1. Latar Belakang
Salah satu masalah yang banyak dihadapi dalam dunia pendidikan kita
adalah lemahnya kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan tenaga
pendidik di instansi pendidikan. Dalam proses pembelajaran di kelas peserta
didik cenderung diarahkan kepada kemampuan untuk menghafal informasi.
Padahal menurut Suwarna (2005:119) dalam bukunya mengatakan bahwa
dalam pandangan constructivism, otak anak pada dasarnya tidak seperti gelas
kosong yang siap diisi dengan air sehingga informasi berasal dari pikiran
guru. Otak anak tidaklah kosong, melainkan berisi pengetahuan-pengetahuan
yang telah dikonstruksikan anak sendiri sewaktu anak berinteraksi dengan
lingkungan atau peristiwa yang dialaminya. Meskipun beberapa pengetahuan
yang dikonstruksikan anak ini cenderung miskonsepsi (salah pemahaman),
namun bagi anak pengetahuan ini cukup masuk akal. Maka otak anak sebagai
peserta didik yang dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai
informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya dengan
menghubungkannya ke dalam kehidupan sehari-hari akan berakibat peserta
didik yang hanya pintar secara teoritis, akan tetapi miskin aplikasi.
Oleh sebab itu, penulis melakukan observasi terhadap salah satu tenaga
pendidik yaitu dosen mata kuliah Fisika Modern, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Jakarta. Observasi yang dilakukan
adalah tentang bagaimana kegiatan belajar mengajar selama kelas mata kuliah
Fisika Modern
Menurut Elaine B Johnson (2002) Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah
:
......an educational process that aims to help students see meaning in
academic material they are studying by connecting academic subjects
with the context of their daily lives, that is, with context of their
personal, social, and cultural circumstance. To achieve this aims, the
system encompasses the following eight component: making
meaningful connections, doing significant work, self-regulated
learning, collaborating, critical and creative thinking, nurturing the
individual, reaching high standards, using authentic assesment.
Kutipan pengertian di atas menegaskan hakikat CTL yang dapat diringkas dalam 3
(tiga) kata yaitu makna, bermakna, dan dibermaknakan. Dengan merujuk pada 4
(empat) konsep kunci yang saling terkait, yaitu teaching (refleksi sistem
kepribadian sang guru yang bertindak secara profesional), learning (refleksi sistem
kepribadian peserta didik yang menunjukkan perilaku yang terkait dengan tugas
yang diberikan, instruction (sistem sosial tempat berlangsungnya mengajar dan
belajar ), dan curriculum (sistem sosial yang berujung pada rencana untuk
pengajaran ) maka dalam CTL guru berperan sebagai fasilitator tanpa henti
(reinforcing), yakni membantu peserta didik menemukan makna (pengetahuan).
Dalam penerapan CTL ada sejumlah strategi yang mesti ditempuh yaitu:
Kedua, menggunakan konteks yang beragam. Makna itu ada di mana-mana dalam
konteks fisikal dan sosial. Guru membermaknakan pusparagam konteks (sekolah,
masyarakat, tempat kerja, dan sebagainya), sehingga makna (pengetahuan) yang
diperoleh peserta didik menjadi semakin berkualitas.
Keempat, memberdayakan peserta didik untuk belajar sendiri. Peserta didik dilatih
untuk kritis dan kreatif dalam mencari dan menganalisis informasi dengan sedikit
bantuan atau malah secara mandiri.
Kelima, belajar melalui kolaborasi, Peserta didik dibiasakan saling belajar dari dan
dalam kelompok untuk berbagi pengetahuan dan menentukan fokus belajar.
Keenam, menggunakan penilaian autentik. Hal ini menunjukkan bahwa belajar telah
berlangsung secara terpadu dan kontekstual, dan memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk maju terus sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Ketujuh, mengejar standar tinggi. Standar unggul sering dipersepsikan sebagai
jaminan, baik jaminan lulus, jaminan kerja, jaminan kepercayaan diri, jaminan
menentukan masa depan. Hal ini perlu didengungkan kepada peserta didik agar
menjadi manusia yang kompetitif pada abad persaingan dewas ini (Elaine B
Johnson : 2002)
Dari konsep tersebut ada 3 (tiga) hal yang harus difahami. Pertama, CTL akan
menekankan kepada proses keterlibatan peserta didik untuk menemukan materi,
artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung.
Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar peserta didik hanya
menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi
pelajaran. Kedua, CTL mendorong agar peserta didik dapat menemukan hubungan
antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya peserta didik
dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah
dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting agar materi yang dipelajari peserta
didik tertanam erat dalam memori peserta didik, sehingga tidak akan mudah
dilupakan. Ketiga, CTL mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan peserta didik
memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu
dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 (tujuh) asas. Asas-asas ini
yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
CTL. Adapun 7 (tujuh) asas tersebut adalah :
1. Konstruktivisme, adalah proses membangun atau menyusun penge-tahuan
baru dalam struktur kognitif peserta didik berdasarkan pengalaman.
2. Inkuiri, adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan
penemuan melalui proses berfikir secara sistematis.
3. Bertanya (Questioning), adalah bertanya dan menjawab pertanyaan.
Bertanya dipandang sebagai refleksi keingintahuan setiap individu;
sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang
dalam berfikir.
4. Masyarakat Belajar ( Learning Community) adalah proses kerjasama
saling memberi dan menerima. Penerapannya dapat dilakukan dengan
menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Dalam hal tertentu
guru bisa mendatangkan orang-orang yang dianggap memiliki keahlian
khusus untuk memberikan atau membahas masalah tertentu sesuai
dengan materi pembelajaran.
5. Permodelan ( Modelling ), adalah proses pembelajaran dengan
memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap
peserta didik. Misalnya guru memberikan contoh kepada peserta didik,
atau peserta didik yang telah menguasai kemampuan tertentu
memberikan contoh kepada temannya di depan kelas.
6. Refleksi (reflection), adalah proses pengendapan pengalaman yang telah
dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-
kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.
7. Penilaian nyata ( authentic assessment ) adalah proses yang dilakukan
dengan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan
belajar yang dilakukan peserta didik. Penilaian diperlukan untuk
mengetahui apakah peserta didik benar-benar belajar atau tidak, apakah
pengalaman belajar peserta didik memiliki pengaruh positif terhadap
perkembangan baik intelektual maupun mental peserta didik.
1. Pendahuluan
a. Dosen menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari
proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan
dipelajari.
b. Dosen menjelaskan prosedur pembelajaran CTL misalnya :
1) Peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan
jumlah peserta didik;
2) Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, misalnya
kelompok 1 dan 2 melakukan observasi ke obyek A, sedangkan 3
dan 4 melakukan observasi ke obyek B, dan seterusnya.
3) Melalui observasi peserta didik ditugaskan untuk mencatat
berbagai hal yang ditemukan dalam kegiatan observasi tersebut.
c. Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh
setiap peserta didik.
Lokasi pembelajaran : Di dalam Kelas
a. Peserta didik mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan
kelompoknya masing-masing.
b. Peserta didik melaporkan hasil diskusi
c. Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh
kelompok yang lain
3. Penutup
a. Dengan bantuan guru peserta didik menyimpulkan hasil observasi.
b. Guru menugaskan peserta didik untuk membuat tulisan atau
rangkuman mengenai hasil observasi mereka.
D. Hasil Observasi : Kegiatan Belajar Mengajar Selama Kelas Mata Kuliah Fisika
Modern
Pada makalah ini penulis akan menjelaskan tentang bagaiman kegiatan belajar
mengajar selama kelas mata kuliah fisika modern untuk tingkat pendidikan
Perguruan Tinggi Negeri semester 3 sebagai berikut :
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari penjabaran mengenai Contextual Teaching and Learning (CTL) di atas
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Strategi Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah
suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan
peserta didik secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari
dan menghubungkan dengan situasi nyata sehingga mendorong peserta
didik untuk menerapkannya dalam kehidupan mereka.
2. CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan tetapi proses
berpengalaman dalam kehidupan nyata.
3. Selama proses pembelajaran, dosen menjelaskan langsung kepada
mahasiswa dan hanya melibatakan mahasiswa untuk menemukan
penyelesaian problem berdasarkan konsep tanpa menunjukkannya secara
langsung. Hal ini dikarenakan fisika memiliki konsep yang cukup abstrak
yang membuat beberapa materi cukup sulit untuk melibatkan keaktifan
mahasiswa secara langsung.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/12149834/Makalah_contextual_teaching_learning_CTL_
https://www.academia.edu/30526827/Contoh_Laporan_Observasi_Manajemen_Pendidik
an.docx