BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman pala memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan multiguna
terutama pada bagian biji. Biji pala dan minyak pala merupakan komoditas
ekspor yang memiliki prospek sangat baik karena selalu dibutuhkan secara
kontinu baik dalam industri makanan, minuman, obat-obatan, kosmetik, dan
lain-lain. Sampai saat ini Indonesia menjadi pemasok terbesar biji dan fuli ke
pasar dunia (sekitar 60%). Pala dari Indonesia memiliki keunggulan di
pasaran dunia karena memiliki aroma yang khas dan rendamen minyak yang
tinggi. (Dradjat, 2007)
Pada biji pala, terutama biji yang tua, di samping minyak atsiri, terdapat
komponen yang bersifat tidak menguap yang disebut fixed oil atau disebut
mentega pala. Fixed oil adalah bahan-bahan yang dapat larut dalam pelarut
organik, tetapi tidak dapat didestilasi. Biji pala mengandung fixed oil
sebesar 20–40% yang tersusun dari asam miristat, trimiristin dan gliserida
dari asam laurat, stearat dan palmitat. Trimiristin merupakan suatu jenis
lemak yang banyak digunakan dalam pembuatan kosmetik kulit sebagai
pemutih. Selama ini lemak trimiristin hanya dihasilkan dari minyak kelapa
(coconut oil), minyak inti sawit (palm kernel oil), dan minyak babassu
(babassu oil). Namun, persentase kandungan trimiristin dari minyak-
minyak tersebut jauh lebih rendah dibanding dalam fixed oil biji pala.
Lemak dari biji pala banyak juga digunakan dalam industri oleo chemical
untuk substitusi lemak nabati, seperti lemak kakao dan lemak pangan
lainnya, dan juga dalam industri pelumas (lubricant). Trimiristin juga dapat
diolah menjadi senyawa turunannya, yaitu asam miristat dan miristil
alkohol. Bahan-bahan tersebut banyak digunakan dalam pembuatan sabun,
detergen, dan bahan kosmetika lainnya, seperti shampoo, lotion dan lain-
lain.
Percobaan isolasi trimiristin ini dilakukan untuk memperoleh trimiristin
dengan menggunakan refluks, sehingga diharapkan dapat memperoleh
rendemen trimiristin yang lebih tinggi. Jika kadar trimiristrin tinggi, hasil
pemisahan yang murni dapat dicapai dengan cara ekstraksi sederhana.
Kemudian, trimiristin yang didapatkan dilanjutkan dengan isolasi asam
miristat.
1.2 Tujuan Percobaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
menghasilkan hanya satu jenis asam, yakni asam miristat. Hidrolisis alkali
trimiristin dilakukan dalam alkohol. Titik leleh trimiristin 54-55oC dan asam
miristat 51-52oC. (Pramono, 2012)
2.2 Isolasi
2.3 Ekstraksi
Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan bahan aktif dalam sel atau
jaringan tanaman yang bersifat inaktif atau inert dengan menggunakan
pelarut yang sesuai dengan polaritasnya. Proses ekstraksi dimulai adanya
penggumpalan ekstrak dalam pelarut. Selanjutnya terjadi kontak antara
bahan dan pelarut sehingga pada bidang permukaan terjadi pengendapan
massa dengan cara difusi. Bahan ekstraksi yang telah tercampur dengan
pelarut maka maka pelarut akan menembus kapiler dalam suatu bahan padat
dan melarutkan ekstrak larutan dengan konsentrasi lebih tinggi dan
terbentuk di bagian dalam bahan ekstraksi. (Fieser, 1957)
2.4 Etanol
2.5 Metanol
2.6 Pala
Komponen terbanyak yang dapat ditemukan dalam buah pala adalah SOH,
α, dan β pireina. Minyak pala dipakai terutama pada penyedap makanan dan
bahan tambahan dalam bermacam-macam minyak wangi. (Wilcox, 1995)
Kandungan yang terdapat dalam biji pala diantaranya adalah minyak
atsiri rata-rata 10 %, minyak kental yang terdiri dari asam palmetik, sterik
dan miristik sebanyak 25-30%.Minyak pala mengandung 88% monolepen
hidrokarbon. Pala juga mengandung ±30 karbohidrat dan ±6% protein.
Sedangkan untuk kandungan alkohol seperti eugenol, metileugenol dan lain-
lain sebanyak ±4-8%. Selain itu, biji buah pala juga mengandung
antioksidan. (Hilman, 1964)
Biji buah pala merupakan biji dari tumbuh-tumbuhan yang kaya
akan trigliserida yaitu asam lemak ester gliserol dan asam miristisin, yang
disebut trimiristin. Biji buah pala kering biasanya mengandung trimiristin
sebanyak 25%-30%. (Winarno, 1991)
2.8 Refluks
Refluks adalah salah satu metode dalam ilmu kimia untuk mensintesis
suatu senyawa, baik organik maupun anorganik. Umumnya digunakan
untuk mensistesis senyawa-senyawa yang mudah menguap atau volatile.
Pada kondisi ini jika dilakukan pemanasan biasa maka pelarut akan
menguap sebelum reaksi berjalan sampai selesai. Prinsip dari metode
refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan menguap pada suhu
tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang
tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi
ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi
berlangsung. (Mantiq, 2016)
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Skema Percobaan
3.1.1 Skema Percobaan Isolasi Trimiristin
BAB IV
zat yang ikut terlarut di dalam pelarut sehingga hasil ekstrak akan semakin
besar sampai pada batas kandungan zat tersebut di dalam sampel.
Proses refluks bertujuan agar serbuk pala dan etanol tercampur
sempurna. Dalam proses refluks terjadi reaksi dalam jangka waktu lama
yaitu dengan memanaskan dan mengembunkan uap etanol dan uapnya akan
kembali ke labu reaksi. Setelah direfluks labu bundar di lepaskan dari statif
dan dalam keadaan panas larutan disaring menggunakan corong buchner
yang telah diberi kertas saring dan di bantu alat vakum untuk mempercepat
penyaringan. Setelah itu menambahkan 70 ml methanol kedalam filtrat.
Tunggu larutan mengendap kemudian filtrat tersebut disaring dengan
menggunakan metanol eter 10 ml: 10 ml. Tujuan dari pencucian tersebut
yaitu untuk menetralkan pelarut atau menghilangkan pelarut dari endapan.
Selanjutnya endapan dikeringkan dan ditimbang menghasilkan 0.1 gram.
Setelah dianalisa lebih lanjut kami tidak mendapatkan kristal trimiristin
karena endapan yang didapatkan berupa bubuk berwarna coklat sedangkan
trimiristin berwarna kristal putih. Karena tidak mendapatkan kristal
trimiristin sehingga kami mengulang percobaan sekali lagi. Hasil yang
didapatkan sama seperti percobaan pertama. Kemudian titik leleh endapan
dicari dengan menggunakan alat elektrothermal. Titik leleh yang didapatkan
adalah 1100C. Dengan menyesuaikan komposisi dan titik leleh dari endapan,
kami mendapatkan endapan fruktosa. Menurut Gopalkrishnan (1992), salah
satu kandungan pada biji pala adalah fruktosa. Fruktosa memiliki titik leleh
1050C.(Perry, 1997)
Hasil Percobaan dipengaruhi oleh lama refluks serta pala yang
digunakan. Setelah kami menghaluskan biji pala lalu kami menyaring
serbuk pala sehingga serbuk pala yang kami pakai pada sampel sangat
halus. Kemungkinan zat trimiristin terdapat pada bagian luar biji pala.
Sehingga kami tidak mendapatkan zat trimiristin.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pemisahan trimiristin dari biji pala dilakukan dengan cara merefluk
larutan yang terdiri dari serbuk biji pala dan etanol sebagai pelarut.
2. Pada praktikum ini tidak diperoleh zat trimiristin, yang diperoleh adalah
fruktosa.
3. Titik leleh yang diperoleh pada percobaan isolasi pada biji pala adalah
fruktosa sebesar 110˚C.
5.2 Saran
1. Suhu penangas dijaga agar tidak sampai mendidih
2. Berhati hati saat memindahkan endapan
DAFTAR PUSTAKA
Daintith, J, 1994. Kamus Lengkap Kimia. Alih bahasa : Suminar Achmadi.
Erlangga. Jakarta
Djamal, Rusdi.2008. Prinsip-Prinsip Dasar Isolasi Dan Identifikasi. Padang :
Universitas Baiturrahman.
Dradjat. 2007. Meraup Laba dari Pala. Jakarta(ID): Agromedia Pustaka.
Fessenden dan Fessenden. 1989. Kimia Organik Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Fieser, L.F. 1957. Experiment in Organic Chemistry, 3nd edition. Boston : D. C.
Heath and Company.
Gibson, C.S. 1956. Essential Principles of Organic Chemistry. London :
University of The Cambridge Press.
Gopalakrishnan. 1992. Chemical composition of nutmeg and mace. Kerala :
Regional Research Laboratory.
Hilman. 1964. Prospek dan Strategi Pengembangan Pala. Lampung : Citra
Aditya Bakti.
Mantiq. 2016. https://bisakimia.om/2016/10/12/mengenal-ekstraksi-dengan -
metode-refluks/. Diakses tanggal 27 November 2019
Perry.1997. Perry Chemical Engineers Handbook Seventh Edition. United State
of America : The Mc Graw-Hill Companies
Pramono. 2012. Isolasi Trimistrin Dari Biji Buah Pala : UNS.
http://pramono.staff.mipa.uns.ac.id/files/2012/09/Percobaan-V-F.pdf.
Diakses pada tanggal 8 april 2015.
Wallis T.E. 1960. Text Book of Pharmacognosy. London : J & A Churchill Ltd.
Wilcox, C.F. 1995. Experimental Organic Chemistry, 2nd edition. New Jersey :
Prentice Hall.
Winarno. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama