Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KONSEF DASAR PATOFISIOLOGI

Oleh :

MAHMUDAH

(1910104109)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

2018
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paru-paru adalah salah satu organ pernapasan yang berfungsi sebagai
tempat bertukarnya oksigen dari udara yang menggantikan karbondioksida
di dalam darah. Organ ini bekerja setiap hari, sehingga jika terdapat
kerusakan sekecil apapun pada setiap bagiannya akan mempengaruhi
fungsional tubuh. Penyakit pada paru-paru dapat mempengaruhi jalan
napas mulai dari trakea (tenggorokan) kemudian bercabang menjadi
bronkus, lalu menjadi semakin kecil (alveoli) dan menuju seluruh lapang
paru.
Seiring dengan perkembangan teknologi, selain membawa dampak positif
juga memiliki dampak negatif terutama bagi kesehatan. Salah satunya
berdampak pada sistem pernapasan manusia. Tingkat polusi udara yang
tinggi serta pola hidup yang tidak beraturan dalam jangka waktu yang
lama, dapat memicu terganggunya sistem pernapasan sehingga memicu
timbulnya penyakit. Salah satu penyakit yang mulai banyak dikenal
masyarakat adalah pneumonia.
Pneumonia merupakan masalah kesehatan dunia karena angka
kematiannya tinggi, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara
maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Negara-negara Eropa. Di
Amerika Serikat misalnya terdapat 2.000.000 sampai 3.000.000 kasus
pneumonia per tahun dengan jumlah angka kematian rata-rata 45.000
orang (Misnadiraly, 2 2 2008). Di Indonesia prevalensi kejadian
pneumonia pada tahun 2013 sebesar 4,5% (Kemenkes RI, 2013).
Berdasarkan data Depkes RI tahun 2007, pneumonia masuk dalam daftar
10 penyakit penyebab kematian pada penderita rawat inap yakni sebesar
2,92% dari seluruh kematian.
Keluhan utama yang sering terjadi pada pasien pneumonia adalah sesak
napas, peningkatan suhu tubuh, dan batuk. Pada pasien dengan
pneumonia, keluhan batuk biasanya timbul mendadak dan tidak berkurang
setelah meminum obat batuk yang biasanya tersedia di pasaran. Pada
awalnya keluhan batuk tidak produktif, tapi selanjutnya akan berkembang
menjadi batuk produktif dengan mucus purulen kekuning-kuningan,
kehijau-hijauan, dan seringkali berbau busuk. Pasien biasanya mengeluh
mengalami demam tinggi dan menggigil. Adanya keluhan nyeri dada,
sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, lemas, dan kepala nyeri
(Jeremy, 2007).
Sesuai dengan PERMENKES NO.80/MENKES/SK/III/2013 bahwa
fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada
individu dan / atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan
memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan
menggunakan 3 3 penanganan secara manual, peningkatan gerak,
peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis) pelatihan fungsi dan
komunikasi. Fisioterapi sangat berguna bagi pasien dengan berbagai
macam kondisi pernafasan medis dengan tujuan manajemen sesak napas
dan pengendalian gejala, mobilitas dan fungsi perbaikan atau perawatan,
serta pembersihan jalan napas dan batuk efektif. Strategi dan teknik
meliputi: rehabilitasi, pengujian latihan (termasuk untuk penilaian oksigen
ambulatory), resep latihan, pembersihan jalan napas, dan penentuan posisi
serta teknik pernapasan. Fisioterapi dapat mengatasi gangguan postural
dan / atau muskuloskeletal serta nyeri, juga memberikan bantuan dalam
memperbaiki pernapasan, terutama saat batuk dan ekspirasi paksa (Bott
dkk., 2009). Modalitas fisioterapi pada kondisi pneumonia yang bertujuan
untuk mengurangi sesak nafas, nyeri dada, spasme otot bantu nafas, serta
peningkatan mobilitas thorak yaitu dengan menggunakan modalitas Infra
Red (IR), Breathing Exercise, dan Thoracic Expansion Exercise.
B. Rumusan Masalah
1. Gambar anatomi paru-paru ?
2. Apa saja fisiologi pada paru-paru ?
3. Apa saja Fungsi paru-paru ?
4. Apa saja Kelainan dan penangan pada paru-paru ?
C. Tujuan
1. Mengetahui anatomi pada paru-paru
2. Mengetahui fisiologi pada paru-paru
3. Mengetahui fungsi paru-paru
4. Mengetahun kelainan dan cara penanganan pada paru paru
BAB II
A. Teori
1. Anatomi Paru-paru
Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang ujungnya
berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada diafragma.
Paru terbagi menjadi dua yaitu, paru kanan dan paru kiri. Paru-paru
kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paruparu kiri mempunyai dua
lobus. Kelima lobus tersebut dapat terlihat dengan jelas. Setiap paru-
paru terbagi lagi menjadi beberapa sub bagian menjadi sekitar sepuluh
unit terkecil yang disebut bronchopulmonary segments. Paru-paru
kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang disebut mediastinum.
Paru-paru dibungkus oleh selaput tipis yaitu pleura. Pleura terbagi
menjadi pleura viseralis dan pleura pariental. Pleura viseralis yaitu
selaput yang langsung membungkus paru, sedangkan pleura parietal
yaitu selaput yang menempel pada rongga dada. Diantara 11 kedua
pleura terdapat rongga yang disebut kavum pleura.
Paru manusia terbentuk setelah embrio mempunyai panjang 3 mm.
Pembentukan paru di mulai dari sebuah Groove yang berasal dari
Foregut. Pada Groove terbentuk dua kantung yang dilapisi oleh suatu
jaringan yang disebut Primary Lung Bud. Bagian proksimal foregut
membagi diri menjadi 2 yaitu esophagus dan trakea. Pada
perkembangan selanjutnya trakea akan bergabung dengan primary
lung bud. Primary lung bud merupakan cikal bakal bronchi dan
cabang-cabangnya. Bronchial-tree terbentuk setelah embrio berumur
16 minggu, sedangkan alveoli baru berkembang setelah bayi lahir dan
jumlahnya terus meningkat hingga anak berumur 8 tahun. Alveoli
bertambah besar sesuai dengan perkembangan dinding toraks. Jadi,
pertumbuhan dan perkembangan paru berjalan terus menerus tanpa
terputus sampai pertumbuhan somatic berhenti.
Sitem pernafasan dapat dibagi ke dalam sitem pernafasan bagian atas dan
pernafasan bagian bawah.
a. Pernafasan bagian atas meliputi, hidung, rongga hidung, sinus
paranasal, dan faring.
b. Pernafasan bagian bawah meliputi, laring, trakea, bronkus, bronkiolus
dan alveolus paru. Pergerakan dari dalam ke luar paru terdiri dari dua
proses, yaitu inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi adalah pergerakan dari
atmosfer ke dalam paru, sedangkan ekspirasi adalah pergerakan dari
dalam paru ke atmosfer. Agar proses ventilasi dapat berjalan lancar
dibutuhkan fungsi yang baik pada otot pernafasan dan elastisitas
jaringan paru. Otot-otot pernafasan dibagi menjadi dua yaitu,
1) Otot inspirasi yang terdiri atas, otot interkostalis eksterna,
sternokleidomastoideus, skalenus dan diafragma.
2) Otot-otot ekspirasi adalah rektus abdominis dan interkostalis
internus.
B. Fisiologi Paru
Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam keadaan
normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada
sehingga paru-paru dengan mudah bergeser pada dinding dada. Tekanan
pada ruangan antara paru-paru dan dinding dada berada di bawah tekanan
atmosfer.
Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan
atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen
bagi jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida. Kebutuhan oksigen dan
karbon dioksida terus berubah 14 sesuai dengan tingkat aktivitas dan
metabolisme seseorang, tapi pernafasan harus tetap dapat memelihara
kandungan oksigen dan karbon dioksida tersebut.
Udara masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang menyempit
(bronchi dan bronkiolus) yang bercabang di kedua belah paru-paru utama
(trachea). Pipa tersebut berakhir di gelembung-gelembung paru-paru
(alveoli) yang merupakan kantong udara terakhir dimana oksigen dan
karbondioksida dipindahkan dari tempat dimana darah mengalir. Ada lebih
dari 300 juta alveoli di dalam paru-paru manusia bersifat elastis. Ruang
udara tersebut dipelihara dalam keadaan terbuka oleh bahan kimia
surfaktan yang dapat menetralkan kecenderungan alveoli untuk
mengempis.
Untuk melaksanakan fungsi tersebut, pernafasan dapat dibagi menjadi
empat mekanisme dasar, yaitu: 1. Ventilasi paru, yang berarti masuk dan
keluarnya udara antara alveoli dan atmosfer 2. Difusi dari oksigen dan
karbon dioksida antara alveoli dan darah 3. Transport dari oksigen dan
karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel 4.
Pengaturan ventilasi.
Pada waktu menarik nafas dalam, maka otot berkontraksi, tetapi
pengeluaran pernafasan dalam proses yang pasif. Ketika diafragma
menutup dalam, penarikan nafas melalui isi rongga dada kembali
memperbesar paru-paru dan dinding badan bergerak hingga diafragma dan
tulang dada menutup ke posisi semula. Aktivitas bernafas merupakan
dasar yang meliputi gerak tulang rusuk sewaktu bernafas dalam dan
volume udara bertambah.
Selama pernafasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat
elastisitas dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot interkostalis
eksternus relaksasi, dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke
atas ke dalam rongga toraks, menyebabkan 16 volume toraks berkurang.
Pengurangan volume toraks ini meningkatkan tekanan intrapleura maupun
tekanan intrapulmonal. Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir
menjadi terbalik, sehingga udara mengalir keluar dari paru-paru sampai
udara dan tekanan atmosfir menjadi sama kembali pada akhir ekspirasi.
Proses setelah ventilasi adalah difusi yaitu, perpindahan oksigen dari
alveol ke dalam pembuluh darah dan berlaku sebaliknya untuk
karbondioksida. Difusi dapat terjadi dari daerah yang bertekanan tinggi ke
tekanan rendah. Ada beberapa faktor yang berpengaruh pada difusi gas
dalam paru yaitu, faktor membran, faktor darah dan faktor sirkulasi.
Selanjutnya adalah proses transportasi, yaitu perpindahan gas dari paru ke
jaringan dan dari jaringan ke paru dengan bantuan aliran darah.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi paru adalah, 1. Usia
Kekuatan otot maksimal pada usia 20-40 tahun dan dapat berkurang
sebanyak 20% setelah usia 40 tahun. Selama proses penuan terjadi
penurunan elastisitas alveoli, penebalan kelenjar bronkial, penurunan
kapasitas paru. 2. Jenis kelamin Fungsi ventilasi pada laki-laki lebih tinggi
20-25% dari pada wanita, karena ukuran anatomi paru laki-laki lebih besar
17 dibandingkan wanita. Selain itu, aktivitas laki-laki lebih tinggi sehingga
recoil dan compliance paru sudah terlatih. 3. Tinggi badan dan berat badan
Seorang yang memiliki tubuh tinggi dan besar, fungsi ventilasi parunya
lebih tinggi daripada orang yang bertubuh kecil pendek.
C. Fungsi Paru-paru
Fungsi paru secara umum yaitu untuk memfasilitasi proses pertukaran
oksigen dan karbondioksida. Untuk menjalankan fungsinya dengan baik,
paru-paru dilapisi oleh pleura. Pleura merupakan kantung tertutup yang
terbuat dari membran serosa yang di dalamnya mengandung cairan serosa.
Paru terinvaginasi (tertekan masuk ke dalam) lapisan ini, sehingga
membentuk dua lapisan penutup. Satu bagian melekat kuat pada paru dan
bagian lainnya pada dinding rongga toraks. Bagian pleura yang melekat
kuat pada paru disebut pleura viseralis dan lapisan paru yang membatasi
rongga toraks disebut pleura parietalis.
Otot-otot pernapasan merupakan sumber kekuatan untuk menghembuskan
udara. Diafragma merupakan otot utama yang ikut berperan meningkatkan
volume paru. Pertukaran udara masuk dan keluar akan menyebabkan
peningkatan dan penurunan volume rongga toraks. Pada proses tersebut,
paru-paru tidak mengalami kontraksi tetapi mengalami peningkatan dan
penurunan volume. Otot-otot di sekitar paru-paru seperti otot interkostal
dan diafragma mengalami kontraksi saat terjadi inspirasi. Secara normal,
proses ekspirasi merupakan proses pasif, sedangkan proses inspirasi
merupakan proses aktif (yaitu terjadi kontraksi otot). Dengan adanya
peningkatan rongga toraks, tekanan di sekitar paru- paru akan menurun,
dan selanjutnya paru-paru akan mengembang dan udara dari luar akan
masuk atau terhisap ke dalam paru-paru.
Pada saat istirahat, otot-otot pernapasan mengalami relaksasi. Saat
inspirasi, otot sternokleidomastoides, otot skalenes, otot pektoralis minor,
otot serratus anterior, dan otot interkostalis sebelah luar mengalami
kontraksi sehingga menekan diafragma ke bawah dan mengangkat rongga
dada untuk membantu masuknya udara ke dalam paru. Sedangkan pada
fase ekspirasi, otot-otot tranversal dada, otot interkostalis sebelah dalam,
dan otot abdominal mengalami kontraksi, sehingga mengangkat diafragma
dan menarik rongga dada untuk mengeluarkan udara dari paru.
Proses kembang kempis paru (kembali ke bentuk semula) dikarenakan
adanya elastic recoil, yang terdiri dari dua komponen jaringan yaitu
komponen elastis yang menjaga elastisitas jaringan dan menjaga kekuatan
yang dapat merubah bentuk permukaan udara-air alveoli.
Paru-paru memerlukan kekuatan setempat yang sebanding dengan
tegangan permukaannya untuk mendapatkan luas permukaan difusi yang
besar. Tegangan permukaan ini merupakan daya tarik yang lebih besar
molekul cairan jika dibandingkan dengan molekul cairan dan udara.
Komponen yang berfungsi mendukung kerja paru yaitu serat saraf
penghubung (diatur oleh kolagen dan elastin) dan surfaktan.
Surfaktan merupakan molekul yang bersifat hidrofobik yang akan
memindahkan molekul-molekul air dari permukaan udara-cairan sehingga
akan mengurangi tegangan permukaan. Penurunan tegangan permukaan
akan mengurangi tekanan elastic recoil paru dan menurunkan tekanan
yang dibutuhkan untuk proses pengembangan paru. Selain itu, akan
menaikkan stabilitas alveolus dan memproteksi dari atelectasis, serta
membatasi penurunan tekanan hidrostatik pada perikapilari interstisial
yang disebabkan oleh tegangan permukaan. Apabila surfaktan tidak ada,
atau kurang akan menyebabkan meningkatnya tegangan permukaan
sehingga akan terjadi penurunan volume alveolar selama proses ekspirasi
dan dapat berakibat kegagalan alveoli.
D. Kelainan Pada Paru-Paru
1. Pneumonia
Penyakit yang bisa diistilahkan dengan radang paru-paru/paru-paru
basah ini sangat mengganggu paru-paru manusia. Bahkan bisa
dibilang, penyakit ini sangat berbahaya karena bisa menyebabkan
kematian dan menular. Pneumonia bisa diidap anak-anak dan orang
dewasa. Penyebabnya adalah virus atau bakteri Streptococcus
pneumonia.
2. Efusipleura
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit paru-paru yang sangat
mengganggu. Karena akan merendam dua membran (pleura) yang
mengelilingi paru-paru kanan dan kiri. Pleura bertugas melumasi paru-
paru agar dapat mengembang dan berkontraksi di dalam dada. Orang
yang mengidap TBC dan jantung juga berpotensi mengidap efusi
pleura.
3. Pneumotoraks
Penyakit ini mirip dengan penyakit efusi pleura, karena sama-sama
mengganggu pleura. Disebabkan oleh rusaknya pembuluh darah
alveolus. Hal ini membuat pleura bisa menerima udara dari luar, tapi
takbisa mengeluarkannya. Penyakit ini jelas sangat berbahaya. Asma
dan patah tulang bagian rusuk juga bisa memicu penyakit ini.
4. ObstruktifKronis
Penyakit ini masuk dalam kategori bronkitis kronis dan emfisema.
Jika dibiarkan dalam jangka panjang, akan membuat rusaknya
jaringan di dalam paru-paru. Ciri-ciri penyakit ini mirip benar dengan
asma. Orang yang mengidapnya akan mengalami sesak napas yang
makin lama makin berat.
5. Emfisema
Penyakit ini membuat alveoli pengidapnya menjadi rusak. Sehingga
tubuhnya tidak mendapat asupan oksigen yang cukup. Pada
umumnya, pengidap penyakit ini adalah para perokok.
6. Silikosis
Penyakit ini muncul dari pengaruh lingkungan kerja, khusus
pekerjaan yang berhubungan dengan konstruksi. Bahan silika
disebut-sebut sebagai biang kerok atas munculnya penyakitnya.
Walaupun bentuk silika tidak berbahaya, tetapi debu-debu silika yang
terhirup akan menempel di bagian paru-paru, dari situlah penyakit ini
muncul.
7. Legionnaries
Penyakit ini disebabkan bakteri Legionella pneumophilia. Cara
bakteri menginfeksi pada penyakit ini mirip dengan penyakit
pneumonia.
8. Tuberkulosis(TBC)
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycrobacterium tuberculosis,
dan sering menjangkiti masyarakat. Dalam kasus kronis, penyakit ini
sangat berbahaya (menyebabkan kematian) dan menular. Bisa
menjangkiti orang dewasa dan anak-anak, dengan catatan sistem
kekebalan tubuhnya sedang menurun.Karena bakteri Mycrobacterium
tuberculosissebenarnya sudah ada di dalam tubuh manusia.
9. Asma
Asma merupakan salah satu penyakit paru-paru yang juga sering
menjangkiti manusia. Bisa dibilang, asma termasuk radang paru-paru
yang memicu sesak napas bagi pengidapnya. Ciri khas orang yang
mengidap asma adalah napas yang berbunyi,jika sedang kambuh.
Asma dapat diturunkan secara genetik.
10. BronkitisKronis
Penyakit ini merupakan penyakit radang di saluran udara paru-paru.
Zat-zat yang terkandung didalam rokok ditengarai sebagai
penyebabnya. Gejala penyakit ini ditandai dengan munculnya batuk
berdahak yang takkunjung sembuh.
11. Asbestosis
Penyakit ini merupakan penyakit rusaknya paru-paru akibat paparan
zat asbes. Dalam beberapa kasus, penyakit ini bisa mengganas ketika
berubah menjadi kanker. Jelas, penyakit ini tidak hanya mengganggu,
tetapi juga berbahaya karena mengakibatkan kematia.

E. Cara Mengatasi Kelainan Pada Paru-Paru


1. Mengatur pola makan dengan mengonsumsi makanan yang sehat dan
bergizi secara teratur
2. Berolah raga dengan teratur
3. Istirahan minimal 6 jam per hari
4. Menghindari konsumsi rokok, minum minuman berakohol dan
narkoba
5. Hindari setres
BAB III
A. Kesimpulan
Paru-paru adalah suatu organ yang sangat pital didalam tubuh manusia
sebab paru-paru adalah alat pernafasan pada manusia, pada dasarnya
penyakit paru-paru itu tidaklah berat hal ini biasanya berawal dari kelainan
manusia mulai dari menjaga lingkungan dari tercemarnya udara dan
sampai dengan sebagian manusi malah sengaja memasukan racun kedalam
tubuhnya melalui paru-paru yaitu dengan cara merokok dan lain
sebagainya
Penyakit paru-paru ada yang bisa disembuhkan dan ada pula yang
belum bisa disembuhkan tetapi pada dasarnya lebih banyak penyakit paru-
paru yang bisa disembuhkan hal ini semua tergantung pada kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff, H. dan Mukty. 2008. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Jakarta:
Airlangga University Perss : 1-19.
Ikawati, Zullies. 2011. Penyakit System Pernapasan Dan Tatalaksana
Terapinya. Yogyakarta : Bursa Ilmu.
Kowalak, Jeniffer P. 2012. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Langgeng, Perdhana. 2012. “Anatomi pulmo (paru)” (online),
(http://medicinaislamica-lg.blogspot.co.id/2012/03/anatomi-
pulmo-paru.html, diakses pada 8 Maret 2016)

Anda mungkin juga menyukai