DISUSUN OLEH
Kelompok : 6
Rully khoirul hidayat (1838126006)
Ali Wafa (1838126021)
Anas Maskuri (1838126019)
Lilik Suryaningsih (1838126064)
Ika Okta Trisiana (1838126026)
i
KATA PENGANTAR
Jember, 20 Oktober2019
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................. .............................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
1.3. Tujuan Pembahasan ....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kemunculan Bangsa Mongol ............................................................................ 2
2.2 Kehidupan Bangsa Mongol ............................................................................... 3
2.3 Faktor-faktor yang memengaruhi invasi Bangsa Mongol ................................. 5
2.4 Invasi Mongol Sampai Baghdad Jatuh .............................................................. 6
2.5 Runtuhnya Dinasti Abbasiyah........................................................................... 9
2.6 Akibat Serangan Mongol dan Pengaruhnya Terhadap Peradaban Islam ........ 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 14
3.2 Saran .................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 15
iii
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Invansi pasukan Mongol terhadap wilayah-wilayah Islam adalah tragedi
besar yang tidak ada tandingannya sebelum ini dan sesudahnya. Kendati
sebelumnya didahului dengan perang salib, akan tetapi perang salib tidak ada apa-
apanya jika dibandingkan dengan invansi pasukan Mongol. Betapapun banyaknya
jumlah korban perang dari kaum muslimin pada keseluruhan perang salib, masih
relatif kecil jika dibandingkan dengan jumlah korban perang dari kalangan kaum
muslimin pada satu perang diantara sekian banyaknya perang yang dilancarkan
pasukan Mongol secara brutal dan sadis tersebut. Kaum muslimin mengalami
kerugian yang tidak terhitung akibat kolonialisme modern, namun penghancuran
oleh para penjajah di seluruh negeri tidak sebanding dengan penghancuran oleh
pasukan Mongol terhadap kota-kota Islam.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan ini ialah:
1. Mengetahui gambaran umum bangsa Mongol
2. Mengetahui penyebab jatuhnya Negara Muslim ke tangan Mongol
3. Mengetahui dampak invasi Bangsa Mongol terhadap dinasti
Abbasiyyah
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kemunculan Bangsa Mongol
Bangsa Mongol berasal dari daerah pegunungan Mongolia yang daerahnya
terbentang dari kawasan Asia Tengah hingga menyentuh Siberia Utara,
Tibet Selatan hingga ke Manchuria Barat, dan Turkistan Timur.19 Ada pula yang
berpendapan Bangsa Mongol tinggal di kawasan yang terbentang dari Manchuria
hingga Hongaria.
Menurut suatu sumber arkeologis, nenek moyang bangsa
Mongol diperkirakan telah mendiami sebelah selatan gurun Gobi pada
100.000 sampai 200.000 tahun yang lalu. Tepatnya pada masa Zaman Batu
Awal. Sekitar abad pertama sebelum masehi, telah ada komunitas-komunitas
manusia yang memiliki kebudayaan perunggu. Kebudayaan perunggu merujuk
pada penggunaan alat-alat perunggu dalam pekerjaannya (bronze-working
peoples). Memasuki abad ketiga SM, orang-orang Mongol mulai membentuk
aliansi kesukuan untuk mengancam Cina. Mereka juga mulai menyebar ke
pedalaman Asia sebagai pemburu di hutan maupun suku nomad.
Terkait mengenai jejak prasejarah di kawasan Asia Tengah, Bertold Spuler
mengatakan bahwa setelah sekitar 200 SM, terjadi migrasi besar-besaran
ke wilayah timur yang dilakukan oleh orang Indo-Eropa yang kemudian menetap
disana. Tempat yang semula menjadi lokasi berkumpulnya para pendatang Indo-
Eropa, menjadi bentuk awal dari gambaran populasi dan bentuk karakter
yang khas di kawasan Asia Tengah hingga hari ini. Daerah ini didiami oleh dua
bangsa yang hidup berdampingan yang memiliki beberapa ciri umum yang
serupa, namun berbeda dalam bahasanya. Kedua bangsa ini adalah Turk dan
Mongol. Sejak dimulainya era Kristen, aktivitas kedua bangsa ini telah banyak
ditemukan dalam sumber-sumber sejarah Cina. Mereka dikenal dengan serbuan-
serbuannya yang bertujuan mendapatkan jarahan, sampai ketika bangsa Cina
berhasil membangun tembok besar Cina (The Great Wall) untuk
menghentikan aksi pengrusakan mereka. Peneliti serta masyarakat luas dewasa
ini, tentu amat sulit mendapatkan sumber terpercaya mengenai peninggalan
arkeologis bangsa Mongol. Menurut Gulugjab Tagghudai, kelangkaan ini
2
bukanlah tanpa sebab, melainkan bertalian erat dengan historisitas bangsa Cina
yang pernah menduduki daerah yang semula didiami oleh bangsa Mongol. Pada
beberapa abad yang lalu, bangsa Cina banyak menghancurkan artefak yang
dipelihara orang Mongol sejak masa Jengis Khan. Bahkan, di beberapa wilayah
Cina yang terdapat monumen atau suatu pertanda yang menghormati Jangis
Khan dihancurkan pula. Ironisnya, di seluruh dunia sejarah Jengis Khan dan
bangsa Cina selalu disebutkan sebagai suatu masa keemasan peradaban Cina
(glorious China)
Seiring berjalannya waktu, bangsa Mongol mulai mendiami kawasan
yang sangat luas mulai dari semenanjung Korea di timur melewati bagian utara
dataran tinggi Cina sampai ke wilayah Kazakhstan. Mereka juga mendiami
pegunungan Pemir dan danau Balkash di sebelah barat. Nama Mongol sendiri
kemudian baru dikenal sebagai salah satu bangsa utama dari banyak sebaran
orang yang berasal dari Mongolia pada abad 8 SM yang memiliki karakter
etnologis tertentu. Merujuk pada penjelasan Badri Yatim yang mengutip dari
Ahmad Syalabi yang menyebutkan bahwa nenek moyang orang Mongol
bernama Alanja Khan yang memiliki dua putra kembar bernama Mongol dan
Tatar. Mongol memiliki anak bernama Ilkhan yang di kemudian hari menjadi
pemimpin bangsa Mongol.
Sedangkan menurut Hasan Ibrahim Hasan, nama Mongol sendiri
memiliki kaitan historis dengan istilah Tatar. Namun begitu, Hasan lebih
condong untuk menggunakan istilah Tatar untuk menyebut bangsa Mongol.
Tatar sendiri memiliki makna “suatu tahun di mana terjadi beberapa pergantian
masa”. Pemaknaan ini tidak lain lahir dari dua kabilah Tatar yang
menghubungkan diri pada penggambaran Urkhun Turki yang terdapat pada
masa abad 2 H (sekitar abad 8 M). Pemaknaan yang sama juga
ditujukan pada Mongol secara keseluruhan maupun bagi kabilah sejenis.
Ketika memasuki abad 13, serbuan pasukan Mongol ke barat di
bawah pimpinan Jengis Khan menyebabkan perkawinan silang antara
kebudayaan dan masyarakat di seluruh benua Asia. Walaupun pada
kenyataannya, Jengis Khan tidak menghilangkan Tatar sebagai suku, orang
Mongolia keturunan Turk juga dikenal dengan sebutan Tatar. Namun, bangsa
3
Eropa menggunakan istilah ini tanpa melihat aspek perbedaannya dalam segi
apapun. Bagi semua bangsa pengembara dikategorikan sebagai orang barbar
yang kasar yang menurut mereka hanya menyebarkan ketakutan dan kebencian.
Oleh karena itu, mereka mengeja nama Tartar dari Tartarus yang merupakan
neraka gelap dalam mitologi Yunani. Dewasa ini, baik penyebutan Mongol
maupun Tartar sering digunakan secara bergantian.1
4
berdiam selama beberapa waktu di kota maupun pedesaannya. Beberapa
daerah, di Cina maupun di Timur Tengah, yang memiliki kondisi geografis
padang rumput dan daerah beroase, malah banyak didiami kaum pastoral
penggembala yang memelihara kuda maupun biri-birinya di sekitar tempat
itu. Di kemudian hari, penduduk pastoral ini kemudian diorganisir menjadi suatu
kumpulan (konfederasi) kelompok-kelompok yang lebih besar. Warga
pemukiman yang telah terbiasa menjalin hubungan dengan masyarakat pastoral
tersebar di wilayah Transoxania, Khawarizm, Farghana, dan Kashgar serta di
beberapa kota yang termasuk dalam jalur dagang yang menghubungkan Cina,
Timur Tengah, dan Eropa. Menurut Hasan Ibrahim Hasan, bangsa Mongol
mempunyai watak yang kasar, suka berperang, dan tidak kenal takut sekalipun
harus berhadapan dengan kematian dalam mencapai keinginannya. Bangsa
Mongol juga memiliki jiwa militer yang kuat.2
2 Ibid hal-16
5
Para pemimpin Mongol sangat tidak menghendaki jika di bumi ini
ditemukan ada penguasa dari kerajaan lain yang bisa hidup berdampingan. Mereka
sangat tidak menginginkan adanya sebuah kekuasaan politik, selain kekuasaan
yang dipegang oleh orang-orang Mongol. Ini artinya bangsa Mongol harus
menjadi bangsa penguasa di atas bangsa-bangsa lain.
b. Ekspansi wilayah
Wilayah asal bangsa Mongol sebenarnya tidak terlalu luas. Bangsa Mongol
berasal dari daerah pegunungan Mongolia yang secara umum, wilayah-wilayah
tersebut adalah wilayah padang pasir dan padang rumput yang hanya cocok
untuk kegiatan beternak atau berburu. Dengan demikian, sumber penghidupan di
wilayah ini sangat terbatas.
Dalam rangka meningkatkan kehidupannya, upaya melakukan perluasan
wilayah adalah cara tepat yang dilakukan bangsa Mongol untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Kondisi ini tentu saja menjadi pendorong utama
setelah bangsa Mongol berhasil membangun institusi kekuasaan yang dibentuk
Jenghis Khan, Hulagu Khan dan Timur Lenk. Dengan demikian, perluasan
wilayah menjadi sebuah tuntutan, terlebih negeri-negeri yang berada di
sekelilingnya merupakan wilayah yang subur dan bisa menyediakan segala
kebutuhan bangsa Mongol
c. Mencari kekayaan dan sumber-sumber makanan
Jumlah penduduk yang besar dan harapan hidup yang akan nomaden dan
hanya mengandalkan hidup dari berburu jelas tidak akan cukup. Untuk menutupi
kebutuhan sehari-hari yang sangat besar, upaya menjadi tentara yang terlibat
dalam peperangan sudah menjadi tuntutan. Harapan mereka, dengan bergabung
menjadi tentara, orang-orang Mongol akan banyak mendapatkan ghanimah atau
harta rampasan perang. Oleh karena itu menjadi seorang tentara merupakan suatu
kebanggaan bagi orang-orang Mongol. Dengan kata lain, dengan menjadi
tentara, kehidupannya akan terangkat.
Pada saat Timur Lenk selesai melakukan penjarahannya di Indi, ia meminta
kepada rakyat-rakyat di negeri yang telah ditaklukannya untuk membayar upeti.
Jika ada rakyat yang membangkang, ia mengambil tindakan tegas dengan
ditawan atau dibunuh.
6
d. Pembalasan terhadap perlakuan tidak simpatik kaum muslim
Sebenarnya tidak dimungkiri bahwa terjadinya invasi bangsa Mongol ke
negeri-negeri Islam pada abad ke-13 dipicu oleh perilaku orang-orang islam
sendiri, khususnya orang Islam dari dinasti Khawarizm.
Pertama, ketika delegasi pengusaha Mongol membawa banyak harta ke
negara Khawarizm dengan maksud untuk membeli baju produk negara
Khawarizm. Wazir dinasti Khawarizm mengirim surat berisi rayuan kepada
Sultan Alal Ad-Din untuk merapas harta yang dibawa oleh pengusaha Mongol.
Sultan terbujuk, sehingga memerintahkan untuk membunuh seluruh delegasi
pengusaha tersebut dan merampas hartanya. Tindakan ini menjadi dasar legal
bagi Jenghis Khan untuk melakukan penyerbuan
Kedua, ketika Jenghis Khan mengirim utusan kepada sultan untuk
mengantarkan surat, menanyakan apakah pembunuhan tersebut atas perintahnya
atau tanpa sepengetahuannya. Akan tetapi, sultan memerintahkan untuk
memenggal utusan Jenghis Khan.
Ketiga, sultan Khawarizm menyiapkan pasukan kemudian menyerang
kedaulatan “Negara Mongol” yang pada saat itu sedang sibuk berperang
melawan negara tetangganya, dengan merampas kekayaan dan menawan kaum
wanita dan anak-anak
Mengacu dari peristiwa tersebut, satu-satunya jalan yang harus dilakukan
adalah menyiapkan pasukan untuk memerangi kaum muslim dan menguasai
negaranya.3
3 Supriyadi, Dedi.2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia (online) hal 16
7
ketika dia menyerang Jalaluddin, Syah Khawarizm yang terakhir, Syah tersebut
melarikan diri ke Punjab dan mencari perlindungan di daerah jajahan Iltutmish.
Kisah jaruhnya ibukota Abbasiyah pada tahun 1258, yang didirikan oleh
khalifah kedua, Al-Mansur terjadi setelah diblokade kota “Seribu Satu Malam”,
dinding-dinding Baghdad yang kuat diserang oleh pasukan Holako Khan pada
bulan Januari 1258. Orang-orang mongol tidak mau menerima syarat-syarat yang
diajukan oleh pihak Abbasiyah untuk menerima penyerahan kota. Bahkan, mereka
tidak dapat menerima ancaman-ancaman yang direkayasa dan dipercayai oleh
penduduk Baghdad, seperti akan hancur bagi siapa saja yang memusuhi khalifah
Abbasiyah dan bila khalifah dibunuh, kesatuan alam akan terganggu, matahari
akan bersembunyi, hujan akan terhenti turun, dan tumbuh-tumbuhan tidak akan
hidup lagi. Hulako tidak mau menerima ancaman yang berbau gaib itu karena ia
sudah dinasihati oleh para astropolognya.
Akhirnya, pasukan Mongol menyerang kota pada tanggal 10 Februari
1258. Khalifah beserta 300 pejabat tinggi Negara menyerah tanpa syarat. Hulako
mengenakan gelar II khan dan menguasai wilayah yang lebih luas lagi sehingga
ke Siria Utara, seperti kota Aleppo, Hama, Harim.
Dalam tulidan Philip K. Hitti, dijelaskan bahwa pada tahun 1253, Hulagu,
cucu Jengis Khan, bergerak dari Mongol memimpin pasukan berkekuatan besar
untuk membasmi kelompok pembunuh (hasyasyin) dan menyerang kekhalifahan
Abbasiyah. Inilah gelombang serangan kedua yang dilakukan bangsa Mongol.
Pada 1256, sejumlah besar benteng Hasyasyin, termasuk “puri induk” di
Alamut, telah direbut tanpa sedikitpun kesulitan, dan kekuasaan kelompok yang
ketakutan hancur-lebur. Bahkan lebih tragis lagi, bayi-bayi disembelih dengan
kejam. Pada Januari1258, anak buah Hulagu bergerak untuk meruntuhkan tembok
ibukota. Selanjutnya, ia ingin merebut Mesir, tetapi malang, pasukan Mamluk
rupanya lebih kuat dan lebih cerdik sehingga pasukan Mongol dapat dipukul di
‘Ain Jalut, Palestina, pada tahun 1260. Ia pun mengurungkan niatnya melangkahi
Mesir. Atas saran Nasiruddin At-Tusi, seorang filosof muslim besar, ia
membangun observatorium di Maragha pada tahun 1259.
Pada tahun 1260, pasukan Hulagu mengancam Suriah Utara. Selain
merebut Aleppo dan menebaskan pedangnya untuk membantai sekitar 50.000
8
penduduknya, dia juga merebut Hamah dan Harim. Setelah mengutus seorang
jenderal untuk mengepung Damaskus, akhirnya ia -karena merasa terbebani oleh
kematian saudaranya, Khan Yang Agung -pulang ke Persia. Balatentara yang
ditinggalkannya, stelah menaklukkan Suriah di hancurkan pada tahun 1260 di ‘ain
Jalut (mata ait Goliath).
Sebagai pendiri Kerajaan Mongol di Persia-yang terbentang dari Amu
Darya sampai perbatasan Suriah, dan dari pegunungan Kaukasus sampai
Samudera Hindia. Hulagu adalah raja pertama yang memangku gelar II khan.
Gelar ini disandang oleh para penerusnya hingga penerus ke tujuh, Ghazan
Mahmud, yang dibawah kekuasaannya, islam dengan kecenderungan Syiah
menjadi agama Negara. Dibawah rezim Ilkhan atau Hulagu, Baghdad diturunkan
posisinya menjadi ibukota provinsi dengan nama Iraq Al-‘Arabi. Hulagu yang
memerintah hingga tahun 1265 digantikan oleh anaknya, Abaqa.orang-
orangMongol II Khaniyah ini bersekutu dengan orang –orang salib, penguasa
Kristen Eropa, Armeria, Cilicia untul melawan Mamluk.4
4 Supian Akbar. 2016. Invasi Mongol Kedunia Islam.banjarmasin; IAIN Antasari Banjarmasin hal 8
9
inilah yang sangat pas untuk dijadikan cermin atas kejayaan yang digapai bani
Abbasiah. Meskipun Daulah Abbasiyah begitu bercahaya dalam mendulang
kesuksesan dalam hampir segala bidang, namun akhirnya iapun mulai
menurun dan akhirnya runtuh. Menurut beberapa literatur, ada beberapa sebab
keruntuhan daulah Abbasyiah, yaitu:
A. Faktor Internal
Sebagaimana terlihat dalam periodisasi khilafah Abbasiyah, faktor-faktor
penyebab kemunduran itu tidak datang secara tiba-tiba. Benih-benihnya sudah
terlihat pada periode pertama, hanya karena khalifah pada periode ini sangat
kuat, sehingga benih-benih itu tidak sempat berkembang. Dalam sejarah
kekuasaan Bani Abbas terlihat bahwa apabila khalifah kuat, para menteri
cenderung berperan sebagai kepala pegawai sipil, tetapi jika khalifah lemah,
mereka akan berkuasa mengatur roda pemerintahan.
Disamping kelemahan khalifah, banyak faktor lain yang menyebabkan
khilafah Abbasiyah menjadi mundur, masing-masing faktor tersebut saling
berkaitan satu sama lain. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Lemahnya semangat patriotisme negara, menyebabkan jiwa jihad
yang diajarkan Islam tidak berdaya lagi menahan segala amukan
yang datang, baik dari dalam maupun dari luar.
b. Hilangnya sifat amanah dalam segala perjanjian yang dibuat, sehingga
kerusakan moral dan kerendahan budi menghancurkan sifat – sifat baik
yang mendukung negara selama ini
c. Tidak percaya pada kekuatan sendiri. Dalam mengatasi berbagai
pemberontakan, khalifah mengundang kekuatan asing. Akibatnya,
kekuatan asing tersebut memanfaatkan kelemahan khalifah.
d. Fanatik madzhab persaingan dan perebutan yang tiada henti antara
Abbasiyah dan Alawiyah menyebabkan kekuatan umat Islam menjadi
lemah, bahkan hancur berkeping – keping.
e. Kemerosotan ekonomi terjadi karena banyaknya biaya yang
digunakan untuk anggaran tentara,19 banyaknya pemberontakan dan
kebiasaan para penguasa untuk berfoya – foya, kehidupan para khalifah
dan keluarganya serta pejabat – pejabat yang hidup mewah, jenis
10
pengeluaran yang makin beragam, serta pejabat yang korupsi, dan
semakin sempitnya wilayah kekuasaan khalifah karena telah banyak
provinsi yang telah memisahkan diri.
B. Faktor Eksternal
Selain yang disebutkan diatas, yang merupakan faktor-faktor internal
kemunduran dan kehancuran Khilafah bani Abbas. Ada pula faktor-faktor
eksternal yang menyebabkan khilafah Abbasiyah lemah dan akhirnya hancur.
1. Perang Salib
Kekalahan tentara Romawi telah menanamkan benih permusuhan dan
kebencian orang-orang kristen terhadap ummat Islam. Kebencian itu
bertambah setelah Dinasti Saljuk yang menguasai Baitul Maqdis menerapkan
beberapa peraturan yang dirasakan sangat menyulitkan orang-orang Kristen
yang ingin berziarah kesana. Oleh karena itu pada tahun 1095 M, Paus
Urbanus II menyerukan kepada ummat kristen Eropa untuk melakukan perang
suci, yang kemudian dikenal dengan nama Perang Salib.
Perang salib yang berlangsung dalam beberapa gelombang atau periode
telah banyak menelan korban dan menguasai beberapa wilaya Islam. Setelah
melakukan peperangan antara tahun 1097-1124 M mereka berhasil menguasai
Nicea, Edessa, Baitul Maqdis, Akka, Tripoli dan kota Tyre
11
base pasukan mongolia. Setelah itu para pemimpin dan fuqaha juga keluar,
sepuluh hari kemudian mereka semua dieksekusi. Dan Hulagu beserta
pasukannya menghancurkan kota Baghdad dan membakarnya. Pembunuhan
berlangsung selama 40 hari dengan jumlah korban sekitar dua juta orang. Dan
Dengan terbunuhnya Khalifah al-Mu’tashim telah menandai babak akhir dari
Dinasti Abbasiyah.5
5 Zulfikri Bahri, Fahrul Aziz. 2016. SEJARAH PERADABAN ISLAM SERANGAN MONGOL DAN
RUNTUHNYA DINASTI ABBASIYAH, BANGSA MONGOL, INVASI MONGOL, DAN JATUHNYA
BAGHDAD. Sumantra;UINSU hal 14
12
walaupun pada mulanya ia beragama Budha. Rupanya ia telah mempelajari
ajaran agama-agama sebelum menetapkan keislamannya, dan yang lebih
mendorongnya masuk Islam ialah pengaruh seorang menterinya, Rasyiduddin
yang terpelajar dan ahli sejarah. Ia menyurauh kaum Kristen dan Yahudi
untuk membayar jizyah dan memerintahkan mencetak uang yang bercirikan
Islam, melarang riba, dan menyuruh para pemimpinnya menggunakan
sorban.6
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Periode abad ke 13 dan 15 M bagi wilayah-wilayah Islam yang berada
di kawasan Asia Tengah dan sebagian Timur Tengah dapat disebut sebagai
periode penyerbuan dan penguasaan Bangsa Mongol. Invasi bangsa Mongol di
wilayah- wilayah Islam dipimpin oleh beberapa penguasa, yakni; masa
Jenghis Khan, Hulaghu Khan, dan Timur Lenk.
Potret peradaban Islam pada masa penguasaan bangsa Mongol sangat
suram. Seperti yang telah dipaparkan dalam uraian-uraian terdahulu, pada
masa penguasaan bangsa Mongol, fenomena yang menghiasi lembaran
kehidupan masyarakat Muslim di kedua kawasan itu adalah pembunuhan,
pendudukan dan penghancuran. Walaupun diantara para penguasa Mongol
disebutkan ada yang beragama Islam, dapat dipastikan bahwa perkembangan
peradaban Islam di kawasan Asia Tengah dan Timur Tengah pada masa
penguasaan bangsa Mongol berada dalam kondisi yang tidak kondusif untuk
dapat dikatakan bergerak kearah yang lebih maju.
3.2 Saran
Alhamdulillah, penulisan makalah ini terselesaikan dan tersusun secara
sistematik. Tetapi penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna, karena mengingat keterbatasan pengetahuan dari penulis. Maka dari itu
penulis mohon kritik dan saran dari berbagai pihak.
14
DAFTAR PUSTAKA
15