Anda di halaman 1dari 8

Rinitis Alergi

IMUNOLOGI DASAR
 Teori : intensif pada awal abad ke-20
 Fungsi dasar sistem imunologik
 Pengenalan antigen asing (recognition)
 Menjaga tubuh dari serangan benda asing (surveillance)

Reaksi Imunologik
• Menguntungkan tubuh ® - proteksi imunologik
- Resistensi terhadap penyakit atau eliminasi sel tumor
• Merugikan tubuh ® - Penyakit imunologik
- Penolakan graft (tandur)
- Penyakit alergi
- Penyakit auto imun

Sistem kekebalan tubuh (spesifik) ada 2 :


1. Kekebalan seluler (sel T)
2. Kekebalan humoral (sel B) ® membentuk antobodi

ANTIBODI
 Disebut : “Immunoglobulin (Ig)”
 Fraksi globulin dari protein serum pada sistem humoral, karena adanya
interaksi dengan benda asing.

Ada 5 kelas Imunoglobulin :


• Ig G, Ig A, Ig M, Ig D, Ig E ® disebut berurutan sesuai dengan
konsentrasinya yang terbanyak dalam darah.
• Secara fisik, kimia dan biologik kelima kelas itu sama

Antigen asing ® tubuh ® reaksi


 Respon Primer
• Terjadi proses eliminasi dan fagositosis antigen (ag)
• Sifat reaksi : non spesifik
• Bila tidak berhasil, dihilangkan ® respon sekunder
 Respon Sekunder
• Reaksi : spesifik
• Melalui 2 sistem imunitas : seluler atau humoral atau kedua imunitas ini
dibangkitkan
• Bila Ag berhasil di eliminasi ® reaksi selesai
• Bila reaksi masih ada ® respon tertier
 Respon Tertier
• Reaksi ini ® tidak menguntungkan tubuh
• Reaksi dapat bersifat sementara atau menetap tergantung dari daya
eliminasi Ag oleh tubuh,

“GELL dan COOMBS” ® reaksi ini atas 4 tipe :


1. Tipe 1 atau reaksi anafilaktik (immediate hypersensitivity)
2. Tipe 2 atau reaksi sitotoksik / sitolitik
3. Tipe 3 atau reaksi komplek imun
4. Tipe 4 atau reaksi tuberkulin (delayed hypersensitivity)
KTT-172 Mira Yulianti (01-107)
Manifestasi dibidang THT paling banyak
Tipe I ® Rinitis Alergi
 Alergi : reaksi hipersensitivitas, khas, timbul pada orang-orang yang
berbakat alergi (atopi).
 Mukosa hidung hipersensitif terhadap substan : “Alergen”
 R.A. : proses inflamasi mukosa hidung yang disebabkan oleh reaksi
hiper-sensitivitas tipe-1, diperantarai Ig E.

Perlu 2 faktor :
1. Sensitivitas terhadap alergen
2. Kontak ulang dengan alergen spesifik

INSIDENS
• Hampir semua golongan umur
• anak & dewasa muda
• usia menengah / tua
• kota > desa.
• Lk = pr, suku bangsa (ras)/gol. etnik : sama
• Faktor herediter : - bilateral 70 %
- unilateral 50 %

KLASIFIKASI
 Berdasarkan sifat berlangsung, Rhinitis Alergi terbagi :
• Musiman (seasonal, hay fever, pollinosis)
- Di negara 4 musim
- Alergen spesifik : tepung sari (pollen)
• Sepanjang tahun (perenial)
- Tidak tergantung musim, sepanjang tahun
- Alergen spesifik : indoor alergen (alergen dalam rumah)

POLLEN GRANULE MAGNIFIED 2,300 TIMES

 Berdasarkan Klinis :
• Intermitten  timbul < 4 hari dalam 1 minggu / < 4 minggu
• Persisten  timbul > 4 hari dalam seminggu / > 4 minggu

 Berdasarkan Berat dan Ringan Gejala


• Ringan (Mild)
Apabila tidak ada gangguan : tidur, aktivitas sehari-hari, olahraga,
sekolah, pekerjaan.
• Sedang-Berat (Moderate-Severe)
Apabila ada satu atau lebih gangguan tersebut diatas.

ETIOLOGI
• Spesifik
KTT-172 Mira Yulianti (01-107)
• Non Spesifik

SPESIFIK
1. Al. Inhalan (berperan) :
• Masuk bersama udara pernafasan
• Mis. debu rumah, tungau, serpih epitel, bulu binatang, jamur, kapuk dll.
2. Al. Ingestan :
• Masuk ke saluran cerna, berupa makanan
• Mis. susu, telur, coklat, ikan, udang, kepiting, kerang
3. Al. Injektan :
• Masuk melalui suntikan atau tusukan
• Mis. penisilin, sengatan lebah.
4. Al. Kontaktan :
• Masuk melalui kontak kulit / mukosa
• Mis. bahan kosmetik, perhiasan.
5. Pekerjaan : industri tepung – detergen – kayu
6. Iritan : asap - polusi udara – zat kimia

Satu macam alergen dapat merangsang lebih dari satu organ sasaran  memberi
gejala campuran.
Mis. : debu rumah (terdapat house mite) gejala asma bronkial dan rinitis alergi.

NON SPESIFIK
1. Iklim :  lembab – perubahan suhu, angin
2. Hormonal : - wanita alergi ® gravida, pil kb,
- hipertiroidi ® kambuh
3. Psikis & emosi : manifestasi alergi
4. Infeksi : memudahkan alergi
5. Iritasi : asap rokok – bahan polusi
6. Genetik

PATOFISIOLOGI
 Pada paparan I dengan alergen ® tubuh membentuk Ig E spesifik ®
menempel pada permukaan mastosit/basofil yang mengandung granul (mediator) ®
proses sensitisasi (sel mediator yang tersensitisasi
 Bila terjadi paparan ulang dengan alergen spesifiknya ® alergen
berikatan Ig E pada permukaan sel mastosit / basofil ® degranulasi sel ®
dilepaskan zat mediator : histamin – serotonin – bradikinin – SRS-a – ECF-a –
dll ® gejala klinik berupa reaksi alergi.

Fase segera (RAFS) 15 – 20 menit pasca paparan alergen dan berakhir pada 60 menit
kemudian ® reaksi alergis akan berlanjut terus sebagai reaksi alergi fase lambat
(RAFL) sampai 24 – 48 jam kemudian.

Pada Rhinitis Alergi, mediator utama : Histamin


• Efek dilatasi pembuluh darah kecil
• Permeabilitas kapiler ® cairan keluar dari pembuluh darah
• Efek pada syaraf sensoris : sekresi kelenjar & bersin.
• Klinis : rinore, hidung tersumbat, sering bersin

Manifestasi klinik tergantung pada 2 faktor :


1. Organ sasaran (lokasi dan jenis)
2. Alergen penyebab (sifat, konsentrasi dan cara masuk)

KTT-172 Mira Yulianti (01-107)


Rhinitis Alergi Sepanjang Tahun (PERENIAL)

GEJALA KLINIS
• Bersin > 5x / serangan ® khas
• Rinore : encer dan banyak (“running nose”)
• Hidung : tersumbat, hiposmia
• Gatal : mata ® lakrimasi (“tearing”) & tenggorok
• Pada anak : gejala tidak lengkap, kadang hanya hidung tersumbat.
• “allergic shiner”, “allergic salute”, “allergic crease”

DIAGNOSIS
1. Anamnese cermat ® penting !
® 50 % dapat ditegakkan dari riwayat alergi / keluarga
2. Pemeriksaan hidung
• Rinitis anterior : mukosa oedem, basah, pucat (livide), sekret
encer (khas)
• Konka : kebiruan.
• Lab. :
* in-vitro :- sekret hidung / smear : eosinofil
- nasal scraping
- darah tepi : eosinofil n /
- Ig E total : n /
- Ig E spesifik (rast) : lebih bermakna
* in-vivo : - uji kulit : prick test, intrakutan, scratch
test
- uji inhalasi (provokasi test)

DIAGNOSA BANDING
Rinitis Vasomotor Rinitis Alergi Rinitis Infeksi
• Gatal • Gatal (+)
(-) • Mukosa :
• Mukosa : pucat kebiruan
hiperemis

TERAPI
1. (Avoidance) : menghindari kontak dengan alergen
penyebab (ideal) dan eliminasi
2. Simptomatis
• Medikamentosa :
- sistemis ® antihistamin dengan/tanpa vasokonstriktor
(dekongestan) peroral.
- Local ® tetes/semprot hidung yang mengandung
vasokonstriktor atau kortikosteroid.
• Operatif :
- pada hipertrofi konka inferior
- kauterisasi AgNo3 / triklor asetat
- konkotomi (k/p)
3. Imunoterapi
 desensitisasi - hiposensitisasi
• bila gejala berat, berlangsung lama, cara
lain tidak memuaskan.
• pada alergi makanan

KTT-172 Mira Yulianti (01-107)


Anjuran : - olah raga !
- merokok ® x

KOMPLIKASI
• Polip hidung
• Otitis media ® t/u pd anak tidak langsung o.k. sumbatan hidung
• Sinusitis  HAMBATAN DRAINASE

Rinitis Vasomotor
• Gangguan vasomotor hidung
• Terdapat gangguan fisiologik mukosa hidung disebabkan aktivitas
parasimpatis
• Gejala mirip rinitis alergi

ETIOLOGI : yang pasti ?


• Diduga gangguan keseimbangan fungsi vasomotor
• Disebut : “vasomotor catarrh”
“vasomotor rinorrhea”
“nasal vasomotor instability”
“non specifik allergic rhinitis”

Rangsangan s. Parasimpatis ® dilatasi pembuluh darah pada konka (-)


permeabilitas kapiler & sekresi kelenjar.

Faktor yang mempengaruhi keseimbangan vasomotor :


1. Obat-obatan yg menekan / menghambat kerja s. Simpatis :
Ergotamin – chlorpromazin – anti hipertensi – vasokonstriktor topikal
2. Fisik : iritasi : asap rokok - bau-bauan tajam - udara dingin - kelembaban
udara - latihan jasmani (normal : hal tersebut tidak mengganggu)
3. Endokrin : kehamilan – pubertas – pil kb – hipotiroidisme
4. Psikis : cemas, dll.

GEJALA
• Hidung tersumbat (bergantian ka/ki) ® posisi pasien
• Rinore : mukus atau serous
• Bersih : jarang – gatal dimata : (-)
• Gejala memburuk pada pagi hari o.k. : perubahan suhu udara, lembab –
asap rokok, dll.
• 2 golongan : - obstruksi (blockers)
- rinore (sneezers)

PROGNOSE
• Gol. Obstruksi lebih baik
• Gol. Rinore : mirip rinitis alergi ® perlu anamnese dan pemeriksaan
teliti

DIAGNOSE
• Eliminasi kemungkinan untuk diagnose pasti (mis : alergi – fungsi tiroid
– emosi, dll)
• Anamnese : - Faktor yg mempengaruhi keseimbangan vasomotor
- Singkirkan faktor alergi
• Pemeriksaan :

KTT-172 Mira Yulianti (01-107)


* - oedem mukosa hidung
Rinos ant. :
- konka merah tua/gelap
(bedakan dgn rinitis alergi I), licin atau tidak
rata
- sekret mukoid (sedikit)
- gol. Rinore : sekret
serous, >>
* Laboratorium : - untuk menyingkirkan
rinitis alergi
- eosinofil pada sekret
hidung +/+
- tes kulit (-)
TERAPI
Bervariasi ® tergantung penyebab & gejala yang menonjol :
1. Menghindari penyebab
2. Simptomatis : - dekongestan oral - diatermi
- kauterisasi konka hipertropi
- kortikosteroid topikal mis :
- budesonid 2 x 100 mgr/hr
3. Operatif : bedah beku – elektrokauter – konkotomi konka inferior
4. Neurektomi n. Vidianus
 bila terapi diatas tidak berhasil

KTT-172 Mira Yulianti (01-107)


Rinitis
Medikamentosa
 Suatu kelainan pada hidung berupa gangguan respon NORMAL vasomotor, akibat
pemakaian vasokonstriktor, TOPIKAL (tetes hidung atau semprot hidung) dalam
waktu lama atau berlebihan ® sumbatan hidung yang menetap.

D.P.L. : Akibat “over use” / “drug abuse”

PATOFISIOLOGI
• Mukosa hidung sangat peka terhadap rangsangan (iritant) ® pemakaian
vasokonstriktor topikal ® hati-hati
• Vasokonstriktor golongan simpatomimetik ® siklus nasal terganggu dan
berfungsi kembali bila pemakaian obat dihentikan
• Pemakaian vasokonstriktor topikal yang lama/berulang ® dilatasi
berulang (“rebound dilatation / phenomen”)
• Setelah vasokonstriksi ® timbul obstruksi.
• Obstruksi berulang ® pasien lebih sering atau banyak memerlukan obat
tersebut ® efek vasokonstriksi ® << - PH hidung berubah ® aktifitas silia
terganggu ® obstruksi hidung lebih hebat.
• Bila obat diteruskan ® dilatasi dan kongesti jaringan.
• Sumbatan menetap dengan produksi sekret.

 Pemakaian vasokonstriktor sebaiknya : isotonik dengan sekret


 Hidung normal – PH 6,3 & 6,5  pemakaian tidak lebih 1 minggu

Kerusakan pada mukosa hidung akibat pemakaian tetes hidung yang lama :
• Silia rusak
• Sel goblet berobah (ukuran)
• Membran basal menebal
• Pembuluh darah melebar
• Stroma udem
• Hipersekresi kelenjar mucus.
• Submukosa / periostium ® menebal

KTT-172 Mira Yulianti (01-107)


GEJALA : hidung tersumbat terus menerus

PEMERIKSAAN :
• Konka edem
• Sekret hidung >>
• Tes adrenalin ® edem tidak berkurang

DIAGNOSA : riwayat pemakaian obat intra nasal yang berlebihan

TERAPI
• Stop – pemakaian tetes atau semprot hidung
• Kortikosteroid (tapering off : ¯ dosis 5 mg/hr) ® untuk sumbatan
berulang (rebound congestion)
• Dekongestan oral (pseudoephedrin)

KTT-172 Mira Yulianti (01-107)

Anda mungkin juga menyukai