Karmabhumiriya bhahman, Phalabhumirasau mata Iha yat kurute karma tat, paratropabhujyate
Artinya :
Sebab kelahiran sebagai manusia sekarang ini akibat baik atau buruknya karma itu juga
yang akhirnya dinikmati karma phala itu.Maksudnya baik buruk perbuatan itu sekarang akhirnya
terbukti hasilnya, selesai menikmati menjelmalah ia kembali, mengikuti sifat karma phala.
Wasana berarti sengsara, sisa-sisa yang ada dari bau sesuatu yang tinggal bekas-bekasnya saja,
itulah yang diikuti sebagai pribahasa, kelahiran dari surga (swarga cyuta), kelahiran dari neraka
(neraka cyuta) baik buruk karma itu di surga, tanda ada pahalanya. Karena itu pergunakanlah
sebaik-baiknya hidup ini untuk melakukan perbuatan baik
Bertolak dari kajian di atas maka dapat dinyatakan bahwa adanya berbagai penyakit,
termasuk AIDS pun, tentunya menerima ciptaan Tuhan sebagai Maha Pencipta. Dalam kaitan
pembahasan penyakit sebagaimana tersebut di atas perlu kita cermati Sarasamuccaya, Sloka
30,berikut ini :
Pura cari ramantako bhinakti, Rogasarathih Prasahya jiwitaksaye cubham, Mahat samaharet
Artinya :
Sebab yang disebut kematian, segala macam penyakit itu merupakan pengemudinya,
yang menyebabkan hidup itu berkurang, jika sudah kurang usia hidup datanglah maut, karena itu
jangan lupa supaya diusahakan berbuat baik yang akan mengantarkanmu ke asal mulamu.
Berdasarkan “Sloka” atau ayat tersebut jelaslah bahwa penyakit dimaksud diadakan ke
dunia oleh Sang Pencipta untuk maksud tertentu dan juga disebabkan oleh sebab-sebab tertentu.
Sebab-sebab tersebut pada hakekatnya dikarenakan oleh unsur manusia sendiri terutama oleh
kelalaian atau pelanggarannya atas hukum-hukum kehidupan yang telah ditentukan oleh Tuhan.
Justru untuk memberikan peringatan atau bahkan ganjaran kepada prilaku-prilaku manusia yang
melanggar norma-norma hidup di jagad raya ini.
Kemungkinan –kemungkinan untuk adanya pelanggaran norma tersebut tadi dapat saja
terjadi , mengingat manusia memang diberi kekuasaan dalam hal-hal tertentu oleh Tuhan untuk
berpikir dan mengembangkan kehidupannya guna mencapai tujuan hidupnya.
Dalam keleluasaan itulah, sekaligus terdapat peluang adanya variasi/yang bahkan
terkadang berkategori Asubha Karma atau yang dalam hidup keseharian disebut dengan
penyimpangan hidup. Kemungkinan timbulnya penyimpangan itulah yang telah diantisipasi oleh
Sang Pencipta dengan memberikan konsekwensi terhadap penyimpangan tadi berupa “penyakit”.
Tentunya diharapkan dengan penyakit-penyakit tersebut dalam diri manusia akan timbul rasa
takut untuk melanggar norma-norma hidup yang telah digariskan. Demikian pula bagi yang
terlanjur membuat kekeliruan dengan ancaman (penyakit) tersebut, yang bersangkutan dapat
menjadi jera atau kapok.
Walaupun sampai saat ini penyakit AIDS belum ditemukan obatnya, kita tidak boleh
menyerah begitu saja, paling tidak kita harus berupaya untuk menghadapinya dan berusaha
menyelamatkan tubuh kit aini, yang merupakan anugrah Tuhan yang paling berharga dalam
rangka mencapai tujuan hidup kita. Berkenan dengan hal tersebut, Weda menyatakan ”
Dharmartha kama moksanam sariram sadanam ” yang artinya tubuh (mu) itu adalah
sadana/sarana untuk meraih tujuan(mu) berupa dharma, artha, kama dan moksha.
Menyadari peranan tubuh yang demikian penting,maka kita(yang belum sakit) perlu
waspada agar tidak terjangkit. Demikian pula yang telah dinyatakan positif mengidap AIDS, agar
bisa menerima dengan jiwa besar,serta mencari upaya penanggulangan lewat petunjuk weda dan
vidya (pengetahuan). Bukankah kesehatan selalu tampak lebih berharga setelah kita
kehilangannya demikian pesan para bijak.
Menekankan tentang kekudusan Allah itu adalah hal yang sangat penting dalam
kekristenan, Firman Allah mengatakan “Kuduslah kamu sebab Aku kudus”, oleh sebab
itu perkawinan adalah hal yang sangat kudus. Melakukan seks bebas adalah hal yang
bertentangan dengan kehendak Allah (kel. 20:14). Salah satu penyebaran virus ini
adalah melalui hubungan seksual. Oleh sebab itu jagalah kekudusan hidup.
Prinsip yang harus diterapkan sebagai umat percaya adalah prinsip yang sudah
dilakukan oleh sang guru agung kita yaitu Tuhan Yesus. Selama pelayanannya di bumi,
Tuhan Yesus selalu memperhatikan orang –orang yang sudah terbuang dikalangan
masyarakat marginal. Dia menunjukan kasihnya dengan menyembuhkan mereka, dan
memberikan pemulihan kerohanian.(luk. 17 :11-19).
AIDS di anggap sebagai kutukan dan adzab Allah jika di derita oleh pelakukemaksiatan,
melampaui batas, mempunyai penyimpangan dalam hubunganseksual, atau melanggar ketentuan
Allah, sebagaimana tercakup dalam firman
Allah “
Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatantangan manusia,
supaya Allah merasakan kepadanya
”.
Juga dinyatakan dalam hadist Nabi, jika perjinahan yang merupakan sebabutama terjangkitnya
Virus HIV telah merajalela di masyarakat maka Allah akanmenurunkan adzabnya.
“
Jika perzinahan dan riba telah melanda di suatu kampung, maka merekatelah menghalalkan
untuk diri mereka