Anda di halaman 1dari 21

Laporan Praktikum

Mata Kuliah Pengideraan Jarak Jauh

PEMBUATAN GAMBARAN 3D DENGAN MEMANFAATKAN


DRONE/UAV

Oleh :
Kelompok I

Suzzanna Sirait CCA 117 001


Eka Mulandari CCA 117 003
Emirama Waruwu CCA 117 005
Mardiani CCA 117 015
Abdul Rohim CCA 117 021
Afredo Liano CCA 117 023
Bende Mataram CCA 117 027

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penyusun ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan petujuk-Nya Penyusun dapat menyelesaikan laporan praktikum
Penginderaan Jarak Jauh Sumber Daya Hutan tentang “Pembuaran Gambaran 3D
Dengan Memanfaatkan Drone/UAV”. Laporan praktikum ini dibuat sebagai salah
satu tugas wajib mahasiswa yang mengambil mata kuliah tersebut untuk
memenuhi persyaratan praktikum mata kuliah tersebut
Dalam kesempatan ini tidak lupa Penyusun ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu atas tersususnnya laporan praktikum ini.
Akhirnya, semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi Pembaca.

Palangka Raya, Desember 2019

Penyusun
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................iii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Maksud dan Tujuan ........................................................................... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Drone ............................................................................... 2
2.2 Survey dan Pemetaan Kehutanan Menggunakan Drone ................... 4
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Menggunakan Drone dalam Pemetaan
Hutan/Area ........................................................................................ 5
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Tempat dan Waktu ............................................................................ 7
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................. 7
3.3 Prosedur Pengambilan Data Lapangan Menggunakan Drone .......... 7
3.4 Prosedur Pengolahan Data Lapangan Menggunakan Software
Agisoft PhotoScan ............................................................................. 7
3.5 Pembahasan/Analisis Data ................................................................ 8
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan ..................................................................................... 11
4.2 Saran ................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA

3
4

DAFTAR GAMBAR

1. DJI Phantom 2 Vision+ ................................................................................. 7


2. Software Agrisoft PhotoScan ........................................................................ 8
3. Wilayah Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya .............................. 8

4
5

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan media digital berkembang dengan sangat cepat dan
kebutuhan dalam menggunakan media digital di dalam lingkup arsitektur semakin
dibutuhkan. Salah satu kebutuhan arsitek di dalam melakukan pengembangan
pada kawasan bersejarah adalah adanya data eksisting terhadap bangunan yang
sudah ada. Bentuk mendapatkan data gambar ataupun blueprint asli dari bangunan
tersebut. Perkembangan drone menjadi sangat menarik, tidak hanya sebagai alat
untuk menyalurkan hobby tetapi juga menjadi alat yang sangat berguna dan
memiliki pengembangan potensi yang masih sangat besarterukur dari bangunan
eksisting, dan juga adanya eksisting material serta pemetaan aktual dan terkini
dari kawasan yang akan di bangun merupakan data yang sangat dibutuhkan dalam
pengembangan bangunan ataupun kawasan. Dengan adanya drone, sebuah alat
aerial yang dilengkapi dengan kamera 4k dengan resolusi pixel sangat tinggi yang
dapat merekam baik still image maupun video berkembang menjadi sebuah alat
yang dapat melakukan pendataan yang sangat bermanfaat dalam lingkup
pengembangan arsitektur, terutama pendataan dan digitasi bangunan heritage yang
notabene sangat sulit untuk.
Perkembangan alat aerial photography telah berkembang dengan sangat
pesat dengan masuknya industri drone yang tidak lagi digunakan sebagai hobby
dirgantara tetapi sudah menjadi peralatan yang dapat di miliki secara umum untuk
menjadi alat survey, digitasi dan juga pemetaan. Dunia arsitektur mendapatkan
manfaat yang sangat besar dengan semakin mudahnya akses untuk mendapat
peralatan drone yang semakin hari menjadi semakin terjangkau. Peralatan
pemetaan bermulai dari alat yang menggunakan sinar inframerah untuk
mendapatkan pixel data sebanyak mungkin dengan harga yang sangat mahal
hingga saat ini menjadi peralatan yang sangat murah dan digunakan oleh banyak
pihak mulai dari photography, survey lokasi yang sulit dijangkau hingga
pemetaan dan bahkan menjadi alat untuk mendigitalkan bangunan ataupun ka-
wasan. Metoda analisis data adalah dengan menggunakan studi komparasi antara

5
6

media software yang digunakan untuk mendigitasi bangunan sehingga


menghasilkan data yang dapat dikembangkan.

1.2 Maksud danTujuan Praktikum


Adapun maksud dari praktikum penginderaan jarak jauh ini yaitu agar
mahasiswa dapat memahami cara penggunaan drone serta mengolah data
mengunakan software dengan tujuan membuat mahasiswa lebih mudah dalam
menganalisa dari sebuah gedung baik ukuran ketinggian dan sebagainya.

6
7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Unmanned Aerial Vehicle (UAV)


Unmanned Aerial Vehicle (UAV) merupakan sistem tanpa awak
(Unmanned System), yaitu sistem berbasis elektro-mekanik yang dapat
melakukan misi-misi terprogram, dengan karakteristik: tanpa awak pesawat,
beroperasi pada mode mandiri (autopilot) baik secara penuh atau sebagian. Sistem
ini dirancang untuk dapat dipergunakan secara berulang (Wikantika, 2009).
Sistem pemotretan udara terdiri dari dua bagian, yaitu sistem pada pesawat RC
dan sistem pada ground station. Sistem pada pesawat RC antara lain berupa
perangkat bantu navigasi dan perangkat pemotretan udara.
Kelebihan utama dari UAV dibandingkan dengan pesawat berawak
adalah bahwa UAV dapat digunakan pada situasi dengan resiko tinggi tanpa perlu
membahayakan nyawa manusia, pada area yang tidak dapat diakses dan
terbang pada ketinggian rendah di bawah awan sehingga foto yang dihasilkan
terbebas dari awan. Selain itu, salah satu faktor kelebihan UAV adalah biaya.
Harga perangkat UAV dan biaya operasionalnya jauh lebih murah jika
dibandingkan dengan pesawat berawak. Dengan diimplementasikannya
perangkat GPS/INS unit navigasi maupun stabilisasi memungkinkan kegiatan
penerbangan yang presisi (sesuai dengan rencana terbang) sekaligus menjamin
terpenuhinya cakupan area dan overlap foto yang diinginkan.
Keterbatasan dari UAV dibatasi oleh dimensi dari UAV itu sendiri.
Karena dimensi UAV yang kecil membatasi kemampuan beban muatan yang
dapat dibawa. Sehingga biasanya digunakan sensor atau perangkat kamera
yang beratnya ringan berupa kamera format kecil. Karena format kecil ini
tentunya bukan perangkat kamera dengan sensor yang dirancang untuk
melakukan pemotretan udara secara akurat, sehingga menghasilkan kualitas
gambar yang lebih rendah baik dari sisi resolusi, stabilitas dan tingkat
akurasi. Selain itu daya jelajah dan tinggi terbang UAV juga terbatas karena
kemampuan mesinnya yang memang tidak dirancang untuk terbang jarak jauh dan
tinggi.

7
8

2.2 Foto Udara


Foto udara adalah sebuah gambar (bayangan fotografi) yang dicetak pada
media kertas foto (positif, negatif, diapositif) yang dihasilkan dari hasil
pemotretan secara fotografi (Wicaksono, 2009). Pemotretan foto udara
mempunyai beberapa jenis, yaitu :
1. Pemotretan Udara Tegak (Vertical)
2. Pemotretan Udara Miring/Condong (Oblique)
3. Pemotretan Udara Sangat Miring (High Oblique)

2.2.1 Pemotretan Udara Tegak (vertical)


Pemotretan udara secara tegak ini dapat dikatakan bahwa pemotretan
dilakukan dengan posisi pesawat udara yang membawa kamera melakukan
pemotretan secara tegak lurus dengan permukaan bumi. Posisi kamera yang tegak
lurus didapatkan dengan sudut kemuringan dibawah 1 derajat. Maka akan
menghasilkan foto udara dengan pemotretan secara vertical (Wicaksono, 2009).

2.2.2 Pemotretan Udara Miring/Condong (Oblique)


Pemotretan udara secara miring atau oblique. Pemotretan ini dilakukan
dengan posisi antara pesawat udara yang membawa kamera (sumbu lensa kamera)
dengan permukaan bumi memiliki sudut yang agak miring (untuk pemotretan
agak miring atau low oblique) dan dengan kemiringan tertentu (untuk pemotretan
miring atau oblique). Pemotretan udara secara miring ini memiliki karakter hasil
foto udara terlihat agak miring dan atau miring, namun batas cakrawala atau
horizon tidak terlihat (Wicaksono, 2009).

2.2.3 Pemotretan Udara Sangat Miring(High Oblique)


Pemotretan udara sangat miring atau high oblique. Sedikit berbeda dengan
pemotretan udara miring. Perbedaan yang terlihat pada pemotretan udara sangat
miring atau sangat miring antara pemotretan udara miring adalah terlihat atau
tidaknya garis batas cakrawala atau batas horizon. Namun, perbedaan lain adalah
sudut pengambilan gambar pada optical axis-nya yaitu poros sumbu optik-nya,
sehingga batas cakrawala bisa ikut terpotret (Wicaksono, 2009).

8
9

2.3 Mozaik Foto Udara


Mozaik foto udara merupakan gabungan dari dua atau lebih foto udara yang
saling bertampalan sehingga terbentuk paduan gambar yang berkesinambungan
dan menampilkan daerah yang lebih luas (Wolf, 1983). Penggabungan dilakukan
dengan memotong dan menyambungkan bagian-bagian foto yang overlap atau
sidelap. Mozaik udara umumnya dirakit dari foto udara vertikal, namun
kadangkadang juga dirakit dari foto miring atau foto terestris. Jika dibuat dengan
baik, akan memperlihatkan penampilan seperti suatu foto tunggal yang sangat
besar. Foto udara merupakan salah satu citra foto yang umumnya diambil
menggunakan wahana pesawat terbang. Bentuk wahana lain yang dapat
digunakan sebagai bahan foto udara adalah balon udara, pesawat ulang-alik,
satelit, paralayang dan berbagai wahana lainnya.

2.4 Pembentukan Foto Udara 3 Dimensi


Pengelihatan stereoskopis memungkinkan kita untuk melihat suatu obyek
dalam bentuk 3 dimensi dari dua perspektif yang berbeda, seperi foto udara yang
diambil dari kedudukan kamera yang berbeda.
Sepasang foto udara yang stereoskopis terdiri dari dua foto yang berdekatan
dan saling bertampalan. Overlap atau pertampalan kemuka, yaitu daerah
pertampalan antara foto-foto yang berurutan pada suatu jalur terbang. Side lap
atau pertampalan ke samping, yaitu daerah pertampalan antar jalur / strip yang
saling bersebelahan. Besarnya pertampalan biasanya dinyatakan dalam persen
(%). Untuk keperluan pemetaan, Overlap biasanya 60 ± 5%, dan untuk side lap
biasanya ditentukan 20 ± 5%. Pada daerah pertampalan akan dapat dilihat citra
permukaan bumi tiga dimensi dalam skala yang lebih kecil, yang biasa disebut
model. Untuk mendapatkan gambar stereoskopis, digunakan sebuah alat
stereoskop yang merupakan alat optis binokuler.
Pada proses penggabungan atau Overlapping antara dua foto atau lebih yang
stereo. Model stereo adalah suatu model yang dibentuk pada pengamatan
stereoskopik, sering disebut juga model 3 dimensi, dimana konsep dari
pengamatan stereoskopik ini adalah saat mata kanan melihat objek pada foto
kanan dan mata kiri melihat objek pada foto kiri sehingga otak akan menerima

9
10

kesan 3 dimensi. Pengamatan ini menggunakan kacamata anaglip. Pada


fotogrametri pertampalan sepanjang jalur terbang/strip dinamakan Overlap. Untuk
memungkinkan pengamatan stereoskopik umumnya Overlap direncanakan antara
55% hingga 65%.

10
11

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Tempat dan Waktu


Kegiatan praktikum dilaksanakan di lingkungan Fakultas Pertanian
Universitas Palangka Raya pada hari Jumat, 13 Desember 2019 pada pukul 07.00
s/d 09.00 Wib.

3.2. Alat dan Bahan


Adapum alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini yaitu
Drone, HP, softwere Agisoft Photoscan, laptop (komputer), kamera dan perangkat
lunak Microsoft office word.

3.3. Prosedur Pengambilan Data Lapangan Menggunakan Drone


Adapun prosedur pengambilan data lapangan menggunakan drone antara
lain:
1. Menentukan wilayah batas kerja
2. Menentukan mode terbang yang digunakan.
3. Menentukan angle camera yaitu 45o
4. Menerbangkan drone dengan melingkari bangunan sasaran dari berbagai
sudut dan ketinggian.
5. Menghitung jumlah foto yang didapat.
6. Hasil atau foto diolah dengan menggunakan software agrisoft photoscan.

Gambar 3.1. DJI Phantom 2 Vision+

11
12

3.4. Prosedur Pengolahan Data Lapangan Menggunakan Software Agisoft


PhotoScan
Adapun Prosedur Pengambilan Data Lapangan Menggunakan Software
Agisoft photo scan antara lain:
1. Worksheet -> add foto -> workplow (align_high)
2. Build mesh -> surface type = arbitrary (30 menit) -> face count (2 jam)
3. Build tekstur -> mapping mode : orthopoto -> blanding mode : mozaic
4. Build Orthomozaic -> surface = mesh
5. Eksport_ortomozaic_tiff

Gambar 3.2. Software Agisoft PhotoScan

12
13

3.5. Pembahasan/Analisis Data


Berdasarkan hasil gambar yang telah disediakan sebelumnya dapat di
jadikan suatu wilayah yang menjadi satu kesatuan menggunakan aplikasi Agisoft
PhotoScan, yaitu sebagai berikut.

Gambar 3.3. Gedung Dekanat

Gambar 3.4. Gedung Tampak Atas

13
14

Gambar 3.5. Gedung Tampak Depan

Gambar 3.6. Gedung Tampak Belakang

Gambar 3.7. Gedung Tampak Samping Kanan

14
15

Gambar 3.8. Gedung Tampak Samping Kiri


Software yang digunakan untuk melakukan pengolahaan data pemetaan dan
digitasi dari data yang dihasilkan dapat menggunakan agisoft photoscan.
Penggunaan software terpisah seperti agisoft Photoscan sedikit lebih kompleks
karena harus melakukan pengolahan data secara manual dan mengolah data foto
secara lokal dengan PC agar data di olah menjadi data pemetaan dan digitasi yang
diperlukan.
Pemetaan dan pendaratan dilakukan untuk melihat adanya potensi dari
bentuk bangunan tersebut. Penggunaan drone dilakukan dengan mengambil aerial
photo dari kawasan kampus dengan foto fasade mengelilingi bangunan yang ada
terutama pada bangunan utama di kawasan. Dengan melakukan metode survey
menggunakan drone, dapat menghasilkan data kawasan aktual yang sangat akurat
dan juga dapat menghasilkan objek 3 dimensi yang kemudian dapat digunakan
lebih lanjut dalam pengembangan desain baik pada bangunan tersebut.
Dalam praktikum ini jenis drone yang digunakan adalah DJI Phantom 2
Vision Plus. DJI Phantom 2 Vision Plus sangat mudah untuk diterbangkan serta
dikendalikan. Hampir semua orang dapat menerbangkan drone tersebut dan akan
sangat mudah membuat video pengambilan gambar melalui udara tanpa adanya
keahlian khusus. Quadcopter tersebut dirancang sedemikian rupa untuk mudah
dikendalikan dan digunakan bagi siapapun yang ingin melakukan pengambilan
gambar melalui udara dengan stabil.

15
16

Untuk menunjang kebutuhan, quadcopter ini dibekali dengan 3 sumbu


kamera yang dintergrasikan dengan penstabil sehingga akan membantu dalam
kelancaran pengambilan gambar yang maksimal di udara. Dengan adanya sistem
auto-pilot yang memberikan kemudahan untuk posisi holding atau mengunci diam
ditempat dengan ketinggian yang sudah diatur akan membuat mudah melakukan
pengambilan gambar dengan stabil serta konstan.
Dengan teknologi radar yang ada pada DJI Phantom 2 Vision Plus, ketika
melakukan over area pada saat menerbangkan drone tersebut, maka secara
otomatis drone tersebut akan memicu trigger "Return to Home". DJI Phanton 2
Vision Plus akan segera kembali ke titik dimana drone tersebut pertama kali lepas
landas dan akan secara otomatis mendarat dengan lokasi awal.
DJI Phantom 2 Vision Plus dibekali dengan kamera yang memiliki kualitas
luar biasa yakni dapat mendukung video full HD 1080p untuk 30 frame, dan 720p
untuk 60 frame. Serta didukung dengan kapasitas kartu micro SD sebesar 4 GB
yang akan menampung gambar maupun video dengan kamera 14 megapixelnya.
Spesifikasi DJI Phantom 2 Vision Plus, antara lain sebagai berikut.
Air craft :
 Supported BatteryDJI 5200mAh LiPo Battery
 Weight (Battery & Propellers included) : 1242g
 Hover Accuracy (Ready to Fly)
 Vertical: 0.8m; Horizontal: 2.5m
 Max Yaw Angular Velocity : 200°/s
 Max Tiltable Angle : 35°
 Max Ascent / Descent Speed (Ascent: 6m/s; Descent: 3m/s)
 Max Flight Speed : 15m/s (Not Recommended)
 Diagonal motor-motor distance : 350mm

Gimbal
 Working Current (Static : 750mA; Dynamic : 900mA)
 Control Accuracy : ±0.03°
 Controllable Range (Pitch : -90°-0°)

16
17

 Maximum Angular Speed (Pitch : 90°/s)

Remote Controller
 Operating Frequency : 5.728 GHz-5.85 GHz
 Communication Distance (open area) (CE Compliance: 400m; FCC
Compliance: 800m)
 Receiver Sensitivity (1%PER) : -93dBm
 Transmitter Power (CE Compliance: 25mW; FCC Compliance: 100mW)
 Working Voltage : 80 mA@6V
 Battery : 4 AA Batteries

Range Extender
 Operating Frequency : 2412-2462MHz
 Communication Distance (open area) : 500-700m
 Transmitter Power : 20dBm
 Power Consumption : 2W

DJI Vision App


 iOS versi 6.1 atau lebih
 iOS disarankan: iPhone 4s, iPhone 5, iPhone 5s, iPhone 6, iPhone 6 Plus, iPod
touch 5 (tersedia tapi tidak disarankan: iPad 3, iPad 4, iPad mini)

17
18

IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dengan adaya media untuk melakukan pendataan berupa pemetaan
dan juga digitasi bangunan secara 3 dimensional yang terukur
memberikan kemudahan dan potensi yang sangat luas terhadap lingkup
perencanaan suatu kawasan hutan dan juga wilayah perkotaan. Dengan
perkembangan yang masih sangat baru dan juga mulai bermunculan
peralatan drone yang semakin beragam memberikan banyaknya alternatif
media yang dapat digunakan.

4.2. Saran
Saran yang disampaikan untuk kegiatan praktikum ini adalah disarankan
untuk melakukan pembuatan gambar 3D dengan pemanfaatan drone ini selain
pada bangunan, silahkan dicoba untuk kawasan hutan.

18
19

DAFTAR PUSTAKA

Gularso, Herjuno. 2013. Tinjauan Pemotretan Udara Format Kecil Menggunakan


Pesawat Model Skywalker 1680. Skripsi Teknik Geodesi Undip.
Semarang: Undip.
http://emirul.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/46041/DRONE.pdf, diakses
tanggal 22 juni 2019
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/MKG/article/download/12798/8205,
diakses tanggal 22 juni 2019
https://media.neliti.com/media/publications/135103-ID-analisis-penggunaan-
pesawat-tanpa-awak-d.pd, diakses tanggal 22 juni 2019
Jensen, J.R. 2005.Introduction Digital Image Processing : A Remote Sensing
Perspective. 2nd Edition, Prentice Hall.,Inc, New Jersey, USA Moffit,
F.H., and Mikhail, E.M., 1980, ” Photogrammetry”, Third Edition, Harper
Co, USA.
Prasetya,Arry.2010.MBES.[jpeg].(http://arryprasetya.blogspot.com/2010/11/multi
beamechosounder.html), diakses pada tanggal 22 Juni 2019
Sutanto. 1983. Pengetahuan Dasar Fotogrametri. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada
Wicaksono,F.Y.E.2009. Apa Itu Foto Udara?, Badan Perpustakaan dan Arsip
Daerah
ProvinsiDIY.<URL:http://bpadjogja.info/file/a993f9ea56c958470ff07f27
1a12e7a6b.pdf>. Dikunjungi pada tanggal 16 Desember 2019 pukul
20.30 WIB.
Wikantika. K. 2009. Unmanned Mapping Technology: Development and
Applications. Workshop Sehari “Unmanned Mapping Technology:
Development and Applications” (UnMapTech2008). Bandung,
Indonesia. 9 Juni 2008.
Wolf, P. R. 1983. Elemen Fotogrammetri. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press

19
20

DOKUMENTASI

1. Kegiatan pengambilan data dilapangan

20
21

2. Kegiatan pembuatan praktikum

21

Anda mungkin juga menyukai