IMUNOLOGI DASAR
Teori : intensif pada awal abad ke-20
Fungsi dasar sistem imunologik
Pengenalan antigen asing (recognition)
Menjaga tubuh dari serangan benda asing (surveillance)
Reaksi Imunologik
• Menguntungkan tubuh ® - proteksi imunologik
- Resistensi terhadap penyakit atau eliminasi sel tumor
• Merugikan tubuh ® - Penyakit imunologik
- Penolakan graft (tandur)
- Penyakit alergi
- Penyakit auto imun
ANTIBODI
Disebut : “Immunoglobulin (Ig)”
Fraksi globulin dari protein serum pada sistem humoral, karena adanya
interaksi dengan benda asing.
Perlu 2 faktor :
1. Sensitivitas terhadap alergen
2. Kontak ulang dengan alergen spesifik
INSIDENS
• Hampir semua golongan umur
• anak & dewasa muda
• usia menengah / tua
• kota > desa.
• Lk = pr, suku bangsa (ras)/gol. etnik : sama
• Faktor herediter : - bilateral 70 %
- unilateral 50 %
KLASIFIKASI
Berdasarkan sifat berlangsung, Rhinitis Alergi terbagi :
• Musiman (seasonal, hay fever, pollinosis)
- Di negara 4 musim
- Alergen spesifik : tepung sari (pollen)
• Sepanjang tahun (perenial)
- Tidak tergantung musim, sepanjang tahun
- Alergen spesifik : indoor alergen (alergen dalam rumah)
Berdasarkan Klinis :
• Intermitten timbul < 4 hari dalam 1 minggu / < 4 minggu
• Persisten timbul > 4 hari dalam seminggu / > 4 minggu
ETIOLOGI
• Spesifik
KTT-172 Mira Yulianti (01-107)
• Non Spesifik
SPESIFIK
1. Al. Inhalan (berperan) :
• Masuk bersama udara pernafasan
• Mis. debu rumah, tungau, serpih epitel, bulu binatang, jamur, kapuk dll.
2. Al. Ingestan :
• Masuk ke saluran cerna, berupa makanan
• Mis. susu, telur, coklat, ikan, udang, kepiting, kerang
3. Al. Injektan :
• Masuk melalui suntikan atau tusukan
• Mis. penisilin, sengatan lebah.
4. Al. Kontaktan :
• Masuk melalui kontak kulit / mukosa
• Mis. bahan kosmetik, perhiasan.
5. Pekerjaan : industri tepung – detergen – kayu
6. Iritan : asap - polusi udara – zat kimia
Satu macam alergen dapat merangsang lebih dari satu organ sasaran memberi
gejala campuran.
Mis. : debu rumah (terdapat house mite) gejala asma bronkial dan rinitis alergi.
NON SPESIFIK
1. Iklim : lembab – perubahan suhu, angin
2. Hormonal : - wanita alergi ® gravida, pil kb,
- hipertiroidi ® kambuh
3. Psikis & emosi : manifestasi alergi
4. Infeksi : memudahkan alergi
5. Iritasi : asap rokok – bahan polusi
6. Genetik
PATOFISIOLOGI
Pada paparan I dengan alergen ® tubuh membentuk Ig E spesifik ®
menempel pada permukaan mastosit/basofil yang mengandung granul (mediator) ®
proses sensitisasi (sel mediator yang tersensitisasi
Bila terjadi paparan ulang dengan alergen spesifiknya ® alergen
berikatan Ig E pada permukaan sel mastosit / basofil ® degranulasi sel ®
dilepaskan zat mediator : histamin – serotonin – bradikinin – SRS-a – ECF-a –
dll ® gejala klinik berupa reaksi alergi.
Fase segera (RAFS) 15 – 20 menit pasca paparan alergen dan berakhir pada 60 menit
kemudian ® reaksi alergis akan berlanjut terus sebagai reaksi alergi fase lambat
(RAFL) sampai 24 – 48 jam kemudian.
GEJALA KLINIS
• Bersin > 5x / serangan ® khas
• Rinore : encer dan banyak (“running nose”)
• Hidung : tersumbat, hiposmia
• Gatal : mata ® lakrimasi (“tearing”) & tenggorok
• Pada anak : gejala tidak lengkap, kadang hanya hidung tersumbat.
• “allergic shiner”, “allergic salute”, “allergic crease”
DIAGNOSIS
1. Anamnese cermat ® penting !
® 50 % dapat ditegakkan dari riwayat alergi / keluarga
2. Pemeriksaan hidung
• Rinitis anterior : mukosa oedem, basah, pucat (livide), sekret
encer (khas)
• Konka : kebiruan.
• Lab. :
* in-vitro :- sekret hidung / smear : eosinofil
- nasal scraping
- darah tepi : eosinofil n /
- Ig E total : n /
- Ig E spesifik (rast) : lebih bermakna
* in-vivo : - uji kulit : prick test, intrakutan, scratch
test
- uji inhalasi (provokasi test)
DIAGNOSA BANDING
Rinitis Vasomotor Rinitis Alergi Rinitis Infeksi
• Gatal • Gatal (+)
(-) • Mukosa :
• Mukosa : pucat kebiruan
hiperemis
TERAPI
1. (Avoidance) : menghindari kontak dengan alergen
penyebab (ideal) dan eliminasi
2. Simptomatis
• Medikamentosa :
- sistemis ® antihistamin dengan/tanpa vasokonstriktor
(dekongestan) peroral.
- Local ® tetes/semprot hidung yang mengandung
vasokonstriktor atau kortikosteroid.
• Operatif :
- pada hipertrofi konka inferior
- kauterisasi AgNo3 / triklor asetat
- konkotomi (k/p)
3. Imunoterapi
desensitisasi - hiposensitisasi
• bila gejala berat, berlangsung lama, cara
lain tidak memuaskan.
• pada alergi makanan
KOMPLIKASI
• Polip hidung
• Otitis media ® t/u pd anak tidak langsung o.k. sumbatan hidung
• Sinusitis HAMBATAN DRAINASE
Rinitis Vasomotor
• Gangguan vasomotor hidung
• Terdapat gangguan fisiologik mukosa hidung disebabkan aktivitas
parasimpatis
• Gejala mirip rinitis alergi
GEJALA
• Hidung tersumbat (bergantian ka/ki) ® posisi pasien
• Rinore : mukus atau serous
• Bersih : jarang – gatal dimata : (-)
• Gejala memburuk pada pagi hari o.k. : perubahan suhu udara, lembab –
asap rokok, dll.
• 2 golongan : - obstruksi (blockers)
- rinore (sneezers)
PROGNOSE
• Gol. Obstruksi lebih baik
• Gol. Rinore : mirip rinitis alergi ® perlu anamnese dan pemeriksaan
teliti
DIAGNOSE
• Eliminasi kemungkinan untuk diagnose pasti (mis : alergi – fungsi tiroid
– emosi, dll)
• Anamnese : - Faktor yg mempengaruhi keseimbangan vasomotor
- Singkirkan faktor alergi
• Pemeriksaan :
PATOFISIOLOGI
• Mukosa hidung sangat peka terhadap rangsangan (iritant) ® pemakaian
vasokonstriktor topikal ® hati-hati
• Vasokonstriktor golongan simpatomimetik ® siklus nasal terganggu dan
berfungsi kembali bila pemakaian obat dihentikan
• Pemakaian vasokonstriktor topikal yang lama/berulang ® dilatasi
berulang (“rebound dilatation / phenomen”)
• Setelah vasokonstriksi ® timbul obstruksi.
• Obstruksi berulang ® pasien lebih sering atau banyak memerlukan obat
tersebut ® efek vasokonstriksi ® << - PH hidung berubah ® aktifitas silia
terganggu ® obstruksi hidung lebih hebat.
• Bila obat diteruskan ® dilatasi dan kongesti jaringan.
• Sumbatan menetap dengan produksi sekret.
Kerusakan pada mukosa hidung akibat pemakaian tetes hidung yang lama :
• Silia rusak
• Sel goblet berobah (ukuran)
• Membran basal menebal
• Pembuluh darah melebar
• Stroma udem
• Hipersekresi kelenjar mucus.
• Submukosa / periostium ® menebal
PEMERIKSAAN :
• Konka edem
• Sekret hidung >>
• Tes adrenalin ® edem tidak berkurang
TERAPI
• Stop – pemakaian tetes atau semprot hidung
• Kortikosteroid (tapering off : ¯ dosis 5 mg/hr) ® untuk sumbatan
berulang (rebound congestion)
• Dekongestan oral (pseudoephedrin)