Anda di halaman 1dari 8

Sesungguhnya pada zaman kita sekarang ini, apa-apa yang pernah disabdakan Rasulullah -shallallaahu

'alayhi wa sallam- telah menjadi kenyataan yg tak terbantahkan lagi sebagaimana dalam sabdanya

‫صىل هللا عليه وسلم‬- ‫ قال رسول هللا‬:

،‫فطوب للغرباء‬
‫ى‬ ،‫ وسيعود غريبا كما بدا‬،‫ان االسالم بدا غريبا‬

‫ ومن هم الغرباء يا رسول هللا ؟‬: ‫قيل‬

‫سنت ما افسد الناس‬


‫ي‬ ‫ الذين يصلحون من‬: ‫قال‬.

"Sesungguhnya agama Islam ini datang dianggap asing (aneh) dan kelak (di akhir zaman) agama Islam
akan dianggap aneh kembali sebagaimana awal mula kedatangannya, maka sungguh beruntung orang-
orang yang dianggap asing itu

Lalu ditanyakan kepada Rasulullah :

"Wahai Rasulullah, siapakah mereka yang (engkau) maksudkan dengan orang-orang yg asing itu (al-
ghurabaa')

Rasulullah menjawab :

"Al-Ghurabaa' itu adalah orang-orang yg memperbaiki sunnahku (maksudnya adalah aqidah dan
syari'atnya bukan khusus perkara sunnah) di saat banyak manusia yg merusaknya".

Rasulullah ‫ صىل هللا عليه وسلم‬bersabda: Allah ta'aalaa berfirman:

‫قدس رواه البخاري‬ ّ ‫إل‬


‫مما افتضت عليه « حديث‬ ّ
ّ ‫أحب‬ ‫بشء‬ ّ ‫» وما‬
ّ ‫تقرب‬
‫ي‬ ‫ي‬ ‫إل عبدي ي‬
‫ي‬
Maknanya:
"Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dari sesuatu
yang Aku wajibkan kepadanya" [ Hadits Qudsiyy riwayat Al Bukhori ].

Kewajiban yang paling utama dan paling pertama adalah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Meyakini
bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah saja tidak cukup, selama tidak disertai dengan
keyakinan bahwa Muhammad adalah utusan Allah.

‫آب فإن الشيطان ال يتخيل ى يب‬


‫آب يف المنام فقد ر ي‬
‫من ر ي‬
“Siapa yang melihatku dalam mimpi, dia benar-benar melihatku. Karena setan tidak mampu meniru rupa
diriku.” (HR. Bukahri dan Muslim)

Suatu ketika nadhim kitab aqidatul awam yaitu Sayyid Ahmad Al-marzuqi Al-maliki bermimpi bertemu
Rasulullah SAW dalam tidurnya di akhir malam jum’at pada awal bulan rajab hari ketujuh tahun 1258 H.
Pada saat itu, sahabat nabi sedang berdiri disekitar nadhim. Terjadi percakapan singkat sebagai berikut :
Nabi SAW bersabda : “Bacalah nadhom tauhid yang mana bila seseorang menghafalnya, maka akan
masuk surga dan akan hasil maksudanya dari setiap kebaikan yang sesuai dengan Al-Qur’an dan As-
Sunnah.”

Nadhim bertanya : “apakah nadhoman itu ya Rasulullah?”

Sahabat menyahut dan berkata kepada nadhim: “Dengarlah ! apa yang akan diucapkan oleh Rasulullah
SAW”

Rasulullah SAW berkata : “ katakanlah ! abda’u bismillahiwarrohmani…”

Rasulullah SAW membacakan nadhom pertama yaitu “abdau bismillahiwarrohamnni” hingga akhir
nadhom yang berbunyi “washuhuful kholili wal kalimi # fiha kalamul hakamil alimi”.
Kemudian nadhim membacakan nadhom tersebut dihadapan Rasulullah dan para sahabat. Rasulullah
pun mendengarkannya. Setelah bangun dari tidurnya maka nadhim membaca nadhom yang telah
diajarkan oleh Rasulullah di dalam mimpinya. Atas izin Allah, nadhim telah hafal nadhom tersebut dari
awal hingga akhir.

Suatu ketika di malam jum’at yaitu malam ke-18 bulan dzul qo’dah, nadhim bermimpi bertemu
Rasulullah untuk yang kedua kalinya di waktu sahur. Terjadi perbincangan singkat,

Rasullah berkata : “Bacalah ! apa yang telah kamu dapatkan sebelumnya”

Kemudian nadhim membacanya (dalam hal ini hafal) dari awal hingga akhir. Pada saat itu
posisi nadhim dalam keadaan berdiri di depan Rasullah SAW. Sedangkan para sahabat berdiri
diantaranya seraya berkata “Amiin” setelah dibacakan akhir setiap nadhom.

Setelah selesai membacanya, Rasul berkata kepada nadhim : “Allah akan memberikan pertolongan
kepadamu terhadap apa yang telah Allah ridhoi dan Semoga Allah menerimamu atas nadhom tersebut.
Semoga Allah memberkahi atas kamu dan atas orang-orang mukmin. Semoga nadhoman ini bermanfaat
bagi hamba-hamba Allah”. Adapun bait selanjutnya yaitu dari bait “wakulluma ata bihirrasulu # fa
haqquhuttaslimu wal qabulu” hingga akhir kitab, nadhim menambahkannya sendiri

Aku memulai dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang serta Dzat
yang senantiasa memberikan kenikmatan yang tiada putus

Ma’na Basmallah

Apapun perkara yang melanda dunia, kamu orang beriman, kamu kena ingat. Dunia ini bukan destinasi
kamu. Ingat sabda Nabi:
‫ "كن يف الدنيا كأنك غريب أو عابر السبيل‬:‫النت صىل هللا عليه وسلم‬
‫قال ى ي‬
Penerangan hadis:

Jadilah kamu wahai org beriman, di dunia ini seperti orang dagang (asing) atau musafir menumpang lalu
jalan.

Yakni, dunia bukan destinasi, cuba kita bayang, kita nak ke Johor Bahru untuk menetap di sana, dalam
pertengahan jalan, kita singgaj rehat sebentar di RnR Ayer Keroh, adakah kita bina rumah di Ayer Keroh?
Adakah kita berkahwin di Ayer Keroh? Adakah mahu mendapat 5 anak di Ayer Keroh? Sudah tentu tidak.
Kerana apa? Kerana kamu dagang, kamu hanya menumpang lalu. Singgah nak makan minum, isi minyak,
sambung jalan. Begitulah kita di dunia. Amik kadar keperluan sahaja. Destinasi kita akhirat.

Basmalah, hamdalah, hawqalah, tahlil

Diriwayatkan oleh Imam Hakim tentang fadhilah yang agung dari kalimat hawqalah ,

‫ال حول وال قوة اال باهلل تنفع بتسعي داء أقلها الهم‬

adalah ubat bagi 90 penyakit, yang paling ringan adalah penyakit gundah.

Syaikh Ahmad al-Marzuqi mengawali karangan kitab aqidatul awwam ini dengan menyebut nama Allah.
Sifat Allah adalah pengasih, dia mengasihi semua makhluk-Nya, baik yang beriman maupun yang kafir di
dunia. Dan dia hanya menyayangi dan memberikan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya yang beriman di
akhirat.

Allah senantiasa memberikan berbagai kenikmatan kepada makhlukNya tanpa pilih kasih. Diantara
kenikmatan yang Allah berikan adalah kesehatan, bentuk jasmani yang sempurna, berfungsinya
anggota-anggota tubuh dengan baik, kecukupan rizqi, pancaran sinar matahari, udara yang sejuk, dan
lain-lain yang tidak akan pernah mampu dihitung karena terlalu banyak

Segala puji bagi Allah yang ada tanpa permulaan, yang awal tidak bermula dan yang akhir tidak
berbatas, yang kekal tanpa mengalami perubahan

Disebutkan dalam hadits "Dunia merupakan penjara bagi orang mukmin serta tempat cobaan dan ujian,
jika terpisah dari dunia maka terpisah pula dari penjara dan cobaan"

Maka ketika seseorang menggebu2 mendambakan semua keinginan duniawinya terpenuhi (sementara
ia lalai kewajibannya) maka sejatinya ia tidak mengetahui tujuan hidup.

“Muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga!” - sebuah phrase fiktif yang hanya terlantun di
panggung sandiwara

Masa depan yang sebenarnya adalah maut. Maka bersungguh-sungglah dalam mencari bekal untuk
masa depan. Banyak manusia yang menyadari bahwa dirinya pasti akan menghadapi maut, tapi tidak
banyak yang menyadari bahwa iman dan amal adalah bekal utama.

Siapa yang yakin akan mati maka seharusnya bersiap sedia menghadapinya dengan melakukan amal
yang soleh (baik) dan meninggalkan amal kejahatan (dosa), sebab ia tidak mengetahui bilakah
datangnya mati itu kepadanya, sedang Nabi Muhammad telah menerangkan pada umatnya supaya
mereka benar-benar bersiap-siap untuk menghadapinya dan supaya mereka sanggup sabar dan tabah
menghadapi penderitaan dunia, sebab penderitaan dunia ini jauh lebih ringan dibandingkan dengan
siksaan akhirat sedang maut itu termasuk dari siksaan akhirat.

Disebutkan dalam hadits 1 orang masuk syurga 100 atau 1000 masuk neraka.
Di Jahannam 40 dhira’ sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bayhaqy dan tempatnya sempit
dibandingkan dengan luasnya syurga

Orang beriman yang paling terakhir masuk surga itu balasannya mendapatkan tempat yang luas disurga
seperti luasnya dunia ini dan 10x lipat dunia ini.

Segala pujian hanya milik Allah, karena dengan karunianya berbagai kenikmatan telah diberikan kepada
makhluk-Nya, seperti nikmat iman, kesehatan, kehidupan yang bahagia, cuaca panas, turun hujan dan
lain-lain.

Keberadaan Allah adalah ada tanpa permulaan. Allah adalah yang akhir tanpa penghabisan serta dia
kekal, tidak mengalami perubahan

Kemudian semogag shalawat (rahmat yang disertai pengagunggan) dan salam senantiasa
tercurahkan kepada Nabi, sebaik-baik orang yang mengesakan-Nya
‫عل‬
‫ذكرن فاليصل ي‬
‫ي‬ ‫من‬

‫عل‬
‫البخيل من ذكرت عنده ولم يصل ي‬

‫عل يف يوم الجمعة مائة مرة قض هللا له مائة حاجة ثالثي يف الدنيا وسبعي ف األخرة‬
‫من صل ي‬
Barangsiapa yang membaca shalawat kepadaku 100 kali pada hari Jumat maka Allah akan mengabulkan 100
hajat untuknya, 30 hajat hajatnya di dunia dan 70 hajat hajatnya di akhirat ( hadits riwayat al-Hafidz as-
Sakhāwy ) ☆

Semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada Nabi Muhammad beliau adalah seorang yang
mulia dan tinggi derajatnya serta paling bertaqwa.

Shalwat Allah kepada Nabi mengandung arti semoga Allah menambahkan derajat kemuliaan Nabi dan
Salam-Nya mengandung arti semoga Allah mengaruniakan kepada umatnya dari apa yang dikhawatirkan
oleh Nabi

Dan juga kepada keluarganya, sahabatnya, dan orang yang mengikuti jalan agama yang benar tanpa
(mengikuti) bid’ah

Semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpah juga kepada para keluarganya, para sahabatnya, dan
orang-orang yang mengikuti petunjuk agama Islam tanpa mengikuti bid’ah.

Bid’ah adalah perkara yang baru yang tidak ada ketentuan hokum dalam al Qur’an dan al Hadits. Bid’ah
ini dibagi menjadi dua yaitu:

Bid’ah hasanah, yaitu perkara baru yang sesuai dengan ajaran al-Qur’an dan al-Hadits, seperti
merayakan maulid Nabi, pemberian titik di penulisan mushaf dan lain-lain

Bid’ah sayyiah, yaitu perkara baru yang tidak sesuai dengan al-Qur’an dan al-Hadits seperti penulisan
huruf-huruf ‫ ص‬atau ‫ صلعم‬setelah nama Nabi.
Rasulullah bersabda

‫من أحدث ف أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد‬

Barangsiapa yang membuat perkara baru dalam agama ini yang tidak sesuai dengan syariat kami maka
hal itu tertolak (tidak diterima) . HR Muslim

Rasulullah bersabda
ً َّ ُ ُ ‫مث ُل َأ ْجر من َعم َل ب َها َوال َي ْن ُق‬
ْ َ ُ َ ْ َ ًَ ً َّ
« ‫وم ْن َس َّن ِ يف اإلسالم ُسنة‬ ْ َ ‫ص ِم ْن أ ُجور ِه ْم‬
َ ،‫س ٌء‬
ِ ‫بعد ُه ك ِتب له‬ ‫َم ْن َس َّن ِ يف اإلسالم ُسنة َح َسنة ف ُع ِم َل ِبها‬
َ َْ ‫ي‬ ِ
]‫س ٌء» [رواه مسلم‬ْ َ ‫اره ْم‬ ُ َُْ َ َ َ ُ ْ ْ َ َ َ ُ ُ َ ْ َ َ َ ُ َ ً َ ِّ َ
‫ي‬ ِ ‫سيئة فع ِمل ِبها بعده ك ِتب علي ِه ِمثل وزر من ع ِمل ِبها وال ينقص من أوز‬.

Barangsiapa yang membuat perkara baru dalam agama Islam sesuatu yang baik, maka dia mendapatkan
pahala dan pahala orang yang mengerjakannya setelahnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.
Dan barangisapa yang membuat perkara baru dalam agama Islam sesuatu yang buruk maka dia
mendapatkan dosa dan dosa orang yang mengerjakannya setelahnya tanpa mengurangi dosa mereka
sedikitpun.

Untuk memahami kandungan sebuah hadits, apalagi yang berkaitan dengan hukum, seseorang tidak
bisa seenaknya saja mengartikan maksud hadits dan menarik kesimpulan hukum tanpa dasar ilmu,

Ibnu Uyainah (w 198 H) berkata :


ّ
‫الحديث مضلة إال للفقهاء‬

“hadits itu menyesatkan kecuali bagi fuqoha”

Ibnu hajar al-Haitamiy (w 974 H) menjalaskan, maksud perkataan tesebut adalah, karena hadits-hadits
Nabi itu seperti al-Qur’an, ada lafadz-lafadz yang umum tetapi maksudnya khusus, atau sebaliknya, ada
juga lafadz-lafadz yang sudah di mansukh dan lain-lain, yang mana semua itu tidak diketahui kecuali oleh
para fuqoha, adapun orang awam yang tidak mengetahui hal-hal ini, akan salah dalam memahami
maksud sebuah hadits, sehingga tersesat

Imam Ahmad (w 241 H) berkata :

‫ ما كان أصحاب الحديث يعرفون معان أحاديث رسول هللا ﷺ فبينها لهم‬:‫ال يستغن صاحب الحديث من كتب الشافىع وقال‬

“Para ahli hadits tidak bisa terlepas dari kitab-kitab Imam Syafi’i, beliau berkata : para ahli hadits dahulu
tidak paham makna-makna hadits, maka Imam Syafi’i menjelaskan maksudnya”[5]

Begitulah, para ulama dahulu sangat paham bagaimana menerima, menyampaikan, memahami dan
mengamalkan sebuah hadits. Para periwayat hadits kadang tidak begitu paham apa maksud dari hadits
yang diriwayatkannya, mereka hanya menyampaikan apa yang didengar sebagaimana adanya, ini karena
mereka mengamalkan hadits Rosulullah ‫ﷺ‬:
‫ فحفظه ى‬،‫[نض هللا امرأ سمع منا حديثا‬6]
‫ ورب حامل فقه ليس بفقيه‬،‫ فرب حامل فقه إىل من هو أفقه منه‬،‫حن يبلغه‬

“Semoga Allah mencerahkan (mengelokkan rupa) orang yang mendengar hadits dariku, lalu dia
menghafalnya kemudian dia menyampaikannya (kepada orang lain), terkadang orang yang membawa
ilmu menyampaikannya kepada orang yang lebih paham darinya, dan terkadang orang yang membawa
ilmu tidak memahaminya”
Imam Nawawi (w 676 H) berkata :

‫وكل بدعة ضاللة هذا عام مخصوص والمراد غالب البدع‬

“Setiap bid’ah adalah sesat, lafadz setiap (kullu) disini adalah lafadz umum yang bermaksud khusus,
yaitu maksudya sebagian besar bid’ah”[7]

Ibnu Hajar al-Asqolani (w 852 H) berkata :


‫والمراد بقوله كل بدعة ضاللة ما أحدث وال دليل له من ر‬
‫الشع بطريق خاص وال عام‬

“yang dimaksud dengan ucapan baginda Nabi ‫“ ;ﷺ‬setiap bid’ah adalah sesat” adalah sesuatu yang baru
yang tidak punya dalil dari syari’at, baik dalil itu secara umum atau secara khusus”[8]

Imam Nawawi (w 676 H) berkata :

‫وكل بدعة ضاللة هذا عام مخصوص والمراد غالب البدع‬

“Setiap bid’ah adalah sesat, lafadz setiap (kullu) disini adalah lafadz umum yang bermaksud khusus,
yaitu maksudya sebagian besar bid’ah”[7]

Ibnu Hajar al-Asqolani (w 852 H) berkata :


‫والمراد بقوله كل بدعة ضاللة ما أحدث وال دليل له من ر‬
‫الشع بطريق خاص وال عام‬

“yang dimaksud dengan ucapan baginda Nabi ‫“ ;ﷺ‬setiap bid’ah adalah sesat” adalah sesuatu yang baru
yang tidak punya dalil dari syari’at, baik dalil itu secara umum atau secara khusus”[8]

Dalil bid’ah hasanah

Alqur’an

Firman Allah dalam QS. al-Hadid: 27:

َّ َ ْ َ ْ َّ ََ َ ََْ َ َ ُ َ َ ْ ً ْ َ َ ً ْ َ َ ً َ ْ َ ُ َّ َ َّ ُُ ََْ َ َ
ِ ‫وب ال ِذين ات َب ُعوه رأفة ورح َمة وره َب ِان َّية ابتدعوها َما كتبناها عل ْي ِه ْم ِإَّل اب ِتغ َاء رضو ِان‬
)27 :‫اَّلل (الحديد‬ ِ ‫وجعلنا ِ يف قل‬

“Dan Kami (Allah) jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya (Nabi ‘Isa) rasa santun dan kasih
sayang, dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka,
tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah” (Q.S. al-Hadid: 27)

Ayat ini adalah dalil tentang adanya bid’ah hasanah. Dalam ayat ini Allah memuji ummat Nabi Isa
terdahulu, mereka adalah orang-orang muslim dan orang-orang mukmin berkeyakinan akan kerasulan
Nabi Isa dan bahwa berkeyakinan bahwa hanya Allah yang berhak disembah. Allah memuji mereka
karena mereka kaum yang santun dan penuh kasih sayang, juga karena mereka merintis rahbaniyyah.
Praktek Rahbaniyyah adalah perbuatan menjauhi syahwat duniawi, hingga mereka meninggalkan nikah,
karena ingin berkonsentrasi dalam beribadah kepada Allah.

Dalam ayat di atas Allah mengatakan “Ma Katabnaha ‘Alaihim”, artinya: “Kami (Allah) tidak mewajibkan
Rahbaniyyah tersebut atas mereka, melainkan mereka sendiri yang membuat dan merintis Rahbaniyyah
itu untuk tujuan mendekatkan diri kepada Allah”. dalam ayat ini Allah memuji mereka, karena mereka
merintis perkara baru yang tidak ada nash-nya dalam Injil, juga tidak diwajibkan bahkan tidak sama
sekali tidak pernah dinyatakan oleh Nabi ‘Isa al-Masih kepada mereka. Melainkan mereka yang ingin
berupaya semaksimal mungkin untuk taat kepada Allah, dan berkonsentrasi penuh untuk beribadah
kepada-Nya dengan tidak menyibukkan diri dengan menikah, menafkahi isteri dan keluarga. Mereka
membangun rumah-rumah kecil dan sederhana dari tanah atau semacamnya di tempat-tempat sepi dan
jauh dari orang untuk beribadah sepenuhnya kepada Allah.

Dalam sebuah hadits shahih, al-Imam al-Bukhari meriwayatkan dari sahabat Rifa'ah ibn Rafi’, bahwa ia
(Rifa’ah ibn Rafi’) berkata: “Suatu hari kami shalat berjama’ah di belakang Rasulullah. Ketika beliau
mengangkat kepala setelah ruku’, beliau membaca: “Sami’allahu Lima Hamidah”. Tiba-tiba salah
seorang makmum berkata:

ً َ َ ً ُ ْ َ َ َ
‫َرَّبنا َولك ال َح ْمد َح ْمدا ك ِث ْ ًتا ط ِّي ًبا ُم َب َاركا ِف ْي ِه‬

Setelah selesai shalat, Rasulullah bertanya: “Siapakah tadi yang mengatakan kalimat-kalimat itu?”.
Orang yang yang dimaksud menjawab: “Saya Wahai Rasulullah...”. Lalu Rasulullah berkata:

َ ُْ َ َ َ ً َ َ ْ َ َ َ ً َ ْ ُ َْ َ
‫ي َملكا َي ْبت ِد ُر ْون َها أ ُّي ُه ْم َيكت ُب َها أ َّو َل‬‫رأيت ِبضعة وثال ِث‬

“Aku melihat lebih dari tiga puluh Malaikat berlomba untuk menjadi yang pertama mencatatnya”.

Al-Hafizh Ibn Hajar dalam Fath al-Bari, mengatakan: “Hadits ini adalah dalil yang menunjukkan akan
kebolehan menyusun bacaan dzikir di dalam shalat yang tidak ma’tsur, selama dzikir tersebut tidak
menyalahi yang ma’tsur” (Fath al-Bari, j. 2, h. 287).
Shalat Sunnah dua raka’at sebelum dibunuh. Orang yang pertama kali melakukannya adalah Khubaib ibn
‘Adiyy al-Anshari; salah seorang sahabat Rasulullah. Tentang ini Abu Hurairah berkata:

ّ ْ َ ْ َ ْ َ َ َّ َّ َ ْ َ َ َّ َ ٌ ْ َ ُ َ َ َ
)‫البخاري‬ ‫الصالة ِعند القت ِل (رواه‬ ‫فكان خبيب أول من سن‬

“Khubaib adalah orang yang pertama kali merintis shalat ketika akan dibunuh”. (HR. al-Bukhari dalam
kitab al-Maghazi, Ibn Abi Syaibah dalam kitab al-Mushannaf)

Lihatlah, bagaimana sahabat Abu Hurairah menggunakan kata “Sanna” untuk menunjukkan makna
“merintis”, membuat sesuatu yang baru yang belaum ada sebelumnya. Jelas, makna “sanna” di sini
bukan dalam pengertian berpegang teguh dengan sunnah, juga bukan dalam pengertian menghidupkan
sunnah yang telah ditinggalkan orang.

Anda mungkin juga menyukai