Anda di halaman 1dari 15

Tugas 8

PEGADAIAN SYARI’AH
Makalah untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembiayaan Syariah

Disusun Oleh:
Kelompok 4
Anne Rizky Ramadhanty 150610160014
Nur Adli Afriandi 150610160032
Dwi Agustin 150610160035

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat izin dan hidayah-Nya,
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pegadaian Syari’ah” untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pembiayaan Syariah. Makalah ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana gambaran umum mengenai Pegadaian Syari’ah’.

Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari dukungan, doa, dan kerjasama dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami sebagai penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya untuk setiap pihak yang telah membantu dalam penulisan
makalah ini.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca sebagai penambah
wawasan mengenai ekonomi islam dan implementasinya. Kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan demi karya yang lebih baik lagi untuk
kedepannya.

Jatinangor, Mei 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Tujuan Makalah ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3
2.1 Pengertian Pegadaian Syariah .......................................................................... 3
2.2 Fungsi dan Tujuan Lembaga Pegadaian Syari’ah ............................................ 4
2.2.1 Fungsi Lembaga Pegadaian Syari’ah ............................................................ 4
2.2.2 Tujuan Lembaga Pegadaian Syari’ah ........................................................... 5
2.3 Mekanisme Pegadaian Syari’ah ....................................................................... 6
2.4 Pegadaian dalam Prinsip Ekonomi Syari’ah .................................................... 7
2.4.1 Rukun Gadai Syari’ah .................................................................................. 7
2.4.2 Syarat-syarat dalam Gadai Syari’ah ............................................................ 8
2.4.3 Ketentuan Barang Gadai .............................................................................. 8
2.5 Persamaan dan Perbedaan Pegadaian Konvensional dan Syariah ................... 8
2.5.1 Persamaan Pegadaian Konvensional dan Pegadaian Syari’ah ..................... 8
2.5.2 Perbedaan Sistem Pegadaian Konvensional dan Syariah ........................... 9
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lembaga keuangan berperan penting dalam pengembangan dan pertumbuhan
masyarakat industri modern. Produksi berskala besar dengan kebutuhan investasi
yang membutuhkan modal yang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan para
pengusaha untuk mendapatkan tambahan modalnya melalui mekanisme kredit dan
menjadi tumpuan investasi mekanisme saving.
Di Indonesia terdapat dua lembaga keuangan yaitu lembaga keuangan
konvensional dan lembaga keuangan Syari’ah.Lembaga keuangan (Financial
Institution) adalah suatu perusahaan yang usahanya bergerak di bidang jasa keuangan.
Artinya kegiatan yang dilakukan oleh lembaga ini akan selalu berkaitan dengan
bidang keuangan, apakah penghimpunan dana, menyalurkan, dan/atau jasa-jasa
keuangan lainnya
Salah satu produk lembaga keuangan Syariah adalah pegadaian syariah yang
dalam hukum Islam kepentingan kreditur itu sangat dijaga dan diperhatikan. Oleh
karena itu, ia dibolehkan meminta ‘barang’ dari debitur sebagai jaminan utangnya.
Dalam dunia finansial, barang jaminan ini biasa dikenal dengan objek jaminan
(colleteral) atau barang gadai (marhun).Dalam perkembangannya, Pegadaian Syariah
punya peranan yang besar dalam kehidupan masyarakat, khususnya untuk golongan
menengah ke bawah tersebut, seperti slogan yang selalu disampaikan pihak gadai
syariah, “Mengatasi Masalah Sesuai Syariah”.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis membahas lebih lengkap dan jelas
mengenai salah satu dari bentuk lembaga keuangan syariah dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidup (kegiatan ekonomi, yaitu Pegadaian Syariah.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pegadaian Syariah?
2. Apa Fungsi dan Tujuan Lembaga Pegadaian Syariah?
3. Bagaimana Mekanisme Pegadaian Syariah?
4. Bagaimana Pegadaian dalam Prinsip Ekonomi Syariah?
5. Apa Perbedaan Pegadaian Konvensional dan Syariah?
1.3 Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian pegadaian syariah
2. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan lembaga pegadaian syariah
3. Untuk mengetahui mekanisme pegadaian syariah
4. Untuk mengetahui pegadaian dalam prinsip ekonomi islam
5. Untuk mengetahui perbedaan pegadaian konvensional dan syariah

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pegadaian Syariah
Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat juga
disebut al-habs. Secara etimologis arti rahn adalah tetap dan lama, sedangkan al-
habsu berarti penahanan terhadap suatu barang dengan hak sehingga dapat dijadikan
sebagai pembayaran dari barang tersebut.Sedangkan menurut Sabiq, rahn adalah
menjadikan barang yang mempunyai nilai harta menurut pandangan syara’ sebagai
jaminan hutang, sehingga orang yang bersangkutan dapat mengambil sebagian
(manfaat) barang itu. Pengertian ini di dasarkan pada praktek bahwa apabila
seseorang ingin berhutang kepada orang lain, ia menjadikan barang miliknya baik
berupa barang bergerak atau berupa barang ternak berada di bawah penguasaan
pemberi jaminan sampai penerima pinjaman melunasi hutangnya.
Rahn menurut istilah sebagaimana dikemukakan para ulama adalah sebagai
berikut:
1. Hanafiyah: “Menjadikan sesuatu tertahan karena ada kewajiban yang harus
dipenuhinya, seperti utang.”
2. Malikiyah: “Sesuatu yang dikuasa sebagai kepercayaan karena adanya utang.”
3. Syafi’iyah dan Hanabilah: “Menjadikan barang sebagai jaminan
(keper cayaan) atas utang yang dapat dijadikan pembayar utang apabila orang
yang berutang pada waktunya tidak bisa membayar utangnya.”

Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor: 02 Tahun 2008


tentang Kompilasi Hukuk Ekonomi Syariah Pasal 20 mendefinisikan rahn sebagai
berikut: “Pengusaan barang milik peminjam oleh pemberi pinjaman sebagai
jaminan.”

3
Adapun pengertian rahn menurut Imam Abu Zakaria Al-Anshary, dalam
kitabnya Fathul Wahab, mendefinisikan rahn adalah menjadikan benda sebagai
kepercayaan dari suatu yang dapat dibayarkan dari harta itu bila utang tidak dibayar.
Sedangkan menurut Ahmad Azhar Basyir Rahn adalah menahan sesuatu barang
sebagai tanggungan utang, atau menjadikan sesuatu bendabernilai menurut
pandangan syara’ sebagai tanggungan marhun bih, sehingga dengan adanya
tanggungan utang itu seluruh atau sebagian utang dapat diterima.
Dari definisi yang dikemukakan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
Pegadaian Syariah adalah lembaga keuangan yang menyediakan transaksi
pembiayaan dan jasa gadai berdasarkan prinsip syariah Islam.Dalam
perkembangannya, pegadaian syariah tidak hanya menyediakan produk berbasis
gadai, namun pembiayaan jenis lainnya yang dijalankan berdasarkan prinsip
syariah.Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional
no.25/DSN-MUI/III/2002 tentang lembaga keuangan yang menganut sistem gadai
yang berlandaskan pada prinsip-prinsip dan nilai keIslaman yaitu Pegadaian Syariah.

2.2 Fungsi dan Tujuan Lembaga Pegadaian Syari’ah

2.2.1 Fungsi Lembaga Pegadaian Syari’ah


1. Bagi Nasabah
Tersedianya dana dengan prosedur yang lebih mudah atau sederhana serta
dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan pembiayaan atau kredit
perbankan. Nasabah pula mampu memperoleh penafsiran nilai suatu barang
bergerak professional. Memperoleh fasilitas penitipan barang yang aman dan
dapat dipercaya.
2. Bagi Perusahaan Pegadaian
 Penghasilan bersumber dari sewa modal yang dibayarkan oleh peminjam
dana.
 Penghasilan diperoleh dari biaya yang dibayarkan oleh nasabah dalam
memperoleh jasa tertentu. Bagi bank syari’ah yang mengeluarkan produk

4
gadai syari’ah dapat memperoleh keuntungan dari pembiayaan biaya
administrasi serta biaya sewa tempat penyimpanan emas.
 Melaksanakan misi perum pegadaian sebagai BUMN yang bergerak di
bidang pembiayaan berupa pemberian bantuan kepada masyarakat yang
membutuhkn dana dengan prosedur yang sederhana.

2.2.2 Tujuan Lembaga Pegadaian Syari’ah


Sebagai suatu lembaga keuangan syari’ah non bank milik pemerintah,
pegadaian memiliki tujuan pokok yaitu menyediakan tenpat badan usaha bagi
masyarakat yang menginginkan prinsip-prinsip syari’ah bagi masyarakat muslim
khususnya serta pada seluruh lapisan masyarakat umumnya. Disamping itu adapun
tujuan lain yang mendasari dari adanya lembaga pegadaian syari’ah di kalangan
masyarakat, diantaranya ialah sebagai berikut:

1. Menunjang pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah dibidang ekonomi


dan pembangunan nasional pada umumnya melalui penyalran uang pinjaman
atas dasar hukum gadai.
2. Mencegah terjadinya praktik ijon di masyarakat, pegadaian gelap, serta
pinjaman tidak wajar lainnya.
3. Pemberian manfaat gadai bebas bunga pada gadai syari’ah memiliki efek
jaringan pengamanan sosial karena masyarakat yang membutuhkan dana
mendesak tidak lagi terjerat pinjaman atau pembiayaan berbunga.
4. Membantu masyarakat yang membutuhkan pinjaman dengan syarat mudah.
5. Menyediakan jasa kepada masyarakat yang ingin menyimpan barangnya.
6. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat golongan
menengah kebawah melalui penyediaan dana atas dasar hukum gadai dan jasa
dibidang keuangan lainnya berdasarkan ketentungan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

5
2.3 Mekanisme Pegadaian Syari’ah
Dalam implementasi pegadaian syari’ah, kegiatan tersebut dapat dilakukan
melalui dua mekanisme transaksi. Mekanisme tersebut ialah melalui transaksi Akad
Rahn dan Akad Ijarah.

1. Akad Rahn
Rahn yang dimaksud adalah menahan harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
pinjaman yang diterimanya, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk
mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Dengan akad ini Pegadaian
menahan barang bergerak sebagai jaminan atas utang nasabah.
2. Akad ijarah
Akad tersebut merupakan akad pemindahan hak guna atas barang dan atau jasa
melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas
barangnya sendri. Melalui akad ini dimungkinkan bagi Pegadaian untuk menarik
sewa atas penyimpanan barang bergerak milik nasabah yang telah melakukan akad.

Dari landasan Syariah tersebut maka mekanisme operasional Pegadaian Syariah dapat
digambarkan sebagai berikut : Melalui akad rahn, nasabah menyerahkan barang bergerak dan
kemudian Pegadaian menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah disediakan oleh
Pegadaian. Akibat yang timbul dari proses penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya yang
meliputi nilai investasi tempat penyimpanan, biaya perawatan dan keseluruhan proses
kegiatannya. Atas dasar ini dibenarkan bagi Pegadaian mengenakan biaya sewa kepada
nasabah sesuai jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak.

Akad
Lembaga Pegadaian
NASABAH atau Bank
Ijarah

Jaminan / Marhun
Titip + Biaya Pemeliharaan

6
Pegadaian Syariah akan memperoleh keutungan hanya dari biaya sewa tempat yang
dipungut bukan tambahan berupa bunga atau sewa modal yang diperhitungkan dari uang
pinjaman. Sehingga di sini dapat dikatakan proses pinjam meminjam uang hanya sebagai
“lipstick” yang akan menarik minat konsumen untuk menyimpan barangnya di Pegadaian.

2.4 Pegadaian dalam Prinsip Ekonomi Syari’ah


Dalam syari’ah islam gadai barang hukumnya diperbolehkan karena dapat
memiliki kegunaan untuk tolong menolong (mu’amalah). Pada penerapannya
pegadaian harus penerapkan prinsip syariat islam, agar dapat mencapai kegunaan
tolong menolong. Terdapat rukun atau aturan-aturan yang harus dilakukan dalam
kegiatan pegadaian, seperti berikut ini.

2.4.1 Rukun Gadai Syari’ah


Pada kegiatan gadai syari’ah harus memenuhi rukun sebagai berikut :
1. Ar Rahn (pemberi gadai), harus orang yang sudah dewasa, berakal, bisa
dipercaya, dan memiliki barang untuk digadaikan.
2. Al-Murtahin (penerima gadai), merupakan lembaga atau orang bank yang
dapat dipercaya oleh pemberi gadai (Rahn) untuk mendapatkan modal dengan
jaminan gadai.
3. Al-Maruni (barang jaminan/barang gadai), merupakan barang yang digunakan
sebagai jaminan untuk mendapatan pinjaman uang.
4. Al-Marhun bihi (utang), merupakan dana yang diberikan penerima gadai
(murtahin) kepada pemberi gadai (rahn) atas dasar taksiran nilai barang yang
digadaikan.
5. Sighat, ijab, dan qobul, merupakan kesepakatan antara pemberi gadai (rahn)
dan penerima gadai (murtahin) dalam kegiatan pegadaian.

7
2.4.2 Syarat-syarat dalam Gadai Syari’ah
Dalam setiap akad, unsur, dan rukun gadai harus memenuhi syarat dalam gadai,
seperti :
1. Pihak yang melakukan pakad harus memiliki akal sehat dan kemampuan
dalam melakukan transaksi kepemilikan.
2. Sighat tidak boleh terika oleh syarat tertentu, karena pemberi gadai (rahn)
mempunyai sisi pelepasan barang dan pemberian utang seperti pada akad
jual beli. Jadi tidak boleh ada syarat tertentu.
3. Harus dapat dihitung jumlahnya, jika tidak dapat dihitung maka
hukumnya tidak sah.
4. Gadai dapat dilakukan pada semua macam harga pada semua jenis jual
beli, kecuali pada jual beli mata uang dan pokok modal pada saham (Imam
Maliki)

2.4.3 Ketentuan Barang Gadai


Pada kegiatan menggadaikan barang di pegadaian syari’ah harus memenuhi
ketentuan seperti barang yang tidak boleh dijual tidak boleh digadaikan, barang yang
digadaikan diakui masyarakat sebagai barang yang memiliki nilai sebagai jaminan.
Tidak sah menggadaikan barang hasil rampasan atau barang yang dipinjamkan dan
semua diserahkan kepada orang lain sebagai jaminan. Sebab, gadai bertujuan sebagai
penutup uang. Dalam kegiatannya pegadaian syari’ah menjunjung tinggi nilai-nilai
ajaran islam.

2.5 Persamaan dan Perbedaan Pegadaian Konvensional dan Syariah

2.5.1 Persamaan Pegadaian Konvensional dan Pegadaian Syari’ah


Terdapat persamaan antara pegadaian konvensional dan syari’ah, diantaranya
adalah :
1. Hak gadai berlaku atas pinjaman uang
2. Adanya barang jaminan sebagai jaminan utang
3. Tidak boleh mengambil manfaat barang yang digadaikan

8
4. Barang yang digadaikan ditanggung pemberi gadai
5. Apabila batas waktu pinjaman uang telah jatuh tempo, barang yang
digadaikan dapat dijual atau dilelang.

2.5.2 Perbedaan Sistem Pegadaian Konvensional dan Syariah


Pegadain Konvensional Pegadaian Syariah
Pada umumnya peminjam/orang yang Terdapat akad, dalam akad pinjam
menggadai datang membawa barang meminjam dengan menyerahkan
yang akan digadaikan yaitu emas agunan (rahn)
Pinjaman dikenakan bunga, bunga Tidak mengambil keuntungan dari
pinjaman ditentukan berdasarkan sistem bunga pinjaman melainkan
jumlah pinjaman. Jika nilai pinjaman sistem bagi hasil
semakin besar, maka bunga yang
dibebankan akan semakin besar.
Biaya administrasi menurut Biaya administrasi menurut ketetapan
presentase berdasarkan golongan berdasarkan golongan barang
barang
1 hari dihitung 15 hari 1 hari dihitung 5 hari
Sewa modal berdasarkan uang Jasa simpanan berdasarkan taksiran
pinjaman
Bila lama pengembalian pinjaman Bila lama pengembalian pinjaman
lebih dari perjanjian maka barang lebih dari akad maka barang gadai
gadai dilelang kepada masyarakat dijual kepada masyarakat
Uang pinjaman (UP) gol A 92% dari Uang pinjaman (UP) gol A 90% dari
taksiran taksiran
Uang pinjaman (UP) gol BCD 88%, Uang pinjaman (UP) gol BCD 90%
86% dari taksiran
Sewa modal dihitung dengan : Jasa jaminan dihitung dengan :
presentase x uang pinjaman (UP) konstanta x taksiran

9
Uang kelebihan (UK) = hasil lelang – Uang kelebihan (UK) = hasil
(uang pinjaman + sewa modal + biaya penjualan – (uang pinjaman + jasa
lelang ) penitipan + biaya penjualan )
Bila dalam satu tahun uang kelebihan Bila dalam satu tahun uang kelebihan
tidak diambil maka uang kelebihan tidak diambil maka diserahkan
tersebut menjadi milik pegadaian. kepada lembaga ZIS.

Jika dibandingkan dari pembebanan variabel biaya-biaya tersebut didapat


perbedaan yang signifikan, yaitu :
Pegadaian Konvensional Pegadaian Syari’ah
Taksiran barang = Rp. 5.600.000 Taksiran barang = Rp. 5.600.000
Uang pinjaman yang diterima = 89% Uang pinjaman yang diterima = 90%
X Rp. 5.600.000 = Rp. 4.984.800 X Rp. 5.600.000 = Rp. 5.040.000
Biaya administrasi barang = Rp. 1 % Biaya administrasi barang = Rp.
x Rp. 4.984.800 = Rp. 49.840 25.000
Sewa modal per 15 hari = 1,3% x Rp. Jasa titipan per 10 hari =
4.984.800 = Rp. 64.800 5.600.000/10.000 x 90 = 50.400
Masa periode waktu 4 bulan = 1,3% Masa periode waktu 3 bulan = 50.400
x 8 x Rp. 4.984.800 = Rp. 518.419 x 12 = Rp. 604.800
Total = Rp. 568.259 Total = Rp. 629.800

Dalam proses perhitungan gadai tersebut, dapat dilihat bahwa sistem yang
diberlakukan di pegadaian konvensional merupakan transaksi riba. Hal itu dapat
dilihat dalam pengenaan biayanya. Pegadaian konvensional memungut biaya dalam
bentuk bunga yang bersifat akumulatif dan berlipat ganda, seperti dalam penetapan
biaya administrasi menurut presentase berdasarkan golongan barang. Sedangkan
dalam pegadaian syari’ah tidak berbentuk bunga, tetapi berupa biaya penitipan,
pemeliharaan, penjagaan, dan penaksiran.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rahn adalah akad sebuah kepercayaan dengan cara menjadikan sesuatu sebagai
barang jaminan atas utang yang harus dibayarnya. Dan apabila utang pada waktunya
tidak terbayar, maka barang yang dijadikan jaminan tersebut dapat dijual untuk
membayar utangnya .Dalam Islam pegadaian diperbolehkan baik dengan dalil Al
Qur’an, As-Sunnah maupun Ijma.Karena tidak ada satu maknapun yang melarang
kegiatan tersebut.Pegadaian Syariah telah diatur dalam Undang-undang dan Fatwa
Dewan Syariah Nasional.
Tujuan pegadaian adalah sebagai pencegahan ijon, pegadaian gelap, dan
pinjaman tidak wajar lainnya. Manfaat dari pegadaian adalah bagi nasabah
tersedianya dana dengan prosedur yang relatif sederhana dan dalam waktu yang lebih
cepat dibandingkan dengan pembiayaan/kredit perbankan. Sedangkan bagi
perusahaan pegadaian adalah mendapatkan penghasilan yang bersumber dari sewa
yang dibayarkan oleh peminjam dana. Resikonya adalah tak terbayarkan utang
nasabah dan penurunan nilai asset yang ditahan atau rusak.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Ghofur Anshori. 2005. Gadai Syariah di Indonesia (Konsep, Implementasi,


dan Institusionalisasi), Yogyakarta :Gadjah Mada University Press.
https://pegadaiansyariah.co.id/pengertian-dan-produk-pegadaian-syariah-yang-bisa-
anda-simak-detail-7668 [pada 12 Mei 2019]
Maman, Adam. 2008. PENARAPAN PRINSIP SYARIAH PADA AKAD RAHN DI
LEMBAGA PEGADAIAN SYARIAH. Bandung : Universitas Islam Bandung
Muhammad Ridwan. 2004. Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), UII Press,
Yogyakarta,, hlm. 51
Aziz, Abdul. 2010. Manajemen Investasi Syari’ah. Bandung : Alfabeta.
Rahayu, Sri. 2011. Pelaksanaan dan Prospek Pegadaian Syari’ah. PDF
http://www.pelajaran,id/2017/22/penertian-fungsi-peran-manfaat-jenis-dan-prinsip-
pegadaian-terlengkap.html (Diakses pada tanggal 11 Mei 2019 pukul 16.10)
Adam, M. S. (2004). PENERAPAN PRINSIP SYARIAH PADA AKAD RAHN DI
LEMBAGA PEGADAIAN SYARIAH. Halaman 51.
Perbedaan pegadaian konvensional dan pegadaian syariah https://www.academia.edu
(diakses 12 Mei 2019)

12

Anda mungkin juga menyukai