Anda di halaman 1dari 8

Ibnu Nafis, Juni 2017, hlm 47-54 Vol. 6, No.

1
ISSN 2252-6870

Gambaran Faktor Risiko Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi Di


Puskesmas Medan Johor Tahun 2015
Rizka Gayo, *Siska Anggreni Lubis

*Dosen Fakultas Kedokteran UISU Medan,


Jl. Karya Bakti No. 34 Pangkalan Masyur Medan

Abstract

Hypertension has become a major health problem not only in Indonesia but also worldwide.
Hypertension is one of the risk factors for cardiovascular disease which classified as a deadly
disease. A total of 1 billion people in the world or 1 in 4 adults suffer from hypertension. In
general, hypertension risk factors are divided into two, modifiable risk factors and non-
modifiable risk faktors. Hypertension can be controlled with a healthier lifestyle modification. The
purpose of this research is to know the description of risk factors of hypertension in Puskesmas
Medan Johor. The research was conducted with cross sectional design done on 74 respondents
ie hypertension patients aged 40 to 55 years at the Johor Field Health Center, which was taken
randomly with consecutive sampling technique in November to December 2015.
Demographic characteristics of respondents in this study were educated graduate high
school / equivalent and work as housewife. The highest risk factor in hypertension of degree 1
and degree 2 is the habit of eating salty foods. The results of this study are expected to increase
awareness of research subjects will risk the incidence of hypertension and hypertension risk
factors.

Keywords: Hypertension, Hypertension Risk Factors

PENDAHULUAN meningkat secara terus-menerus mulai dari


12,6% pada kelompok usia 15-24 tahun
Hipertensi didefinisikan sebagai sampai 58% pada kelompok usia tua (>40
peningkatan tekanan darah secara tahun).(3)
menetap di atas nilai normal.Sekitar 90% Perjalanan penyakit hipertensi sangat
hipertensi tidak diketahui penyebabnya, perlahan. Penderita hipertensi mungkin
hipertensi ini disebut dengan hipertensi tidak menunjukkan gejala selama bertahun-
esensial. Kasus hipertensi yang tahun. Masa laten ini menyelubungi
berlangsung lama dapat berdampak pada perkembangan penyakit sampai terjadi
perubahan-perubahan struktur arteriol kerusakan organ yang bermakna. Apabila
diseluruh tubuh, yang ditandai dengan hipertensi tetap tidak diketahui dan tidak
fibrosis dan sklerosis dinding pembuluh dirawat, mengakibatkan kematian karena
darah.(1) payah jantung, infark miokardium, stroke,
Menurut Wirakusumah dalam penelitian atau gagal ginjal.(1)
Ova pada tahun 2008, hipertensi menjadi Faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan utama tidak hanya di terjadinya hipertensi dibagi dalam dua
Indonesia bahkan juga di tingkat dunia. kelompok besar yaitu faktor yang dapat
Hipertensi dapat memicu terjadinya dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat
masalah pada organ lain di dalam tubuh dimodifikasi. Faktor risiko yang dapat
manusia dan memberi gejala yang berlanjut dimodifikasi meliputi nutrisi, stress,
pada organ tersebut sehingga dapat obesitas, pola makan, kebiasaan ber-
menyebabkan suatu penyakit yang olahraga, kebiasaan merokok, meng-
tergolong kelas berat dan mematikan. Oleh konsumsi alkohol dan lain-lain. Di sisi lain,
karena itu hipertensi digolongkan sebagai faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
salah satu penyakit yang paling mematikan antara lain jenis kelamin, usia dan
di dunia. Sebanyak 1 milyar orang di dunia genetic.(4)
atau 1 dari 4 orang dewasa menderita Modifikasi gaya hidup merupakan
hipertensi.(2) Prevalensi hipertensi perilaku kesehatan yang penting dalam
Gayo dan Lubis Ibnu Nafis 48

mencegah hipertensi dan merupakan orang. Dalam penelitian ini instrumen yang
bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam digunakan untuk mengumpulkan data
pengobatan hipertensi.(5) Menurut American beserta pendukungnya adalah:
Heart Association (2004) hipertensi dapat 1. Kuesioner
dikontrol dengan gaya hidup sehat dan 2. Timbangan injak manual
pengendalian faktor risiko. Menteri 3. Alat pengukur tinggi badan
Kesehatan, Endang Rahayu Sedyaningsih, (meteran)
dalam acara The 4th Scientific Meeting on 4. Rekam medis
Hypertension pada bulan Februari tahun
2010, mengatakan bahwa dengan gaya Subjek penelitian pada penelitian ini
hidup sehat dan pengendalian faktor risiko adalah pasien hipertensi pada kelompok
kejadian hipertensi serta komplikasinya usia 40-55 tahun di Puskesmas Medan
dapat dicegah. Melalui pengendalian faktor Johor Tahun 2015. Pada penelitian ini
risiko hipertensi, kejadian hipertensi sampel diambil secara tidak random (non-
diharapkan dapat diturunkan karena masih probability sampling) dengan teknik
tingginya angka kejadian hipertensi consecutive sampling yaitu semua subjek
khususnya di Indonesia.(6) yang datang secara berurutan dan
Berdasarkan survei awal yang memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan
dilakukan didapatkan data bahwa jumlah dalam penelitian sampai jumlah subjek
pasien hipertensi di Puskesmas Medan yang diperlukan terpenuhi. Pengumpulan
Johor yaitu pada bulan Januari sampai data dilakukan dengan mengumpulkan data
dengan Desember tahun 2014 adalah pasien hipertensi melalui rekam medis,
sebanyak 1.858 orang 31% diantaranya pengisian kuesioner oleh subjek penelitian,
yaitu 573 orang berada dalam kelompok dan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT)
usia 40-55 tahun. Sementara itu pada bulan pada subjek penelitian. Hasil penelitian ini
Januari sampai dengan Juni 2015 jumlah dianalisis dengan menggunakan analisis
pasien hipertensi adalah sebanyak 971 univariat dengan melihat frekuensi kejadian
orang dan sebanyak 293 diantaranya yaitu dalam bentuk persentase ataupun proporsi
sekitar 30% berada dalam kelompok usia yang disajikan dalam bentuk tabel.
40-55 tahun.
Berdasarkan data tersebut peneliti HASIL DAN PEMBAHASAN
telah melakukan penelitian di Puskesmas
Medan Johor untuk mengetahui gambaran Karakteristik Responden
faktor risiko hipertensi pada kelompok usia Karakteristik responden yang diambil
40-55 tahun. datanya pada penelitian ini meliputi tingkat
pendidikan dan pekerjaan. Gambaran
Masalah karakteristik demografi responden dapat
Bagaimana gambaran faktor risiko dilihat pada tabel 1.
hipertensi berdasarkan derajat hipertensi di
Puskesmas Medan Johor tahun 2015 ? Tabel 1. Distribusi karakteristik
Demografi Responden
Tujuan Variabel n(frekuensi) %
Mengidentifikasi faktor risiko hipertensi Pendidikan
pada setiap derajat hipertensi di - Tidak tamat
Puskesmas Medan Johor. SD/sederajat 0 0
- Tamat
SD/sederajat 4 5
METODE PENELITIAN
- Tamat
14 19
Penelitian ini adalah penelitian SMP/sederajat
deskriptif. Waktu penelitian dilakukan yaitu - Tamat 39 53
antara bulan September 2015 hingga SMA/sederajat
Januari 2016. Waktu pengumpulan data - Tamat 17 23
dilakukan pada bulan November sampai Sarjana/diploma
dengan Desember 2015. Tempat penelitian
Total 74 100
dilakukan di Puskesmas Medan Johor
Kelurahan Pangkalan Masyhur, Kecamatan
Medan Johor, Sumatera Utara.Sampel Pekerjaan 7 9
pada penelitian ini yaitu sebanyak 74 - PNS 5 7
Gayo dan Lubis Ibnu Nafis 49

- Pegawai swasta 18 24 yang menyatakan bahwa sebagian


- Wiraswasta 23 responden bekerja sebagai ibu rumah
17 6
- Pensiun tangga sebesar 32,7%. Hasil penelitian
4 31
- Tidak bekerja 23
yang menyatakan bahwa responden yang
Lainnya (Ibu paling rendah adalah pada kategori tidak
100
rumah tangga) 74
bekerja sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Ria dkk, (2010-2012)
Total yang menyatakan bahwa penderita
hipertensi yang terendah adalah pada
1. Pendidikan kategori tidak bekerja sebesar 5,6%.
Pendidikan dikelompokkan menjadi Tingginya profesi ibu rumah tangga sebagai
lima kategori yaitu tidak tamat pasien hipertensi kemungkinan disebabkan
SD/sederajat, tamat SD/sederajat, tamat oleh kurangnya informasi dan kurangnya
SMP/sederajat, tamat SMA/sederajat, dan pengetahuan yang didapatkan pada
tamat sarjana/diploma. Berdasarkan hasil kelompok ini tentang risiko hipertensi yang
penelitian didapatkan data bahwa dapat meningkatkan kejadian hipertensi.
pendidikan reponden terbesar adalah tamat
SMA/sederajat yaitu 53%, diikuti oleh tamat Gambaran Faktor Risiko Hipertensi
sarjana/diploma 23%, tamat SMP/sederajat Faktor risiko hipertensi pada penelitian
19%, tamat SD 5% dan tidak tamat SD 0%. ini adalah meliputi usia, jenis kelamin,
Hasil penelitian ini sejalan dengan riwayat keluarga dengan hipertensi,
penelitian Syukraini (2009) yang kebiasaan mengonsumsi makanan asin,
menyatakan bahwa mayoritas responden kebiasaan mengonsumsi makanan lemak
penelitian memiliki latar belakang jenuh, kebiasaan olahraga dan obesitas.
pendidikan tamat SMA atau sederajat Gambaran faktor risiko hipertensi
sebesar 28% sementara tingkat pendidikan bedasarkan derajat hipertensi dpat dilihat
yang paling rendah adalah pada kategori pada tabel 2.
tidak tamat SD yaitu sebesar 11,55%.
Namun berbeda dengan penelitian yang Tabel 2. Distribusi faktor risiko hipertensi
dilakukan oleh Herke dan Sigarlaki (2006) berdasarkan derajat hipertensi
yang menyatakan bahwa penderita Variabel Hipertensi Hipertensi
hipertensi berdasarkan pendidikan yang derajat 1 derajat 2
tertinggi adalah pada kategori tidak tamat n % n %
SD yaitu sebesar 66%. Pada penelitian ini Usia
didapatkan penderita hipertensi terbesar - < 50 tahun 14 40 10 26
adalah pada responden yang - > 50 tahun 21 60 29 74
berpendidikan tamat SMA/sederajat. Hal ini
Total 35 100 39 100
kemungkinan disebabkan oleh karena
dengan rendahnya tingkat pendidikan Jenis Kelamin
seseorang maka akan menyebabkan - Laki-laki 17 49 16 41
rendahnya tingkat pengetahuan tentang - Perempuan 18 51 23 59
faktor risiko yang dapat menyebabkan
hipertensi. Total 35 100 35 100

2. Pekerjaan Riwayat
Pekerjaan dikelompokkan menjadi Keluarga
dengan
enam kategori yaitu PNS, pegawai swasta,
Hipertensi
wiraswasta, pensiun, tidak bekerja, dan - Iya 10 29 26 67
lainnya. Berdasarkan pekerjaan responden - Tidak 25 71 13 33
terbanyak adalah lainnya dimana sebagian
besar responden yang berada pada Total 35 100 39 100
kategori ini adalah ibu rumah tangga yaitu
sebesar 31%, diikuti oleh wiraswasta 24%, Konsumsi
pensiun 23%, PNS 9%, pegawai swasta Makanan Asin
7%, dan yang paling sedikit yaitu - Sering
- Tidak 26 74 34 87
responden yang tidak bekerja 6%.
9 26 5 13
Hasil penelitian ini sejalan dengan Total
penelitian yang dilakukan oleh Hesti (2012) 35 100 39 100
Gayo dan Lubis Ibnu Nafis 50

Konsumsi pada saat pertambahan usia menyebabkan


Makanan perubahan pada hemodinamik tekanan
Lemak Jenuh darah yaitu berupa peningkatan resistensi
- Sering perifer vaskular yang menetap dan tidak
- Tidak 24 69 30 77
bisa kembali normal. Peningkatan
11 31 9 23
Total
resistensi perifer akan mempengaruhi
35 100 39 100 tekanan darah. Semakin tinggi resistensi
Kebiasaan perifer maka akan semakin tinggi tekanan
Merokok darah seseorang. Resistensi perifer terjadi
- Iya pada arteriol kecil, dimana terjadi kontraksi
- Tidak 9 26 12 31 otot polos yang berkepanjangan hingga
26 74 27 69 menyebabkan pembuluh darah arteriol
Total mengalami penebalan.(7)
35 100 39 100
Kebiasaan
Olahraga
2. Jenis Kelamin
- Iya Hasil penelitian menunjukkan bahwa
- Tidak 10 29 6 15 responden yang berjenis kelamin
25 71 33 85 perempuan lebih tinggi yaitu sebesar 55%
Total sementara laki-laki adalah 45%.Pada
35 100 39 100 penderita hipertensi derajat 1 yang tertinggi
Obesitas adalah perempuan yaitu sebesar 51% dan
- Obesitas laki-laki sebesar 49%.Sementara pada
- Tidak 19 54 32 82
hipertensi derajat 2 responden perempuan
obesitas 16 46 7 12
sebesar 59% dan laki-laki sebesar 41%.
Total Hasil penelitian ini sejalan dengan
35 100 39 100 penelitian yang dilakukan oleh Fajar (2010),
yang menyatakan bahwa distribusi
responden pada perempuan lebih besar
1. Usia yaitu 56% dan laki-laki 44%. Hasil
Berdasarkan hasil analisis univariat penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
diketahui bahwa usia responden yang yang dilakukan oleh Ria dkk, (2010-2012)
tertinggi adalah pada usia > 50 tahun yaitu yang menyatakan bahwa responden pada
sebesar 68 % dan yang terendah adalah penderita hipertensi derajat 1 yang tertinggi
pada usia < 50 tahun sebesar 32%. Pada adalah perempuan 68,2% sedangkan laki-
hipertensi derajat 1 dapat dilihat dari hasil laki 31,8%. Sementara pada hipertensi
penelitian bahwa usia penderita hipertensi derajat 2 perempuan sebesar 53,8% dan
yang tertinggi adalah pada usia > 50 tahun laki-laki sebesar 46,2%. Menurut teori
sebesar 60% dan yang terendah adalah Davis, menyatakan bahwa laki-laki berisiko
pada usia < 50 tahun sebesar 40%. lebih besar menderita hipertensi
Sementara pada hipertensi derajat 2 juga dibandingkan perempuan pada usia di
menunjukkan bahwa distribusi responden bawah 55 tahun. Menurut Miller dan
tertinggi adalah pada usia> 50 tahun Shintani hormon-hormon yang dihasilkan
sebesar 74% dan yang terendah adalah oleh tubuh perempuan yaitu hormon
pada usia < 50 tahun sebesar 26%. esterogen membantu dalam melawan
Hasil penelitian ini sejalan dengan penyakit jantung. Selain itu, menurut Matlin
penelitian yang dilakukan oleh Hesti (2012) pekerjaan dan perilaku perempuan
yang menyatakan bahwa distribusi dianggap lebih tidak berisiko dan lebih
responden tertinggi adalah pada usia> 50 berperilaku sehat dibandingkan laki-laki.(6)
tahun sebesar 65% dan < 50 tahun Akan tetapi, tingginya penyakit hipertensi
sebeasar 35%. Hasil penelitian ini juga pada perempuan diakibatkan beberapa
sejalan dengan penelitan yang dilakukan faktor seperti pengaruh hormonal yaitu
oleh Ria dkk (2010-2012), yang berkurangnya hormon estrogen pada
menyatakan bahwa distribusi tertinggi usia perempuan yang telah mengalami
penderita hipertensi adalah pada hipertensi menopause sehingga memicu
derajat 1 usia > 50 tahun sebesar 75% dan meningkatnya tekanan darah dan
pada hipertensi derajat 2 usia > 50 tahun dipengaruhi oleh faktor psikologis.(8)
sebesar 71%. Sejalan dengan teori yang
menyatakan bahwa hal ini dikarenakan
Gayo dan Lubis Ibnu Nafis 51

3. Riwayat Keluarga dengan Hipertensi makanan asin. Pada hipertensi derajat 1


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebesar 74% responden sering
responden yang tidak memiliki riwayat mengonsumsi makanan asin dan 26%
keluarga dengan hipertensi lebih besar adalah responden yang tidak sering
dibandingkan dengan responden yang mengonsumsi makanan asin. Sementara
memiliki riwayat keluarga dengan pada hipertensi derajat 2, sebesar 87%
hipertensi. Sebesar 51% responden tidak sering mengonsumsi makanan asin dan
memiliki riwayat keluarga dengan sisanya 13% tidak sering mengonsumsi
hipertensi. Responden yang memiliki makanan asin.
riwayat keluarga dengan hipertensi adalah Hasil penelitian ini sejalan dengan
sebesar 49%. Pada hipertensi derajat 1 penelitian yang dilakukan oleh Syukraini
sebesar 71% responden tidak memiliki (2009), yang menyatakan bahwa sebesar
riwayat keluarga dengan hipertensi dan 96,15% responden sering mengonsumsi
sisanya 29% memiliki riwayat keluarga makanan asin dan sisanya 3,85%
dengan hipertensi. Sementara pada responden jarang mengonsumsi makanan
hipertensi derajat 2 menunjukkan bahwa asin. Mengonsumsi makanan asin
sebesar 67% responden memiliki riwayat merupakan salah satu faktor risiko untuk
keluarga dengan hipertensi dan sisanya terjadinya hipertensi.Garam dapur
33% tidak memiliki riwayat keluarga dengan merupakan salah satu sumber utama
hipertensi. natrium.Salah satu kemungkinan potensial
Hasil penelitian ini berbeda dengan bagi hipertensi primer adalah asupan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Hesti garam secara berlebihan yang secara
(2012), yang menyatakan bahwa reponden teoris dapat menyebabkan hipertensi. Hal
yang memiliki riwayat keluarga dengan ini disebabkan karena sifat garam yang
hipertensi lebih besar yaitu sebesar 59,4% secara osmotis menahan air dan karenanya
dibandingkan dengan yang tidak memiliki dapat meningkatkan volume darah serta
riwayat keluarga dengan hipertensi yaitu dalam jangka panjang dapat berperan
sebesar 40,6%. Hasil penelitian ini juga sebagai kontrol terhadap tekanan darah.(10)
berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh Herke dan Sigarlaki (2006), yang 5. Kebiasaan Mengonsumsi Makanan
menyatakan bahwa responden yang Lemak Jenuh
memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
jumlahnya lebih besar dibandingkan yang lebih dari setengah reponden sering
tidak memiliki riwayat keluarga dengan mengonsumsi makanan lemak jenuh yaitu
hipertensi. Sebesar 41,17% penderita sebesar 73% dan sisanya 27% adalah
hipertensi derajat 1 tidak memiliki riwayat responden yang jarang mengonsumsi
keluarga dengan hipertensi yang sisanya makanan lemak jenuh. Pada hipertensi
sebesar 58,83% memiliki riwayat keluarga derajat 1 responden yang sering
dengan hipertensi. Sementara itu untuk mengonsumsi makanan lemak jenuh
hipertensi derajat 2 responden yang jumlahnya lebih besar yaitu 69%,
memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi dibandingkan dengan responden yang
yaitu sebesar 75%, jumlahnya lebih besar jarang mengonsumsi makanan asin yaitu
dibandingkan dengan reponden yang tidak 31%. Sementara pada hipertensi derajat 2,
memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi responden yang sering mengonsumsi
yaitu sebesar 25%. Kemungkinan makanan lemak jenuh adalah sebesar 77%
penyebab perbedaan hasil penelitian ini dan responden yang jarang mengonsumsi
adalah adanya perbedaan genetik dan makanan lemak jenuh adalah sebesar 23%.
kelainan gen angiotensinogen merupakan Hasil penelitian ini sejalan dengan
faktor risiko terjadinya hipertensi tetapi penelitian yang dilakukan oleh Zuraidah dkk
mekanismenya mungkin bersifat (2012), yang menyatakan bahwa sebesar
poligenik.(9) 56,7% reponden sering mengonsumsi
makanan lemak jenuh yang jumlahnya lebih
4. Kebiasaan Mengonsumsi Makanan besar daripada responden yang jarang
Asin mengonsumsi makanan lemak jenuh yaitu
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebesar 44,3%. Davis menyatakan bahwa
terdapat 81% responden yang sering konsumsi lemak jenuh yang berlebih
mengonsumsi makanan asin dan sisanya berakibat pada peningkatan kadar
19% responden jarang mengonsumsi kolesterol yang merupakan faktor risiko
Gayo dan Lubis Ibnu Nafis 52

utama atherosclerosis. Atherosclerosis berolahraga dan sisanya 85% responden


dapat menyebabkan peningkatan tekanan tidak terbiasa berolah raga.
darah melalui peningkatan resistensi perifer Hasil penelitian ini sejalan dengan
karena adanya perubahan pada bantalan penelitian yang dilakukan oleh Zuraidah dkk
dinding pembuluh darah arteriolar sehingga (2012), yang menyatakan bahwa 53,1%
dapat memicu terjadinya penyakit responden penderita hipertensi tidak
kardiovaskuler lain misalnya iskemia atau terbiasa berolahraga dan sisanya 46,4%
infark miokard.(6) adalah responden yang memiliki kebiasaan
berolahraga. Menurut Bonow dkk, aktivitas
6. Kebiasaan Merokok fisik yang adekuat dan teratur akan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menjaga fungsi kardiovaskular yang baik
responden yang memiliki kebiasaan dan menurunkan berat badan bagi pasien
merokok adalah sebesar 28% dan sisanya hipertensi dengan obesitas, serta
sebesar 72% adalah responden yang tidak menurunkan risiko penyakit kardiovaskular
memiliki kebiasaan merokok. Pada yang dapat meningkatkan mortalitas.
hipertensi derajat 1 responden yang tidak Jantung yang sehat akan memompa lebih
memiliki kebiasaan merokok lebih besar banyak darah secara lebih efisien, serta
yaitu sebesar 74%, dibandingkan dengan mengurangi kerja jantung atau tekanan
responden yang memiliki kebisaan merokok yang diberikan pada arteri. Melalui aktivitas
yaitu sebesar 26%. Sementara pada fisik sedang yang teratur (konsumsi oksigen
hipertensi derajat 2 responden yang tidak maksimum 40-60%) tekanan darah dapat
memiliki kebiasaan merokok adalah diturunkan.(6)
sebesar 69% dan yang memiliki kebiasaan
merokok jumlahnya lebih rendah yaitu 9. Obesitas
sebesar 31%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Hasil penelitian ini berbeda dengan lebih dari setengah dari jumlah responden
penelitian yang dilakukan oleh Desyana termasuk dalam kategori obesitas yaitu
(2008), yang menyatakan bahwa sebesar 69% dan sisanya 31% adalah
responden yang memiliki kebiasaan responden yang tergolong tidak obesitas.
merokok lebih besar daripada yang tidak Pada hipertensi derajat 1 responden yang
memiliki kebiasaan merokok.Sebesar 60% obesitas adalah sebesar 54% yang
responden memiliki kebiasaan merokok jumlahnya lebih besar dibandingkan
sementara sisanya 40% tidak memiliki dengan yang tidak obesitas yaitu sebesar
kebiasaan merokok. Kemungkinan 46%. Sementara pada hipertensi derajat 2
penyebab perbedaan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebesar 82%
adalah disebabkan karena responden responden berada dalam kelompok
dalam penelitian ini didominasi perempuan obesitas dan sisanya sebesar 18% adalah
55% daripada laki-laki 45%. Dewasa ini tidak obesitas.
kebiasaan merokok pada kaum wanita di Hasil penelitian ini didukung oleh
negara berkembang termasuk Indonesia beberapa penelitian sebelumnya. Pande
relatif masih rendah yaitu di bawah 10%, dan Wayan (2014), menyatakan dalam
sementara sekitar 50-60% pada pria adalah penelitiannya bahwa pada penderita
perokok.(11) hipertensi sebagian besar berada dalam
kategori obesitas yaitu sebesar 72,5%.
7. Kebiasaan Olah Raga Penelitian lain yang mendukung hasil
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian ini adalah penelitian yang
sebagian besar responden tidak memiliki dilakukan oleh Zuraidah dkk (2012), yang
kebiasaan berolah raga.Sebesar 78% menyatakan bahwa sebesar 59,1%
responden tidak terbiasa berolah raga responden yang menderita hipertensi
sementara hanya 22% responden yang berada dalam kategori obesitas.
memiliki kebiasaan berolah raga. Pada Berdasarkan hasil penelitian pada studi
hipertensi derajat 1 sebesar 71% populasi dan metode pengukuran yang
responden tidak memiliki kebiasaan dilakukan, bukti menunjukkan bahwa
olahraga dan sisanya sebesar 29% aktifitas sistem saraf simpatis meningkat
responden terbiasa berolah raga. pada orang obesitas. Peningkatan aktivitas
Sementara pada hipertensi derajat 2, hanya saraf simpatis ini mengaktivasi peningkatan
sebesar 15% responden yang terbiasa tekanan darah. Pada hipertensi usia muda,
katekolamin akan memacu produksi renin
Gayo dan Lubis Ibnu Nafis 53

dan berakibat pada konstriksi arteriol dan


vena serta curah jantung.(9)Seiring dengan 2. Korneliani, K., dan Meida, D. 2012.
kenaikan berat badan maka curah jantung Obesitas dan Stress dengan Kejadian
juga akan meningkat disebabkan oleh Hipertensi. Jurnal Kesehatan
meningkatnya laju metabolisme dan Masyarakat: FIK Universitas Siliwangi
pertumbuhan organ-organ dan jaringan Tasikmalaya.
sebagai respon terhadap peningkatan
kebutuhan metaboliknya. Peningkatan dari 3. Amira., Sokunbi. 2012. The Prevalence
curah jantung berbanding lurus terhadap of Obesity and Iits Relationship with
tahanan perifer yang mengakibatkan Hypertension in an Urban Community:
terjadinya peningkatan tekanan darah.(12) Data from world kidney day screening
progamme. Int J Med Biomed Res 1(2):
KESIMPULAN DAN SARAN 104-106.

Kesimpulan 4. Sugiharto, A. 2007. Faktor-Faktor


Berdasarkan hasil penelitian dapat Risiko Hipertensi Grade II pada
disimpulkan bahwa karakteristik demografi Masyarakat (Studi Kasus di Kabupaten
responden adalah berpendidikan tamat Karanganyar). Skripsi: Program Studi
SMA/sederajat dan bekerja sebagai ibu Magister Epidemiologi Program Pasca
rumah tangga. Faktor risiko hipertensi Sarjana UNDIP Semarang.
tertinggi pada hipertensi derajat 1 dan 2
adalah kebiasaan mengonsumsi makanan 5. Martiningsih. 2011. Analisis Faktor-
asin. Faktor yang Berhubungan dengan
Terjadinya Hipertensi Primer pada
Saran Pasien di Poliklinik Penyakit Dalam
Berdasarkan hasil penelitian yang telah RSUD Bima Ditinjau dari Perspektif
dipaparkan sebelumnya, peneliti memiliki Keperawatan Self-care Orem. Skripsi:
beberapa saran, yaitu : Fakultas Keperawatan UI Jakarta.
1. Bagi Pasien
Hasil penelitian diharapkan dapat 6. Rahayu, H. 2012. Faktor Risiko
meningkatkan kesadaran subjek Hipertensi pada Masyarakat RT 01
penelitian akan risiko kejadian Srengseng Sawah, Kecamatan
hipertensi dan faktor risiko Jagakarsa Kota Jakarta Selatan. Sripsi:
hipertensi. Fakultas Keperawatan UI Jakarta.
2. Bagi Pusat Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian diharapkan dapat 7. Nurhayati., dan Sangadji, N.W. 2013.
dijadikan sebagai masukan bagi Hipertensi Pada Pramudi Bus
pusat pelayanan kesehatan untuk Transjakarta
menyusun program promosi
kesehatan untuk mengendalikan 8. Jemadi, Rasmaliah, Ujung, A.A. 2012.
faktor risiko hipertensi dalam Karakteristik Pendertia Hipertensi yang
rangka menurunkan angka Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum
kejadian hipertensi. Daerah Sidikalang Tahun 2010-1012.
3. Bagi Pendidikan Skripsi: FK USU Medan.
Hasil penelitian diharapkan dapat
dijadikan sebagai bahan masukan 9. Dawkins, K.D., Gray, H.H., Leatham,
bagi institusi pendidikan dan A., Morgan, J.M., Simpson, I.A. 2003.
digunakan sebagai dasar bagi Hipertensi Primer. Dalam: Safitri, A.
penelitian selanjutnya. (ed). Kardiologi. Jakarta: Erlangga.

DAFTAR PUSTAKA 10. Sherwood, L. 2012. Pembuluh Darah


dan Tekanan Darah. Dalam:
1. Brown, C.T. 2012. Penyakit Darmaniah, N., Hartanto H., Wulandari,
Aterosklerotik Koroner. Dalam: N. (ed). Dalam: Fisiologi Manusia: dari
Hartanto, H., Maharani, D.A., Susi, N., Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.
Wulansari, P. (ed). Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit.Jakarta :
EGC.
Gayo dan Lubis Ibnu Nafis 54

11. Hendraswari, D.E. 2008. Hubungan


Beberapa Faktor Risiko Penyebab
Hipertensi. Skripsi: FK UI Jakarta.

12. Guyton, A.C., Hall, J.E. 2012. Peran


Ginjal yang Dominan dalam
Pengaturan Tekanan Arteri Jangka
Panjang dan dalam Hipertensi: Sistem
yang Terintegrasi untuk Pengaturan
Tekanan.Dalam: Hartanto, H.,
Novrianti, A., Rachman, L.Y.,
Wulandari, N. (ed). Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai