0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
31 tayangan4 halaman
Berikut ringkasan dokumen tersebut dalam 3 kalimat:
Basri, seorang wartawan Mapikor, dituduh melakukan pencemaran nama baik setelah melaporkan kasus eksekusi tanah yang menyebutkan bahwa keluarga pejabat pengadilan pernah melakukan penipuan; Hakim memutuskan Basri bersalah karena tidak mengonfirmasi tuduhan secara seimbang dan bertanggung jawab secara pribadi atas pemberitaannya; U
Berikut ringkasan dokumen tersebut dalam 3 kalimat:
Basri, seorang wartawan Mapikor, dituduh melakukan pencemaran nama baik setelah melaporkan kasus eksekusi tanah yang menyebutkan bahwa keluarga pejabat pengadilan pernah melakukan penipuan; Hakim memutuskan Basri bersalah karena tidak mengonfirmasi tuduhan secara seimbang dan bertanggung jawab secara pribadi atas pemberitaannya; U
Berikut ringkasan dokumen tersebut dalam 3 kalimat:
Basri, seorang wartawan Mapikor, dituduh melakukan pencemaran nama baik setelah melaporkan kasus eksekusi tanah yang menyebutkan bahwa keluarga pejabat pengadilan pernah melakukan penipuan; Hakim memutuskan Basri bersalah karena tidak mengonfirmasi tuduhan secara seimbang dan bertanggung jawab secara pribadi atas pemberitaannya; U
Nama : Bisri Nim : 1113051000146 Kelas : Jurnalistik 6 B Semester :8
A. Duduk Perkara Tindak Pidana
Kamis, 29 April 2010 sekitar pukul 15.00 WIB, salah satu wartawan Tabloid Mapikor yaitu Basri melakukan tugas peliputan eksekusi tanah yang ditempati Hj. Siti Hawa oleh Pengadilan Negeri Idi, Aceh Timur. Basri kemudian bertemu dengan Hj. Siti hawa dan mengambil gambar perempuan yang tengah bersedih tersebut. Keesokan harinya Basri mendatangi rumah Hj. Siti Hawa di Desa Seunebok Muku, Kecamatan Idi Timur, Kabupaten Aceh Timur untuk wawancaara perihal eksekusi tanah yang dilakukan Pengadilan Negeri Idi, mulailah Hj. Siti Hawa bercerita kepada Basri bahwa ia memiliki surat-surat yang lengkap dan sudah memohon kepada Amir Dahyar untuk memberi waktu agar eksekusi ditunda karena Hj. Siti Hawa sudah mengajukan upaya hukum Peninjauan Kembali (PK) ke Jakarta, tapi Amir Dahyar yang merupakan Panitera Sekertaris Pengadilan Negeri Idi tidak mengabulkannya. Kemudian, dengan rasa emosi Hj. Siti Hawa pun menceritakan bahwa dulu Amir Dahyar dan orang tuanya Muhammad Daud (alm.) pernah bekerja dikilang padi milik Hj. Siti Hawa kurang lebih 4 (empat) tahun, tetapi selama 2 (dua) tahun mereka bekerja, kilang padinya tidak menghasilkan keuntungan sedikit pun bahkan rugi karena ditipu oleh Amir Dahyar dan Muhammad Daud tapi Hj. Siti Hawa tak pernah mengadukannya kepada yang berwajib. Merasa sudah mendapat informasi yang sudah cukup Basri mencoba konfirmasi semua keterangan Hj. Siti Hawa dengan mendatangi Amir Dahyar ke Pengadilan Negeri Idi, tapi karena Amir Dahyar mengatakan dirinya bukan orang yang berkompeten untuk menjelaskan eksekusi tanah tersebut, maka Amir Dahyar mengarahkan Basri untuk meminta penjelasan ke bagian Humas Pengadilan Negeri Idi. Saat Basri menanyakan mengenai apakah Amir Dahyar dan orang tuanya pernah bekerja dikilang padi Hj. Siti Hawa, Amir Dahyar tidak menjawab pertanyaan Basri karena Amir Dahyar merasa hal ini tidak ada hubungan dengan masalah eksekusi tanah. Berbekal informasi yang dirasa cukup Basri pun membuat artikel mengenai eksekusi tanah dengan judul: “PN Idi Rayeuk, Aceh Timur Penganut Peradilan Sesat Oknum Panitera PN Idi Rayeuk Double Job Mafia Tanah AD : Oh… itu salah tulis…” berita tersebut berisi keterangan Hj. Siti Hawa mengenai eksekusi tanahnya yang tidak sesuai dengan keputusan Mahkamah Agung sampai keterangan yang menyebutkan Amir Dahyar dan orang tuanya Muhammad Daud pernah bekerja di kilang padi miliknya dan mereka telah menipu Hj. Siti Hawa. Kemudian Basri mengirim artikel ini ke Tabloid Mapikor yang selanjutnya diterbitkan dalam Edisi Nasional/Mei/Thn III/2010. Tapi tak lama kemudian berita yang dibuat Mapikor dibaca oleh Andi Gunawan bin Muhammad Daud yang merasa nama ayahnya telah dicemarkan, kemudian Andi Gunawan mendatangi Basri dan menanyakan mengapa Basri tidak mengonfirmasi berita tersebut kepadanya, tapi Basri menjawab bahwa Basri telah mengonfirmasi hal ini dengan Amir Dahyar, tapi karena tidak puas dengan jawaban Basri, Andi Gunawan pun melaporkan Basri ke Polres Aceh Timur dengan tuduhan pencemaran nama baik. B. Penanggungjawab Tindak Pidana Dalam Kasus ini penulis berita (Basri) sendiri lah yang menjadi terpidana atas tuduhan pencemaran nama baik. C. Argumen Hakim Ada pun argument hakim mengapa Basri selaku wartawan yang menulis berita kasus tersebut adalah sebagai berikut : Nota Pembelaan Terdakwa yang telah disampaikan yaitu perbuatan Tersebut merupakan tanggung jawab Pimpinan Redaksi Mapikor karena Terdakwa bukanlah yang menulis berita tersebut dan Terdakwa hanya menyampaikan foto, rekaman dan berita kepada Redaksi Mapikor di Jakarta. Terhadap keberatan tersebut Majelis Hakim berpendapat hal tersebut tidak dapat dibuktikan oleh Terdakwa. Oleh karenanya, Terdakwa harus bertanggung-jawab atas pencemaran nama baik tersebut yang dimuat di Tabloid mapikor. Berdasarkan keterangan saksi saksi dan keterangan Terdakwa disertai adanya barang bukti di persidangan, bahwa benar pada hari Kamis tanggal 29 April 2010 sekira pukul 15.00 Wib Pengadilan Negeri Idi melakukan eksekusi tanah yang ditempati oleh Hj. Siti Hawa. Setelah terdakwa mendapatkan gambar-gambar, rekaman dan berita tentang eksekusi tanah yang ditempati Hj. Situ Hawa terdakwa mengirimkannya ke Redaksi Mapikor di Jakarta melalui email untk dimuat. Setelah eksekusi tanah tersebut, muncul pemberitaan di Tabloid Mapikor Edisi Mei 2010 mengenai eksekusi tersebut dengan judul "PN Idi Rayeuk, Aceh Timur Penganut Peradilan Sesat Oknum Panitera PN Idi rayeuk Double Job Mafia Tanah AD : Oh.....itu Salah Tulis......" yang mana didalamnya terdapat unsur menyangkut pencemaran nama baik orang lain yaitu Amir Dahyar dan orang tuanya (Alm) Muhammad Daud sebagai penipu. Bukti Petunjuk yang memuat berita tersebut adalah terdakwa Basri Bin Razali karena dia Terdakwa merupakan wartawan Tabloid Mapikor dan diakhir tulisan tersebut tertera kode BSR yang identik dengan terdakwa. selain itu wartawan Mapikor untuk wilayah Aceh Timur adalah M. Abu Bakar dan Terdakwa sedangan wartawan M. Abu Bakar tidak identik dengan kode BSR. Tabloid Mapikor tersebut merupakan surat kabar beredar luas secara nasional dan khususnya di Aceh Timur sehingga dengan mudah diketahui khalayak ramai atau umum tentang materi pemberitaannya. Berita di Tabloid Mapikor Edisi Mei 2010 "PN Idi Rayeuk, Aceh Timur Penganut Peradilan Sesat". Judul tersebut menurut Majelis Hakim sangat tendesius dan insinuatif yang menimbulkan kesan seolah-olah Pengadilan Negeri Idi menjalankan tugas pokok dan fungsinya menyalahi aturan hukum yang berlaku padahal tidak demikian adanya. Materi berita yang termuat dan disebarkan melalui Tabloid Mapikor Edisi Mei 2010 tersebut adalah berita yang tendesius dan insinuatif yang menimbulkan kesan seakan-akan Alm. Muhammad Daud atau orang tua dari Amir Dahyar dan Andi Gunawan maupun dan atau Amir Dahyar telah melakukan perbuatan penipuan kepada Hj. Siti Hawa, padahal hal tersebut masih harus diuji kebenarannya melalui proses hokum. Di depan persidangan Hj. Siti Hawa selaku nara sumber yang kemudian dimuat oleh wartawan Mapikor Basri Bin Razali, menyatakan orang tua Amir Dahyar (Pansek PN Idi) "pencuri", sehingga berita yang termuat di Tabloib Mapikor "penipu" adalah hasil asumsi atau pendapat dari wartawan Mapikor dan bukan berita berdasarkan fakta yang disajikan secara utuh. Pemberitaan yang di tabloid Mapikor atas kontribusi Terdakwa untuk wilayah Aceh Timur selaku Wartawan Mapikor tersebut telah mencampur adukkan antara pemberitaan berita pelaksanaan Eksekusi yang dilakukan oleh Pengadilan Negeri Idi dengan pemberitaan pribadi dan keluarga dari orang yang melaksanakan eksekusi tersebut seharusnya Terdakwa jika benar-benar menjalankan tugas dan profesinya selaku wartawan haruslah menjunjung tinggi prinsip jurnalistik yaitu menyajikan antara judul dengan materi berita haruslah relevan dan mempunyai keterkaitan. Dari fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan berkenaan dengan materi berita Alm. Muhammad Daud melakukan penipuan sebagAlmana tersebut dalam berita Tabloid Mapikor Edisi Mei 2010 tersebut telah dilakukan tidak seimbang oleh Terdakwa tanpa mengkorfimasi kebenaran tuduhan penipuan menurut pendapat Terdakwa dan tuduhan pencurian menurut nara sumber Hj. Siti Hawa kepada keluarga besar Alm. Muhammad Daud sehingga hal tersebut bertentangan dengan prinsip jurnalistik tentang pemberitaan yang seimbang (cover both side). Karena Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana "Pencemaran Nama Baik" dan tidak adanya alasan pembenar maupun alasan pemaaf, maka Terdakwa haruslah dijatuhi hukuman yang setimpal dengan perbuatannya. Mengenai ukuran hukuman menurut Majelis Hakim sudah memenuhi rasa keadilan apabila terdakwa dijatuhi hukuman pidana sebagAlmana dalam amar putusan. D. Sistem Pertanggungjawaban Pidana yang Dianut Hakim Dalam Kasus ini diterapkan sistem pertanggungjawaban personal, yang mana wartawan yang menulis berita itu sendiri yang menjadi terpidana atas tuduhan pencemaran nama baik. Sementara pemimpin redaksi atau penanggung jawab lain yang memiliki jabatan di atas wartawan tersebut tidak bertanggung jawab atas perbuatannya. E. Posisi UU Pers Pada kasus pidana yang didakwakan pada Basri ini, Undang-Undang Pers tidak menjadi Lec Specialis karena yang digunakan adalah Pasal 310 ayat (1) dan (2) KUHP tentang pencemaran nama baik. Selain itu, bukti Bahwa UU Pers tidak digunakan sebagai Lex Specialis bias dilihat dari sistem pertanggungjawaban pidana yang dianut hakim. Jika mengacu pada UU Pers, pemberitaan merupakan tanggung jawab Perusahaan/Pimpinan Umum Redaksi, bukan tanggung jawab insan pers secara personal. Namun dalam kasus ini, wartawanlah yang menjadi terpidana.