Anda di halaman 1dari 34

TUGAS

REKAYASA JALAN REL

“PERENCANAAN GAMBAR JALAN REL KERETA API”


Disusun untuk memenuhi persyaratan tugas besar mata kuliah
Rekayasa Jalan Rel

Disusun Oleh:
Mochamad Hasbulhadi Purnomo

Dosen Pembimbing:
Hendra Garnida, ST., MT.

UNIVERSITAS SANGGA BUANA YPKP


(YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN DAN PERBANKAN)
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
2019
Universitas Sangga Buana
Yayasan Pendidikan Keuangan Dan Perbankan
USB – YPKP
Jurusan Teknik Sipil

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang
dilimpahkan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas ini. Shalawat serta salam
Penulis panjatkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad S.A.W dan keluarganya,
sahabatnya, serta pengikutnya sampai akhir zaman. Tugas yang Penulis bahas mengenai
Perencanaan Gambar Jalan Rel Kereta Api yang merupakan tugas mata kuliah Rekayasa Jalan
Rel. Penulis menyadari bahwa dalam Penulisan tugas besar ini tidak sedikit masalah yang
dihadapi.
Oleh karena itu Penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan tugas besar ini. Akhir kata, semoga tugas besar ini dapat
bermanfaat dan menambah khasanah cakrawala pemikiran bagi pembaca. Segala hormat
Penulis sampaikan Terimakasih.

16 Januari 2019

Penulis

i
Universitas Sangga Buana
Yayasan Pendidikan Keuangan Dan Perbankan
USB – YPKP
Jurusan Teknik Sipil

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii

BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1

1.2 Maksud dan Tujuan.......................................................................................... 2

1.3 Tujuan Umum .................................................................................................. 2

1.4 Tujuan Khusus ................................................................................................. 2

1.5 Batasan Masalah .............................................................................................. 2

1.6 Sistematika Penulisan ...................................................................................... 2

BAB 2. STUDI PUSTAKA ....................................................................................... 4

2.1 Pengertian Umum ............................................................................................ 4

2.1.1 Komponen – komponen penyusun jalan rel................................................ 5

2.1.2 Keunggulan Transportasi Jalan Rel ............................................................ 7

2.1.3 Klasifikasi Jalan Rel ................................................................................... 7

2.2 Struktur Jalan Rel............................................................................................. 9

2.2.1 Kekakuan (Stiffness) ................................................................................... 9

Untuk menjaga deformasi vertikal, dimana deformasi vertikal ini merupakan ..... 9

indikator utama dari umur, kekuatan dan kualitas jalan rel. Deformasi vertikal.... 9

yang berlebihan akan menyebabkan geometrik jalan rel yang tidak baik dan
keausan yang besar diantara komponen-komponen struktur jalan. .................................... 9

2.2.2 Elastisitas (Resilience) ................................................................................ 9

Diperlukan untuk kenyamanan perjalanan kereta api, menjaga patahnya as, roda,
meredam kejut, impact, getaran vertikal. Jika jalan rel terlalu kaku, misalnya dengan
pemakaian bantalan beton, maka untuk menjamin elastisitas diperlukan alas karet (rubber
pads) yang dipasang di bawah kaki rel. .............................................................................. 9

2.2.3 Ketahanan terhadap deformasi tetap ........................................................... 9

ii
Universitas Sangga Buana
Yayasan Pendidikan Keuangan Dan Perbankan
USB – YPKP
Jurusan Teknik Sipil

Deformasi vertikal yang berlebihan akan cenderung menjadi deformasi tetap,


sehingga geometri jalan rel (ketidakrataan vertikal dan horizontal, puntir) menjadi tidak
baik, yang pada akhirnya kenyamanan dan keamanan menjadi terganggu. ....................... 9

2.2.4 Stabilitas...................................................................................................... 9

Jalan rel yang stabil adalah mampu tetap pada posisi semula (vertikal dan
horizontal) setelah pembebanan terjadi. Untuk ini dibutuhkan balas dengan mutu dan
kepadatan yang baik, bantalan dengan penambat yang selalu terikat, dan drainase yang
baik. .................................................................................................................................... 9

2.2.5 Adjustability................................................................................................ 9

Jalan rel harus bisa diatur/dipelihara untuk dikembalikan ke posisi geometri yang
benar, jika terjadi perubahan geometri karena beban yang berjalan. ................................. 9

Struktur jalan rel, secara garis besar dapat dibagi dua, yaitu:Error! Bookmark
not defined.

 .............................................................................................................................. 9

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Rel ..................................................................... 10

2.3.1 Kelebihan Rel............................................ Error! Bookmark not defined.

2.3.2 Kekurangan Rel ........................................................................................ 11

2.4 Pengertian Kuda – Kuda Rel.......................... Error! Bookmark not defined.

2.5 Bagian – Bagian Dari Kuda – Kuda Rel ........ Error! Bookmark not defined.

BAB 3. METODOLOGI.......................................................................................... 18

3.1 Tinjauan Umum ............................................................................................. 18

3.2 Analisis dan Pengolahan Data ....................................................................... 19

3.3 Bagan Alir Tugas Besar ................................................................................. 19

BAB 4. PEMBAHASAN ......................................... Error! Bookmark not defined.

4.1 Bentuk Struktur .............................................. Error! Bookmark not defined.

4.2 Analisa Rangka Kuda-Kuda Rel .................................................................... 24

4.2.1 Reaksi Perletakan ...................................................................................... 24

4.2.2 Analisis Gaya Batang ................................................................................ 25

iii
Universitas Sangga Buana
Yayasan Pendidikan Keuangan Dan Perbankan
USB – YPKP
Jurusan Teknik Sipil

4.2.3 Analisis Batang Struktur ........................................................................... 25

4.3 Gambar Kerja Rangka Kuda-Kuda Rel ......................................................... 25

4.4 Realisasi Rangka Kuda-Kuda Rel .................................................................. 26

BAB 5. PENUTUP .................................................................................................. 27

5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 27

5.2 Saran .............................................................................................................. 28

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 29

iv
Universitas Sangga Buana
Yayasan Pendidikan Keuangan Dan Perbankan
USB – YPKP
Jurusan Teknik Sipil

BAB 1.
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lintas kereta api direncanakan untuk melewatkan berbagai jumlah angkutan barang dan
atau penumpang dalam suatu jangka waktu tertentu. Perencanaan konstruksi jalan rel harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara teknis dan
ekonomis. Secara teknis diartikan konstruksi jalan rel tersebut harus dapat dilalui oleh
kendaraan rel dengan aman dengan tingkat kenyamanan tertentu selama umur konstruksinya.
Secara ekonomis diharapkan agar pembangunan dan pemeliharaan konstruksi tersebut dapat
diselenggarakan dengan biaya yang sekecil mungkin dimana masih memungkinkan
terjaminnya keamanan dan tingkat kenyamanan. Perencanaan konstruksi jalan rel dipengaruhi
oleh jumlah beban, kecepatan maksimum, beban gandar dan pola operasi. Atas dasar ini
diadakan klasifikasi jalan rel, sehingga perencanaan dapat dibuat secara tepat guna.

1
Universitas Sangga Buana
Yayasan Pendidikan Keuangan Dan Perbankan
USB – YPKP
Jurusan Teknik Sipil

Selanjutnya akan dibahas mengenai Jalan Rel, keuntungan dan kelemahannya


1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan laporan tugas ini adalah untuk pengembangan pemahaman
penulis mengenai tahapan / tata cara / metode perencanaan struktur jalan rel. Selain itu, laporan
tugas ini juga penulis susun untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan Mata Kuliah
Rekayasa Jalan Rel.
Adapun tujuan dari penulisan laporan tugas besar ini penulis bagi menjadi 2 bagian,
yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1.3 Tujuan Umum
Mampu mengetahui, mengidentifikasi serta dapat menjelaskan struktur jalan rel
penggambaran struktur jalan rel, mengenal bagian – bagian seperti ballast, rel, sleeper, blanket
subgrade, wessel dll.
1.4 Tujuan Khusus
Tujuan Tugas Rekayasa Jalan Rel dalam proses pembelajaran, mahasiswa diharapkan:
a. Mampu mengidentifikasi serta menjelaskan bagian – bagian rel
b. Mampu menjelaskan sifat dan klasifikasi jalan rel
c. Mengidentifikasi keuntungan dan kerugian menggunakan transportasi kereta
d. Mampu mengetahui kegunaan bagian – bagian rel serta penempatan nya
1.5 Batasan Masalah
Pada laporan tugas besar Mata Kuliah Rekayasa Jalan Rel yang penulis susun ini.
Permasalahan yang akan dibahas meliputi:
1. Penjelasan mengenal tentang jalan rel dan bagian bagian nya
2. Penjelasan tentang Struktur Jalan Rel
3. Menghitung dan merencanakan suatu Struktur Jalan Rel
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan tugas terstruktur ini yaitu :
1. Bab I Pendahuluan. Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, maksud
dan tujuan penulisan, pembatasan masalah dan sistematika penulisan.
2. Bab II Studi Pustaka. Membahas mengenai tinjauan pustaka sebagai landasan
pembuatan tugas besar, landasan teori perencanaan struktur jalan rel.

2
Universitas Sangga Buana
Yayasan Pendidikan Keuangan Dan Perbankan
USB – YPKP
Jurusan Teknik Sipil

3. Bab III Metodologi Penelitian. Berisi mengenai penggunaan metode dan tahapan-
tahapan pembuatan tugas.
4. Bab IV Pembahasan. Berisi mengenai perencanaan penggambaran suatu struktur
jalan rel yang diketahui.
5. Bab III Penutup. Berisi kesimpulan dan saran dari tugas besar ini.

3
Universitas Sangga Buana
Yayasan Pendidikan Keuangan Dan Perbankan
USB – YPKP
Jurusan Teknik Sipil

BAB 2.
STUDI PUSTAKA

2.1 Pengertian Umum


Rel adalah logam batang untuk landasan jalan kereta api atau kendaraan sejenis seperti trem
dan sebagainya. Rel mengarahkan/memandu kereta api tanpa memerlukan pengendalian. Rel
merupakan dua batang logam kaku yang sama panjang dipasang pada bantalan sebagai dasar
landasan. Rel-rel tersebut diikat pada bantalan dengan menggunakan paku rel, sekrup
penambat, atau penambat e (seperti penambat pandrol).
Jenis penambat yang digunakan bergantung kepada jenis bantalan yang digunakan. Puku ulir
atau paku penambat digunakan pada bantalan Rel, sedangkan penambat "e" digunakan untuk
bantalan beton atau semen.
Rel biasanya dipasang di atas badan jalan yang dilapis dengan batu kericak atau dikenal
sebagai Balast. Balast berfungsi pada rel kereta api untuk meredam getaran dan lenturan rel
akibat beratnya kereta api. Untuk menyeberangi jembatan, digunakan bantalan Rel yang lebih
elastis ketimbang bantalan beton.
Lintas kereta api direncanakan untuk melewatkan berbagai jumlah angkutan barang dan atau
penumpang dalam suatu jangka waktu tertentu. Perencanaan konstruksi jalan rel harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara teknis dan
ekonomis. Secara teknis diartikan konstruksi jalan rel tersebut harus dapat dilalui oleh
kendaraan rel dengan aman dengan tingkat kenyamanan tertentu selama umur konstruksinya.
Secara ekonomis diharapkan agar pembangunan dan pemeliharaan konstruksi tersebut dapat
diselenggarakan dengan biaya yang sekecil mungkin dimana masih memungkinkan
terjaminnya keamanan dan tingkat kenyamanan. Perencanaan konstruksi jalan rel dipengaruhi
oleh jumlah beban, kecepatan maksimum, beban gandar dan pola operasi. Atas dasar ini
diadakan klasifikasi jalan rel, sehingga perencanaan dapat dibuat secara tepat guna.

Gambar 2.1 Skematik Potongan Melintang Rel Kereta Api

4
Universitas Sangga Buana
Yayasan Pendidikan Keuangan Dan Perbankan
USB – YPKP
Jurusan Teknik Sipil

2.1.1 Komponen – komponen penyusun jalan rel


2.1.1.1 Rel (railway)
Rel merupakan batangan baja longitudinal yang berhubungan secara langsung,
dan memberikan tuntunan dan tumpuan terhadap pergerakan roda kereta api
secara berterusan. Oleh karena itu, rel juga harus memiliki nilai kekakuan
tertentu untuk menerima dan mendistribusikan beban roda kereta api dengan
baik.
2.1.1.2 Penambat (Fastening System)
Untuk menghubungkan diantara bantalan dengan rel digunakan suatu sistem
penambat yang jenis dan bentuknya bervariasi sesuai dengan jenis bantalan
yang digunakan serta klasifikasi jalan rel yang harus dilayani.
2.1.1.3 Bantalan (Sleeper)
Bantalan memiliki beberpa fungsi yang penting, diantaranya menerima beban
dari rel dan mendistribusikannya kepada lapisan balas dengan tingkat tekanan
yang kecil, mempertahankan sistem penambat untuk mengikat rel pada
kedudukannya, dan menahan pergerakan rel arah longitudinal, lateral dan
vertikal. Bantalan terbagi menurut bahan konstruksinya, seperti bantalan besai,
Rel maupun beton. Perancangan bantalan yang baik sangat diperlukan supaya
fungsi bantalan dapat optimal.
2.1.1.4 Lapisan Fondasi Atas atau Lapisan Balas (Ballast)
Konstruksi lapisan balas terdiri dari material granular/butiran dan diletakkan
sebagai lapisan permukaan (atas) dari konstruksi substruktur. Material balas
yang baik berasal dari batuan yang bersudut, pecah, keras, bergradasi yang
sama, bebas dari debu dan kotoran dan tidak pipih (prone). Meskipun demikian,
pada kenyataannya, klasifikasi butiran di atas sukar untuk
diperoleh/dipertahankan, oleh yang demikian, permasalahan pemilihan material
balas yang ekonomis dan memungkinkan secara teknis masih mendapat
perhatian dalam kajian dan penelitian. Lapisan balas berfungsi untuk menahan
gaya vertikal (cabut/uplift), lateral dan longitudinal yang dibebankan kepada
bantalan sehingga bantalan dapat mempertahankan jalan rel pada posisi yang
disyaratkan.

5
Universitas Sangga Buana
Yayasan Pendidikan Keuangan Dan Perbankan
USB – YPKP
Jurusan Teknik Sipil

2.1.1.5 Lapisan Fondasi Bawah atau Lapisan Subbalas (Subballast)


Lapisan diantara lapisan balas dan lapisan tanah dasar adalah lapisan subbalas.
Lapisan ini berfungsi sebagaimana lapisan balas, diantaranya mengurangi
tekanan di bawah balas sehingga dapat didistribusikan kepada lapisan tanah
dasar sesuai dengan tingkatannya.
2.1.1.6 Lapisan Tanah Dasar (Sugrade)
Lapisan tanah dasar merupakan lapisan dasar pada struktur jalan rel yang harus
dibangun terlebih dahulu. Fungsi utama dari lapisan tanah dasar adalah
menyediakan landasan yang stabil untuk lapisan balas dan subbalas. Perilaku
tanah dasar adalah komponen substruktur yang sangat penting yang mana
memiliki peranan yang signifikan berkait pada sifat teknis dan perawatan jalan
rel.

6
Universitas Sangga Buana
Yayasan Pendidikan Keuangan Dan Perbankan
USB – YPKP
Jurusan Teknik Sipil

2.1.2 Keunggulan Transportasi Jalan Rel


 Mampu mengangkut dalam jumlah besar dan masal dalam satuan waktu
 Hemat energy
 Hemat penggunaan lahan
 Ramah lingkungan
 Tingkat Keselamatan tinggi
 Adaptif terhadap perkembangan teknologi transportasi
 Mampu menembus jantung kota

2.1.3 Klasifikasi Jalan Rel


2.1.3.1 Lebar sepur
Yang di maksud dengan lebar sepur adalah jarak terpendek antara kedua rel, yang
diukur dari sisi dalam kepala rel sampai sisi dalam kepala rel lainnya.
Rel dibagi menjadi 3 golongan yaitu:
 Broad gauge: sepur lebar dengan lebar sepur lebih dari 1435 mm
 Standard gauge: sepur normal dengan lebar sepur 1435 mm
 Narrow gauge: sepur sempit dengan lebar kurang dari 1435 mm
Berikut jenis lebar sepur di berbagai negara – negara:
 1067 mm = Indonesia, Jepang, Australia, Afrika selatan
 1435 mm = Eropa, Amerika, Jepang
 1672 mm = Argentina, Spanyol, Portugal
 1542 mm = Rusia
2.1.3.2 Tingkatan kecepatan tertinggi rel berdasarkan kelasnya
 Kelas Jalan I: 120 km/jam
 Kelas Jalan II: 110 km/jam
 Kelas Jalan III: 100 km/jam
 Kelas Jalan IV: 90 km/jam
 Kelas Jalan V: 80 km/jam

7
Universitas Sangga Buana
Yayasan Pendidikan Keuangan Dan Perbankan
USB – YPKP
Jurusan Teknik Sipil

2.1.3.3 Tingkatan daya angkut lintas kereta api berdasarkan kelasnya

Penggolongan berdasarkan kelandaian (tanjakan) jalan


 Lintas Datar : Kelandaian 0 – 10%
 Lintas Pegunungan : Kelandaian 10 – 40%
 Lintas dengan rel gigi : Kelandaian 40 – 80%
 Kelandaian di emplasemen : Kelandaian 0 – 1.5%
Penggolongan menurut jumlah jalur
 Jalur tunggal: jumlah alur di lintas bebas hanya satu, diperuntukkan untuk
melayani arus lalu lintas angkutan jalan rel dari 2 arah
 Jalur ganda: jumlah jalur di lintas bebas >1 (2arah) dimana masing – masing
jalur hanya diperuntukkan untuk melayani arus lalu lintas angkutan jalan rel dari
1 arah

8
Universitas Sangga Buana
Yayasan Pendidikan Keuangan Dan Perbankan
USB – YPKP
Jurusan Teknik Sipil

2.2 Struktur Jalan Rel


Struktur jalan rel adalah struktur elastis, dengan pola distribusi beban yang cukup rumit,
sebagai gambaran adalah tegangan kontak antara rel dan roda adalah sekitar 6.000
kg/cm2, dan harus ditransfer ke tanah dasar yang berkekuatan hanya sekitar 2 kg/cm2.
Struktur jalan rel yang baik harus dapat menjamin keamanan, kenyamanan, dengan
biaya yang optimal sehingga harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
2.2.1 Kekakuan (Stiffness)
Untuk menjaga deformasi vertikal, dimana deformasi vertikal ini merupakan
indikator utama dari umur, kekuatan dan kualitas jalan rel. Deformasi vertikal
yang berlebihan akan menyebabkan geometrik jalan rel yang tidak baik dan keausan
yang besar diantara komponen-komponen struktur jalan.
2.2.2 Elastisitas (Resilience)
Diperlukan untuk kenyamanan perjalanan kereta api, menjaga patahnya as, roda,
meredam kejut, impact, getaran vertikal. Jika jalan rel terlalu kaku, misalnya dengan
pemakaian bantalan beton, maka untuk menjamin elastisitas diperlukan alas karet
(rubber pads) yang dipasang di bawah kaki rel.
2.2.3 Ketahanan terhadap deformasi tetap
Deformasi vertikal yang berlebihan akan cenderung menjadi deformasi tetap, sehingga
geometri jalan rel (ketidakrataan vertikal dan horizontal, puntir) menjadi tidak baik,
yang pada akhirnya kenyamanan dan keamanan menjadi terganggu.
2.2.4 Stabilitas
Jalan rel yang stabil adalah mampu tetap pada posisi semula (vertikal dan horizontal)
setelah pembebanan terjadi. Untuk ini dibutuhkan balas dengan mutu dan kepadatan
yang baik, bantalan dengan penambat yang selalu terikat, dan drainase yang baik.
2.2.5 Adjustability
Jalan rel harus bisa diatur/dipelihara untuk dikembalikan ke posisi geometri yang benar,
jika terjadi perubahan geometri karena beban yang berjalan.

9
Universitas Sangga Buana
Yayasan Pendidikan Keuangan Dan Perbankan
USB – YPKP
Jurusan Teknik Sipil

2.3 Spesifikasi Struktur Jalan Rel


2.3.1 Beban yang bekerja pada Struktur Jalan Rel
 Gaya vertikal
Gaya ini adalah beban yang paling dominan dalam struktur jaln rel. Gaya ini
menyebabkan defleksi vertikal, dan defleksi vertikal ini adalah indikator terbaik
dari kualitas, kekuatan dan umur jalan rel.
 Gaya transversal (lateral)
Gaya ini disebabkan adanya gaya sentrifugal, ‘snake motion’, dan ketidakrataan
geometrik jalan rel, bekerja pada titik yang sama dengan gaya vertikal di rel.
Gaya ini menyebabkan tercabutnya ‘teppon’ dan geseran pelat landas (base
plate) pada bantalan kayu, sehingga dapat mengubah geometrik jalan rel, dan
pada kondisi tertentu dapat mengakibatkan loncatnya roda ke luar rel
(anjlok/derailment)
 Gaya Longitudinal
Gaya ini disebabkan oleh perubahan suhu pada rel (‘thermal stress’), dan untuk
konstruksi kereta api modern, dimana dipakai rel panjang (long welded rails),
gaya ini sangat memegang peranan penting. Tambahan pada gaya longitudinal
ini adalah akibat gesekan roda dan rel dan gaya akibat pengereman kendaraan
rel.
2.3.2 Geometri Rel
Pertimbangan dalam membuat geometri rel adalah sebagai berikut :
 Permukaan kepala rel harus cukup lebar untuk membuat tegangan kontak
sekecil mungkin.
 Kepala rel harus cukup tebal, untuk memberikan umur yang panjang.
 Badan rel harus cukup tebal, untuk menjaga dari korosi dan tegangan lentur
serta tegangan horizontal.
 Dasar rel harus cukup tebal, untuk mengecilkan distribusi tegangan ke bantalan,
baik melalui pelat andas maupun tidak.
 Untuk tetap baku dan menjaga bagian yang hilang akibat korosi, dasar rel harus
cukup tebal.
 Momen inersia harus tinggi, sehingga rel diusahakan tinggi.
 Untuk menahan tegangan horizontal maka kepala dan dasar harus cukup lebar.

10
Universitas Sangga Buana
Yayasan Pendidikan Keuangan Dan Perbankan
USB – YPKP
Jurusan Teknik Sipil

 Perbandingan lebar dan tinggi harus cukup, untuk menjamin stabilitas


horizontal.
 Titik pusat sebaiknya di tengah rel.
 Geometri badan harus dengan pelat sambung.
 Jari-jari kepala rel harus cukup besar untuk membuat tegangan kontak kecil.

2.3.3 Umur Rel


Umur rel sangat dipengaruji oleh mutu rel, keadaan lingkungan dan beban yang bekerja
(daya angkut lintas). Pada jalan lurus umur rel banyak yang lebih besar dari 40 tahun,
studi umur rel bisa mencapai 60 tahun, tetapi biasanya umur 60 tahun dijadikan sebagai
dasar umur. Umur rel dapat ditentukan dari:
 Kerusakan ujung rel
 Keausan baik di lurus maupun lengkung
 Lelah
Kerusakan rel disambungan diakibatkan oleh:
 Beban gandar yang tinggi
 Lelah celah
 Mutu rel
 Beda tinggi rel
 Diameter roda yang kecil
 Kondisi kendaraan rel (pemegasan)
 Jari-jari permukaan rel
 Kekakuan jalan rel
 Kecepatan kendaraan rel

11
Universitas Sangga Buana
Yayasan Pendidikan Keuangan Dan Perbankan
USB – YPKP
Jurusan Teknik Sipil

Untuk mengatasi kerusakan di ujung (sambungan) rel di atasi dengan jalan:


 Pengerasan pada ujung rel
 Pemeliharaan yang baik
 Mengelas sambungan
 Diameter roda yang kecil
 Kondisi kendaraan rel (pemegasan)
 Jari-jari permukaan rel
 Kekakuan jalan rel
 Kecepatan kendaraan rel
Untuk mengatasi di ujung (sambungan) rel diatasi dengan jalan:
 Pengerasan pada ujung rel
 Pemeliharaan yang baik
 Mengelas sambungan

12
Universitas Sangga Buana
Yayasan Pendidikan Keuangan Dan Perbankan
USB – YPKP
Jurusan Teknik Sipil

2.4 Wesel (Switch Rod)


2.4.1 Fungsi Wesel
Pada konstruksi jalan rel, tidak seperti pada konstruksi jalan raya, pertemuan antara
beberapa jalur (sepur), harus dilaksanakan dengan konstruksi khusus. Pertemuan antara
beberapa sepur, dapat berupa sepur yang bercabang atau dapat pula berupa persilangan
antara dua sepur. Konstruksi khusus yang diperlukan adalah wesel (switch). Jadi fungsi
wesel adalah untuk mengalihkan kereta api dari satu sepur ke sepur yang lainnya.
Dalam desain pemakaian / pemilihan wesel pada satu emplasemen sangat tergantung
kepada kecepatan, lay out, panjang peran, tujuan peran dan lain-lain sesuai kebutuhan
penggunaannya.
2.4.2 Jenis Wesel
2.4.2.1 Wesel biasa

2.4.2.2 Wesel dalam lengkung

13
Universitas Sangga Buana
Yayasan Pendidikan Keuangan Dan Perbankan
USB – YPKP
Jurusan Teknik Sipil

2.4.2.3 Wesel tiga jalan

2.4.2.4 Wesel Inggris


 Wesel Inggris lengkap
 Wesel Inggris tidak lengkap
2.4.3 Komponen Wesel
Wesel terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut:
a. Lidah, adalah bagian-bagian dari wesel yang dapat bergerak. Pangkal lidah
disebut akar.
Jenis lidah ada 2 (dua), yaitu:
 Lidah putar, adalah lidah yang mempunyai engsel diakar-lidahnya.
 Lidah berpegas, adalah lidah yang akar-lidahnya dijepit sehingga dapat
melentur.
b. Sudut tumpu (Beta)
Sudut tumpu adalah sudut antara lidah dengan rel lantak. Sudut tumpu
dinyatakan dengan tangennya, yaitu tangen Beta = 1 : m, dimana harga, berkisar
antara 25 sampai 100.
c. Jarum dan sayap-sayapnya
Jarum adalah bagian wesel yang memberi kemungkinan kepada flens roda,
melalui bidang-bidang jalan yang terputus antara dua rel. Sudut kelancipan
jarum (Alpa) disebut sudut samping arah.
Jenis jarum:

14
Universitas Sangga Buana
Yayasan Pendidikan Keuangan Dan Perbankan
USB – YPKP
Jurusan Teknik Sipil

 Jarum kaku di baut (bolted rigid frogs); terbuat dari potongan-potongan


rel standar yang dibaut.
 Jarum rel pegas (spring rail frogs)
 Jarum baja mangan cor (Cast manganese Steel Frogs), dipakai untuk
lintas dengan tonase beban yang berat atau lintas yang frekwensi
keretanya tinggi.
 Jarum keras terpusat (Hard centered frogs)
2.4.4 Rel Lantak
Suatu rel yang diperkuat badannya yang berguna untuk bersandarnya lidah-lidah wesel.

2.4.5 Rel Paksa


Dibuat dari rel biasa yang kedua ujungnya dibengkok kedalam. Rel paksa luar, biasanya
dibaut pada rel lantak, dengan menempatkan blok pemisah diantaranya.

Untuk wesel dengan kecepatan tinggi, rel paksa ditambat pada bantalan dengan
menggunakan alat penambat.
Jarak antara rel paksa dengan rel lantak adalah 42 cm.

15
Universitas Sangga Buana
Yayasan Pendidikan Keuangan Dan Perbankan
USB – YPKP
Jurusan Teknik Sipil

2.4.6 Sistem Penggerak atau Pembalik Wesel


Pembalik wesel adalah mekanisme untuk menggerakkan ujung lidah, baik dengan
sistem mekanik atau elektrik.

2.5 Stasiun Kereta (Rail Station)


2.5.1 Stasiun didefinisikan sebagai:
 Tempat persinggahan kereta
 Tempat diadakannya segala aktivitas yang berhubungan dengan jasa
angkutan sebelum dan sesudah perjalanan.
2.5.2 Klasifikasi stasiun, dibagi menjadi:
 Menurut ukuran (dimensi)
o Halte
o Stasiun kecil
o Stasiun Sedang
o Stasiun Besar
 Menurut Kegiatan (fungsi)
o Stasiun barang
o Stasiun penumpang
o Stasiun barang dan penumpang
o Stasiun langsiran
 Menurut bentuk geometri
o Stasiun terusan
o Stasiun pulau
o Stasiun jazirah (semenanjung)

16
Universitas Sangga Buana
Yayasan Pendidikan Keuangan Dan Perbankan
USB – YPKP
Jurusan Teknik Sipil

o Kepala (siku, buntu)


 Menurut operasional
o Stasiun akhir
o Stasiun antara
o Stasiun penghubung
o Stasiun penyilangan

2.6 Emplasemen
Stasiun dilengkapi dengan berbagai prasarana diantaranya yang paling penting adalah
emplasemen, yang didefinisikan sebagai tempat yang diperuntukkan bangunan utilitas,
yaitu sekelompok sepur dengan wesel dan perlengkapannya.

17
Universitas Sangga Buana
Yayasan Pendidikan Keuangan Dan Perbankan
USB – YPKP
Jurusan Teknik Sipil

BAB 3.
METODOLOGI

3.1 Tinjauan Umum


Pada bab ini akan dibahas proses secara keseluruhan mengenai penyusunan
perencanaan struktur jalan rel. Untuk mendapatkan hasil penjabaran yang baik diperlukan
analisis data yang teliti, semakin rumit permasalahan yang dihadapi semakin kompleks pula
analisa yang akan dilakukan. Untuk mendapatkan analisis yang baik memerlukan data-data
informasi yang lengkap dan akurat disertai teori / konsep yang relevan. Dalam rangka
pengumpulan data diperlukan 2(dua) tahapan penting yang harus dilalui, yaitu:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai
pengumpulan dan pengolahan data. Dalam tahap ini dilakukan penyusunan rencana
yang perlu dilakukan untuk memperoleh efisiensi dan efektifitas waktu pengerjaan.
Pada tahap ini juga dilakukan pengamatan pendahuluan agar didapat gambaran umum
dalam mengidentifikasikan dan merumuskan masalah yang dihadapi.
Tahapan persiapan ini meliputi:
a. Studi pustaka terhadap materi tugas untuk menentukan garis besar proses evaluasi
dan penjabaran.
b. Menentukan kebutuhan data-data yang diperlukan.
c. Mendata instansi dan institusi yang dapat dijadikan sumber data.
2. Tahap Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data merupakan langkah selanjutnya, setelah tahap
persiapan. Dari tahap pengumpulan ini dapat diperoleh gambaran permasalahan yang
akan dihadapi, dan penentuan alternatif pemecahan masalah yang akan diambil.
Adapun beberapa metode yang dilakukan pada pengumpulan data ini antara lain:
a. Metode Literatur
Metode literatur yaitu dengan meminjam data dari instansi terkait sebagai
landasan permasalahan yang ada sekaligus membandingkan dengan kondisi saat ini.

18
Universitas Sangga Buana
Yayasan Pendidikan Keuangan Dan Perbankan
USB – YPKP
Jurusan Teknik Sipil

3.2 Analisis dan Pengolahan Data


Analisis dan pengolahan data dilakukan berdasarkan data-data yang telah diperoleh,
selanjutnya dikelompokkan dengan identifikasi jenis permasalahan sehingga diperoleh analisa
pemecahan masalah yang efektif dan terarah. Pada tahap ini dilakukan analisis dan pengolahan
data yang diperoleh, meliputi:
1. Analisis data mengenai aspek – aspek kegiatan dalam tahapan perencanaan jalan rel,
sehingga analisis yang dilakukan berdasarkan kaidah-kaidah yang telah ditentukan.
2. Analisis perhitungan kecepatan dan spesifikasi jalan rel berdasarkan table standar
rekayasa jalan rel.
3. Analisis data mengenai acuan yang digunakan untuk merealisasikan ide perancangan
ke dalam wujud gambar autocad. Data ini berupa suatu deskripsi mengenai kriteria atau
persyaratan gambar kerja yang harus dipahami oleh semua yang terlibat dalam proses
pembuatan struktur jalan rel.

3.3 Bagan Alir Tugas Besar

Persiapan:
Menentukan
• Studi pustaka
Mulai • Observasi Lapangan
Kebutuhan dan
Pengumpulan Data

Kriteria Spesifikasi Perencanaan


Analisis dan
Kecepatan Rencana Pembuatan Badan
Pengolahan Data
Jalan Rel Jalan Rel

Perencanaan Ok
Penggambaran
Disetujui Selesai
Skematis Struktur
Tidak
Badan Jalan Rel

19
Universitas Sangga Buana
Yayasan Pendidikan Keuangan Dan Perbankan
USB – YPKP
Jurusan Teknik Sipil

BAB 4.
PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN JALAN REL

4.1 Perencanaan Spesifikasi Jalan Rel


Kelas Jalan Rel tingkat I : 120 km/jam

Daya angkut kelas jalan I : >20


Pada lintas bebas : 2,35 - 2,53m di kiri kanan sumbu sepur.
Pada emplasemen : 1,95 – 2,35m di kiri kanan sumbu sepur.

Dimana:
Lh = panjang minimal lengkung peralihan.
h =pertinggian relatif antara dua bagian yang dihubungkan (mm).
v = kecepatan rencana untuk lengkungan peralihan (km/jam).

20
Universitas Sangga Buana
Yayasan Pendidikan Keuangan Dan Perbankan
USB – YPKP
Jurusan Teknik Sipil

Kelas jalan I: R 60/R 54

R 60: H=172, B=150, C=74.30, D=16.50, E=51, F=31.50, G=80.95, R=120, A=76.86,
W=60.34, Yb=80.95, Ix=3.066.

21
Universitas Sangga Buana
Yayasan Pendidikan Keuangan Dan Perbankan
USB – YPKP
Jurusan Teknik Sipil

Kuat tarik minimum rel adalah n90 kg/mm2 dengan perpanjangan minimum 10%.
Kekerasan kepala rel tidak boleh kurang dari pada 240 Brinell.

Bantalan Kayu R.60: 450m, Bantalan Beton R.60: 275m.


Jika digunakan rel panjang, jarak antara ujung jembatan daerah muai rel

Panjang daerah muai

Penempatan sambungan rel panjang yang melintasi jembatan


4.1.1 Bantalan Kayu
 Pada jalan yang lurus bantalan kayu mempunyai ukuran :
Panjang = L = 2.000 mm
Lebar = t = 130 mm
Tinggi = b = 220 mm
 Mutu kayu yang dipergunakan untuk bantalan kayu, harus memenuhi ketentuan
Peraturan Bahan Jalan Rel Indonesia (PBJRI)
 Bantalan kayu pada bagian tengah maupun bagian bawah rel, harus mampu
menahan momen maksimum sebesar :
Kelas kayu Momen maksimum (kg –m)
Bawah rel 800
Tengah Bantalan 530

 Bentuk penampang melintang bantalan kayu harus berupa empat persegi


panjang pada seluruh tubuh bantalan.

22
Universitas Sangga Buana
Yayasan Pendidikan Keuangan Dan Perbankan
USB – YPKP
Jurusan Teknik Sipil

4.1.2 Bantalan Beton


 Pada jalur lurus, bantalan beton pratekan dengan proses “pretension”
mempunyai ukuran panjang :

Dimana : l = jarak antara kedua sumbu vertikal rel (mm)


α = 80 sampai 160
Ɵ = diameter kabel baja prategang (mm)
Mutu campuran beton harus mempunyai kuat tekan karakteristik tidak kurang
dari 500kg/cm2, mutu baja untuk tulangan geser tidak kurang dari U-21 dan
mutu baja prategang ditetapkan dengan tegangan putus minimum sebesar
17.000 kg/cm2.
 Pada jalur lurus, bantalan beton pratekan dengan proses “Posttension”
mempunyai ukuran panjang :

Dimana : l = jarak antara kedua sumbu vertikal rel (mm)


ᵞ = panjang daerah regularisasi tegangan, yang tergantung jenis
angkernya.
Mutu campuran beton harus mempunyai kuat tekan karakteristik tidak kurang
dari 500 kg/cm2, mutu baja untuk tulangan geser tidak kurang dari mutu U-24
dan mutu baja prategang ditetapkan dengan tegangan putus minimum sebesar
17.000 kg/cm2.
 Pada jalur lurus, satu buah bantalan beton blok ganda mempunyai ukuran
sebagai berikut :
- Panjang = 700 mm
- Lebar = 300 mm
- Tinggi rata-rata = 200 mm
Pada bagian jalur yang lain, hanya panjang batang penghubungnya yang
disesuaikan.
Mutu campuran beton harus mempunyai kuat tekan karakteristik tidak kurang
dari 385 kg/cm2, mutu baja untuk tulang lentur tidak kurang dari U-32 dan mutu
baja penghubung tidak kurang dari U-32.

23
Universitas Sangga Buana
Yayasan Pendidikan Keuangan Dan Perbankan
USB – YPKP
Jurusan Teknik Sipil

Jarak bantalan beton, baja maupun kayu, pada jalan lurus jumlah bantalan yang
dipergunakan adalah 1.667 buah tiap kilometer panjang.
Pada lengkungan, jarak bantalan diambil sebesar 60 cm diukur pada rel luar.

4.2 Analisa Rangka Kuda-Kuda Rel

4.2.1 Reaksi Perletakan

24
Universitas Sangga Buana
Yayasan Pendidikan Keuangan Dan Perbankan
USB – YPKP
Jurusan Teknik Sipil

4.2.2 Analisis Gaya Batang

4.2.3 Analisis Batang Struktur

4.3 Gambar Kerja Rangka Kuda-Kuda Rel

25
Universitas Sangga Buana
Yayasan Pendidikan Keuangan Dan Perbankan
USB – YPKP
Jurusan Teknik Sipil

4.4 Realisasi Rangka Kuda-Kuda Rel

26
Universitas Sangga Buana
Yayasan Pendidikan Keuangan Dan Perbankan
USB – YPKP
Jurusan Teknik Sipil

BAB 5.
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

27
Universitas Sangga Buana
Yayasan Pendidikan Keuangan Dan Perbankan
USB – YPKP
Jurusan Teknik Sipil

5.2 Saran
1.

28
Universitas Sangga Buana
Yayasan Pendidikan Keuangan Dan Perbankan
USB – YPKP
Jurusan Teknik Sipil

DAFTAR PUSTAKA

29

Anda mungkin juga menyukai