PENAPISAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Analisis Masalah Dampak Lingkungan
(AMDAL)
Dosen :
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, yang telah melimpahkan rahamat
dan inayahnya kepada kita semua sehingga makalah ini bisa terselasaikan. Shalawat dan salam
semoga tercurah limpahkan kepaduka alam Nabi Muhammad SAW.
Dengan disusunnya makalah ini tidak hanya untuk memenuhi tugas saja, tetapi yang
penulis harapkan makalah ini dapat bermanfaat dalam proses kegiatan belajar mengajar
sehingga mampu menambah pengetahuan.
Mungkin makalah ini masih banyak kekurangan baik dalam kerangka maupun isi
pembahasan. Oleh karena itu, segala saran, kritik, tegur, dan masukan yang membangun akan
senantiasa penulis terima dengan lapang hati. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi semuanya. Amin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
A. Kesimpulan.................................................................................................................... 10
B. Saran .............................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Analisis mengenai dampak lingkungan (di Indonesia, dikenal dengan nama AMDAL)
adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha atau kegiatan yang direncanakan
pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha atau kegiatan di Indonesia..
AMDAL ini dibuat saat perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan
pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya. Yang dimaksud lingkungan hidup di sini
adalah aspek abiotik, biotik dan kultural.Dasar hukum AMDAL di Indonesia adalah Peraturan
Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang "Izin Lingkungan Hidup" yang merupakan pengganti PP
27 Tahun 1999 tentang Amdal.
AMDAL sesungguhnya suatu telaah yang dilakukan secara bertahap yaitu penapisan
(screening), pelingkupan (scoping), identifikasi (identification), prakiraan (prediction), dan
evaluasi (evaluation) yang kemudian dilanjutkan dengan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan (RKL dan RPL).Mengingat pasal 16 UU No.4 Tahun 1982 dan kelancaran
pembangunan maka penapisan dilakukan oleh pemerintah melalui peraturan perundang-
undangan.
B. Rumusan Masalah
1
C. Maksud dan Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
B. Metode Penapisan
Untuk memberikan pengetahuan yang lebih luas tentang penapisan ada maka
harus mengetahui metode penapisan. Dalam garis besarnya metode penapisan dapat
dibagi dua kelompok, yaitu metode bertahap dan metode satu langkah.
a) Metode Penapisan bertahap :
3
Dalam metode ini penapisan dilakukan secara bertahap dalam beberapa langkah
secara berurutan.Penapisan menurut PP 29 tahun 1986, terdiri atas 2 langkah pertama
dengan daftar dan kedua dengan PIL.
Battele (1978) menyarankan 12 langkah dalam penapisan, masing-masing dengan
kriteria tertentu. Proses penapisan ini panjang, oleh karena penelitian Battele
diperuntukkan bagi para anggota masyarakat Eropa yang masing-masing mempunyai
undang-unang dan peraturan sendiri tentang lingkungan.
Pada umumnya penapisan hanya terdiri atas 2 atau 3 langkah saja. Dalam melakukan
tugasnya, pejabat yang berwenang menapis berdasarkan kriteria yang eksplisit atau
implicit dan memasukkan usulan proyek ke dalam salah satu dari tiga kelompok, seperti
pada gambar berikut :
7
C. Kriteria dalam Penapisan
PIL demikian digunakan sebagai alat tingkat 2. Mengingat tenaga yang terlatih untuk
melakukan dan memeriksa PIL terbatas, demikian pula modal kita terbatas prosedur ini telah
menghasilkan banyak kesulitan banyak PIL. Berkualitas tidak memadai dan pemerik saan PIL,
cenderung di lakukan secara dangkal, seperti ditunjukan oleh pengalaman di thiland (Tomlinson,
1986) keculai karna itu
Metode penapisan suatu langkah dengan daftar positif sangat sederhana. Pemerintah
membuat proyek yang harus dikenakan AMDAL daftar ini di gunakan sebagai keriteria
penapisan. Yang ada dalam daftar harus membuat AMDAL, yang tidak ada dalam daftar isi tidak
8
perlu membuat AMDAL karena sederhana dan mudah, hasilnya dapat dicapai dengan cepat dan
konsisten.
Dengan metode ini apabila di perlukan AMDAL pemrakarsa dapat melakukan AMDAL
itu pada tahap perencanaan yang dini (gambar 3.3b) sehingga itu AMDAL dapat di intergrasikan
kedalam proses studi kelayakan. Metode penapisan satu langkah ini memerlukan birokrasi yang
pendek jumlah tenaga yang di perlukan dapat dibatasi, persaratan tigkat pendidikan dan
pengalaman juga tidak tinggi, ini sangat penting untuk indonesia terutama di daerah,
Metode ini tidak menambah ekonomi biaya tinggi, saran dalam buku ini untuk
menggunkannya daftar positif sebagai metode penapisan telah diterima oleh pemerintah dengan
dikeluarkannya kapten 11/MENLH/3/1994 sehingga metode itu kini telah diberlakukan di
indonesia sudah barang tentu dengan hanya satu daftar sebagai kriteria,dapat saja ada proyek
yang sebenarnya mempunyai dampak penting akan lolos dari keharusan melaukan AMDAL.
Walaupun proyek dapat lolos namun pihak pemrakarsa proyek yang lolos itu tidak dapat bebas
dari kewajiban untuk melindungi lingkungan sesuai dengan Undang-Undang No.4 tahun 1982.
Apabila ia melanggarnya perbuatannya itu dapat dituntut sebgai kejahatan atau minimal
sebagai kelalian (UU No. 4 tahun 1982, pasal 22) daftar tersebut juga bersifat lentur, apabila ada
suatu ketika ada usulan proyek yang mempunyai indikasi kuat akan menyebabkan dampak
penting tapi tidak termasuk dalam daftar, maka sesuai dengan Kep-11/MENLH/3/1994 instansi
yang bertanggung jawab di wajibkan meminta kepastian penetapan wajib AMDAL kepada
Menteri Negara Lingkungan Hidup, secara priodis daftar tersebut dikaji kembali dan
diperbaharui berasarkan pengalaman yang didapat.
Dengan penggunaan daftar positif sebagai alat penapisan biokrasi AMDAL telah
disederhanakan dan biaypun dapat dikurangi. Sekalipun dapat diharapakan efektivitas AMDAL.
Juga akan mengingat karena dengan daftar positif itu AMDAL dapat dimuli sangat dini dalam
perencanaan proyek sehingga AMDAL dapat di intergrasikan kedalam telaah kelayakan proyek.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penapisan bertujuan untuk memilah proyek pembangunan yang memerlukan
AMDAL dan yang tidak memerlukannya. Metode penapisan dalam garis besarnya dapat
dibedakan dalam dua kelompok, yaitu metode penapisan bertahap dan metode penapisan
satu langkah.
Metode penapisan yang bersifat uraian memerlukan tenaga terlatih, baik untuk
penyusunannya maupun untuk memeriksanya. Karena laporan memperpanjang biroraksi
dan menambah ekonomi biaya tinggi.
Metode penapisan yang sederhana berupa daftar positif, yaitu rencana jenis
proyek dan lokasi yang tercantum dalam daftar diharuskan dilengkapi dengan AMDAL.
Yang tidak tercantum dalam di dalamnya tidak memerlukan Amdal. Metode ini sangat
mudah dan dengan Kepmen-11/MENLH/3/1994 metode penapisan dengan daftar positif
telah diterpakan di Indonesia. para pemrakarsa dapat menapis rencana proyeknya
termasuk dalam daftar penapis tersebut. AMDAL itu dapat dilakukan dalam tahap
perencanaan yang dini dan diintegrasikan ke dalam telaah kelayakan bersama dengan
telaah kelayakan rekayasa dan ekonomi.
B. Saran
Dalam proses pembangunan maka haruslah memperhatikan mengenai proses
penapisan. Apakah bangunan tersebut layak dilengkapi dengan AMDAL atau tidak.
Sehingga tidak mempengaruhi masyarakat sekitar serta dalam cakupan yang lebih luas
yaitu lingkungan hidup
10
DAFTAR PUSTAKA
11