Pakdes
Pakdes
Satu tahun belakangan ini warga di kampung Karim resah dan lesa. Pasalnya
kepala desa yang baru oleh orang-orang di kampung dinilai tidak cukup
mampu mengurus desa mereka.
“Kebetulan si Karim anak Pak Haryo yang kuliah di jurusan teknik membantu
kelompok tani kami dengan mengirimkan rencana serta perkiraan biaya
pembangunan jalan ini Pak.” Jawab Pak Sunaryo sambil menyerahkan sebundel
kertas dan tak lama kemudian langsung berpamitan.
Belum juga Sunaryo berlalu dari pintu kantor desa, mata Pak Kades langsung
tertuju pada tulisan Total Anggaran Pembangunan. Dengan tergesa-gesa ia
menyuruh petugas administrasi desa untuk menyadur ulang isi dari bundel
yang diserahkan Pak Sunaryo.
“Judulnya harus Rencana Gapura Desa,” pesan Pak Lurah kepada petugas
administrasi sambil berlalu pergi untuk melihat proyek pembangunan talut
desa.
Dari balik bukit nampak pemandangan desa yang teduh disiram cahaya
matahari sore. Sambil di sana-sini mengepul asap yang tebal-tebal
mengeluarkan aromanya yang khas. Ditambah lagi suasana desa yang hening
meski dari balik celah hutan ada suara sahut menyahut tanda petani-petani desa
bergegas pulang. Karim dan Deki larut dalam nuansa senja.
“Pilihan yang bagus berada di bukit ini untuk menikmati pesona desa kita di
sore hari,” kata Pak Sunaryo kepada keduanya.
“Habis bertemu Pak Kades Rim. Rancangan yang kamu buat dua bulan lalu
sudah saya berikan tadi.”
Karim yang telah selesai dari berlibur di kampung sedang memantau media
sosial miliknya sambil tidur-tiduran di kamar indekosnya, jemari Karim asik
berselancar di layar kaca silikon. Gerak ibu jarinya mengalun berulang ke atas
ke bawah. Tiba-tiba jemarinya terhenti pada postingan sahabatnya, Deki.
Matanya menajam membaca selebaran pengumuman yang bertuliskan
undangan terbuka,
Ttd
Kepala Desa
A. B.”
Edan...! Seru Karim, sambil tombol power Handphone ditekan.