d) Lainnya atau Tidak Menjawab.

Analisis statistik deskriptif merupakan pembahasan atas sebaran 90

(sembilan puluh) kuisioner yang disebar, yaitu campuran antara kuisioner uji

validitas dan reliabilitas serta kuisioner uji goodness of fit.

5.2.1 Statistik Deskriptif Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Respondenberdasarkan jenis kelamindalam penelitian ini terdiri dari 58

(lima puluh delapan orang) responden pria dan sebanyak 32 (tiga puluh dua

orang) responden adalah responden wanita.

Gambar 5.2 Grafik Kategori Responden Menurut Jenis Kelamin


Sumber: Hasil Penelitian 2018

58
5.2.2 Statistik Deskriptif Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan hasil rekapitulasi kuisioner penelitian didapat jumlah

responden dengan usia antara 20 – 30 tahun adalah sebanyak 28 (dua puluh

delapan) responden, usia responden 31 – 40 Tahun adalah sebanyak 31(tiga puluh

satu) orang dan responden dengan usia diatas 40 tahun sebanyak 31(tiga puluh

satu) orang.

Gambar 5.3 Grafik Kategori Responden Menurut Usia


Sumber: Hasil Penelitian 2018

5.2.3 Statistik Deskriptif Responden Berdasarkan Pekerjaan

Statistik responden berdasarkan pekerjaan, dari hasil perhitungan

ditemukan bahwa sebanyak 40 (empat puluh) orang responden bekerja di sektor

swasta, sebanyak 42 (empat puluh dua) responden bekerja sebagai wiraswasta, 8

(delapan) responden bekerja di sektor lainnya, bukan sebagai pegawai negeri atau

pegawai swasta atau wiraswasta, dimana responden tersebut keberatan untuk

59
menjawab profesi pekerjaanya. Dan, tidak ditemukan responden yang bekerja

sebagai pegawai negeri sipil.

Gambar 5.4 Grafik Kategori Responden Menurut Pekerjaan


Sumber: Hasil Penelitian 2018

Mayoritas responden merupakan orang – orang berlatar belakang

wiraswasta.

5.2.4 Statistik Deskriptif Jawaban Responden Penelitian

Berdasarkan kuisioner yang disebar kepada 60 (enam puluh) sampel di

lokasi penelitian dengan 4 (empat) variabel bebas yaitu variabel lokasi dan

aksesibilitas, ekonomi dan sosial, tersedianya fasilitas public CBD, dan tata guna

lahan serta variabel terikat yakni perkembangan kawasan.

Skala pengukuran tingkat perkembangan kawasan dinilai berdasarkan

skala likert sebagaimana Tabel 5.2

60
Tabel 5.2 Skala Likert Pengukuran Interval Jawaban Responden Atas
Perkembangan Kawasan Penelitian

Skala
No Skala Jawaban Skor Likert
Interval
a b c d
1 Sangat Berpengaruh 4,21 – 5,00 5
2 Berpengaruh 3,41 – 4,20 4
3 Biasa Saja atau Normal 2,61 – 3,40 3
4 Tidak Berpengaruh 1,81 – 2,60 2
5 Sangat Tidak Berpengaruh 1,00 – 1,80 1
Sumber : Suliyanto, 2011

Untuk frekuensi responden atas jawaban instrumen penelitian variabel

lokasi dan aksesibilitas dapat diuraikan pada Tabel 5.3 berikut.

Tabel 5.3 Uraian Frekuensi Jawaban Responden Variabel


Lokasi Dan Aksesibilitas(X1)

Frekuensi Jawaban Responden Variabel


Lokasi dan Aksesibilitas (X1) Std.
No Pernyataan Mean Min Max Kategori
STB TB SB Deviasi
N (% ) B (% )
(% ) (% ) (% )
Lokasi CBD Polonia dekat 0 3 18 26 13
1 3.82 0.83 2.00 5.00 Berpengaruh
dengan pusat kota 0.00% 5.00% 30.00% 43.33% 21.67%
Akses masuk ke kawasan CBD 1 6 20 14 19
2 3.73 1.07 1.00 5.00 Berpengaruh
Polonia relatif mudah 1.67% 10.00% 33.33% 23.33% 31.67%
Trayek angkutan umum tersedia 4 13 23 9 11
3 3.17 1.17 1.00 5.00 Normal
di sekitar kawasan CBD Polonia 6.67% 21.67% 38.33% 15.00% 18.33%
Kondisi jalan menuju kawasan
0 5 15 22 18
4 CBD Polonia cukup lebar dan 3.88 0.94 2.00 5.00 Berpengaruh
tertata dengan baik 0.00% 8.33% 25.00% 36.67% 30.00%
Arus lalu lintas di lingkunan CBD 0 1 19 17 23
5 4.03 0.88 2.00 5.00 Berpengaruh
sering terjadi kemacetan' 0.00% 1.67% 31.67% 28.33% 38.33%

Skor Persepsi Variabel (X1) 3.73 Kategori Rerata Berpengaruh

Sumber : Hasil Peneliitan, 2018 (data diolah).

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa kecenderuangan pemilik

properti rumah toko (ruko) di CBD Polonia Medan menyatakan bahwa lokasi dan

aksesibilitas di CBD Polonia Medan adalah berpengaruh dengan skala 3.82.

Responden menyatakan bahwa benar komplek CBD Polonia Medan berada di

dekat pusat Kota Medan dengan arus lalu lintas dari dan menuju CBD Polonia

61
Medan juga sangat ramai, sehingga ada harapan persinggahan dari lalu lintas yang

melintasi kawasan tersebut.

Akses dan lebar kondisi jalan cukup tertata dengan baik, hal ini dapat

dilihat dari skala jawaban responden pada level berpengaruh. Berdasarkan Tabel

5.3 dapat kita tarik kesimpulan responden berpendapat bahwa instrumen –

instrumen pada variabel lokasi dan aksesibilitas memliki pengaruh dalam

perkembangan properti di CBD Polonia Medan. Termasuk juga layanan angkutan

umum merupakan faktor yang menjadi kendala dalam pelayanan lokasi dan

akesibilitas. Responden berharap agar ditambah trayek angkungan umum yang

melintasi dari dan menuju kawasan CBD Polonia Medan.

Tabel 5.4 Uraian Frekuensi Jawaban Responden Variabel


Ekonomi dan Sosial(X2)
Frekuensi Jawaban Responden Variabel
Ekonomi dan Sosial (X2) Std.
No Pernyataan Mean Min Max Kategori
STB TB SB Deviasi
N (% ) B (% )
(% ) (% ) (% )
Tingkat konsumsi masyarakat
0 8 16 12 24
1 terhadap potensi bisnis/usaha di 3.87 1.10 2.00 5.00 Berpengaruh
CBD Polonia cukup tinggi 0.00% 13.33% 26.67% 20.00% 40.00%
Penduduk disekitar kawasan CBD
0 14 15 20 11
2 Polonia sering melakukan 3.47 1.05 2.00 5.00 Berpengaruh
aktivitasnya di CBD Polonia 0.00% 23.33% 25.00% 33.33% 18.33%
Tingkat keamanan lingkungan di
0 2 15 28 15
3 CBD Polonia cukup baik dan 3.93 0.80 2.00 5.00 Berpengaruh
terjaga 0.00% 3.33% 25.00% 46.67% 25.00%

Skor Persepsi Variabel (X2) 3.76 Kategori Rerata Berpengaruh

Sumber : Hasil Peneliitan, 2018 (data diolah).

Tabel 5.4 berikut sebelumnya menyajikan hasil-hasil jawaban responden

atas variabel ekonomi dan sosial, dengan instrumen variabel adalah tingkat

konsumsi masyarakat terhadap potensi CBD Polonia Medan, instrumen variabel

tentang aktivitas penduduk sekitar pada CBD Polonia Medan dan instrumen

variabel tentang tingkat keamana lingkungan di CBD Polonia Medan.


62
Hasil kuisioner pada Tabel 5.4 tersebut dapat dilihat bahwa potensi

tingkat konsumsi masyarakat sekitar dan seringnya penduduk sekitar melakukan

aktivitas di CBD Polonia Medan adalah pada level berpengaruh atau rerata pada

skala 3,87. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat akan kehadiran

CBD Polonia Medan masih rendah, sehingga kehadiran masyarakat yang rendah

tersebut berpengaruh dalam berkembanganya sektor barang dan jasa di CBD

Polonia Medan. Untuk instrumen variabel ekonomi dan sosial tentang tingkat

keamanan di CBD Polonia Medan apakah cukup baik dan terjaga, responden

berpendapat berpengaruh atau pada skala 3.93, hal ini dikarenakan berdasarkan

pendapat responden beberapa kali terjadi tindak pidana pencurian pada ruko-ruko

yang telah beroperasi namun sering kosong dari aktivitas perdagangannya,

sehingga hal ini menjadi sumber kejahatan.

Tabel 5.5 Uraian Frekuensi Jawaban Responden Variabel


Tersedianya Fasilitas Publik CBD(X3)
Frekuensi Jawaban Responden Variabel
Tersedianya Fasilitas (X3) Std.
No Pernyataan Mean Min Max Kategori
STB TB SB Deviasi
N (% ) B (% )
(% ) (% ) (% )
Ketersediaan sarana bermain,
2 11 11 17 19
1 sarana olah raga sudah cukup 3.67 1.20 1.00 5.00 Berpengaruh
memadai di CBD Polonia 3.33% 18.33% 18.33% 28.33% 31.67%
Ketersediaan tempat ibadah dan
0 4 16 21 19
2 sarana pendidikan sudah cukup 3.92 0.93 2.00 5.00 Berpengaruh
memadai di CBD Polonia 0.00% 6.67% 26.67% 35.00% 31.67%
CBD Polonia telah menjadi pusat
2 15 10 17 16
3 perbelanjaan masyarakat di 3.50 1.23 1.00 5.00 Berpengaruh
sekitar kawasan 3.33% 25.00% 16.67% 28.33% 26.67%

Skor Persepsi Variabel (X3) 3.69 Kategori Rerata Berpengaruh

Sumber : Hasil Peneliitan, 2018 (data diolah).

Tabel 5.5 menyajikan hasil-hasil jawaban responden atas variabel

tersedianya fasilitas publik CBD, dengan instrumen variabel adalah ketersediaan

63
sarana bermain, sarana olah raga, instrumen ketersediaan tempat ibadah dan

pemanfaatan CBD Polonia Medan menjadi pusat bisnis kawasan sekitar.

Tabel 5.5 menjelaskan bahwa, ketersediaan sarana bermain di CBD

Polonia Medan menurut hasil penelitian adalah berpengaruh, artinya terdapat

pengaruh yang berarti dalam mempengaruhi perkembangan kawasan di CBD

Polonia Medan, sehingga dengan kurangnya fasilitas untuk pengunjung intensitas

kehadiran pengunjung juga berkurang.

Pada instrumen ketersediaan tempat ibadah memiliki pengaruh akan

perkembangan kawasan di CBD Polonia Medan, dari sisi fasilitas sosial secara

keseluruhan memiliki pengaruh akan perkembangan kawasan.

Pada instrumen CBD Polonia Medan apakah menjadi pusat perbelanjaan

masyarakat sekitar, terlihat dari hasil penelitian pada skala 3,50 atau berpengaruh

yang artinya CBD Polonia Medan belum menjadi pusat perbelanjaan masyarakat

sekitar sehingga mempengaruhi perkembangan CBD Polonia Medan itu sendiri,

hal ini menjadi linier dengan kondisi saat ini di CBD Polonia Medan, dimana

aktivitas ekonomi di CBD Polonia Medan belum menunjukkan tingkat keramaian

yang tinggi.

Tabel 5.6berikut merupakan uraian hasil penelitian atas jawaban

responden untuk variabel tata guna lahan dengan instrumen variabel pemanfaatan

lahan dan bangunan, instrumen variabel kompleks CBD Polonia Medan bebas

banjir dan instrumen variabel pemanfaatan lahan di CBD Polonia Medan oleh

pihak developer telah maksimal.

64
Tabel 5.6 Uraian Frekuensi Jawaban Responden Variabel
Tata Guna Lahan(X4)

Frekuensi Jawaban Responden Variabel


Tata Guna Lahan (X4) Std.
No Pernyataan Mean Min Max Kategori
STB TB SB Deviasi
N (% ) B (% )
(% ) (% ) (% )
Pemanfaatan lahan dan
1 8 18 22 11
1 bangunan yang ada sudah 3.57 1.00 1.00 5.00 Berpengaruh
berfungsi sebagaimana mestinya 1.67% 13.33% 30.00% 36.67% 18.33%
Kompleks CBD Polonia bebas 0 1 13 24 22
2 4.12 0.80 2.00 5.00 Berpengaruh
dari banjir
0.00% 1.67% 21.67% 40.00% 36.67%
Pihak developer sudah
1 6 20 13 20
3 memaksimalkan penggunaan 3.75 1.08 1.00 5.00 Berpengaruh
lahan di CBD Polonia dengan 1.67% 10.00% 33.33% 21.67% 33.33%

Skor Persepsi Variabel (X4) 3.81 Kategori Rerata Berpengaruh

Sumber : Hasil Peneliitan, 2018 (data diolah).

Berdasarkan Tabel 5.6 dapat terlihat bahwa pemanfaatan lahan dan

bangunan eksisting oleh pihak developer merupaka hal yang berpengaruh, dalam

hasil perhitungan kuisioner akan instrumen tersebut berada pada skala 3.57, hal ini

berarti bahwa terdapat belum optimalnya pemanfaatan lahan untuk pembangunan

sesuai site plan di CBD Polonia Medan. Untuk, kompleks CBD Polonia Medan

bebas banjir, terlihat bahwa hal pendapat responden menyatakan berpengaruh

didalam mempengaruhi perkembangan kawasan di CBD Polonia Medan, hal yang

sama juga terlihat pada hasil jawaban responden untuk pemanfaatan lahan oleh

pihak developer adalah berpengaruh atau skala jawaban responden pada skala

3,75, yang berarti bahwa pemanfaatan lahan belum berjalan baik dalam

pembangunan di CBD Polonia Medan.

Keseluruhan instrument yang digunakan dinyatakan berpengaruh oleh

responden dalam penelitian ini terhadap perkembangan Central Business District

(CBD) Polonia Medan.

65
5.3 Hasil Analisis Statistik Inferensial

Menurut Ghozali (2009)statistik inferensial adalah “metode penelitian

yang berlandaskan pada filsafat positivisme digunakan untuk meneliti populasi

pada sampel tertentu, dari pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara

random, pengumpulan data yang digunakan instrumen penelitian analisis data

bersifat kuntitatif atau statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang ditetapkan”.

Dalam penelitian ini analisis kuantitatif yang digunakan peneliti untuk mengetahui

hubungan antara masing-masing variabel X dengan variabel Y serta seberapa

besar pengaruhnya. Adapun metode analisis yang digunakan adalah metode

analisis regresi linier berganda.

5.3.1 Hasil Analisis Uji Asumsi Klasik

Gambar 5.5 Grafik Normal Probability Plot


Sumber: Hasil Penelitian 2018

66
Gambar 5.5 merupakan grafik dari uji normalitas.Uji normalitas

merupakan salah satu bagian dari uji persyaratan analisis data atau biasa disebut

asumsi klasik.Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi

sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data

yang mampunyaipola seperti distribusi normal.

Beberapa teknik yang bisa kita gunakan untuk menguji normalitas data

adalah melalui metode P-Plot dan Kolmogorov-Smirnov.

Pedoman Pengambilan Keputusan dalam Uji Normal Probability Plot,

adalah dengan melihat kenormalan suatu nilai residual dapat berpedoman dari

titik-titik yang ada dari hasil output spss, dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Jika titik-titik atau data berada di dekat atau mengikuti garis diagonalnya

maka dapat dikatakan bahwa nilai residual berdistribusi normal.

2. Sementara itu, jika titik-titik menjauh atau tersebar dan tidak mengikuti garis

diagonal maka hal ini menunjukkan bahwa nilai residual tidak berdistribusi

normal.

Berdasarkan hasil grafik pada Gambar5.5, dapat dilihat bahwa titik-titik

yang terbentuk selalu mengikuti dan mendakati garis diagonalnya.Oleh karena itu,

dapat disimpulkan bahwa nilai residual berdistrbusi normal sehingga syarat

normalitas residual untuk pengujina goodness of fit terpenuhi.

Uji normalitas untuk mendukung hasil pengujian dari uji normal p-plotatau

uji nornalitas grafikdapat dilakukan dengan uji normalitas lainnya, yaitu uji

normalitas kolmogorov-smirnov.

67
Dasar pengambilan keputusan uji normalitas kolmogorov-smirnov adalah

berdasarkan probabilitas sebagai berikut :

1. Jika nilai probabilitas > 0,05 maka Ho diterima

2. Jika nilai probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak

Hasil uji normalitas kolmogorov-smirnov data penelitian ini dapat dilihat

pada Tabel5.7 berikut.

Tabel 5.7 Hasil Analisis Kolmogorov-Smirnov

Sumber: Hasil Penelitian 2018

Berdasarkan hasil analisis Tabel 5.7dapat disimpulkan bahwa untuk uji

normalitas dengan metode menggunakan Kolmogorov-Smirnov, bahwa model

telah memenuhi uji asumsi klasik normalitas, dengan nilai probabilitas p.KS =

0.936> 0.05 (Asymp. Sig).

68
5.3.2 Hasil Analisis Uji Goodness of Fit

Uji Goodness of Fit atau uji kelayakan model digunakan untuk mengukur

ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual. Secara statistik uji

Goodness of Fit dapat dilakukan melalui pengukuran koefisien determinasi (R2)

dan nilai statistik F.

5.3.2.1Hasil Uji Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien Determinasi (R-Square) adalah pengujian untuk mengukur

seberapa jauh variabel bebas (Lokasi dan Aksesibilitas, Ekonomi dan Sosial,

Tersedianya Fasilitas Publik CBD dan Tata Guna Lahan ) terhadap variabel terikat

(Perkembangan Kawasan di Komplek CBD Polonia Medan).

Tabel 5.8 Hasil Uji Koefesien Determinasi (R-Square)

Sumber : Hasil Penelitian, 2018

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 5.8 didapat bahwa nilai AdjustedR-

Square 0.319, ini menunjukkan bahwa proporsi pengaruh variabel-variabel dalam

69
penelitian ini dalam membuktikan tingkat perkembangan kawasan di CBD

Polonia Medan adalah sebesar 31,9 persen. Sedangkan 68,1 persen tingkat

perkembangan kawasan di CBD Polonia Medan dipengaruhi oleh variabel lain

yang tidak terdapat di dalam penelitian ini.

5.3.2.2Uji -F

Uji F atau uji simultanadalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh

variabel bebas bepengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen

Perkembangan Kawasan di Komplek CBD Polonia Medan atau daerah penelitian.

Uji F dilakukan untuk mengambil kesimpulan mengenai nilai signifikasi atas

pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai F-hitung dari

model regresi untuk variabel terikat Perkembangan Kawasan (Y) dapat dilihat dari

Tabel 5.9 berikut :

Tabel 5.9 HasilUji Simultan atau Uji-F

Sumber : Hasil Penelitian, 2018

Hasil perhitungan uji - F didapat nilai hitungsignifikansi adalah 0.000a,

dimana nilai tersebut lebih kecil dari signifikansi ketetapan penelitian 0.05
70
makadapat disimpulkan bahwa secara simultan atau bersama-sama bahwa

kesemua variabel independen, yaitu Lokasi dan Aksesibilitas, Ekonomi dan

Sosial, Tersedianya Fasilitas Publik CBD dan Tata Guna Lahan berpengaruh

terhadap Perkembangan Kawasan di Komplek CBD Polonia Medan model

dinyatakan layak atau cocok.

5.3.2.3 Uji -t

Uji - t atau uji parsial merupakan pengujian untuk menganalisis item per

item variabel penelitian.

Tabel 5.10 HasilUji Parsial atau Uji - t

Sumber : Hasil Penelitian, 2018

Berdasarkan Tabel 5.10 dapat disimpulkan hasil sebagai berikut :

1. Nilai t-hitung untuk variabel lokasi dan aksesibilitas adalah sebesar 0.713> nilai

t-ketetapan sebesar 0.05. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka variabel lokasi

dan aksesibilitas secara parsial variabel berpengaruh positif namun tidak

signifikan terhadap perkembangan properti CBD Polonia Medan.

71
2. Nilai t-hitung untuk variabel ekonomi dan sosial adalah sebesar 0.014 < nilai t-

ketetapan sebesar 0.05. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka variabel ekonomi

dan sosial secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap

perkembangan properti CBD Polonia Medan.

3. Nilai t-hitung untuk variabel tersedianya fasilitas publik CBD adalah sebesar

0.669> nilai t-ketetapan sebesar 0.05. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka

variabel tersedianya fasilitas publik CBD secara parsial variabel berpengaruh

positif namun tidak signifikan terhadap perkembangan properti CBD Polonia

Medan.

4. Nilai t-hitung untuk variabel tata guna lahan adalah sebesar 0.222 > nilai t-ketetapan

sebesar 0.05. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka variabel tata guna lahan

secara parsial variabel berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap

perkembangan properti CBD Polonia Medan.

5.4 Pembahasan Hasil Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif dan

signifkan secara bersama-sama atau simultan antara variabel bebas variabel lokasi

dan aksesibilitas, ekonomi dan sosial, tersedianya fasilitas publik CBD, dan tata

guna lahan terhadap variabel terikat yakni perkembangan kawasan.Serta, terdapat

hubungan yang positif dan signifikan secara parsial dari masing-masing variabel

bebas terhadap variabel terikat penilitian ini.

Hasil uji-F yang menyatakan bahwa H1 :1, 2, 3, 4  0 artinya terdapat

pengaruh secara bersama-sama atau simultan dari variabel yang dibangun

72
terhadap perkembangan kawasan dengan nilai signifikansi hitung yakni 0.000a.

Hasil uji-F ini mendukung penelitian sebelumnya pada bab sebelumnya

penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Hajar Suwantoro (2011)

dimana hasil penelitian menyatakan bahwa suatu superblok mempunyai peran

yang penting dalam meningkatkan mutu lingkungan perkotaan di dalam

kawasannya, juga lingkungan lain di sekitar kawasannya, akses masuk dan

keluar kawasan superblok relatif mudah akan mempercepat perkembangan

kawasan tersebut, sehingga pengaruh lokasi dan aksesibilitas menjadi sangat

penting dalam perkembangan CBD.

5.4.1 Pengaruh Lokasi dan Aksesibilitas terhadap Perkembangan CBD

Polonia Medan

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif dan

signifkan antara variabel bebas lokasi dan aksesibilitas dengan variabel terikat

perkembangan kawasan CBD Polonia Medan.

Hasil uji empiris pengaruh antara lokasi dan aksesibilitas (X1) terhadap

tingkat perkembangan kawasan CBD di komplek CBD Polonia adalah sebesar

0.713 lebih besar dari 0.05 sehingga dapat dikatakan pengaruh antara lokasi dan

aksesibilitas atas perkembangan kawasan CBD Polonia Medan adalah belum

signifikan.

Lokasi CBD Polonia Medan yang diapit oleh 3 (tiga) dari 5 (lima)

kelurahan penyusun Kecamatan Medan Polonia yaitu Kelurahan Polonia,

Kelurahan Sari Rejo dan Kelurahan Suka Damai selayaknya menjadi pusat bisnis

73
utama dalam wilayah administrasi Kecamatan Medan Polonia. Hal tersebut

didukung oleh aktivitas pemerintahan, sosial dan ekonomi, industri dan jasa

berada di 3 (tiga) kelurahan tersebut, yakni Kelurahan Polonia, Kelurahan Sari

Rejo dan Kelurahan Suka Damai.

Pusat pemerintahan Kecamatan Medan Polonia yang berada di Jalan Avros

atau di seberang komplek CBD Polonia Medan. Jumlah penduduk Kecamatan

Medan Polonia pada tahun 2016 adalah sebanyak 56.513 jiwa, dengan 91,57

persen atau setara dengan 51.751 jiwa bertempat tinggal di Kelurahan Polonia,

Kelurahan Sari Rejo dan Kelurahan Suka Damai. Pada Kelurahan Polonia,

Kelurahan Sari Rejo dan Kelurahan Suka Damai juga terdapat 4 (empat) industri

besar, 19 (Sembilan belas) industri kecil dan 26 (dua puluh enam) industri rumah

tangga. Sejumlah pasar dan pertokoan sudah mulai ramai mendukung kegiatan

perekonomian di Kecamatan Medan Polonia, diantaranya terdapat 3 pasar, 8

pertokoan, 7 swalayan dan 2 plaza.Terdapat 2 sarana pengisian bahan bakar

umum di Kecamatan Medan Polonia.Untuk fasilitas pariwisata, terdapat 3 hotel, 1

bioskop, 3 night club, dan 7 bilyard.Restauran dan warung makan juga sudah

cukup banyak di Kecamatan Medan Polonia dan yang terbanyak ada di Kelurahan

Sari Rejo dan Kelurahan Polonoia.Ketersediaan fasilitas keuangan untuk

menunjang kegiatan ekonomi masyarakat di Kecamatan Medan Polonia sudah

cukup banyak. Terdapat 10 kantor perbankan, 5 perusahaan leasing, 2 valuta

asing, 3 koperasi dan 1 pegadaian di Kecamatan Medan Polonia tahun 2016

(Badan Pusat Statistik, 2017).

74
Berdasarkan posisi geografis dapat disimpulkan bahwa lokasi Kawasan

CBD Polonia Medan sangat strategis, namun aksesibilitas Kawasan CBD Polonia

yang masih belum memadai dari sisi kondisi jalan dan penyediaan transportasi

umum cukup mempengaruhi perkembangan dari Kawasan CBD Polonia Medan,

sebagaimana terlihat dalam statistik deskriptif jawaban responden pada

pembahasan sebelumnya.

Akses masuk kawasan CBD Polonia Medan yang terbatas pada satu jalan

dan kurang memadai dari sisi fisik jalan menjadi faktor berpengaruh dalam

perkembangan kawasan CBD Polonia Medan yang lamban. Julian Pratama Putra

Thedja (2011) juga menyatakan peningkatan kondisi lingkungan properti akan

mempengaruhi keputusan pembelian properti, sehingga penelitian ini menjadi

linier dengan penelitian CBD Polonia Medan ini, dimana perbaikan lingkungan

CBD Polonia Medan akan memberikan pengaruh dalam perkembangannya.

Rustanto, Bambang danUntung (2007), dalam penelitian untuk

mengidentifikasikan karateristik jalan menyangkut besarnya kapasitas jalan dan

simpang, kebutuhan pelayanan transportasi berupa fasilitas pejalan kaki dan

parkir serta penanganan masalah berupa penurunan kapasitas pada jalan utama.

Bahwa, penelitian ini membuktikan keberadaan lokasi CBD yang tepat, selain

menimbulkan dampak positif kehadiran pelaku bisnis, juga menimbulkan

dampak sosial yaitu kemacetan lalu lintas. Lokasi CBD Polonia Medan

disepakati oleh responden dalam jawaban responden pada pembahasan

sebelumnya merupakan daerah yang masuk dalam pusat kota, namun posisi jalan

utama, yakni Jalan Avros yang tidak langsung bersinggungan dengan CBD

75
Polonia Medan, dan dimana pengunjung harus melewati fasiltas “terbatas” milik

pemerintah untuk mengakses CBD Polonia Medan menjadikan aktivitas lalu

lintas di CBD Polonia Medan tidak memberikan efek positif bagi perkembangan

CBD Polonia Medan, ramainya pengguna jalan melalui Jalan Avros hanya

menjadikan jalan tersebut sebagai jalan alternatif.

5.4.2 Pengaruh Ekonomi dan Sosialterhadap Perkembangan CBD Polonia

Medan

Helena (2015) juga menyatakan bahwa untuk merumuskan strategi dalam

meningkatkan aktivitas bisnis pada ruko yang terjual di kawasan CBD Polonia

Medan yang belum berkembang secara optimal, maka optimalisasi lingkungan

internal yang terdiri dari faktor sumber daya manusia, pemasaran, organisasi dan

operasional, kemudian lingkungan eksternal yang terdiri dari sosial budaya,

pemerintah, dan kondisi ekonomi, hasil penelitian Helena (2015) linier dengan

penelitian ini, dimana kondisi ekonomi dan sosial memiliki pengaruh dalam

perkembangan CBD Polonia Medan.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif dan

signifkan antara variabel bebas ekonomi dan sosial dengan variabel terikat

perkembangan kawasan CBD Polonia Medan.

Hasil uji empiris pengaruh antara ekonomi dan sosial (X2) terhadap tingkat

perkembangan kawasan CBD di komplek CBD Polonia adalah sebesar 0.014

lebih kecil dari 0.05 sehingga dapat dikatakan pengaruh antara ekonomi dan sosial

atas perkembangan kawasan CBD Polonia Medan adalah sangat signifikan.

76
Berdasarkan aspek lokasi dan aksesibilitas Kawasan CBD Polonia

memiliki daya dukung kuat untuk menarik konsumen atau pengunjung, dimana

disekitar Kawasan CBD Polonia Medan merupakan wilayah dengan populasi

penduduk sebanyak 51.751 jiwa bertempat tinggal di Kelurahan Polonia,

Kelurahan Sari Rejo dan Kelurahan Suka Damai yang merupakan wilayah

administratif posisi Kawasan CBD Polonia Medan. Namun, potensi ini belum

menjadikan Kawasan CBD Polonia Medan menjadikan tujuan melakukan

aktivitas sosial maupun ekonomi sebagaimana tujuan sebuah kawasan central

business district dibangun.Masih sepinya aktivitas sosial dan ekonomi di Kawasan

CBD Polonia Medan menurut pendapat responden karena masih minimnya

pemilik properti yang beroperasi.

Penelitian ini juga linier denga penelitian Kiki (2010), dimana

pertumbuhan ekonomi dan kurangnya ruang atau lahan didalam kota akan

memberikan dampak positif tumbuhnya dunia investasi properti baru, yaitu

properti dengan konsep central business district yang terintegrasi dan

menghadirkan beragam fasilitas bagi pengunjung, dimana kehadiran CBD akan

menjadi daya tarik bagi masyarakat sekitar untuk melakukan aktivitas hiburan

maupun bisnis.

5.4.3 Pengaruh Tersedianya Fasilitas Publik CBDterhadap Perkembangan

CBD Polonia Medan

Analisis statistik deskiptif jawaban responden atas variabel tersedianya

fasilitas publik CBD terdapat pengaruh yang berarti dalam mempengaruhi

77
perkembangan kawasan di CBD Polonia Medan, sehingga dengan kurangnya

fasilitas untuk pengunjung intensitas kehadiran pengunjung juga berkurang.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif dan

signifkan antara variabel bebas tersedianya fasilitas CBD dengan variabel terikat

perkembangan kawasan CBD Polonia Medan.

Hasil uji empiris pengaruh antara tersedianya fasilitas publik CBD(X3)

terhadap tingkat perkembangan kawasan CBD di komplek CBD Polonia adalah

sebesar 0.669 lebih besar dari 0.05 sehingga dapat dikatakan pengaruh antara

tersedianya fasilitas atas perkembangan Kawasan CBD Polonia Medan adalah

belum signifikan.

Fasilitas publik CBD adalah segala sesuatu yang disediakan untuk

menunjang dalam penyampaian jasa yang tidak boleh dilupakan dalam desain jasa

serta penyediaan perlengkapan-perlengkapan fisik untuk memberikan kemudahan

kepada konsumen untuk melaksanakan aktivitas sehingga kebutuhan konsumen

dapat dipenuhi (Fandy Tjiptono, 1996). Dalam fasilitas jasa ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan antara lain: a) Kelengkapan, kebersihan dan kerapian fasilitas

yang ditawarkan, b) Kondisi fungsi fasilitas yang ditawarkan, c) Kemudahan

penggunaan fasilitas yang ditawarkan, d) Kelengkapan alat yang digunakan.

Fasilitas publik dalam properti adalah segala sesuatu yang disediakan oleh

pengembang dalam menunjang kenyamanan penggunanya, berupa penyediaan

pelengkapan-pelengkapan fisik untuk memberikan kemudahan kepada konsumen

untuk melaksanakan aktivitas sehingga kebutuhan pembeli dapat dipenuhi.

Dengan adanya fasilitas yang baik dan memadai maka akan memberikan nilai

78
positif bagi konsumen apabila terjadi kekurangan pada bagian yang lain. Dengan

semakin lengkapnya fasilitas yang ditawarkan maka akan semakin mahal pula

tarif properti tersebut. Fasilitas yang disediakan oleh pengembang sangat

mempengaruhi kepuasan pembeli, karena erat kaitannya dengan pembentukan

persepsi pembeli.

Fasilitas publik di CBD menurut uji – t memberikan pengaruh positif dala

perkembangan Kawasan CBD Polonia, hal ini didukung oleh analisis statistik

deskriptif variabel fasilitas publik pada pembahasan sebelumnya.

Fasilitas yang disediakan hendaknya lebih menarik dan berbeda

dibandingkan pengembang yang lain agar dapat menjadi keunggulan tersendiri

bagi pengembang tersebut.Minimnya fasilitas sesuai master plan pembangunan

Kawasan CBD Polonia Medan, turut mempengaruhi perkembangannya. Bila

dilihat dari tabel 1.2 untuk menjadikan CBD sebagai salah satu kawasan bisnis

belum sesuai dengan harapan, dimana beberapa jenis bangunan sampai saat ini

belum terealisasi. Properti yang seharusnya menjadi daya tarik utama di CBD

Polonia Medan, yaitu Mall masih tahap pembangunan.

Kwanda dkk (2003) melakukan penelitian tentang analisis kepuasan

penghuni rumah sederhana tipe 36 diKawasan Sidoarjo berdasarkan faktor

kualitasbagunan, lokasi, desain, sarana dan prasarana. Penelitian tersebut

menyimpulkan bahwa faktor lokasi, kondisi bangunan, prasarana, desain, dan

harga tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan penghuninya.

Salleh dkk (2011) dalam penelitiannya tentang kepuasan penghuni rumah

tinggal menyimpulkan bahwa penghuni rumah tinggal puas terhadap faktor

79
kondisi dan karakter bangunan, kualitas bangunan, fitur bangunan dan

management perumahannya. Akan tetapi ada beberapa variabel yang

menyebabkan ketidak puasan seperti variabel interior desain bangunan, area

bermain anak, keamanansekitarnya, dan kebersihan bangunan sebagai fasilitas

publik.

5.4.4 Pengaruh Tata Guna Lahanterhadap Perkembangan CBD Polonia

Medan

Tata guna lahan yang dimaksud dalam variabel ini adalah tata guna lahan

dalam kawasan CBD Polonia Medan dan sekitarnya.Nilai fungsional areal dan

ketersediaan lahan merupakan prasyarat utama untuk mendorong terjadinya

tujuan-tujuan sosial ekonomi dari keinginan masyarakat, dimana motif ekonomi

adalah motif yang utama dalam pembentukan struktur penggunaan lahan suatu

kawasan dengan dibangunnya sarana bisnis yang strategis (Siregar, 2017).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif dan

signifkan antara variabel bebas tata guna lahan dengan variabel terikat

perkembangan kawasan CBD Polonia Medan.

Hasil uji empiris pengaruh antara tata guna lahan (X4) terhadap tingkat

perkembangan kawasan CBD di komplek CBD Polonia adalah sebesar 0.222

lebih besar dari 0.05 sehingga dapat dikatakan pengaruh antara tata guna lahan

atas perkembangan kawasan CBD Polonia Medan adalah belum signifikan.

Merujuk pada Gambar 1.2, dapat dilihat bahwa CBD Polonia Medan

direncanakan menjadi kawasan komersil yang didukung oleh fasilitas pendidikan,

80
perhotelan, hiburan dan fasilitas pendukungan lainnya. Namun, pada

kenyataannya hingga saat ini aktivitas perekonomian dari ruko-ruko yang telah

dibeli oleh konsumen belum berjalan maksimal, masih sangat sedikit sekali

aktivitas operasional ruko yang dijalankan oleh konsumen.

Secara makro dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota Medan Tahun 2015-

2035 diuraikan bahwa areal CBD Polonia Medan saat ini ditetapkan dalam zonasi

K-1 atau sebagai perdagangan, artinya aspek legal ketataruangan telah terpenuhi

oleh pihakdeveloper CBD Polonia Medan dalam membangun properti komersial

di wilayah tersebut. Hal menarik, dapat kita lihat dari peta zonasi Rencana Detail

Tata Ruang Kota Medan Tahun 2015-2035, walaupun Kawasan CBD Polonia

Medan merupakan daerah komersial, namun Kawasan CBD Polonia Medan

diapit oleh zonasi pertahanan dan keamanan atau KH-1. Zonasi yang terkotak-

kotak dan dalam lingkup yang terbatas membuat tekanan sendiri bagi Kawasan

CBD Polonia Medan untuk mengembangkan pemanfaatan ruang yang maksimal

sesuai master plan pembangunan Kawasan CBD Polonia Medan dan berakibat

pada kurangnya daya tarik bagi masyarakat untuk beraktivitas di Kawasan CBD

Polonia Medan. Sehingga hasil penelitian dan sebaran jawaban responden

menyimpulkan bahwa tata guna lahan yang belum maksimal turut mempengaruhi

perkembangan Kawasan CBD Polonia Medan.

Penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Rini

Rachmawati (2008) dalam penelitian tentang pengembangan pusat pelayanan

ekonomi di pinggiran kota sebagai alternatif penanganan problematik ruang di

Kota Yogyakarta. Tujuan utama dari penelitian Rachmawati (2008) adalah

81
menganalisis kemungkinan pengembangan layanan ekonomi di daerah pinggiran

kota sebagai alternatif untuk memecahkan masalah spasial di Kota Yogyakarta.

Temuan penelitian ini adalah preferensi masyarakat dalam menggunakan

pelayanan ekonomi dipengaruhi oleh lokasi, jarak, kebiasaan, kenyamanan,

kuantitas dan kualitas barang serta penataan keruangan komplek bisnis.

5.4.5 Simpulan Analisis Pengaruh Hasil Penelitian

Berdasarkan uraian sebelumnya dimana hasil Uji – F atau uji secara

simultan bahwa variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki

pengaruh yang positif dan signifikan dalam mempengaruhi perkembangan

kawasan di CBD Polonia Medan. Namun, variabel-variabel yang dibangun belum

memberikan tingkat pengaruh yang tinggi, hal ini terlihat dari uji koefesien

determinasi atau R-Square dimana hasil hitung R-Square disesuaikan adalah

hanya sebesar 0.388, hasil penelitian yang baik adalah dimana nilai R-Square

bergerak mendekati 1 (satu).

Nilai R-Square 0.388 ini setara dengan 38,8 persen, yang bermakna bahwa

dari variabel bebas variabel lokasi dan aksesibilitas, ekonomi dan sosial,

tersedianya fasilitas, dan tata guna lahan terhadap variabel terikat yakni

perkembangan kawasan dengan instrumen-instrumen yang dibangun dalam

variabel tersebut hanya memberikan dampak 38,8 persen dalam mempengaruhi

perkembangan kawasan di lokasi penelitian. Sedangkan 61,2 persen dipengaruhi

oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model penelitian ini.

82
Untuk mempertimbangkan sejauh mana pengaruh yang diberikan oleh

masing-masing variabel, perlu dilihat kembali juga jawaban responden dalam

kuisioner penelitian pada pembahasan sebelumnya.Berdasarkan aspek geografis,

pemerintahan, sosial dan ekonomi serta kependudukan hadirnya Central Business

District (CBD) Polonia adalah layak.

Gambar 5.4, disajikan bahwa mayoritas responden merupakan berlatar

belakang wiraswasta membuktikan bahwa, minat para pelaku niaga untuk

membuka unit usaha baru di komplek CBD Polonia Medan sangat

tinggi.Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa masyarakat dan pemilik rumah

toko (ruko) di CBD Polonia Medan meyakini bahwa CBD Polonia Medan akan

berkembang. Penjelasan Kamil (2008) di pembahasan sebelumnya menjelaskan

bahwa agar kawasan superblok bisa berkembang ada beberapa strategi utama

sejak perencanaan hingga menjadi sebuah produk yang siap dipasarkan, yaitu

Identity/branding,Mixed of uses, Massing frameworkEfficient vehicular

circulation,Multy-layers Dapat disimpulkan CBD adalah kawasan perdagangan,

jasa dan kebudayaan dalam sebuah kota, perkembangan CBD lebih besar

menjadi blok-blok yang lebih besar dinamakan superblok.

Kawasan CBD Polonia Medan yang direncanakan menjadi superblok

pada kenayataan masih belum mencapai target yang direncanakan dari pihak

pengembang properti Kawasan CBD Polonia, keterkaitan antar berbagai macam

variabel saling berhubungan satu sama lain untuk menjadikan Kawasan CBD

Poloniasuperblok yang berjalan sebagaiman kawasan superblok yang ada seperti

SCBD Sudirman di Jakarta. Pengamatan di lapangan dan syarat-syarat

83
berkembangnya superblock seperti yang disampaikan Kamil (2008) belum

terpenuhi pada Ka Kawasan CBD Polonia Medan.

Berdasarkan hasil pemetaan jawaban responden atas kuisioner yang

disebar terlihat bahwa terdapat permasalahan – permasalahan yang menjadi faktor

penghambat perkembangan CBD Polonia Medan, permasalahan tersebut

berdasarkan jawaban responden sesuai Tabel 5.11 berikut.

Tabel 5.11 Rangkuman Permasalahan Perkembangan Kawasan di


Lokasi Penelitian Komplek CBD Polonia Medan
No Rangkuman Permasalahan CBD Polonia Medan
a b
1. Trayek transportasi yang sangat terbatas menjadi rendahnya minat
masyarakat sekitar berkunjung ke CBD Polonia Medan.
2. CBD Polonia Medan belum menjadi rujukan masyarakat sekitar dalam
aktivitas bisnis, sosial dan budaya hal ini disebabkan karena belum
maksimalnya berjalan aktvitas barang dan jasa pemilik ruko di CBD Polonia
Medan serta fasilitas yang dibangun masih terbatas.
3. Properti-properti utama belum terbangun, sehingga menjadikan rendahnya
minat kunjungan bagi masayrakat ke Kawasan CBD Polonia Medan.
Sumber : Hasil Penelitian, 2018 (data diolah)

Perlu upaya yang lebih intens lagi dari pihak developer dalam

meningkatkan kinerjanya untuk memberikan pelayanan maksimal kepada

konsumen di Kawasan CBD Polonia Medan, sebagaimana dikatakan oleh Indah,

Eko dan Indradi (2015) bahwa kinerja perusahaan terkait dengan peningkatan

kompetensi perusahaan, sumber daya manusia serta memberikan kepuasan kepada

konsumen properti.

84
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian , maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Lokasi dan aksesibilitas, aktivitas sosial dan ekonomi, fasilitas publik CBD,

dan tata guna lahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan

Kawasan Central Business District (CBD) Polonia Medan.

2. Secara parsial variabel lokasi dan aksesibilitas berpengaruh positif, namun

tidak signifikan terhadap perkembangan kawasan CBD Polonia Medan.

3. Secara parsial variabel sosial dan ekonomi berpengaruh positif, dan signifikan

terhadap perkembangan kawasan CBD Polonia Medan.

4. Secara parsial variabel penyediaan fasilitaspublik CBD berpengaruh positif,

namun tidak signifikan terhadap perkembangan kawasan CBD Polonia Medan.

5. Secara parsial variabel tata guna lahan berpengaruh positif, namun tidak

signifikan terhadap perkembangan kawasan CBD Polonia Medan.

6. Pengaruh variabel-variabel dalam penelitian ini dalam membuktikan tingkat

perkembangan kawasan di CBD Polonia Medan adalah sebesar 37,3 persen.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian , maka dapat diperoleh saran sebagai berikut :

85
1. Untuk akademsi, kiranya penelitian selanjutnya perlu ditambahkan variabel

lain yang berpengaruh terhadap perkembangan Kawasan Central Business

District (CBD) Polonia.

2. Pihak Pemerintahan di wilayah CBD Polonia Medan perlu meninjau kembali

rencana tata ruang wilayah dan recana detail tata ruang kota dalam menata

kembali kawasan Central Business District Polonia Medan, sehingga dengan

tertatanya kawasan CBD Polonia Medan dapat menjadi icon bisnis dan

hiburanbaru di Kota Medan.

3. Berdasarkan instrumen yang digunakan dalam variabel penelitian ini, hal yang

perlu diperhatikan oleh pihak pengembang adalah sebagai berikut :

a. Perlu koordinasi dengan pihak terkait dalam menghadirkan trayek angkutan

umum sebagai akses untuk mempermudah masyarakat berkunjung ke CBD

Polonia Medan.

b. Pihak developer atau pengembang, harus inovatif dalam menghadirkan

event-event ekonomi, sosial dan budaya sebagai daya tarik kunjungan

masyarakat seiring melengkapi dan membangun fasilitas sesuai site plan

dan persyaratan kawasan yang disebut sebagai CBD.

86
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Manaf, Andi. 2010. Analisa Pengaruh Keberadaan Apartemen terhadap


Harga Tanah di Kawasan Makassar, Maros, Sungguminasa dan Takalar
(MAMMINASATA). Jurnal Bumi Indonesia, Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Rineka Cipta. Jakarta
Azharuly, Yordan. 2016. Pemilihan Moda Transportasi Bagi Pekerja yang
Melakukan Mobilitas Harian untuk Bekerja di Central Business District
(CBD) Kota Kecamatan Sidoarjo.Jurnal Mahasiswa. Universitas Negeri
Surabaya. Surabaya.
Badan Pusat Statistik. 2017. Kecamatan Medan Polonia Dalam Angka
2016.Republik Indonesia.
Ghozali, Imam, 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Edisi Keempat, Penerbit Universitas Diponegoro
Gujarati, D. N. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika.Penerbit Erlangga. Jakarta
Google Maps.(2017, 05
Desember).https://www.google.co.id/maps/place/Polonia,+Medan/@4.63
09604,96.8290581,14z/data=!3m1!4b1!4m2!3m1!1s0x3038ee564c4fe7d
3:0x4039d80b220fb20.
Hair, Joseph F. ,et al., 2006. Multivariate Data Analysis. Pearson Education, Inc.
New Jersey.
Hidayati, Wahyu dan Harjanto, Budi, 2003.Konsep Dasar Penilaian Properti,
BPFE Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.
Helena. 2015. Perumusan Strategi dalam Meningkatkan Aktivitas Bisnis pada
Ruko yang Terjual di Kawasan CBD Polonia Medan.Tesis Magister
Manajemen. Univeritas Sumatera Utara. Medan.
https://www.arsitag.com/article/kawasan-central-business-district-cbd. Akses 15
Juni 2018.

87
http://www.opengeography.org/ch-g-urban-geography.html. Akses Maret 2018
http://www.simplyland.co.id/jenis-properti.html. Akses 2 Mei 2017
Indafa’a, Nurlaila. 2006. Perencanaan dan Perancangan CBD Simpang Lima
Gulum di Kabupaten Kediri. Jurnal Arsitektur.Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
Indira Dewi, Happy, Chabib Mustofa, dan Teguh Riyanto. 2016. Konsep Mixed-
Use Building Dan Central Business District Sebagai Alternatif Penataan
Bangunan Dan Kawasan Untuk Keberlanjutan Kota. PROSIDING
SEMNASTEK Fakultas Teknik. Universitas Muhammadiyah. Jakarta
Irawati, Kiki (2010) Mall dan Apartemen di Kawasan Central Busines District
Jakarta.Universitas Diponegoro. Semarang.
Kamil, R. 2008. Superblok sebagai Model Kendali Pembangunan Kota.
http://ridwankamil. wordpress. com/2008/09/27. 4 Desember 2016.
Kotler. Philip. 2007. Manajemen Pemasaran Perspektif Asia. Buku Dua. Edisi
Pertama. Cetakan Pertama. Salemba Empat. Yogyakarta.
Maria. 2017. dampak struktur demografi terhadap pertumbuhan perumahan di
Kota Bandung. Jurnal Ekonomi. Universitas Katolik Parahyangan.
Bandung.
Manlian, Simanjuntak, Ronald, M.T. 2004. Ikatan Arsitektur Indonesia.Jurnal.
Jakarta
Metta Primaningtyas. 2012. Pengaruh Aksesibilitas, Atribut Fisik, Kesehatan
Lingkungan dan Fasilitas Publik Terhadap Kepuasan Bermukim (Studi
Kasus pada PT. Armada Hada Graha Magelang). Jurnal Sains Pemasaran
Indonesia. Universitas Diponegoro. Semarang.
Nurani, Dea. 2008. Pembentukan Ruang Transisi Publik-Privat pada Apartemen
di Dalam Kawasan Mixed-Use. Universitas Indonesia. Jakarta.
Nur Sistyaningsih, Indah. 2017. Vertikal Kawasan Central Business District Di
Surabaya.Jurnal Sains dan Seni Pomits. Institut Teknologi Sepuluh
Nopember. Surabaya.
P.B, Triton. 2005. Riset Statistik Parametrik. Penerbit Andi. Yogyakarta.

88
Prawoto, Agus. 2010. Teori Dan Praktek Penilaian Properti. BPFE Universitas
Gadjah Mada.Yogyakarta.
Putri, Imaniar. 2011. Optimalisasi Nilai Properti Kawasan PeruamahnPuri
Anjasmoro Berdasarkan Faktor Berpengaruh. Jurnal Teknik. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Rachmawati, Rini. 2008. Pengembangan Pusat Pelayanan Ekonomi di Pinggiran
Kota Sebagai Alternatif Penanganan Problematik Ruang di Kota
Yogyakarta. Jurnal Geografi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Riskiyah, Indah Ria, Djakfar, Suryo, Eko Andi, Widjatmiko, Indradi. 2015.
Analisis Kinerja Developer Terhadap Kepuasan Penghuni Perumahan di
Kota Malang. Jurnal Rekayasa Sipil. Universitas Brawijaya. Malang
Rachmawati, Rini. 2008. Pengembangan Pusat Pelayanan Ekonomi di Pinggiran
Kota Sebagai Alternatif Penanganan Problematik Ruang di Kota
Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Kota Medan. 2015. Rencana Detail Tata Ruang Kota Medan Tahun 2015 - 2035.
Kota Medan.Sumatera Utara.
Roychansyah, Muhammad Sani. 2006. Paradigma Kota Kompak : Solusi Masa
Depan Tata Ruang Kota?. INOVASI, 7 (XVIII). Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta
Rustanto, Bambang, Untung . 2007. Analisis Peningkatan Kapasitas Jalan
Utama pad Central Business District (CBD) Kota Demak. Jurnal Teknik.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Rustanto, Welly A, Pudjianto, Bambang, Sirinanto, Untung. 2007. Analisis
Peningkatan Kapasitas Jalan Utama pada Central Business District (CBD)
Kota Demak.Universitas Diponegoro. Semarang.
Santoso, Singgih. 2003. Statistik Deskriptif Konsep dan Aplikasi dengan Micosoft
Excel dan SPSS. Andi, Yogyakarta
Sekaran, Uma. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Salemba Empat. Jakarta
Sekaran, Uma dan Bougie R, (2013).Reserach Methods for Bussiness A Skill
Building Approach, 6th Edition. A John Wiley and Son, Ltd Publication

89
Setiawan Muhammad, Sukoco, Santirianingrum. 2015. Linier Trend Analysis
Dampak Peningkatan Investasi di Daerah terhadap Perkembangan Properti
Komersial. Jurnal Spirit Pro Patria. Universitas Narotama. Surabaya.
Setiawan, Muhammad, Sukoco, dan Sasono. 2014. Peluang Wirausaha Bisnis
Properti di Pusat Bisnis (Central Business District) dengan Pola Kerjasama
Pemerintah-Swasta (Kasus Wilayah Kaki Suramadu Sisi Surabaya).
Universitas Narotama. Surabaya.
Sidik, Ignas. 2000. Pemasaran Stratejik dan Strategi Pemasaran. Jurnal Forum
Manajemen Prasetya Mulya No. 72, Tahun ke 14, p. 14-19.
Sinulingga, Sukaria, 2016. Metode Penelitian. Edisi 3. Penerbit USU Press,
Medan.
Siregar, Panangian, 2017. Analisis Highest and Best Use Lahan eks-Terminal Bus
Takengon.Tesis.Magister Manajemen Properti dan Penilaian. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Stephen, F.Fanning. 2008. Market Analysis for Real Estate : Concepts and
Applications in Valuation and Highest and Best Use. The Appraisal
Institute. Chicago.
Suliyanto.2011. Ekonometrika Terapan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit
Andi.
Suwantoro, Hajar. 2011. Perkembangan Superblok dalam Perspektif Investasi
Bidang Properti di Kawasan Asia Pasifik. Jurnal Arsitektur. Universitas
Sumatera Utara. Medan
Suwatoro, Hajar. 2011. Perkembangan Superblok Dalam Perspektif Investasi
Bidang Properti Di Kawasan Asia Pasifik (Unpublished Articles by Subject
"Perkembangan Superblok"). Universitas Sumatera Utara. Medan
Thedja, Julian Pratama Putra. 2011. Analisa Keterarikan Konsumen terhadap
Properti Perumahan Dian Regency - 2 . Jurnal Teknik Sipil. Institut
Sepuluh November. Surabaya.
Tjiptono, Fandy. 1996. Manajemen Jasa. Andi Offset. Yogyakarta
Tondobala, Linda. 2015. Pengembangan Struktur Ruang: Mereduksi Mobilitas
Perkotaan. Media Matrasain.
90
Wanagung, Hardinata. 2011. Evaluasi Pembangunan Perumahan Grand Renon
Prime Residence.Jurnal Teknik. Universitas Udayana. Denpasar.
Widhaswara. 2015. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Tanah dan Bangunan
pada Suatu Properti. Jurnal Ekonomo Kota.Institut Teknologi Sepuluh
November. Surabaya.
Yoseph Seno, Prakoso. 2005. Pengaruh Faktor Lahan Terhadap Nilai Properti
Perumahan di Kawasan Batam Center Kota Batam.Jurnal Pascasarjana.
Universitas Diponegoro. Semarang.

91
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner Penelitian

Responden yang terhormat,

Saya adalah salah satu Mahasiswa Sekolah Pascasarjana, Magister Manajemen


Properti dan Penilaian, Universitas Sumatera Utara, yang pada saat ini sedang
menyusun Tesis. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Tesis tersebut,
saya membutuhkan data-data untuk dianalisis, oleh karena itu saya sangat
berharap agar dalam pengisian kuisioner ini saudara/saudari berkenan mengisinya
dengan lengkap dan benar sesuai dengan keyakinan saudara/saudari.Setiap
jawaban saudara/saudari merupakan bantuan yang tidak ternilai bagi penelitian
ini, untuk itu saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.

Hormat Saya,

Ir. Markus Tarigan

** Data responden dan semua informasi yang diberikan akan dijamin kerahasiaannya,
oleh Sebab itu dimohon untuk mengisi kuisioner dengan sebenarnya dan se-objektif
mungki**

I. IDENTITAS RESPONDEN
1.1 Nama :
1.2 Jenis Kelamin :
a. Laki-Laki
b. Perempuan
1.3 Usia Responden :
a. 20 – 30 Tahun
b. 31 – 40 Tahun
c. > 40 tahun
1.4 Pekerjaan :
a. Pegawai Negeri
b. Pegawai Swasta
c. Wiraswasta

92
II. PETUNJUK PENGISIAN KUISIONER

1. Pilihlah salah satu jawaban yang menurut anda paling tepat dengan
memberikan tanda silang( X) pada kotak yang telah disediakan.

2. Berikut ini keterangan alternative pilihan jawaban yang tersedia, yaitu:


SB = Sangat Berpengaruh
B = Berpengaruh
N = Normal
TB = Tidak Berpengaruh
STB = Sangat Tidak Berpengaruh

NO PERNYATAAN SB B N TB STB
A. Perkembangan kawasan
1. Peningkatan aktivitas bisnis di kompleks
CBD Polonia Medan berjalan lambat.
2. Harga sewa atau harga jual ruko CBD Polonia
Medan meningkat cukup signifikan setiap tahunnya
B. Faktor-faktor
I. Lokasi dan Aksesbilitas
1. Lokasi CBD Polonia Medandekat dengan pusat kota
Medan
2. Akses masuk ke kawasan CBD Polonia Medan
relatif mudah dijangkau
3. Trayek pengangkutan umum tersedia di sekitar
kawasan CBD Polonia Medan
4. Kondisi jalan menuju kawasan CBD Polonia
Medan cukup lebar dan tertata dengan baik
5. Arus lalu lintas di lingkungan CBD sering terjadi
kemacetan.
II. Ekonomi dan sosial
1. Tingkat konsumsi masyarakat terhadap potensi
bisnis/usaha di CBD Polonia Medan cukup tinggi
2. Penduduk di sekitar kawasan CBD Polonia Medan
sering melakukan aktifitasnya di CBD Polonia
Medan
3. Tingkat keamanan lingkungan di CBD Polonia
Medan cukup baik dan terjaga
III. Tersedianya Fasilitas
1 Ketersediaan sarana bermain, sarana olah raga, sudah
cukup memadai di CBD Polonia Medan .
2 Ketersediaan tempat beribadah dan sarana pendidikan
sudah cukup memadai di CBD Polonia Medan .

93
NO PERNYATAAN SB B N TB STB
3 CBD Polonia Medan telah menjadi pusat
perbelanjaan masyarakat di sekitar kawasan
IV. Tata Guna Lahan
1. Pemanfaatan lahan dan bangunan yang ada sudah
berfungsi sebagaimana mestinya
2. Kompleks CBD Polonia Medan bebas dari banjir
3. Pihak Developer sudah memaksimalkan penggunaan
lahan di CBD Polonia Medan dengan baik

* TERIMA KASIH *

94
Lampiran 2 Tabulasi Data Uji Validitas dan Reliabilitas

X1 X2 X3 X4 Y
Alamat Jenis
No Nama Responden Umur Pekerjaan a b c d e a b c a b c a b c a b
Toko Kelamin

1 Chandra Wijaya Blok - A 1 1 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 1


2 Hendri Blok - A 3 1 3 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 3
3 Lores Blok - A 2 1 2 5 5 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 3
4 Hadiyanto Blok - B 2 1 3 4 1 4 3 3 3 2 4 3 3 3 4 2 3 4 5
5 Christian Blok - B 2 1 2 4 3 5 4 3 4 3 5 4 4 4 5 5 4 5 5
6 Niko Yoga Blok - B 2 1 2 4 3 5 4 3 4 3 5 5 4 4 5 4 3 5 5
7 Sasha Zaskia Blok - C 2 2 2 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 5 5 5 3 4 3
8 Erwan Bestari Blok - C 3 1 2 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 3 4 3
9 David Tanos Blok - D 3 1 2 5 4 4 4 3 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 4
10 Sonny Gunawan Blok - D 2 1 4 5 4 4 5 3 5 5 4 4 5 4 4 5 5 4 5
11 Giyani Blok - E 3 2 2 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 3 5 4
12 Oki Pambudi Blok - E 2 1 2 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 5 3 4 3 5 4
13 Mas'ul Hadi Blok - F 2 1 3 4 4 3 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5
14 Herry Setiawan Blok - F 2 1 2 4 5 3 5 5 4 4 5 4 4 5 5 4 5 5 5
15 Mery Yumiati Blok - G 1 2 3 3 3 4 5 5 5 5 4 5 3 4 3 4 4 4 4
16 Zain Ambi Blok - G 3 1 3 4 4 4 5 5 5 5 5 5 3 4 3 4 4 3 4
17 Katharina Rukaya Blok - AA 1 2 3 3 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4
18 Tjhong Vincentius Blok - AA 2 1 4 3 5 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4
19 Julianti Saraswati Blok - AA 3 2 3 3 5 5 4 4 5 4 4 3 5 4 4 4 5 4 4
20 Yovi Yoanita Blok - BB 2 2 2 4 5 5 5 5 5 5 4 4 3 4 4 3 5 3 5
21 William Soe Blok - BB 3 1 2 5 5 5 5 5 4 5 3 4 3 5 4 3 4 3 5
22 Wiwi Novaliza Blok - BB 1 2 2 4 5 5 5 5 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 5
23 Richardus Sendjaja Blok - CC 3 1 3 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 3 3 3 4
24 Alfred Blok - CC 2 1 2 5 5 4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5
25 Endarto Blok - CC 2 1 2 4 4 4 5 4 3 4 5 4 4 4 5 3 3 4 5
26 David Koper Blok - DD 1 1 2 4 3 4 4 4 2 4 1 4 3 4 4 3 5 5 3
27 Moses Witono Blok - DD 2 1 3 5 4 5 5 5 2 4 1 5 4 4 4 2 5 5 4
28 Hermana Setiyadi Blok - DD 3 1 3 5 3 5 5 5 2 5 1 5 4 3 4 1 5 5 3
29 Verano Blok - EE 3 1 3 4 5 3 4 3 5 4 4 4 5 3 3 3 5 5 5
30 Wiwiek Blok - FF 2 2 2 4 4 4 3 4 3 3 3 4 5 3 4 3 3 4 3

Jenis Kelamin
1 = Pria
2 = Wanita

20 - 30 Tahun
31 - 40 Tahun
> 40 Tahun

Jenis Pekerjaan
1 = Pegawai Negeri
2 = Pegawai Swasta
3 = Wiraswasta
4 = Lainnya

95
Lampiran 3 Tabulasi Data Hasil Penelitian

X1 X2 X3 X4 Y
Alamat Jenis
No Nama Responden Umur Pekerjaan a b c d e a b c a b c a b c a b
Toko Kelamin

1 Anton Tohadi Iswanto Blok - A 3 1 3 3 3 2 4 4 4 2 4 2 4 3 4 4 3 4 4


2 Alexander Blok - A 1 1 3 4 2 4 4 4 4 2 4 2 4 3 4 4 3 4 3
3 Kok Thin Hoa Blok - A 3 1 3 4 2 2 4 5 2 3 4 3 4 2 4 3 3 5 3
4 Fendi Zein Blok - A 1 1 3 4 4 4 5 5 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2
5 Wiryantami Blok - A 1 2 3 4 3 3 4 5 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3
6 Stephen Blok - B 2 1 2 3 3 2 4 4 4 3 4 3 4 3 2 4 2 4 4
7 Marcella Blok - B 1 2 2 4 3 2 3 3 3 3 4 3 4 3 2 4 2 4 3
8 Hadi Sobian Blok - B 1 1 2 4 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 4 3
9 Susmia Blok - B 1 2 2 3 2 4 3 3 3 2 4 4 4 4 4 3 3 4 5
10 Christina Blok - B 3 2 2 4 3 3 3 3 3 2 4 4 4 4 4 3 3 3 5
11 Halim Sobian Blok - C 3 1 3 3 2 2 3 4 3 4 5 2 5 2 3 4 2 5 1
12 Suwarni Blok - C 3 2 4 4 4 2 4 3 3 3 2 2 3 2 3 4 4 5 3
13 Hariwinata Blok - C 3 1 2 4 4 4 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 3 4 3
14 Candra Hulaemi Blok - C 1 1 3 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 3 5 3
15 Victor Willem Blok - C 3 1 2 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 3 3 3
16 Edison Blok - D 2 1 3 2 1 1 3 4 4 3 4 2 4 1 2 3 3 5 3
17 Andreas Soendjojo Blok - D 3 1 3 4 2 3 4 4 4 3 4 3 4 3 2 4 2 4 3
18 Suitela Blok - D 2 2 4 4 5 2 5 2 5 5 4 4 4 4 5 4 5 4 5
19 Josias Blok - D 3 1 4 5 4 3 4 3 5 5 4 4 5 4 3 5 5 5 5
20 Arbi Diansyah Blok - D 1 1 3 5 5 4 4 3 5 5 5 4 4 4 3 5 5 5 5
21 Hermanto Marpaung Blok - E 3 1 3 4 4 1 2 5 2 2 4 1 2 2 2 4 2 5 4
22 Andika Blok - E 2 1 2 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3
23 Cipto Raharjo Blok - E 2 1 3 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 3 5 4
24 Poniman Blok - E 3 1 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 3 5 5
25 Kelvin Wijaya Blok - E 1 1 3 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 3 5 3 5 5
26 Chandra Irawan Blok - F 2 1 3 5 4 3 3 5 4 4 4 1 3 3 2 4 3 4 3
27 Jeferemy Blok - F 1 1 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 4 2 4 2
28 Nugroho Blok - F 2 1 2 4 4 3 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5
29 Andriyus Wijaya Blok - F 2 1 3 5 5 3 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5
30 Natasya Medina Blok - F 3 2 2 4 5 3 5 5 4 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5
31 Candra Blok - G 1 1 2 4 4 3 3 3 4 5 5 5 5 3 3 5 3 2 4
32 Christina Blok - G 1 2 2 4 4 2 2 5 4 3 3 3 3 1 2 3 3 4 3
33 Manda Fermilia Blok - G 2 2 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 3 5 4 4 4
34 Felix Andhy Winata Blok - G 2 1 2 4 5 5 5 5 5 5 5 5 3 4 3 5 4 4 4
35 Enny Susilowat Blok - G 1 2 3 4 4 5 5 5 5 5 5 5 3 5 3 5 4 4 5
36 Adinda Trianda Blok - AA 1 2 4 4 3 2 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4
37 Michelle Angela Blok - AA 1 2 2 4 2 1 2 5 2 3 3 2 2 2 3 3 3 4 4
38 Selly Blok - AA 1 2 2 4 3 2 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3
39 Tarmiji Blok - AA 1 1 2 3 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4
40 Vivid Devianti Blok - AA 3 2 2 3 5 5 4 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4
41 Devita Blok - BB 1 2 2 4 3 2 3 4 2 3 3 2 2 2 3 3 3 5 2
42 Yogie Khairunanda Blok - BB 1 1 4 5 2 2 2 4 3 4 2 4 4 2 1 3 1 4 4
43 Agnes Silvya Blok - BB 1 2 4 4 4 2 5 2 3 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4
44 Andrew Blok - BB 2 1 2 4 5 5 5 5 5 5 4 4 3 5 4 4 4 3 5
45 Wellie Soe Blok - BB 3 2 3 4 5 5 4 5 5 5 3 5 3 5 4 4 4 3 5
46 Andre Willy Blok - CC 1 1 3 4 2 2 4 3 4 3 4 3 3 2 4 4 4 3 3
47 Novelya Angelina Blok - CC 1 2 3 4 2 2 4 4 3 2 4 2 3 2 3 4 4 5 3
48 Saiful H Blok - CC 2 1 3 3 3 3 4 4 4 2 3 2 3 4 4 3 3 3 3
49 Janice Salim Blok - CC 3 2 3 5 4 4 5 4 5 4 4 3 5 4 5 5 5 5 4
50 Diah Ayu Olif Blok - CC 2 2 2 5 4 4 4 5 4 4 5 3 4 4 5 4 3 4 5
51 Luliyanti Blok - DD 3 2 2 4 2 1 2 5 2 2 3 2 4 2 2 4 2 5 2

96
(lanjutan)

Lampiran 3 Tabulasi Data Hasil Penelitian

X1 X2 X3 X4 Y
Alamat Jenis
No Nama Responden Umur Pekerjaan a b c d e a b c a b c a b c a b
Toko Kelamin
52 Fredy Setiawan Blok - DD 3 1 3 2 3 2 4 4 2 2 3 3 4 2 3 4 4 4 3
53 Eddy Rimba Blok - DD 2 1 3 2 2 2 3 1 2 4 3 2 3 2 3 4 4 3 3
54 Gogod Dirgo Blok - DD 3 1 2 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4
55 Andreas Juan Blok - DD 2 1 3 5 5 5 5 5 2 5 2 5 4 4 5 3 5 5 4
56 Renika Situmorang Blok - EE 1 2 2 3 4 2 3 4 2 2 3 2 4 2 4 4 4 4 3
57 Pungki Martha Blok - EE 2 2 3 4 4 3 4 4 5 3 4 5 5 5 2 5 5 5 3
58 Tjoe Tjoe Ali Blok - FF 3 1 3 4 5 3 4 4 5 3 3 4 5 5 3 5 5 5 2
59 Wiwiek Blok - FF 2 2 2 4 4 4 3 4 3 3 3 4 5 3 4 3 3 4 3
60 Juwita Blok - FF 3 2 2 4 5 4 5 5 5 4 3 4 5 5 3 5 5 5 2

Jenis Kelamin
1 = Pria
2 = Wanita

20 - 30 Tahun
31 - 40 Tahun
> 40 Tahun

Jenis Pekerjaan
1 = Pegawai Negeri
2 = Pegawai Swasta
3 = Wiraswasta
4 = Lainnya

97
Lampiran 4 Tabel Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Lokasi dan

Aksesibilitas

98
Lampiran 5 Tabel Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Ekonomi

dan Sosial

99
Lampiran 6 Tabel Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Tersedianya

Fasilitas

100
Lampiran 7 Tabel Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Tata Guna

Lahan

101
Lampiran 8 Tabel Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel

Perkembangan Kawasan

102
Lampiran 9 Grafik Normal P-Plot

103
Lampiran 10 Tabel Normalitas Uji Kolmogorov-Smirnov

Lampiran 11 Tabel Uji Koefesien Determinasi (R2)

104
Lampiran 12Tabel Uji–Fatau Uji Simultan

105
Lampiran 13Peta Zonasi RDTR Kota Medan Tahun 2015 - 2035

Anda mungkin juga menyukai