Anda di halaman 1dari 8

Volume 11, Nomor 2, Hal.

45-51 ISSN 0852-8349


Juli - Desember 2009

PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM PERAWAT DALAM


PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT.

Arrie Budhiartie
Fakultas Hukun, Universitas Jambi
Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi 36361

Abstrak
Penelitian ingin menelusuri tentang pertanggungjawaban hukum perawat dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Penelitian ini bersifat yuridis-normatif. Selain itu dilakukan
juga penelitian lapangan (field research) dengan lokasi di beberapa rumah sakit di Kota Jambi.
Adapun pendekatan yang dipakai adalah pendekatan perundang-undangan (statuta approach),
pendekatan konseptual (conseptual approach) dan pendekatan terhadap kasus (cases approach.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kewenangan Perawat dalam menjalankan tugas dan
profesinya secara prinsip diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1293/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktek Perawat. Pertanggungjawaban
hukum perawat bisa dipilah berdasarkan bidang hukum itu sendiri yakni secara Hukum
Administrasi Negara, secara hukum Perdata dan secara Hukum Pidana. Pertanggungjawaban
secara HAN akan bersumber dari kewenangan yang diperoleh dan dihubungkan dengan fungsi
perawat dalam menjalankan profesinya. Kewenangan atribusi yang melekat pada fungsi
independen dimana perawat menjalankan tugasnya berdasarkan kewenangan yang diperolehnya
melalui peraturan perundangan-undangan. Pertanggungjawaban secara hukum perdata akan
bersumber pada perbuatan melawan hukum atau wanprestasi. Pertanggungjawabannya bisa
langsung atau menjadi tanggung gugat bersama dokter/rumahsakit, bergantung pada jenis
tindakan yang dilakukan. Sementara pertanggungjawaban secara hukum pidana akan bersumber
terhadap persyaratan untuk dapat dimintai pertanggungjawaban hukum; yakni (1) adanya
perbuatan/ tidak berbuat yang berdasarkan aturan tertulis (2) adanya kemampuan bertanggung
jawab (3) adanya suatu kesalahan, baik sengaja maupun lalai (4) dan tidak ada unsur pemaaf dan
unsur pembenar. Bentuk pertanggungjawaban adalah mandiri dan langsung sesuai dengan fungsi
sanksi pidana itu nantinya yaitu membuat jera pelakunya.

Kata kunci : Perawat, pertanggung jawaban hukum, rumah sakit

PENDAHULUAN adalah sebagai pelaksana, dalam menjalankan


tugasnya sebagi pelaksana perawat
Perawat sebagai salah satu tenaga medis menggunakan metode-metode untuk
yang memberikan pelayanan kesehatan membantu mengatasi masalah yang dihadapi
kepada masyarakat umum yang tugas
pasiennya. Kedua peran perawat adalah
utamanya adalah memberikan asuhan atau
pelayanan keperawatan sesuai dengan sebagai pendidik, yang memberikan
keahlian dan keterampilan yang dimilikinya. penyuluhan kepada klien atau pasien yang
Pelayanan keperawatan tersebut diberikan berada dibawah tanggung jawabnya. Ketiga
secara langsung maupun tidak langsung, peran perawat adalah sebagai pengelola,
melalui kegiatan penyuluhan dan pendidikan dengan jabatan struktural yang dimiliki guna
oleh perawat dalam institusi sarana kesehatan. memantau dan menjamin kualitas asuhan
Jika kita membicarakan tugas dan fungsi keperawatan. Keempat adalah sebagai
dari perawat maka kita tidak akan lepas untuk peneliti, dalam upayanya untuk
membicarakan peranan perawat dalam mengembangkan body of knowledge
pelayanan kesehatan. Pertama peran perawat keperawatan maka perawat harus memiliki

45
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora

kemampuan untuk melakukan penelitian tersebut maka penulis tertarik mengangkat


dibidangnya (Ibid, hal 34) permasalahan di atas dengan judul
Dalam menjalankan fungsinya terutama di “Pertanggungjawaban Hukum Perawat dalam
rumah sakit, perawat mempunyai areal kerja Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Di
yang berbeda sesuai dengan pembagian unit Rumah Sakit.”
dalam rumah sakit. Keterbatasan jumlah
tenaga medis (dokter) dalam setiap METODE PENELITIAN
pelaksanaan pelayanan kesehatan telah
memaksa dokter untuk membutuhkan perawat Penelitian ini bersifat yuridis-normatif.
sebagai tenaga pendukung dalam setiap Namun untuk memudahkan memperoleh
tugasnya. Namun tidak jarang dalam bahan-bahan non hukum dan bahan-bahan
pelaksanaan tugasnya tersebut, perawat penunjang lainnya penulis juga melakukan
melakukan kesalahan yang memberikan penelitian lapangan (field research) dengan
dampak negatif pada pasien, seperti kesalahan lokasi di beberapa rumah sakit di Kota Jambi.
pemberian dosis obat, kesalahan pemberian Adapun pendekatan yang dipakai adalah
diet pasien, kesalahan penanganan gawat pendekatan perundang-undangan (statuta
darurat, kesalahan pelayanan perawatan pasca approach), pendekatan konseptual
operasi dan sebagainya. Seperti juga halnya (conseptual approach) dan pendekatan
dokter, maka setiap tindakan perawat sebagai terhadap kasus-kasus yang pernah terjadi
suatu subjek hukum akan berhadapan dengan (cases approach), yang dilakukan secara
konsekuensi hukum berupa bersamaan dalam upaya memperoleh bahan-
pertanggungjawaban secara hukum pula. bahan hukum terkait objek penelitian.
Namun hingga saat ini, batasan
pertanggungjawaban tersebut masih rancu HASIL DAN PEMBAHASAN
karena unsur ketidakjelasan kewenangan
perawat dalam menjalankan tugas profesinya. Pengaturan Kewenangan Perawat dalam
Kewenangan yang masih bercampur aduk Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit
dengan kewenangan dokter telah Kewenangan Perawat dalam menjalankan
mengaburkan makna dan batasan tugas dan profesinya secara prinsip diatur
pertanggugjawaban hukum tersebut. Hal ini dalam Keputusan Menteri Kesehatan
mengakibatkan kerugian bagi pihak pasien, Republik Indonesia No.1293/Menkes/SK/XI/
baik secara fisik, psikis maupun materiil. Dan 2001 tentang Registrasi dan Praktek Perawat.
terlebih lagi, pasien tidak mengetahui tujuan Keputusan Menteri ini sebagai peraturan
dan sasaran gugatan hukum mereka apabila tekhnis yang diamanatkan UU Kesehatan
terjadi tindakan medik yang merugikan Tahun 1992 dan peraturan pelaksanaan dari
pasien. Kesalahan ini pada akhirnya akan Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 1996
mementahkan dalil-dalil gugatan atau tuntutan tentang Tenaga Kesehatan. Dalam PP No. 39
hukum yang diajukan. Pada akhirnya, Tahun 1996 tersebut dijabarkan bahwa
masyarakat sebagai penerima pelayanan perawat merupakan salah satu tenaga
kesehatan tidak mendapatkan suatu kepastian kesehatan yang memiliki kewenangan dan
dan perlindungan hukum. Demikian pula fungsi khusus yang berbeda dengan tenaga
dengan pelaku pelayanan kesehatan tersebut kesehatan lain. Dengan demikian sebagai
seperti dokter, perawat dan rumah sakit peraturan pelaksana, Keputusan Presiden ini
sebagai sebuah institusi kesehatan itu sendiri. merupakan norma yuridis yang mengikat
Berkaca dari berbagai persoalan hukum perawat dalam menjalankan profesinya,
yang timbul dalam dunia praktik pelayanan terutama yang dilakukan di rumah sakit.
kesehatan di rumah sakit yang melibatkan Dalam menjalankan profesinya maka
tugas dan peran perawat dalam kaitannya perawat tidak akan terlepas dari batasan
dengan sistem pertanggugjawaban hukum kewenangan yang dimiliknya. Karena
yang lahir dari setiap tindakan yang dilakukan menurut Prof. Leenan seperti yang telah

46
Arrie Budhiartie : Pertanggungjawaban Hukum Perawat

dikutip dalam bab terdahulu, bahwa kesehatan diluar kewenangannya


kewenangan merupakan syarat utama dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15.
melakukan suatu tindakan medis. 2. pelayanan dalam keadaan darurat
Pasal 15 Kepmen No. 1293/Menkes/SK/ sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
XI/2001 menyebutkan batasan kewenangan ditujukan untuk penyelamatan jiwa.
tersebut yaitu:: Pengaturan kewenangan perawat tersebut
1. melaksanakan asuhan keperawatan yang lebih lanjut dijelaskan dalam Petunjuk
meliputi pengkajian, penetapan diagnosa Pelaksana Kepmenkes 1239/MENKES/2001
keperawatan, perencanaan, melaksanakan yang merupakan suatu pedoman untuk
tindakan keperawatan dan evluasi melaksanakan registrasi praktek kepeawatan.
keperawatan; Pada petunjuk pelaksanaan tersebut
2. tindakan perawat sebabaimana dimaksud disebutkan bahwa kewenangan perawat
pada butir a meliputi intervensi adalah melakukan asuhan keperawatan yang
keperawatan, observasi keperawatan, meliputi kondisi sehat dan sakit yang
pendidikan, dan konseling kesehatan; mencakup; asuhan keperawatan pada
3. dalam melaksanakan asuhan keperawatan perinatal, asuhan keperawatan pada neonatal,
sebagaimana dimaksud huruf (a) dan (b) asuhan keperawatan pada anak, asuhan
harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan pada dewasa, dan asuhan
keperawatan yang ditetapkan oleh keperawatan pada maternitas.
organisasi profesi;
4. pelayanan tindakan medik hanya dapat Pertanggungjawaban hukum perawat dalam
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Di
dilakukan berdasarkan perintah tertulis
Rumah Sakit.
dari dokter. Pertanggungjawaban hukum perawat dapat
Dalam menjalankan kewenangan tersebut ditinjau dari pembidangan hukum itu sendiri.
ada kewajiban yang patut diingat oleh Bila ditinjau berdasarkan Hukum
perawat. Kewajiban tersebut terdapat dalam Administrasii Negara maka pertanggung
Pasal 16 yaitu: jawaban hukum itu akan bersumber pada
1. menghormati hak pasien; masalah kewenangan yang dimilikinya. Bila
2. merujuk kasus yang tidak dapat ditangani; pertanggungjawaban hukum itu berdasarkan
3. menyimpan rahasia sesuai dengan hukum perdata maka unsur terkait adalah ada
peraturan perundang-undangan yang tidaknya suatu perbuatan melawan hukum
berlaku; atau wan prestasi dan bila bersumber pada
4. memberikan informasi; hukum pidana maka unsurnya adalah ada
5. meminta persetujuan tindakan yang akan tidaknya suatu kesalahan terhadap perbuatan
dilakukan; yang harus/tidak seharusnya dilakukan
6. melakukan catatan perawatan dengan berdasarkan hukum tertulis maupun tidak
baik. tertulis. Berdasarkan kondisi itu penulis akan
Meskipun demikian ada pengecualian menguraikannya satu persatu.
terhadap kewenangan yang telah dilandaskan Pertanggungjawaban perawat akan
pada Pasal 15 tersebut. Pengecualian tersebut bergantung pada bentuk kewenangan yangd
jelas dimaksudkan untuk memberikan dimiliki. Pada pelanggaran kewenangan
perlindungan hukum yang lebih luas terhadap atribusi yang merupakan fungsi
penyelenggaran dan pelayanan kesehatan independennya perawat maka bila terjadi
yang dilakukan seorang perawat. Ketentuan kesalahan dalam asuhan keperawatan tersebut
tentang pengecualian tersebut terdapat dalam perawat yang bersangkutan akan memikul
Pasal 20 yakni: beban pertanggungjawabannya sendiri. .
1. dalam keadaaan darurat yang mengancam Contoh kasus bila seorang perawat melakukan
jiwa seseorang/pasien, perawat kesalahan ketika memandikan pasien bayi
berwenang untuk melakukan pelayanan yang menyebabkan terjadinya faktur.

47
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora

Sementara apabila fungsi interdependen Pertanggungjawaban hukum di bidang


yang dilanggar maka perawat akan memikul perdata akan bersumber pada perbuatan
beban tanggungjawab tersebut bersama-sama melawan hukum atau wanprestasi. Namun
dengan dokter ketua tim dan Rumah Sakit kedua batasan pelanggaran hukum tersebut
yang memberikan tugas tersebut. Contoh tetap tidak akan lepas dari pelaksanaan fungsi
kasus apabila terjadi kesalahan perawat dalam perawat. Tindakan perawat dapat dikatakan
menghitung jumlah kapas bulat di ruang sebagai perbuatan melawan hukum apabila
operasi sesudah operasi yang mengakibatkan terpenuhinya unsur-unsur yang tertuang dalam
tertinggalnya kapas di dalam perut pasien Pasal 1365 KUHAPerdata, yakni adanya
tidak terdeteksi oleh dokter. kerugian nyata yang diderita sebagai akibat
Untuk kewenangan delegasi sebagai fungsi langsung dari perbuatan tersebut. Sementara
dependennya maka kesalahan yang terjadi pertanggungjawaban dalam katagori
tidak langsung menjadi pertanggungjawabaan wanprestasi apabila terpenuhi unsur-unsur
perawat. Harus diteliti lebih dahulu apakah wanprestasi dalam Pasal 1234 KUHPerdata.
kesalahan tersebut akibat perintah dokter yang Pertanggungjawaban perawat bila dilihat
tidak jelas ataukah karena perawat yang tidak dari ketentuan dalam KUHPerdata maka dapat
mengindahkan perintah tersebut dengan baik. dikatagorikan ke dalam 4 (empat) prinsip
Karena suatu pendelegasian yang dilakukan sebagai berkut:
oleh dokter kepada perawat memiliki 1. Pertanggungjawaban langsung
beberapa persyaratan seperti yang berdasarkan Pasal 1365 BW dan Pasal
dikemukakan oleh Wintari Hariningsih (2000) 1366 BW Berdasarkan ketentuan pasal
dalam Implementasi Kinerja Perawat di tersebut maka seorang perawat yang
Rumah Sakit yaitu: melakukan kesalahan dalam menjalanka
1. dalam pelaksanannya berdasarkan fungsi independennya yang
keputusan dokter; ini berarti delegasi mengakibatkan kerugian pada pasien
tersebut harus definitif maka ia wajib memikul tanggung
2. dapat melakukan tindakan medik tertentu jawabnya secara langsung
bila telah terlatih; dalam hal ini seorang 2. Pertanggungjawaban dengan asas
perawat yang terlatih karena dia telah respondeat superior atau let's the master
menjalani pelatihan sesuai dengan answer maupun khusus di ruang bedah
perundang-undangan yang berlaku dan dengan asas the captain of ship melalui
tidak semua perawat dapat diberi Pasal 1367 BW Dalam hal ini
limpahan kewenangan ini. pertanggungjawaban akan muncul apabila
3. pendelegasian harus tertulis dengan kesaalahan terjadi dalam menjalankan
instruksi yang jelas pelaksanaannya serta fungsi interdependen perawat. Sebagai
petunjuk bila timbul komplikasi; disi bagian dari tim maupun orang yang
berlaku bagaimana adanya kewajiban bekerja di bawah perintah dokter/rumah
seorang pemberi delegasi (dalam hal ini sakit, maka perawat akan bersama-sama
dokter) untuk memberikan keterangan bertanggung gugat kepada kerugian yang
yang jelas dan perawat mempunyai hak menimpa pasien.
untuk bertanya. 3. Pertanggungjawaban dengan asas
4. harus ada bimbingan dan pengawasan zaakwarneming berdasarkan Pasal 1354
BW Dalam hal ini konsep
dalam pelaksanaannya; di sini perawat
pertanggungjawaban terjadi seketika bagi
dan dokter menjadi suatu poartner bukan
seorang perawat yang berada dalam
bawahan. Dokter membimbing dan
kondidi tertentu harus melakukan
mengawasi tindakanyang didelegasikan pertolongan darurat dimana tidak ada
tersebut. orang lain yang berkompeten untuk itu.
5. perawat berhak menolak bila ia merasa Perlindungan hukum dalam tindakan
tidak mampu. zaarneming perawat tersebut tertuang

48
Arrie Budhiartie : Pertanggungjawaban Hukum Perawat

dalam Pasal 20 Kepmenkes tentang wanprestasi, maka pertanggungjawaban itu


Registrasi Perawat. Perawat justru akan akan dipikul langsung oleh perawat yang
dimintai pertanggungjawaban hukum bersangkutan.
apabila tidak mengerjakan apa yang Sementara dari aspek pertanggungjawaban
seharusnya dikerjakan dalam Pasal 20 secara hukum pidana seorang perawat baru
tersebut. dapat dimintai pertanggungjawaban apabila
4. Pertanggungjawaban karena gugatan terdapat unsur-unsur sebagai berikut:
wanprestasi berdasarkan Pasal 1234 BW a. suatu perbuatan yang bersifat melawan
Dalam wanprestasi seorang peraawat akan hukum ; dalam hal ini apabila perawat
dimintai pertanggungjawaban apabila melakukan pelayanan kesehatan di luar
terpenuhi unsur-unsur wanprestasi yaitu: kewenangan yang tertuang dalam Pasl 15
a. Tidak mengerjakan kewajibannya Kepmenkes.
sama sekali; dalam konteks ini b. Mampu bertanggung jawab, dalam hal ini
apabila seorang perawat tidak seorang perawat yang memahami
mengerjakan semua tugas sesuai konsekuensi dan resiko dari setiap
dengan fungsinya, baik fungsi tindakannya dan secara kemampuan, telah
independen, interdependen maupun mendapat pelatihan dan pendidikan untuk
dependen. itu. Artinya seorang perawat yang
b. Mengerjakan kewajiban tetapi menyadari bahwa tindakannya dapat
terlambat; dalam hal ini apabila merugikan pasien.
kewjiban sesuai fungsi tersebut c. Adanya kesalahan (schuld) berupa
dilakukan terlambat yang kesengajaan (dolus) atau karena kealpaan
mengakibatkan kerugian pada pasien. (culpa). Kesalahan disini bergantung pada
Contoh kasus seorang perawat yang niat (sengaja) atau hanya karena lalai.
tidak membuang kantong urine pasien Apabila tindakan tersebut dilakukan
dengan kateter secara rutin setiap hari. karena niat dan ada unsur kesengajaan,
Melainkan 2 hari sekali dengan maka perawat yang bersangkutan dapat
ditunggu sampai penuh. Tindakan dijerat sebagai pelaku tindak pidana.
tersebut megakibatkan pasien Sebagai contoh seorang perawat yang
mengalami infeksi saluran urine dari dengan sadar dan sengaja memberikan
kuman yang berasal dari urine yang suntikan mematikan kepada pasien yang
tidak dibuang. sudah terminal. (disebut dengan tindakan
c. Mengerjakan kewajiban tetapi tidak euthanasia aktif)
sesuai dengan yang seharusnya; suatu d. Tidak adanya alasan pembenar atau alasan
tugas yang dikerjakan asal-asaln. pemaaf; dalam hal ini tidak ada alasan
Sebagai contoh seorang perawat yang pemaaf seperti tidak adanya aturan yang
mengcilkan aliran air infus pasien di mengijinkannya melakukan suat tindakan,
malam hari hanya karena tidak mau ataupun tidak ada alasan pembenar seperti
terganggu istirahatnya. resiko yang melekat dalam tindakan yang
d. Mengerjakan yang seharusnya tidak dilakukan. Misalnya resiko terjadinya
boleh dilakukan; dalam hal ini apabila odem (bengkak) sesudah jarum infus
seorang perawat melakukan tindkan dicabut.Atau adanya rasa tidak nyaman
medis yang tidak mendapat delegasi bagi pasien yang menjalani kateter.
dari dokter, seperti menyuntik pasien Secara umum, pertanggungjawaban pidana
tanpa perintah, melakukan infus seoorang perawat adalah mandiri dan
padahal dirinya belum terlatih. langsung, tidak seperti pada perdata maupun
Apabila perawat terbukti memenuhi unsure HAN. Hal ini dikarenakan fungsi sanksi

49
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora

KESIMPULAN DAN SARAN asuhan keperawatan (ASKEP). Kewenangan


mandat terdapat dalam fungsi interdependent
Pengaturan Kewenangan Perawat Dalam dimana kewenangan perawat diperoleh dalam
Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit suatu kerja sama tim. Kewenangan delegasi
Kewenangan Perawat dalam menjalankan melekat pada fungsi dependen dimana
tugas dan profesinya secara prinsip diatur tindakan yang dilakukan perawat sebenarnya
merupakan tanggung jawab dokter, namun
dalam Keputusan Menteri Kesehatan tugas tersebut berikut pertanggungjawabannya
Republik Indonesia diserahkan kepada perawat yang telah
No.1293/Menkes/SK/XI/2001 tentang memenuhi syarat-syarat tertentu.
Registrasi dan Praktek Perawat. Dalam Pertanggungjawaban secara hukum perdata
menjalankan profesinya maka perawat tidak akan bersumber pada perbuatan melawan
akan terlepas dari batasan kewenangan yang hukum atau wanprestasi. Pertanggungjawaban
dimiliknya. Karena menurut Prof. Leenan nya bisa langsung atau menjadi tanggung
seperti yang telah dikutip dalam bab gugat bersama dokter/rumahsakit, bergantung
terdahulu, bahwa kewenangan merupakan pada jenis tindakan yang dilakukan.
syarat utama dalam melakukan suatu tindakan Sementara pertanggungjawaban secara
medis. Pasal 15 Kepmen No. 1293/Menkes/ hukum pidana akan bersumber terhadap
SK/XI/2001 menyebutkan tentang batasan persyaratan untuk dapat dimintai
kewenangan tersebut yaitu : pertanggungjawaban hukum; yakni (1) adanya
a. melaksanakan asuhan keperawatan yang perbuatan/ tidak berbuat yang berdasarkan
meliputi pengkajian, penetapan diagnosa aturan tertulis (2) adanya kemampuan
keperawatan, perencanaan, melaksanakan
bertanggung jawab (3) adanya suatu
tindakan keperawatan dan evluasi
kesalahan, baik sengaja maupun lalai (4) dan
keperawatan
b. Tindakan perawat sebabaimana dimaksud tidak ada unsur pemaaf dan unsur pembenar.
pada butir a meliputi intervensi Bentuk pertanggungjawaban adalah mandiri
keperawatan, observasi keperawatan, dan langsung sesuai dengan fungsi sanksi
pendidikan, dan konseling kesehatan; pidana itu nantinya yaitu membuat jera
c. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pelakunya.
sebagaimana dimaksud huruf (a) dan (b)
harus sesuai dengan standar asuhan Saran
keperawatan yang ditetapkan oleh Untuk lebih memudahkan sistem
organisasi profesi; pertanggungjawaban hukum perawat dan
d. Pelayanan tindakan medik hanya dapat adanya perlindungan hukum yang lebih kuat
dilakukan berdasarkan perintah tertulis maka penulis hanya menyarankan agar
dari dokter. dibentuk suatu peraturan hukum yang lebih
mengikat seperti UU atau Peraturan
Pertanggungjawaban hukum Perawat Pemerintah karena apabila hanya berdasarkan
Pertanggungjawaban hukum perawat bisa Keputusan Menteri maka aturan itu tidak
dipilah berdasarkan bidang hukum itu sendiri mempunyai kekuatan mengikat yang kuat.
yakni secara Hukum Administrasi Negara, Hendaknya RUU Keperawatan yang saat ini
secara hukum Perdata dan secara Hukum
Pidana. Pertanggungjawaban secara HAN tengah diproses di DPR segera diundangkan
akan bersumber dari kewenangan yang menjadi UU.
diperoleh dan dihubungkan dengan fungsi
perawat dalam menjalankan profesinya. DAFTAR PUSTAKA
Kewenangan atribusi yang melekat pada
fungsi independen dimana perawat A. Referensi /Literatur
menjalnkan tugasnya berdasarkan
kewenangan yang diperolehnya melalui Ann Helm, Malpraktik Keperawatan; 2003,
peraturan perundangan-undangan. Dan Penerbit Buku Kedokteran EGC,
kewenangan atribusi tersebut berdasarkan Jakarta

50
Arrie Budhiartie : Pertanggungjawaban Hukum Perawat

Chrisdiono M.Achadiat, Dinamika Etika & Mada University Press, Yogyakarta


Hukum Kedokteran dalam Tantangan Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara,
Zaman; 2008, Penerbit Buku 2006, Raja Grafindo Persada,Jakarta
Kedokteran EGC, Jakarta Syahrul Machmud; Penegakan Hukum dan
Danny Wiradharma, Tindakan Medis Aspek Perlindungan Hukum Bagi Dokter Yang
Etis dan Yuridis;2003, Penerbit Diduga Melakukan Medical
Universitas Trisakti, Jakarta Malpractice (Malpraktik Medis); 2008;
Guwandi, Hukum Medik (Medical Law), Mandar Maju; Bandung
2005; Fakultas Kedokteran UI; Jakarta Sri Praptianingsih; Kedudukan Hukum
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Perawat dalam Upaya Pelayanan
Penelitian Hukum Normatif; 2005, Kesehatan di Rumah Sakit; 2006, Raja
Bayumedia Publishing, Surabaya Grafindo Persada, Jakarta
Julianus Ake; Malpraktik dalam Keperawatan; Wila Chandarawila Supriadi, Hukum
2003, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Kedokteran; 2001, Mandar Maju,
Jakarta. Bandung
Mimin Emi Suhaemi; Etika Keperawatan,
Aplikasi Pada Praktik; 2003; EGC; Peraturan Perundang-undangan
Jakarta. 1. Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan
Nila Ismani, Etika Keperawatan; 2001,
2. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996
Widya Medika, Jakarta tentang Tenaga Kesehatan
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian 3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Hukum;2007, Kencana, Jakarta Indonesia No. 1239/Menkes/SK/XI/
Philiphus M. Hadjon, Pengantar Hukum 2001 tentang Registrasi dan Praktek
Administrasi Indonesia, 1994, Gadjah Perawat

51
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora

52

Anda mungkin juga menyukai