234 37 621 1 10 20180522 PDF
234 37 621 1 10 20180522 PDF
Abstract: The purpose of this study is to grow the behaviour of clever elderly in preventing stroke by
giving training to Elderly in Sentul Purwodadi Village Purwodadi Sub-District Pasuruan Regency. The
results of the training evaluation found 80% better changes in knowledge, 100% attitude and 100%
psychomotor. However, the attitude of elderly still require attention, especially at attitude need to do
health check routinely once a month in health facility, avoid exposure of cigarette smoke and avoid
high cholesterol food while elderly psychomotor aspect still need attention and motivation especially
health check behavior routinely one month once in a health facility and avoiding foods high in choles-
terol because it has not shown much meaningful change. This training is very appropriate to the needs
of the community so there needs to be continuous monitoring and assistance.
Abstrak: Tujuan kegiatan ini adalah menumbuhkan perilaku cerdik lansia dalam mencegah stroke
dengan cara memberikan pelatihan pada Lansia di Desa Sentul Purwodadi Kecamatan Purwodadi
Kabupaten Pasuruan. Hasil evaluasi pelatihan didapatkan 80% perubahan yang lebih baik pada
pengetahuan, 100% sikap dan 100% psikomotor. Namun demikian pada sikap lansia masih memerlukan
perhatian, khususnya pada sikap perlu melakukan cek kesehatan secara rutin sebulan sekali di fasilitas
kesehatan, menghindari paparan asap rokok dan menghindari makanan tinggi kolesterol sedangkan
aspek psikomotor lansia masih perlu mendapatkan perhatian dan motivasi khususnya prilaku cek
kesehatan secara rutin sebulan sekali di fasilitas kesehatan dan menghindari makanan tinggi kolesterol
karena belum menunjukkan banyak perubahan yang berarti. Pelatihan ini sangat sesuai kebutuhan
masyarakat sehingga perlu adanya pemantauan dan pendampingan secara kontinue.
PENDAHULUAN
prevalensi penderita stroke di Indonesia
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan menunjukkan peningkatan dari 8,3 kasus per
penyakit kronis atau berdurasi panjang yang 1000 penduduk (tahun 2010) menjadi 12,1 kasus
umumnya berkembang lambat atau mempunyai per 1000 penduduk (tahun 2013). Stroke dapat
proses yang lama dan tidak ditularkan dari or- terjadi pada siapa saja, kapan saja dan usia
ang ke orang. Penyakit tersebut meliputi berapa pun, risiko stroke akan meningkat seiring
kardiovaskular (penyakit jantung koroner, peningkatan usia. Setelah usia 55 tahun, risiko
stroke), kanker, penyakit pernapasan kronis stroke dua kali lipat (Nasional Stroke Associa-
(asma dan penyakit paru obstruksi kronis), dan tion, 2016).
diabetes. Penyakit kardiovaskuler merupakan Berdasarkan hasil survey pendahuluan 10-
penyebab kematian nomor satu yang disebabkan 17 Januari 2017 diperoleh data lansia yang
oleh gangguan fungsi jantung dan pembuluh tercatat di Desa Sentul pada tahun 2016 sebanyak
darah seperti gagal jantung, penyakit jantung
pISSN 2614-1000 eISSN 2613-9383 215 orang, 6 orang lansia mempunyai riwayat1
koroner, hipertensi dan stroke. Menurut hasil serangan stroke, 20 penderita hipertensi dan 8
Riset Kesehatan Dasar Kemenkes RI, (2013), penderita diabetes mellitus dan 13 lansia sebagai
1
JURNAL IDAMAN, VOLUME 2, NO. 1, APRIL 2018: 1-6
perokok. Hasil wawancara dengan 20 lansia yang kader mampu menguasai materi pelatihan, kader
menderita hipertensi diperoleh data 80% tidak kesehatan yang sudah terbentuk diajak dalam
mengerti langkah dalam mendeteksi serangan melakukan pendampingan pelatihan kesehatan
stroke, 70% tidak dapat menyebutkan dampak lansia dalam rangka upaya menumbuhkan
rokok terhadap stroke dan 70% tidak mampu perilaku CERDIK lansia dalam mencegah stroke
menyebutkan manfaat olah raga terhadap di masyarakat.
timbulnya serangan stroke. Kondisi ini merupakan Pelatihan ini didahului dengan penemuan
sebuah ancaman terjadinya peningkatan jumlah faktor resiko stroke pada lansia. Setelah lansia
serangan stroke terlebih ditambah dengan gaya terjaring (mempunyai faktor resiko stroke), lansia
hidup masyarakat yang tidak sehat seperti tersebut akan diberikan pelatihan dengan
merokok, kurang olah raga dan lain-lain. penemuan faktor resiko stroke dan pengendalian
Mengingat besarnya masalah yang dapat timbul faktor resiko stroke (pembuatan kawasan bebas
akibat stroke seperti kecacatan fisik, masalah asap rokok di lingkungan rumah, senam
sosial, psikologis bahkan kematian, maka perlu pencegahan stroke), deteksi dini dan tata laksana
adanya tindakan pencegahan yang nyata. dini penderita stroke.
Penyakit tidak menular seperti stroke ini Pelaksanaan pelatihan dilakukan dalam 2
kebanyakan disebabkan oleh gaya hidup yang hari dimana pada hari pertama peserta diberikan
tidak sehat sehingga pencegahan stroke dapat materi secara teori sedangkan hari kedua peserta
dilakukan dengan cara merubah gaya hidup dan diajarkan senam anti stroke dengan meng-
mengendalikan atau mengontrol faktor resiko gunakan media bantu berupa pemberian modul
(tekanan darah, gula darah, kolesterol darah dll). “Jurus Cerdik Menghindari Stroke” dan VCD
Untuk itu, masyarakat dirasa perlu melakukan “Senam Pencegahan Stroke”.
pendekatan dalam upaya menumbuhkan budaya Evaluasi perkembangan kemampuan lansia
prilaku cerdik yaitu 5 langkah untuk mencegah dalam berperilaku cerdik dilakukan monitoring
terjadinya penyakit stroke meliputi cek kesehatan selama satu minggu sekali dalam 3 minggu.
secara teratur, eyahkan asap rokok, rajin berolah Adapun kegiatan monitoring dilakukan dengan
raga, diet yang sehat, istirahat yang cukup dan melibatkan 5 orang kader dan bersama dosen
kelola stress (Kemenkes RI, 2015). melakukan kunjungan rumah peserta pelatihan.
Dalam kesempatan tersebut dilakukan evaluasi
METODE PELAKSANAAN dengan menggunakan instrumen yang sudah
Sebagai langkah awal pengabdian dibuat untuk mengukur perilaku cerdik lansia
masyarakat dimulai dengan pembentukan kader dalam mencegah stroke.
lansia sebanyak 5 orang dengan persayaratan
sebagai berikut; 1) bisa baca tulis, 2) peduli HASIL DAN PEMBAHASAN
kesehatan lansia, 3) bersedia menyampaikan Berdasarkan Tabel 1 didapatkan bahwa
informasi kesehatan keada lansia dan 4) sukarela penguasaan kemampuan kader kesehatan lansia
dalam menjalankan tugas. dalam memahami perilaku cerdik mencegah
Setelah membentuk kader lansia maka stroke dari aspek pengetahuan 80% baik dan
selanjutnya adalah memberikan pelatihan kader. psikomotor (100%) baik. Kondisi ini merupakan
Pelatihan kader akan diselenggarakan dalam modal awal yang dimiliki seorang kader
waktu dua hari; pada hari pertama diisi dengan kesehatan dalam upaya menstimulasi lansia dalam
materi/teori dan hari kedua praktek. Setelah mencegah stroke. Penguasaan pengetahuan dan
ketrampilan kader kesehatan lansia dalam mencegah stroke. Namun sikap ini masih
perilaku cerdik mencegah stroke memberikan memerlukan perhatian, khususnya pada sikap
dampak perubahan pengetahuan, sikap dan perlu melakukan cek kesehatan secara rutin
ketrampilan bagi lansia. Perubahan yang sebulan sekali di fasilitas kesehatan, menghindari
diperoleh lansia dalam hal ini adalah adanya paparan asap rokok dan menghindari makanan
peningkatan kemampuan dimana sebelum tinggi kolesterol.
kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan lansia Berdasarkan Gambar 1 didapatkan bahwa
belum mengetahui bagaimana berperilaku cerdik 100% terdapat perubahan yang lebih baik pada
mencegah stroke menjadi lebih tahu dan psikomotor lansia dalam berperilaku cerdik
mempunyai ketrampilan dalam mencegah stroke. mencegah st roke. Namun masih perlu
Berdasarkan Tabel 2 didapatkan bahwa mendapatkan perhatian dan motivasi khususnya
100% terdapat perubahan yang lebih baik pada prilaku cek kesehatan secara rutin sebulan sekali
pengetahuan lansia tentang perilaku cerdik lansia di fasilitas kesehatan dan menghindari makanan
dalam mencegah stroke. tinggi kolesterol yang belum menunjukkan
Berdasarkan Tabel 3 didapatkan bahwa banyak perubahan yang berarti.
100% terdapat perubahan yang lebih baik pada Pelatihan perilaku cerdik lansia dalam
sikap lansia tentang perilaku cerdik lansia dalam mencegah stroke bagi masyarakat Desa Sentul
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kemampuan Kader Kesehatan Lansia Setelah Mengikuti Pelatihan
120%
70%
Mampu mendemonstrasikan
60% senam anti stroke.
60% 60% 60% 60%
Mendemonstrasikan relaksasi
progresif.
0% 0%
0 1 2 3 4 5
Minggu ke-
Gambar 1. Hasil Monitoring Psikomotor Lansia Sebelum dan Setelah Mengikuti Pelatihan
Purwodadi Pasuruan merupakan hal yang baru, kesehatan lansia dalam menjaga kesehatan.
dimana sebelumnya mereka belum pernah Berdasarkan dari teori Bloom, perilaku dibagi
terpapar informasi kesehatan tersebut khususnya menjadi tiga yaitu pengetahuan (knowledge),
senam anti stroke dan relaksasi progresif. Sesuai sikap (attitude), dan praktik (practice).
dengan pendapat (Notoatmodjo, 2010), bahwa Pengetahuan merupakan hasil pembelajaran
perilaku kesehatan terbentuk karena adanya seseorang dimana melalui penginderaan baik apa
stimulus atau rangsangan dari luar. Dalam hal ini yang dilihat maupun didengar. Pengetahuan
pelatihan perilaku cerdik lansia dalam mencegah masyarakat tentang perilaku cerdik lansia dalam
stroke merupakan stimulus bagi perilaku mencegah stroke mengalami banyak perubahan
setelah mengikuti pelatihan, kondisi ini terlihat dari sebanyak 90% lansia dapat mendemonstrasikan
hasil pengabmas pada tabel 5.2 dimana pada senam anti stroke dan 100% lansia mampu
minggu ke-3 sebesar 100% terdapat perubahan mendemonstrasikan relaksasi progresif.
yang lebih baik pada pengetahuan lansia tentang Walaupun perubahan yang lebih baik pada
perilaku cerdik lansia dalam mencegah stroke. psikomotor lansia dalam berperilaku cerdik
Pengetahuan merupakan dasar bagi seseorang mencegah stroke secara umum (100%)
dalam membentuk sikap, kondisi ini ditunjukkan mengalami perubahan yang baik, namun masih
dengan 100% terdapat perubahan yang lebih perlu mendapatkan perhatian dan motivasi
baik pada sikap lansia tentang perilaku cerdik khususnya prilaku cek kesehatan secara rutin
lansia dalam mencegah stroke. Namun sikap ini sebulan sekali di fasilitas kesehatan dan
masih memerlukan perhatian, khususnya pada menghindari makanan tinggi kolesterol yang
sikap perlu melakukan cek kesehatan secara rutin belum menunjukkan banyak perubahan yang
sebulan sekali di fasilitas kesehatan, menghindari berarti.
paparan asap rokok dan menghindari makanan Belum tercapainya perubahan perilaku
tinggi kolesterol. Pengetahuan dan sikap yang lansia, khususnya prilaku cek kesehatan secara
dikuasai lansia dapat menumbuhkan motivasi rutin sebulan sekali di fasilitas kesehatan dan
dalam menumbuhkan perilaku yang sehat kondisi menghindari makanan tinggi kolesterol dikarena-
ini dapat terlihat dimana pada minggu ke-3 kan kerabat mengalami kesulitan dalam membagi