Sejarah USG
Pertama kali ultrasonik ini digunakan dalam bidang teknik untuk radar, yaitu
teknik SONAR ( Sound, Navigation and Ranging) oleh Paul Langevin (1918) dan
Constantin Chilowsky dari Perancis, pada waktu perang dunia ke I, untuk mengetahui
adanya kapal selam musuh. Kemudian digunakan dalam pelayaran untuk menentukan
kedalaman laut. Menjelang perang dunia ke II (1937), teknik ini digunakan pertama
kali untuk pemeriksaan jaringan tubuh, tetapi hasilnya belum memuaskan.Berkat
kemampuan dan kemajuan teknologi yang pesat, setelah perang dunia keII, USG
berhasil digunakan untuk pemeriksaan alat-alat tubuh.
Hoery dan Bliss pada tahun 1952, telah melakukan pemeriksaan USG pada
beberapa organ, misalnya pada hepar dan ginjal. Sekarang Usg merupakan alat
praktis dengan pemeriksaan klinis yang luas.
Di Indonesia, teknologi ultrasonografi (USG) diperkenalkan pada awal tahun
1980-an oleh dr Willyarto S Wibisono, SpOG, yang membawanya masuk ke
Indonesia dari Jerman. Alat USG yang dibawa masuk kali pertama tersebut adalah
USG yang bersifat dua dimensi (2D) dengan citra yang dihasilkan masih hitam putih.
Meski citranya tidak mudah dipahami masyarakat awam, dokter yang berpengalaman
bisa memanfaatkan citra tersebut untuk mendeteksi berbagai kelainan pada janin.
Mulai dari usia kehamilan, bibir sumbing, hingga mengukur fisik janin
B. Permenkes
Salah satu standar kompetensi yang harus dimiliki bidan adalah mampu
mengembangkan diri dengan mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi terkini.
Berikut adalah dasar-dasar yang dapat dijadikan rujukan untuk standar kompetensi
dan melihat kebolehan bidan dalam penggunaan USG :
1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 938 tahun 2007 tentang standar asuhan
kebidanan dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/Menkes/III/2007
tentang standar profesi bidan. Hasil kongres bidan tahun 2012 menyatakan
bahwa bidan diperbolehkan menggunakan USG sesuai dengan batas-batas
kompetensinya, hasil USG tidak boleh digunakan untuk mendiagnosa, hanya
untuk memastikan posisi janin saja kurang lebihnya, dan dalam
menggunakannya sangat dianjurkan bahkan harus bidan melakukan pelatihan,
kursus, atau training USG terlebih dahulu. USG yang boleh digunakan bidan
hingga saat ini baru sampai USG 2 dimensi saja.
C. Komponen Utama USG
1. Transduser
Transduser adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian
tubuh yang akan diperiksa, seperti dinding perut. Tranduser adalah alat yang
berfungsi sebagai transmitter (pemancar) sekaligus sebagai receiver
(penerima). Dalam fungsinya sebagai pemancar, tranduser merubah energy
listrik menjadi energy mekanik berupa getaran suara berfrekwensi tinggi.
Fungsi receiver pada tranduser merubah energy mekanik menjadi listrik.
2. Pulser adalah alat yang berfungsi sebagai penghasil tegangan untuk
merangsang Kristal pada tranduser dan membangkitkan pulsa ultrasound.
3. Tabung sinar katoda adalah alat untuk menampilkan gambar ultrasound. Pada
tabung ini terdapat tabung hampa udara yang memiliki beda potensial yang
tinggi antara anoda dan katoda.
4. Printer adalah alat yang digunakan untuk mendokumentasikan gambaran
yang ditampilkan oleh tabung sinar katoda.
5. Display adalah alat peraga hasil gambaran scanning pada TV monitor.
2. USG 3 Dimensi
Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut
koronal. Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda
(dalam hal ini tubuh janin) dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan
janin dari posisi yang berbeda. Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat
diputar (bukan janinnya yang diputar).
3. USG 4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat
bergerak (live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis,
sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat “bergerak”. Jadi
pasien dapat melihat lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam
rahim.
4. USG Doppler
Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama
aliran tali pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan
janin. Penilaian kesejahteraan janin ini meliputi:
1) Gerak napas janin (minimal 2x/10 menit).
2) Tonus (gerak janin).
3) Indeks cairan ketuban (normalnya 10-20 cm).
4) Doppler arteri umbilikalis.
5) Reaktivitas denyut jantung janin.
H. Referensi
http://unhas.ac.id
https://lifestyle.kompas.com/read/2014/09/16/144118323/Kisah.Willyarto.Dokter.yan
g.Membawa.Masuk.Teknologi.USG.ke.Indonesia.
https://mommyasia.id/articles/scroll/5221/1
http://malahayati.ac.id