Anda di halaman 1dari 3

Homeostasis adalah suatu keadaan komposisi kimia dan fisiokimia yang konstan pada

medium internal organisme. Homeostasis merupakan manifestasi keberadaan sejumlah faktor


biologis yang konstan seperti indikasi kuantitatif, karakteristik suatu organisma pada kondisi
normal. Termasuk temperatur tubuh, tekanan osmotik pada cairan, konsentrasi ion hidrogen,
kandungan protein dan gula, konsentrasi ion dan ratio ion-ion aktif yang berhubungan dengan
biologis dan sebagainya. Keberadaan mineral sebagai garam yang larut dalam medium sel, cairan
interstitial, darah dan lymp, berperan langsung maupun tidak langsung dalam menjaga parameter-
parameter biologis dalam keadaan konstan.

Edema terjadi pada kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan hidrostatik kapiler,
peningkatan permeabilitas kapiler atau peningkatan tekanan osmotic plasma. Ginjal mempunyai
peran sentral dalam mempertahankan homeostasis cairan tubuh dengan control volume cairan
ekstraseluler melalui pengaturan ekskresi natrium dan air.

Berdasarkan skenario didapatkan proteinuria, hypoalbuminimea dan peniningkatan kadar


lemak dalam darah, sehingga dapat di ambil kesimpulan ada ganggunan homeostatis yang terjadi.
Patomekanisme dari terbentuknya edema merupakan manisfestasi dari gangguan homeostatis
tersebut.
Penurunan tekanan osmotik intravaskuler biasanya terjadi karena penurunan penurunan
konsentrasi plasma protein terutama albumin (hipoalbuminemia). Hipoalbuminemia dapat
mengurangi tekanan osmotik koloid intravaskuler yang mengakibatkan terjadinya peningkatan
filtrasi cairan dan penurunan absorbsi (penyerapan) yang puncaknya mengakibatkan terjadinya
edema. Hipoalbuminemia dapat terjadi karena penurunan produksi albumin oleh hati atau terjadi
kehilangan plasma yang berlebihan. Penurunan produksi hepatik paling sering terjadi karena
kekurangan protein yang memadai unik jalur sintesis sebagai akibat dari kekurangan gizi atau
malabsorbsi usus terhadap protein serta penyakit pada hati yang berat dengan terjadinya penurunan
massa hepatosit atau gangguan fungsi hepatosit yang dapat menyebabkan kekurangan produksi
albumin. Kehilangan albumin dari plasma dapat terjadi pada penyakit gastrointestinal yang
ditandai dengan kehilangan darah yang parah seperti pada infeksi yang disebabkan oleh parasit.
Pada penyakit ginjal, dimana glomerulus dan/atau fungsi bibular terganggu dapat mengakibatkan
hilangnya albumin bersama urin.

Terdapat beberapa teori yang menjelaskan tentang timbulnya edema pada sindrom nefrotik.
Underfilled theory merupakan teori klasik tentang pembentukan edema. Teori ini berisi bahwa
adanya edema disebabkan oleh menurunnya tekanan onkotik intravaskuler dan menyebabkan
cairan merembes ke ruang interstisial. Adanya peningkatan permeabilitas kapiler glomerulus
menyebabkan albumin keluar sehingga terjadi albuminuria dan hipoalbuminemia. Sebagaimana
diketahui bahwa salah satu fungsi vital dari albumin adalah sebagai penentu tekanan onkotik.
Maka kondisi hipoalbuminemia ini menyebabkan tekanan onkotik koloid plasma intravaskular
menurun. Sebagai akibatnya, cairan transudat melewati dinding kapiler dari ruang intravaskular
ke ruang interstisial kemudian timbul edema.5

Menurut teori lain yaitu teori overfilled, retensi natrium renal dan air tidak bergantung pada
stimulasi sistemik perifer tetapi pada mekanisme intrarenal primer. Retensi natrium renal primer
mengakibatkan ekspansi volume plasma dan cairan ekstraseluler. Overfilling cairan ke dalam
ruang interstisial menyebabkanterbentuknya edema.
Ref : Wiguno .P, et al. Glomerulonefritis, Ilmu Penyakit Dalam II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
2009

Davis ID, Avner ED. Glomerulonephritis associated with infections. Dalam: Kliegman RM,
Stanton BM, Geme J, Schor N, Behrman RE, penyunting. Nelson’s

Davis, G.K. and W. Mertz. 1987. Copper. p. 301− 364. In W. Mertz (Ed.) Trace Elements in Human
and Animal Nutrition. Academic Press, Inc. San Diego, CA.

Anda mungkin juga menyukai