Anda di halaman 1dari 5

1.

Pandangan Hindu Terhadap AIDS


Sudah menjadi kodrat bagi kehidupan di bumi bahwa suka (kesenangan,kebahagiaan),
dukha (penderitaan),lara (sakit) dan pati (kematian), tidak dapat dihindari oleh manusia,
kenyataan hidup membutuhkan, beberapa orang mengenyam kebahagiaan dalam
hidupnya,namun di pihak lain tidak sedikit orang mengalami penderitaan. Termasuk banyak
orang menderita karena penyakit AIDS.
Di dalam ajaran Hindu dijelaskan bahwa sesungguhnya hampir tidak ada peristiwa/hal
yang terjadi di jagad raya ini, lepas/terbebas dari hukum “Karma Phala” (sebab akibat). Setiap
peristiwa yang terjadi (akibat) jelas dikarenakan/diakibatkan oleh satu “penyebab”, sebaliknya
“sebab” (dikehendaki atau tidak) niscaya akan ada akibatnya. Semua ini tak dapat dihindari,
sebab demikianlah dititahkan oleh Sang Pencipta (Tuhan), sebagaimana dapat dikaji dari nilai-
nilai tersurat dalam Sloka Sarasamuccaya ,Sloka 7,berikut ini :

Karmabhumiriya bhahman, Phalabhumirasau mata Iha yat kurute karma tat, paratropabhujyate
Artinya :
Sebab kelahiran sebagai manusia sekarang ini akibat baik atau buruknya karma itu juga
yang akhirnya dinikmati karma phala itu.Maksudnya baik buruk perbuatan itu sekarang akhirnya
terbukti hasilnya, selesai menikmati menjelmalah ia kembali, mengikuti sifat karma phala.
Wasana berarti sengsara, sisa-sisa yang ada dari bau sesuatu yang tinggal bekas-bekasnya saja,
itulah yang diikuti sebagai pribahasa, kelahiran dari surga (swarga cyuta), kelahiran dari neraka
(neraka cyuta) baik buruk karma itu di surga, tanda ada pahalanya. Karena itu pergunakanlah
sebaik-baiknya hidup ini untuk melakukan perbuatan baik
Bertolak dari kajian di atas maka dapat dinyatakan bahwa adanya berbagai penyakit,
termasuk AIDS pun, tentunya menerima ciptaan Tuhan sebagai Maha Pencipta. Dalam kaitan
pembahasan penyakit sebagaimana tersebut di atas perlu kita cermati Sarasamuccaya, Sloka
30,berikut ini :

Pura cari ramantako bhinakti, Rogasarathih Prasahya jiwitaksaye cubham, Mahat samaharet
Artinya :
Sebab yang disebut kematian, segala macam penyakit itu merupakan pengemudinya,
yang menyebabkan hidup itu berkurang, jika sudah kurang usia hidup datanglah maut, karena itu
jangan lupa supaya diusahakan berbuat baik yang akan mengantarkanmu ke asal mulamu.
Berdasarkan “Sloka” atau ayat tersebut jelaslah bahwa penyakit dimaksud diadakan ke
dunia oleh Sang Pencipta untuk maksud tertentu dan juga disebabkan oleh sebab-sebab tertentu.
Sebab-sebab tersebut pada hakekatnya dikarenakan oleh unsur manusia sendiri terutama oleh
kelalaian atau pelanggarannya atas hukum-hukum kehidupan yang telah ditentukan oleh Tuhan.
Justru untuk memberikan peringatan atau bahkan ganjaran kepada prilaku-prilaku manusia yang
melanggar norma-norma hidup di jagad raya ini.
Kemungkinan –kemungkinan untuk adanya pelanggaran norma tersebut tadi dapat saja
terjadi , mengingat manusia memang diberi kekuasaan dalam hal-hal tertentu oleh Tuhan untuk
berpikir dan mengembangkan kehidupannya guna mencapai tujuan hidupnya.
Dalam keleluasaan itulah, sekaligus terdapat peluang adanya variasi/yang bahkan
terkadang berkategori Asubha Karma atau yang dalam hidup keseharian disebut dengan
penyimpangan hidup. Kemungkinan timbulnya penyimpangan itulah yang telah diantisipasi oleh
Sang Pencipta dengan memberikan konsekwensi terhadap penyimpangan tadi berupa “penyakit”.
Tentunya diharapkan dengan penyakit-penyakit tersebut dalam diri manusia akan timbul rasa
takut untuk melanggar norma-norma hidup yang telah digariskan. Demikian pula bagi yang
terlanjur membuat kekeliruan dengan ancaman (penyakit) tersebut, yang bersangkutan dapat
menjadi jera atau kapok.
Walaupun sampai saat ini penyakit AIDS belum ditemukan obatnya, kita tidak boleh
menyerah begitu saja, paling tidak kita harus berupaya untuk menghadapinya dan berusaha
menyelamatkan tubuh kit aini, yang merupakan anugrah Tuhan yang paling berharga dalam
rangka mencapai tujuan hidup kita. Berkenan dengan hal tersebut, Weda menyatakan ”
Dharmartha kama moksanam sariram sadanam ” yang artinya tubuh (mu) itu adalah
sadana/sarana untuk meraih tujuan(mu) berupa dharma, artha, kama dan moksha.
Menyadari peranan tubuh yang demikian penting,maka kita(yang belum sakit) perlu
waspada agar tidak terjangkit. Demikian pula yang telah dinyatakan positif mengidap AIDS, agar
bisa menerima dengan jiwa besar,serta mencari upaya penanggulangan lewat petunjuk weda dan
vidya (pengetahuan). Bukankah kesehatan selalu tampak lebih berharga setelah kita
kehilangannya demikian pesan para bijak.

E. Pencegahan HIV/AIDS dalam Pandangan Hindu


Di dalam ajaran Hindu dijelaskan bahwa sesungguhnya semua yang ada;
peristiwa/hal yang terjadi di dunia ini tidak terlepas dari hukum karmapala (sebab-
akibat). Suatu peristiwa yang terjadi jelas disebabkan oleh suatu akibat, sebaliknya
sebab (dikehendaki atau tidak) niscaya akan ada akibatnya. Semua ini tidak dapat
dihindari
Berkaitan dengan tersebarnya berbagai penyakit termasuk AIDS tidak terlepas dari karma
manusia itu sendiri di dunia. Di mana manusia kurang mampu mengendalikan
kama/mengendalikan diri dari perilaku seks bebas. Di dalam ajaran Hindu mereka yang tidak
mampu mengendalikan kama yang merupakan salah satu dari enam musuh yang ada dalam diri
manusia maka ia akan tenggelam dalam naungannya. Kama artinya memenuhi nafsu seks.
Apabila dilakukan dengan tidak mengindahkan etika maka sebagai karma dari perilaku ini akan
tersebarlah penyakit tersebut.
Tujuan hidup ke dunia ini sesungguhnya untuk memperbaiki karma buruk menjadi karma
baik (adharma menjadi dharma). Berbuat baiklah sebanyak-banyaknya agar perbuatan baik itu
mampu melebur perbuatan buruk. Tentunya berbuat baik dilakukan sejak muda, karena masa
muda mempunyai kesempatan lebih banyak untuk berbuat baik termasuk bagaimana melakukan
hubungan seks agar terhindar dari penyakit ini. Kesalahan di masa lalu yang berperilaku
memenuhi kama saja sehingga terkena penyakit mematikan tersebut merupakan pengemudi
datangnya maut. Sehingga semua kesempatan berbuat baik berkurang bahkan hilang sama sekali
karena semua kehidupan digunakan untuk menanggung akibat penyakit ini. Artinya karma baik
akan berakibat baik, karma buruk akan berakibat buruk. Karena di mana dan apa yang diperbuat
hasilnya selalu menyertai di dalam perbuatan itu; apakah hasilnya buruk atau baik sangat
tergantung yang mana dilakukan oleh si pelaku itu sendiri.
1. Bagi seorang brahmacari ada dua hal yang mesti ditekankan yaitu swadharma dan
pantangan/brata. Swadharma/kewajiban ketika belajar dan brata sebagai pengendalian
perbuatan. Sesuai swadharmanya seorang brahmacari mempunyai tugas belajar untuk
menguak tabir awidya (kegelapan) yang menyelimuti dirinya. Jadi semua aktivitas yang
dilaksanakan oleh seorang brahmacarin,

2. PENDERITA HIV/AIDS DITINJAU DARI PERSFEKTIF ETIKA KRISTEN


HIV/AIDS, terkadang banyak pendapat yang langsung bersifat menghakimi dari orang
Kristen. Menurut mereka para penderita terkena penyakit yang mematikan disebabkan
oleh tindakan mereka yang melanggar perintah Allah ( Kel. 20 :14). Allah adalah kudus
dan Dia menginginkan manusia hidup kudus. Oleh sebab itu menurut mereka menjaga
kekudusan perkawinan sangatlah penting. Pendapat ini sedemikian berakar kuat
didalam diri sebagian orang Kristen, sehingga banyak diantara mereka yang sama sekali
tidak mau mempedulikan para penderita. Dipihak lain ada orang Kristen yang berjiwa
sosial, sangat memperdulikan akan para penderita. Dengan menerapkan hukum kasih,
mereka berusaha untuk menjadi berkat bagi orang lain. Mengadakan penyuluhan dan
seminar bagi masyarakat mengenai bahayanya penyakit ini. memberikan perhatian bagi
yang sudah terinveksi, tanpa takut terjangkit oleh virus mematikan ini?

Menekankan tentang kekudusan Allah itu adalah hal yang sangat penting dalam
kekristenan, Firman Allah mengatakan “Kuduslah kamu sebab Aku kudus”, oleh sebab
itu perkawinan adalah hal yang sangat kudus. Melakukan seks bebas adalah hal yang
bertentangan dengan kehendak Allah (kel. 20:14). Salah satu penyebaran virus ini
adalah melalui hubungan seksual. Oleh sebab itu jagalah kekudusan hidup.

Prinsip yang harus diterapkan sebagai umat percaya adalah prinsip yang sudah
dilakukan oleh sang guru agung kita yaitu Tuhan Yesus. Selama pelayanannya di bumi,
Tuhan Yesus selalu memperhatikan orang –orang yang sudah terbuang dikalangan
masyarakat marginal. Dia menunjukan kasihnya dengan menyembuhkan mereka, dan
memberikan pemulihan kerohanian.(luk. 17 :11-19).

1. PENCEGAHAN MENURUT AGAMA KRISTEN


Bagi mereka yang belum terkena inveksi dari virus mematikan ini, sebagai hamba
Tuhan, kita harus mengadakan penyuluhan, pembinaan kepada masyarakat, dengan
menekankan tentang kekudusan hidup berdasarkan firman Tuhan. Didalam 1
Tesalonika 4 :1-12 memberikan suatu pedoman untuk menjaga kekudusan hidup, dan
Amsal 5:1-23 memberikan penjelasan yang sangat mendetail salah satu dampak dari
hubungan perzinahan, yang merupakan salah satu cara penularan virus ini.
Bagi yang sudah terinveksi, hal yang bisa dilakukan adalah, pemulihan kerohanian bagi
mereka, beritakan Injil kepada mereka sehingga walaupun tubuh mereka tidak mungkin
disembuhkan lagi tetapi yang terpenting jiwa mereka bisa dipulihkan dan bertobat
percaya kepada Yesus. (Kisa Para rasul 4: 12) Karena kesehatan rohani lebih penting
daripada kesehatan jasmani. Orang yang sudah terinveksi penyakit ini hanya
mengalami penyesalan dan keputusasaan yang mendalam selama mereka masih hidup,
tidak bisa lagi berbuat apa-apa, bagaikan burung yang terkena jerat, bagi mereka
kehidupan didunia tidak ada artinya lagi, tinggal menunggu saatnya untuk mati.
disanalah para hamba Tuhan hadir , membawa suatu harapan baru didalam Kristus,
yang lebih berharga dari kehidupan yang sangat singkat didunia ini.

AIDS Menurut Pandangan Agama Islam

AIDS di anggap sebagai kutukan dan adzab Allah jika di derita oleh pelakukemaksiatan,
melampaui batas, mempunyai penyimpangan dalam hubunganseksual, atau melanggar ketentuan
Allah, sebagaimana tercakup dalam firman
Allah “
Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatantangan manusia,
supaya Allah merasakan kepadanya
”.
Juga dinyatakan dalam hadist Nabi, jika perjinahan yang merupakan sebabutama terjangkitnya
Virus HIV telah merajalela di masyarakat maka Allah akanmenurunkan adzabnya.

Jika perzinahan dan riba telah melanda di suatu kampung, maka merekatelah menghalalkan
untuk diri mereka

sendiri siksaan Allah


(H.R al-Thabarani danal-
Hakim)”
HIV/AIDS dapat di anggap sebagai cobaan jika di derita oleh orang-orangyang beriman dan
shaleh, seperti tertulari melalui jarum suntik, donor darah, dsb.Hal ini tercakup dalam kandungan
ayat al-
Quran “dan sungguh akan kami berikan
cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekuranagn harta, jiwa dan
buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (Q.s.al-Baqarah
(2): 155).Jadi, pengidap HIV AIDS dapat dianggap sebagai cobaan,bagi orang
shalehyang menderita AIDS karena tertulari orang lain,bukan karena penyimpanganseksual yang
dilakukan.karena dampak dari adzab Allah kadang-kadang diturunkantidak hanya mengenai
orang yang dzalim saja,tetapi berlaku umum,akan mengenai pula orang-orang
yang bertakwa,sebagaimana di tegaskan dalam al-
Qur’an :

“Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa


orang-orang yang zalim saja diantara kamu.dan ketahuilah bahwa Allah amat kerassiksaan-
nya.(Q.s. al-Anfal(8):25)Juga dinyatakan dalam hadits Nabi :
“Jika manusia melihat suatu kemungkaran dan tidak bertindak
mengubahnya,maka dikhawatirkan Allah akan menimpakan siksa kepada merka
yang sifatnya menyeluruh “
(HR.Ibnu Majah dan al-Tirmidzi)Dengan demikian penderita AIDS seharusnya diperlakukan
secaranormal,dia berhak untuk diperlakukan dengan baik sebagaimana kepada orang lainyang
tidak sakit atau menderita penyakit lain

Anda mungkin juga menyukai