Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis
golongan plasma yang termasuk tanaman tahunan. Tanaman Kelapa Sawit berasal
dari Negara Afrika Barat. Tanaman ini dapat tumbuh subur di Indonesia,
Malaysia, Thailand, dan Papua Nugini. Kelapa Sawit merupakan tanaman yang
sangat penting bagi pembangunan nasional perkebunan kelapa sawit dapat
menyerap lapangan tenaga kerja yang lebih besar dan sebagai sumber devisa
negara. Tanaman ini mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada
tahun 1991. Orang yang pertama kali merintis usaha perkebunan kelapa sawit di
Indonesia adalah Andrian Hallet seorang yang berkebangsaan Belgia yang mana
telah belajar banyak tentang perkebunan kelapa sawit di Afrika (Fauzi, 2009:5).
Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang
menduduki posisi penting dalam sektor pertanian umumnya, dan sektor
perkebunan khususnya. Hal ini disebabkan karena dari sekian banyak tananam
yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai
ekonomi terbesar per hektarnya di dunia (Khaswarina, 2001). Sejalan dengan
perluasan daerah, produksi juga meningkat dengan laju 9,4% per tahun. Pada
awal 2001 - 2004 luas areal kelapa sawit dan produksi masing-masing tumbuh
dengan laju 3,97% dan 7,25% per tahun, sedangkan ekspor meningkat 13,05%
per tahun. Tahun 2010 produksi Crude Palm Oil (CPO) diperkirakan akan
meningkat antara 5 - 6% sedangkan untuk periode 2010 - 2020, pertumbuhan
produksi diperkirakan berkisar antara 2 - 4% (Harahap, 2011).
Panen merupakan pemotongan tandan buah segar dari pohon hingga
pengangkutan ke pabrik. Keberhasilan pemanenan akan menunjang pencapaian
produktivitas tanaman. Sebaliknya, kegagalan akan menghambat pencapaian
produktivitas tanaman kelapa sawit. Pemeliharaan yang sudah baku dan potensi
tinggi tidak akan ada artinya jika pemanenan tidak optimal (PPKS, 2007).

1
Manajemen panen dilaksanakan seoptimal mungkin dengan melakukan tindakan
sebagai berikut : (a) pelaksanaan ketentuan panen seperti sistem panen, rotasi
panen, kriteria matang panen dan persentase brondolan, (b) pelaksanaan angkutan
panen sesegera mungkin ke pabrik dan (c) pelaksanaan pengolahan secepat
mungkin (Astra Agro Niaga, 1996).
B. Tujuan Magang
1. Tujuan Umum
 Mengetahui kegiatan kerja di sebuah perusahaan perkebunan
 Menciptakan pengalaman dan pengetahuan baru baik bagi
mahasiswa maupun karyawan melalui aplikasi langsung teori dan
praktek lapangan langsung
 Bagi Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura untuk
menciptakan kerjasama dengan perusahaan
2. Tujuan Khusus
 Mengetahui mendapatkan pengalaman dibidang pertanian secara
langsung mengenai kelapa sawit
 Mengetahui atau memahami proses pelaksanaan setiap tahapan dan
pengenalan setiap alat yang digunakan
 Memperoleh pengetahuan tentang tanaman kelapa sawit di
perkebunan PT. Rana Wastu Kencana
C. Permasalahan
1. Tenaga Kerja
Dikarenakan tenaga kerja di PT. RWK memiliki kekurangan tenaga
kerja maka untuk kegiatan panen menyebabkan keterlambatan waktu dalam
memanen buah kelapa sawit tersebut.
2. Iklim
Faktor iklim juga karena kalau hujan para pekerja tidak bisa
melanjutkan memanennya dan untuk kegiatan panen juga mengalami
keterlambatan waktu.

2
3. Pasar Pikul
Pasar pikul yang tidak bersih dan rapi yang dilakukan pemanen
menyebabkan keterlambatan dalam memanen buah sawit dan membawa
hasil panen ke TPH (Tempat Pengumpulan Hasil).
4. Topografi yang miring dan berbukit
Dengan topografi yang miring dan berbukit maka kegiatan memanen
buah kelapa sawit akan susah atau sulit untuk diangkut ke
pengangkutan untuk mengambil hasil panen di TPH sehingga banyak
buah yang mengalami restan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi Tanaman Kelapa Sawit

Menurut Djoehana (2010), taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil)


termasuk tanaman monokotil yang secara taksonomi dapat diuraikan sebagai
berikut:

 Kingdom : Plantae (Tumbuhan)


 Subkingdom :Tacheobionta (Tumbuhan berbulu)
 Sub Divisi : Spermathophyta (Menghasilkan biji )
 Divisi : Magnoliphyta (Tumbuhan berbunga )
 Kelas : Liliopsida (Berkeping satu/monokotil )
 Sub Kelas : Arecidae
 Famili : Arecaceae (Suku pinang- pinangan )
 Genus : Elaeis
 Spesies : Elaeis guineensis Jacq
B. Morfologi Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian
vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar,
batang, dan daun sedangkan bagian generatif yang merupakan alat
perkembangan terdiri dari bunga dan buah (Sunarko, 2008).
Sebagai tanaman jenis palma, kelapa sawit tidak memiliki akar tunnggang
maupun akar cabang. Akar yang keluar dari pangkal batang sangat besar
jumlahnya dan terus bertambah banyak. Batang kelapa sawit tumbuh secara lurus
ke atas. Diameter batang yang normal adalah 40 - 60 cm, tetapi pada pangkalnya
membesar. Pada ujung batang terdapat titik tumbuh yang membentuk daun-daun
dan memanjagkan batang. Selama 4 tahun pertama, titik tumbuh berkembang
membentuk daun - daun dan batang yang tumbuh melebar membentuk basis
batang. Pertumbuhan meninggi setelah tanaman berumur 4 tahun, dengan
kecepatan pertumbuhan (pertumbuhan tinggi) sekitar 25-40 cm per tahun. Secara

4
alami (pertumbuhan liar di hutan), tinggi batang mencapai 30 meter. Tetapi
secara komersial (dalam budidaya perkebunan) jarang sekali tinggi tanaman
kelapa sawit melebihi ketingian 15 - 18 m. Hal ini berhubungan dengan
kemudahan pelaksanaan panenan buah dan pemeliharaan lainnya.

Misalnya pemangkasan daun (Hariyadi, 2008). Pertumbuhan pelepah


daun tiap tahun pada tanaman mudah yang berumur 4 - 6 tahun mencapai 30-40
helai, sedangkan pada tanaman yang lebih tua berjumlah antara 20 – 25 helai
(Dewi dan Utoyo, 2012). Bunga kelapa sawit berumah satu. Pada satu batang
terdapat bunga jantan dan bunga betina yang letaknya terpisah pada tandan
bunga yang berbeda. Sering kali terdapat pula tandan bunga betina yang
mendukung bunga jantan (hermaprodit). Tanda bunga terletak di ketiak daun
mulai tumbuh setelah tanaman berumur sekitar satu tahun. Promordia (bakal)
bunga terbentuk sekitar 33-34 bulan sebelum bunga matang (siap melaksanakan
penyerbukan). Pertumbuhan bunga sangat di pengaruhi oleh kesuburan tanaman.
Tanaman yang tumbuh kerdil pertumbuhan bunganya lebih lambat (Wijayanto,
2008). Letak bunga jantan yang satu dengan yang lainnya sangat rapat dan
membentuk cabang - cabang bunga yang panjang antara 10-20 cm. Pada
tanaman dewasa, satu tandan mempunyai ±200 cabang bunga. Setiap cabang
mengandung 700 - 1200 bunga jantan. Bunga jantan ini terdiri dari 6 helai
benang sari dan 6 perhiasan bunga. Tepung sari berwarna kuning pucat dan
berbau spesifik. Satu tandan bunga jantan dapat menghasilkan 25 - 50 gram
tepung sari. (Pahan, 2010). Bunga betina terletak dalam tandan bunga. Tiap
tandan bunga mempunyai 100 - 200 cabang, dan setiap cabang terdapat paling
banyak 30 bunga betina. Dalam satu tandan terdapat 3000 - 6000 bunga
betina. Bunga betina memiliki tiga putik dan 6 perhiasan bunga. Di antara bakal
buah hanya satu yang subur dan jarang terdapat dua ataupun lebih Bunga
jantan maupun bunga betina biasanya terbuka selama 2 hari, sekalipun dalam
musim hujan bisa sampai 4 hari. Tepung sari dapat menyerbuki selama 2 - 3
hari, tetapi makin lama, daya hidupnya (viabilitas) makin menurun (Pahan,

5
2010). Exocarp dan mesocarp sering juga disebut sebagai pericarp yaitu bagian
buah yang mengandung sebagian besar minyak kelapa sawit. Rendemen minyak
dalam pericrap sekitar 24%, sedangkan dalam inti hanya sekitar 4%. Kualitas
minyak inti lebih baik dari pada minyak yang terkandung dalam pericra,
(Wijayanto, 2008). Lamanya proses pembentukan buah, dari saat terjadinya
penyerbukan sampai matang. Tergantung dari keadaan iklim dan faktor - faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan. Lama proses pemangkasan buah diberapa
kawasan berbeda. Di malaysia sekitar 5,5 bulan, di Sumatra 5 - 6 bulan dan di
Afrika 6 - 9 bulan (Subbang, 2013). Selain buah kelapa sawit masih mudah,
yaitu berumur 4,5 - 5 bulan, buah kelapa sawit berwarna ungu.Setelah itu warna
kulit buah (exocarp) berubah dari ungu berangsur - angsur menjadi merah
kekuning - kuningan. Pada saat ini pembentukan minyak yang intensif pada
daging buah (mesocarp), dan butir - butir minyak tersebut mengandung karotin
(carotein) yang berwarna jingga. Proses pembentukan minyak dalam daging
buah berlangsung selama 24 hari, yaitu sampai buah mencapai tingkat masak.
Masaknya buah dalam satu tandan tidak sekaligus, tetapi berangsur-angsur
mulai dari bagian samping yang terkena sinar matahari menuju kearah bawa
(pangkal). Satu tandan buah tetap siap untuk dipanen apabila beberapa buah dari
tandan tersebut telah lepas dan jatuh ketanah (Suyatno, 2004).

C. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan di daerah tropik, dataran


rendah yang panas, dan lembab. Curah hujan yang baik adalah 2.500 - 3.000 mm
per tahun yang turun merata sepanjang tahun. Daerah pertanaman yang ideal
untuk bertanam kelapa sawit adalah dataran rendah yakni antara 200 - 400 meter
di atas permukaan laut. Pada ketinggian tempat lebih 500 meter di atas
permukaan laut, pertumbuhan kelapa sawit ini akan terhambat dan produksinya
pun akan rendah. (Anonim, 1995). Suhu merupakan faktor penting untuk
pertumbuhan dan hasil kelapa sawit. Suhu rata - rata tahunan daerah - daerah
pertanaman kelapa sawit berada antara 25 – 27oC, yang menghasilkan banyak

6
tandan. Variasi suhu yang baik jangan terlalu tinggi. Semakin besar variasi suhu
semakin rendah hasil yang diperoleh. Suhu, dingin dapat membuat tandan bunga
mengalami merata sepanjang tahun. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH tanah
antara 4,0 - 6,5, sedangkan pH optimumnya adalah 5 - 5,5. Tanah yang memiliki
pH rendah dapat dinaikan dengan pengapuran, tetapi membutuhkan biaya yang
tinggi, tanah yang pHnya renda biasanya dijumpai pada daerah pasang surut
terutama tanah gambut (Pahan 2010).

D. Perkembangan Kelapa Sawit

Indonesia adalah eksportir terbesar kelapa sawit. Potensi ekonomi tanaman


ini sangat besar. Jefri Saragih dari Sawit Watch (2012) mencatat sumbangan
kelapa sawit terhadap APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) bisa
mencapai 9,11 miliar dollar. Ekspor kelapa sawit dari Indonesia pun mencapai 23
juta ton pada 2010. Dan sekitar 35% dari pemasukan keuntungan kelapa sawit
berasal dari petani kecil yang hidup dari sektor tersebut. Perkebunan kelapa sawit
di Indonesia terus mengalami peningkatan. Sejak dikembangkannya tanaman
kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an, luas areal perkebunan kelapa sawit
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Bila pada 1967 Indonesia hanya
memiliki areal perkebunan kelapa sawit seluas 105.808 hektar, pada 1997 telah
membengkak menjadi 2,5 juta hektar. Pertumbuhan yang pesat terjadi pada
kurun waktu 1990 - 1997, dimana terjadi penambahan luas areal tanam rata-rata
200.000 hektar setiap tahunnya, yang sebagian besar terjadi pada perkebunan
swasta.

Pertumbuhan luas areal yang pesat kembali terjadi pada lima tahun terakhir,
yakni periode 1999 - 2003, dari 2,96 juta hektar menjadi 3,8 juta hektar pada
2003, yang berarti terjadi penambahan luas areal tanam rata-rata +200.000 hektar
setiap tahunnya. Pada tahun tahun 2002 lalu hanya berkisar 5 juta hektare, tahun
2010 sudah mencapai 8 juta hektare. Untuk perluasan kelapa sawit di dunia tahun
2011 hanya berkisar 12 juta hektare lebih dan sebanyak 8 juta hektare lebih ada
di Indonesia. Perluasan perkebunan kelapa sawit terbesar di Riau, Kalimantan

7
dan Sulawesi. Dari 12 juta hektare ini bisa menghasilkan sebanyak 140,6 juta ton
CPO dan bisa memenuhi keperluan minyak nabati dunia yang mencapai
1.700.000 ton per tahunnya. Untuk itu Indonesia sampai tahun 2012 termasuk
negara pengekspor terbesar CPO bersama negara Asia Tenggara lainnya seperti
Malaysia. Indonesia dan Malaysia penghasil kelapa sawit terbesar di dunia yaitu
sekitar 85%, Komoditi kelapa sawit kedua negara yang menguasai dunia yang
merupakan pesaing utama terhadap minyak jagung, soybean, dan minyak bunga
matahari yang merupakan industri andalan minyak goreng dari negara-negara
maju.

E. Ketentuan Dan Cara Panen Buah Kelapa Sawit


Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang
panen sesuai kriteria matang panen, mengumpulkan dan mengutip brondolan
serta menyusun tandan di TPH berikut berondolannya (PTPN IV 2007). Lubis
(2008) menjelaskan, pengelolaan tanaman yang sudah baku dan potensi
produksi dipohon yang tinggi, tidak ada artinya jika panen tidak dilaksanakan
secara optimal. Oleh karena itu apabila ada buah matang yang tidak terpanen,
mutu buah yang tidak sesuai dengan kriteria matang panen dan buah yang
dipanen tidak dapat segera dikirim ke pabrik, agar segera dicari solusinya.
Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan pemanenan adalah persiapan
panen, kriteria matang panen, sistem dan rotasi panen, ramalan produksi,
pengawasan dan denda, kebutuhan tenaga kerja dan angkutan panen, basis dan
premi panen, serta alat dan perlengkapan panen (Lubis 2008).
Kriteria matang panen adalah persyaratan kondisi tandan yang ditetapkan
untuk dapat dipanen. Dari berbagai hasil pengamatan dan pengujian di lapangan,
kriteria matang panen yang diberlakukan di Kebun Adolina adalah 10 brondolan
per tandan di piringan. Brondolan yang dimaksudkan sebagai kriteria matang
panen adalah brondolan normal dan segar. Brondolan di piringan yang kecil
ukurannya (partenocarp), brondolan kering atau yang sakit tidak bisa dijadikan
dasar sebagai kriteria matang panen. Hal ini didasarkan pada pertimbangan

8
rendemen minyak sawit dan rendemen inti sawit serta perolehan total volume
minyak dan inti sawit, kehilangan brondolan di lapangan karena diambil atau
dicuri serta tidak terkutip (digawangan dan terutama di piringan) dapat
diminimalkan, kemudahan bagi pemanen dalam mengutip brondolan sehingga
yang tidak terkutip dapat ditekan seminimal mungkin. Dengan kriteria matang
panen 10 brondolan normal dan segar per tandan di piringan maka pelaksanaan
panen menjadi lebih mudah, baik bagi pemanen maupun pelaksana
sortasi/pengawas.

Tabel 1. Perbedaan antara buah mentah dengan buah matang normal

Ciri-ciri Buah Mentah Buah Matang

Jumlah
0-10 >10
Brondolan
Warna
Hitam Jingga
Buah
Daging Warna kuning dan daging Jingga dan daging
Buah buahnya buahnya tidak
kasar kasar
Duri masih berwarna Duri sudah layu
Seludang
hijau di berwarna coklat
sekitar buah kehitaman
Lebih berat karena kadar Lebih ringan karena
Bobot
air > kadar air <
kadar minyak kadar minyak
Adapun syarat dan ketentuan yang harus diatuhi ketika melakukan
pemanenan kelapa sawit adala sebagai berikut:

 Memanen semua buah pada tingkat kematangan yang optimum, yaitu


pada saat TBS mengandung minyak dan kernel tertinggi.
 Memanen hanya buah yang matang dan mengutip brondolan.
 Mengirim TBS ke pabrik dalam waktu 24 jam setelah panen. Hal ini
dimaksudkan untuk mengurangi kandungan asam lemak bebas di
dalam minyak sawit mentah.

9
 Setiap karyawan panen harus mengikuti apel pagi pukul 06.00 WIB
setelah scan/sidik jari sebelumnya.
 Setiap karyawan panen harus sudah di ancak (lapangan) jam 06.30
WIB atau setelah apel pagi.
 Memanen semua TBS yang sudah matang panen dengan kriteria 15
butir brondolan lepas alami di TPH. Tidak boleh ada buah masak
yang tinggal di pohon, piringan maupun di oasar pikul.
 Semua hasil panen harus dikumpulkan di TPH dengan rapi pada TPH
yang sudah ditentukan dengan susunan 5 tandan ke belakang dan
diurut ke samping mengikuti jumlah tandan yang ada. Dan menulis
nomor pemanen dan jumlah tandan pada salah satu tangkai TBS.
 Buah busuk wajib di panen dan dibuang ke simpukan (gawangan
mati) diatas pelepah (buah busuk tidak dihitung).
 Tidak memanen buah mentah.
 Semua brondolan di piringan, diketiak pelepah, dipasar pikul dan
digawangan harus dikutip bersih, bebas sampah dan ditumpuk rapi di
samping barisan TBS dan diisi dalam karung atau dialasi dengan
karung.
 Setiap memotong buah masak, pelepah songgo harus dipotong mepet
agar brondolan tidak menyangkut di pelepah dengan ketentuan
songgo dua.
 Pekerjaan pruning perawatan (Progresive Pruning) harus dijalankan
berkelanjutan bersamaan dengan waktu panen.
 Pemotongan pelepah harus mepet untuk menghindari adanya
brondolan yang tersangkut di ketiak pelepah.
 Pelepah yang sudah dipotong harus disusun rapi membentuk letter
”L”.
 Tangkai buah harus dipotong mepet atau kurang dari 3 jari.

10
 Pemanen wajib mempersiapkan alat panen sehari sebelumnya,
sehingga siap pakai pada pagi harinya. Dan biaya alat panen menjadi
tanggungjawab pemanen,
 Pemanen harus mematuhi instruksi kerja dari atasannya.
 Apabila dalam keadaan buah kurang, akan diatur ke pekerjaan lain
sesuai instruksi Atasan dan kebutuhan perusahaan.

Cara Panen

 Tandan yang telah memenuhi kriteria matang panen dipotong.


 Pelepah di bawah tandan yang dipanen dipotong mepet (untuk
tanaman dewasa) sedangkan pada tanaman muda (3-5 tahun) pelepah
tidak dipotong karena yang dipotong hanya buah saja.
 Pelepah dipotong menjadi 2 bagian dan disusun di gawangan mati (di
areal rata), sedangkan di areal bergelombang, pelepah tidak dipotong
dan disusun disekitar tanaman sejajar dengan arah teresan/pasar
panen agar berfungsi sebagai penahan erosi.
 TBS disusun ditempat pengumpulan hasil sedangkan brondolan yang
dipiringan dikutip bersih dan dimasukan tersendiri dalam karung goni
untuk di bawa ke tempat pengumpulan brondolan.
 Gagang TBS dibentuk cangkem kodok dan diberi nomor pemanen.
 Tandan buah segar disusun 5 - 10 tandan per-baris.
F. Kendala atau Masalah Yang Sering Di hadapi Pada Saat Panen

Selain itu, keberhasilan panen dan produksi tergantung pada bahan tanam
yang digunakan, pemanen dengan kapasitas kerjanya, peralatan yang digunakan
untuk panen, kelancaran transportasi serta alat pendukung lainnya seperti
organisasi panen yang baik, keadaan areal, insentif yang disediakan, dan lain -
lain (Lubis, 2008). Masalah yang selalu dihadapi di perkebunan kelapa sawit
adalah kehilangan hasil produksi selama proses pemanenan. Menurut Miranda
(2009) Kehilangan produksi adalah salah satu hal yang harus dihindari dalam

11
mencapai kuantitas dan kualitas produksi yang optimal. Produksi yang optimal
hanya dapat dicapai apabila losses (kehilangan) produksi minimal. Dengan
demikian pengertian menaikkan produksi adalah memperkecil losses produksi.
Sumber losses produksi di lapangan yaitu: 1) Buah mentah yang terpanen, 2)
Buah masak tinggal di pohon (tidak dipanen), 3) Brondolan tidak dikutip, 4)
Brondolan di tangkai janjang.

Standar toleransi kebun untuk kualitas buah yaitu tidak ada buah mentah
yang dipanen dan buah masak tidak dipanen. Pemotongan buah mentah tidak
boleh dilakukan karena kebun akan mendapatkan kerugian yaitu kehilangan
sebagian potensi produksi minyak kelapa sawit (MKS), sehingga produktivitas
MKS menurun. Pencapaian produktivitas kelapa sawit yang tinggi dan minyak
yang berkualitas dihasilkan oleh manajemen yang baik, mulai dari persiapan
panen hingga pengangkutan TBS ke pabrik serta penentuan dalam tenaga panen.

12
BAB III
KEADAAN UMUM LINGKUNGAN
A. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. RWK merupakan perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang
budidaya dan pengembangan kelapa sawit. Perusahaan kelapa sawit PT.
RWK merupakan salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit yang
tergabung dalam PT. Agrina Group terhitung sejak bulan mei 2017. PT. Rana
Wastu Kencana memiliki anak perusahaan di Tebas, Kabupaten Sambas
antara lain PT. RWK, PT. Karya Boga Mitra (KBM) Dan PT. Karya Boga
Kusuma (KBK) dengan Hak Guna Usaha masing-masing HGU PT. RWK
Nomor 04 tahun 2008 dengan luas 12.199,88 ha, HGU PT. KBM Nomor 11
tahun 2009 dengan luas 7692,74 ha dan HGU PT. KBK Nomor 12 tahun
2010 dengan luas 3088,29 ha.
PT. RWK yang didirikan menurut dan berdasarkan hukum Negara
Indonesia berkedudukan di Kabupatan Sambas dan berdomisili di Jl. Raya
Tebas No.88, RT.03/RW.02 Tanjung Sari Desa Tebas Sungai, Kecamatan
Tebas sebagaimana termasuk dalam akta pendirian Perseroan Terbatas No. 5
tanggal 3 Mei 1989 jis. Akta perubahan No. 80 tanggal 26 September 1989 jis
Akta perubahan No. 41 tanggal 16 Maret 1992, ketiganya dibuat di hadapan
Pahala Sutrisno Amojoyo Tampubolon, SH notaris di Pontianak jis. Akta
perubahan No. 59 tanggal 24 Mei 1995 dibuat dihadapan Mangaraja pius
Sihotang, SH notaris di Pontianak yang telah memperoleh pengesahan dari
MentriKehakiman RI dengan surat keputusan No.C2-1.411HT.01.01TH.1996
tanggal 2 Februari 1996. Perubahan pengurus dilakukan berdasarkan Akta
Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham No. 4 tanggal 15 Desember
2009 dibuat dihadapan Yulianti Muljadi, SH. MKn, notaris di Tanggerang
yang telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman dan HAM RI
dengan Surat Keputusan No. AHU-AH.10-03521 tanggal 10 Februari 2010,
Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham No. 11 tanggal 10
Oktober 2014 dibuat dihadapan Jap Sun Jaw, SH, notaris di Jakarta yang
telah memproleh persetujuan dari Menteri Kehakiman dan HAM RI dengan
surat Keputusan No. AHU-39856.40.22.2004 tanggal 07 November 2014 dan

13
terakhir Akta Penrnyataan Keputusan Para pemegang Saham No. 6 tanggal 2
September 2016 dibuat dihadapan Jap Sun Jaw, SH. Notaris di Jakarta yang
telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
dengan Surat Keputusan No. AHU-0111336.AH.01.11 tahun 2016 tanggal 23
September 2016.
PT. RWK mulai tahun 1997 sampai dengan tahun 2011 sudah melakukan
penanaman kelapa sawit seluas 4.010,3 ha, dan untuk PT. KBM mulai tahun
1997 sampai dengan tahun 2011 melakukan penanaman kelapa sawit seluas
2.451,3 ha, serta pada PT. KBM mulai tahun 1997 sampai dengan tahun 2011
melakukan penanaman kelapa sawit seluas 684,0 ha.
B. Letak Geografis Perusahaan
Secara administratif PT RWK terletak di desa maribas, kecamatan tebas,
kabupaten sambas. Secara geografis letak titik koordinat yaitu 1°08'45.3"U
109°19'07.0"T. Pada lahan sebesar 7000 ha sudah ada pengembangan dan
tidak ada lagi pengembangan.
Menuju lokasi magang dari jalan raya Tebas dapat ditempuh melalui
transportasi darat memerlukan waktu 1 jam dengan kondisi jalan cukup baik.
Lokasi magang juga dapat ditempuh dari Sambas dengan kondisi jalan yang
sudah di aspal memerlukan waktu 45 menit. Pemilihan lokasi untuk
peruntukan lahan dan kegiatan pembangunan perkebunan – pabrik kelapa
sawit PT. RWK pada saat operasional berdasarkan pertimbangan : (1) dekat
dengan sumber air ; (2) mudah akses keluar – masuk ; dan (3) kemungkinan
untuk pengembangan selanjutnya lebih mudah
C. Visi Misi Perusahaan
Visi
Menjadi perusahaan perkebunan yang mampu bersaing di dunia
Internasional bermutu tinggi dan ramah lingkungan.
Misi
Mengedepankan mutu dan memberikan peran serta dalam kelestarian dan
keberlanjutan budidaya kelapa sawit yang lestari dengan memaksimalkan
sumber daya dan potensi serta didukung oleh SDM yang handal.

14
D. Nilai Budaya Perusahaan
Adapun nilai budaya perusahaan PT. RWK adalah (1) Semangat; (2)
Inovatif; (3) Gigih; (4) Amanah; (5) Peduli.

15
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Ketentuan Untuk Panen


Tabel Standar kematangan minimum TBS di PT. RWK sebagai berikut:

Tabel 2. Standar Kematangan


 F Buah
Fraksi Sifat Jumlah Brondolan Kadar Persyara
Fraksi ALB (%) tan
r
Fraksia 00 (F- Sangat Tidak Tidak ada 0%
00) Mentah Ada brondolan
k
Fraksi
s 0 (F- Mentah 1 - 12,5% <5 1,6 0%
0) buah luar brondolan/
i Kg TBS
Fraksi 1 (F- Kurang 12,5 - 5 1,7 <5%
1) Matang 25% buah brondolan/
0 luar Kg TBS 1
Fraksi 2 (F- Matang 25 - 50% 10 1,8 > 90%
0
2) buah luar brondolan/
Kg TBS
Fraksi 3 (F- Matang 50 - 75% 20 2,1 < 3%
3)
a buah luar brondolan/
Kg TBS
d 4 (F-
Fraksi Lewat 75-100% 25 2,6
4)
a Matang buah luar brondolan/
Kg TBS
l 5 (F-
Fraksi Terlalu buah Lapisan 3,8 <2%
5) Matang dalam luar 100%
a brondolan
Brondolan
h 13%

Tandan 0%
Kosong
g
Panjang
o < 2 cm
Tangkai TBS
l
ongan buah kelapa sawit yang masih mentah. Ciri-cirinya yaitu
tidak ada buah yang terlepas dari TBS
 Fraksi 0 adalah golongan buah kelapa sawit yang hampir matang.
Tandanya yaitu ada sekitar 2-5 persen buah sawit yang
membrondol, namun jumlahnya kurang dari 1/2 brondolan per 1 kg
TBS

16
 Fraksi 1 adalah golongan buah kelapa sawit yang mentah matang.
Di fraksi ini, terdapat 5-25 persen buah sawit yang telah
membrondol alias 1 persen brondolan dari 1 kg TBS
 Fraksi 2 adalah golongan buah kelapa sawit yang kurang matang.
Di mana 25-50 persen buah sawit tersebut sudah membrondol atau
perbandingannya 2 persen brondolan dari 1 kg TBS
 Fraksi 3 adalah golongan buah kelapa sawit yang matang. Tingkat
kematangan brondolannya berkisar antara 50-75 persen, 3%
brondolan/1 kg TBS
 Fraksi 4 adalah golongan buah kelapa sawit yang lewat matang.
Telah ada lebih dari 75 persen buah luar dan buah dalam yang
membrondol, sekitar 45 brondolan tiap 1 kg TBS
 Fraksi 5 adalah golongan buah kelapa sawit yang terlalu matang.
Semuah buah luarnya sudah membrondol serta hampir seluruh
buah dalamnya juga telah membrondol.
B. Persiapan Panen
Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan
memotong tandan buah masak, memungut berondolan, dan mengangkut dari
pohon ke TPH serta ke pabrik. Pelaksanaan pemanenan tidak secara
sembarang, perlu memperhatikan beberapa kriteria tertentu sebab tujuan
panen kelapa sawit adalah untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi
dan kualitas minyak yang baik, kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah
matang panen, cara panen, alat panen, rotasi dan sistem panen (Sunarko,
2014).
Sebelum dilakukan panen seharusnya terlebih dahulu dilakukan taksasi
sehari sebelum pemanenan yang bertujuan untuk meramalkan atau
memperkirakan produksi esok hari dan menyiapkan berapa tenaga panen
yang dibutuhkan, serta mempersiapkan berapa transportasi yang dibutuhkan.
Di PT. RWK sistem panen dengan cara sistem amcak tetap yaitu Pemanen
diberi ancak dengan luas tertentu untuk dapat menyelesaikan pada hari itu
juga tanpa ada perpindahan dan ancak tersebut dikerjakan terus-menerus oleh
orang yang sama setiap rotasinya (ancak tetap diberikan kepada pemanen

17
pada areal dengan kondisi curam, memudahkan penetapan pemanenan pada
ancak sulit/curam serta memudahkan kebersihan ancak panen). Sebelum
pekerjaan panen dilakukan karyawan terlebih dahulu lingkaran pagi atau
sering disebut disana apel pagi, pada saat apel inilah dibacakan hasil
pekerjaan kemarin dan kesalahan-kesalahan yang karyawan lakukan tujuanya
dibacakan agar pemanen tidak melakukan kesalahan lagi dan semakin
termotivasi untuk bekerja. Apel pagi ini juga untuk menyiapkan dan membagi
hancak masing-masing pemanen. Pekerjaan potong buah dimulai dari potong
buah matang, kutip brondol, susun pelepah, potong bonggol panjang dan
menyusun buah di TPH.
C. Buah Matang Tertinggal Dipokok Dan Buah Restan
Keberhasilan panen sangat dipengaruhi oleh persiapan panen yang baik
dan efektif, kondisi jalan dan tenaga kerja mandiri, alat panen yang
disediakan (dodos dan enggrek), waktu mulai panen, pemahaman kriteria
matang tandan, dan cara panen. Jika langkah – langkah tersebut tidak
diperhatikan oleh pemanen maka banyak akibat yang ditimbulkan. Faktor
yang lain sangat memerlukan kualitas suatu kegiatan pemanenan adalah
adanya TBS yang tertinggal. Ini disebabkan ketidak telitian pemanen dalam
mencari TBS terutama pokok yang berada di pinggir dan juga ada yang
disebabkan topografi yang miring dan berbukit sehingga mempersulit
pemanen.
Pengetahuan tentang derajat kematangan buah bagi keberhasilan panen
sangat penting karena untuk jumlah dan mutu minyak ditentukan oleh derajat
kematangan tersebut. Terkadang pemanen yang kurang teliti dan ingin
menyelesaikan secara cepat maka hal inilah yang menyebabkan adanya TBS
yang masih teringgal dipokok. Kalau TBS tertinggal maka untuk rotasi
berikutnya TBS tersebut salah menjadi tandan lewat matang, bahkan bisa
membusuk hal inilah bisa mengurangi hasil panen yang didapatkan. Setelah
selesai dalam pemanenan, kemudian TBS tersebut disimpan atau disusun
pada TPH yang disediakan.
Penyebab adanya TBS yang tertinggal akan mengakibatkan kehilangan
hasil. Ada 3 faktor yang menyebabkan kehilangan hasil yaitu faktor manusia,

18
tanaman, dan alam. Kondisi lahan yang berupa areal rendahan atau jurang
menyebabkan pemanen cenderung tidak mencari TBS pada pokok yang ada
di sekitar areal tersebut sehingga menyebabkan TBS matang tertinggal di
pokok dan juga mengakibatkan buah restan. Buah restan adalah buah yang
tidak segera diangkut ke pabrik kelapa sawit.
D. Terlambatnya Pengangkutan TBS ke Pabrik Sawit
Pengangkutan kelapa sawit dilakukan dari TPH ke PKS (Pabrik Kelapa
Sawit). Alat untuk mengangkut TBS yang biasanya dipakai yaitu dum truck
milik perusahaan PT. RWK. Untuk menghasilkan kualitas minyak yang baik
maka semua proses harus berjalan dengan baik dan sesuai dengan prosedur
yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Keterlambatannya pengangkutan TBS
disebabkan beberapa kendala diantaranya kondisi jalan yang kurang memadai
disaat musim hujan karena jalan tersebut berbukit dam tanah kuning
menyebabkan jalan licin dan kurangnya sarana transportasi.
E. Rotasi Panen
Rotasi panen adalah selang waktu yang dibutuhkan dari panen di blok
pertama sampai panen kembali ke blok tersebut. Rotasi panen yang terlalu
cepat (rendah) akan mengakibatkan pemanen cenderung memotong buah
under ripe (agak mentah) dan unripe (mentah) sedangkan rotasi panen yang
terlambat (tinggi) dapat menyebabkan buah overipe (terlalu masak) yang akan
menjadi empty bunch (buah busuk). Untuk perkebunan kelapa sawit di PT.
RWK untuk rotasi menggunakan rotasi panen 7 hari, artinya satu panen
dianggap baik bila buah tidak lewat matang, yaitu dengan menggunakan
sistem 6/7. Dalam 7 hari ( 1 minggu ) maka pemanen harus kembali ke
tanaman awal untuk memanen 5 hari kemudian.
Untuk sistem rotasi panen pada PT. RWK yaitu memakai sistem tetap
karena Sistem ini sangat baik diterapkan pada areal perkebunan yang sempit,
topografi berbukit atau curam, dan dengan tahun tanaman yang berbeda. Pada
sistem ini diberi ancak dengan luas tertentu dan tidak berpindah – pindah. Hal
tersebut menjamin diperolehnya TBS dengan kematangan yang optimal.
Rendemen minyak yang dihasilkan pun tinggi (Fauzi, 2008).

19
F. Kendala Panen Buah Kelapa Sawit Di PT. Rana Wastu Kencana Dan Cara
Mengatasi
Masalah yang selalu dihadapi di perkebunan kelapa sawit adalah
kehilangan hasil produksi selama proses pemanenan. Kehilangan produksi
adalah salah satu hal yang harus dihindari dalam mencapai kuantitas dan
kualitas produksi yang optimal. Produksi yang optimal hanya dapat dicapai
apabila losses (kehilangan) produksi minimal. Sumber losses (janjang masak
tinggal dan brondolan tidak terkutip) produksi di lapangan yaitu: 1) Buah
mentah yang terpanen, 2) Buah masak tinggal di pohon (tidak dipanen),
3)Brondolan tidak dikutip, 4) Brondolan di tangkai janjang. Buah tinggal,
berondolan tinggal terjadi karena selama ini kontrol yang kurang, selain itu
punishment and reward dari manajemen yang belum dilaksanakan. Sehingga
PT. Rana Wastu Kencana membuat kesepakatan antara karyawan dan
pimpinan jika dari hasil kontrol ditemukan pelanggaran panen yang
menyebabkan losses maka akan dilakukan pinalti, tetapi selain itu juga dibuat
kesepakatan jika pemanen ancaknya bersih tidak ada losses maka akan
diberikan penghargaan kepada pemanen.

20
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah mengamati berbagai kegiatan di lapangan terutama kegiatan
pemanenan dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya:
1. Banyaknya brondolan yang tersisa dan TBS yang tidak terangkut
dipengaruhi oleh ketidak telitian pemanen dan topografi lahan yang
curam
2. Pengetahuan tentang kriteria kematangan buah akan mempengaruhi
minyak yang dihasilkan
3. Sebelum dilakukan panen seharusnya terlebih dahulu dilakukan taksasi
sehari sebelum pemanenan yang bertujuan untuk meramalkan atau
memperkirakan produksi esok hari dan menyiapkan berapa tenaga
panen yang dibutuhkan, serta mempersiapkan berapa transportasi yang
dibutuhkan.
B. Saran
Saran yang disampaikan disini merupakan masukan untuk membangun
sehingga bisa memperbaiki kinerja kedepannya. Ada beberapa hal yang perlu
dibenahi antara lain :
1. Diharapkan untuk mandor dan asisten lapangan lebih memberikan
ketegasan terhadap kurangnya ketelitian dan kinerja pemanen
2. Koordinasi antara mandor dan sopir truck agar diharapkan lebih
kompak dalam masalah pengantaran buah.
3. Dalam kegiatan magang mahasiswa dapat menerapkan semua ilmu
yang di dapat baik itu materi maupun perakteknya.
4. Diharapkan untuk pemanenan kelapa sawit agar melakukan sesuai
dengan siklus panen yang ada sehingga tidak terjadi buah busuk
5. Untuk menghindari terjadinya buah restan maka koordinasi antara
mandor lapangan dan sopir truck sangat diharapkan.

21
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1995. Budidaya Dan Pengolahan Kebun Dengan Sistem Kemitraan.
Bogor.
Astra Agro Niaga. 1996. Pedoman Brevet Dasar II. Tanaman Kelapa Sawit.
Jakarta (ID): Astra Agro Niaga. Ditjenbun. 2013.
Dewi dan Utoyo, 2012. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Malang: Wineka
Media.
Djoehana, S. 2010. Kelapa Sawit Penebar Kasianus. Yogyakarta
Fauzi, Y. 2008. Seri Agribisnis Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta
Harahap, O.H. 2011. Efektifitas Pemberian Kompos Tandan Kosong Kelapa
Sawit dan Cendawan Mikoriza Arbuskula Pada Tanaman Gaharu.
Khaswarina, S., 2001. Jurnal Natur Indonesia Keragaman Bibit Kelapa Sawit
Terhadap Pemberian Berbagai Kombinasi Pupuk di Pembibitan
Utama. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Lubis AU. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat
Penelitian Perkebunan Marihat. Bandar Kuala, Sumatera Utara (ID).
435 hlm.
M Ragis, Rio dan Hariyadi. 2008. Manajemen Panen Tanaman Kelapa Sawit
(Elaeis Guineensis Jacq.) Di Gunung Kemasan Estate, Pt. Bersama
Sejahtera Sakti, Minamas Plantati Riniarti,
Pahan, 2010. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta
Perlbagai Artikel Soal Perkebunan Sawit yang dimuat di website Sawit Watch,
2012, www.sawitwatch.or.id
PPKS Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2007. Budidaya Kelapa Sawit. Medan (ID)
Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
PTPN IV. 2007. Standar Prosedur Operasi (SPO) Tanaman Kelapa Sawit. PTPN
IV. Medan (ID). 232 hlm.
Subbang, 2013. Tanaman_kebun/modul/manajemen panen sawit.
Sunarko, 2008. Budidaya Pengolahan Kelapa Sawit. Penebar Agromedia pustaka.
Sunarko. 2014. Budidaya Kelapa Sawit di Berbagai Jenis Lahan. Penerbit PT.
Agromedia Pustaka. Jakarta
Suyatno, 2004. Panen Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta.

22
Wijayanto. 2008. Teknologi Budidaya Kelapa Sawit. Lampung: Balai
Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian Badan

23
LAMPIRAN
Lampiran 1. SURAT PERMOHONAN MAGANG

24
Lampiran 2. SURAT JALAN

25
26
Lampiran 3. SURAT BALASAN PERUSAHAAN

27
Lampiran 4. Dokumentasi

(Alat Dodos) (Alat Egrek)

(Buah Kelapa Sawit Busuk) (Buah Kelapa Sawit Restan)

(Cara Pemakaian Alat Dodos) (Cara Pemakaian Alat Egrek)

28
(Hasil Kutipan Brondolan Di Area Piringan)

(Struktur Organisasi PT. Rana Wastu Kencana)

(Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit)

29
(Pengangkutan TBS Dari TPH Ke Truck) (Pengutipan Brondolan di TPH)

Administrasi Kantor

30
Tabel 3. Jadwal Kegiatan Magang

Waktu Lokasi Agenda


05.30 - Apel pagi dan
07.00 Divisi 3 perkenalan dengan
WIB karyawan Divisi 3
Selasa, Pengenalan lahan
08.00 -
24 Juli kelapa Sawit Divisi 3
12.00 Divisi 3
2018 dan langsung pergi ke
WIB
lokasi
12.00
Kembali ke mess
WIB
05.30 -
Apel pagi dan arahan
07.00 Divisi 3
asisten
WIB
Pengenalan terdahap
pemupukan urea dan
Rabu, 25 08.00 - mengaplikasikan
Divisi 3
Juli 2018 12.00 pupuk secara
dan L14
WIB langsung dan
langsung pergi ke
lokasi
12.00
Kembali ke mess
WIB
05.30 -
Apel pagi dan arahan
07.00 Divisi 3
asisten
WIB
Kamis,
Pengenalan terhadap
26 Juli
08.00 - penyemprotan gulma
2018 Divisi 3
12.00 dan mengaplikasikan
dan L14
WIB secara langsung dan
langsung pergi ke

31
lokasi

12.00
Kembali ke mess
WIB
05.30 -
Apel pagi dan arahan
07.00 Divisi 3
asisten
WIB
Pengenalan terhadap
Jumat, Divisi 3, panen kelapa sawit
08 -
27 Juli M11 dan mengaplikasikan
12.00
2018 dan secara langsung dan
WIB
M12 langsung pergi ke
lokasi
12.00
Kembali ke mess
WIB
05.30 -
Apel pagi dan arahan
07.00 Divisi 3
asisten
WIB
Pengenalan terhadap
pemupukan TSP
(Triple Super
Sabtu, 28 08.00 - Divisi 3,
Phosphate) dan
Juli 2018 12.00 O8 dan
mengaplikasikan
WIB O9
secara langsung dan
langsung pergi ke
lokasi
12.00
Kembali ke mess
WIB
Minggu ,
Ibadah
29 Juli

32
2018

05.30 -
Apel pagi dan arahan
07.00 Divisi 3
asisten
WIB
Pengenalan terhadap
kerani panen dan
Senin, 30 08.00 - Divisi 3
mengaplikasikan
Juli 2018 12.00 dan
secara langsung dan
WIB M14
langsung pergi ke
lokasi
12.00
Kembali ke mess
WIB
05.30 -
Apel pagi dan arahan
07.00 Divisi 3
asisten
WIB
Pengenalan terhadap
Selasa, Peruningan dan
08.00 Divisi 3,
31 Juli mengaplikasikan
12.00 N13 dan
2018 secara langsung dan
WIB N14
langsung pergi ke
lokasi
12.00
Kembali ke mess
WIB
05.30 -
Apel pagi dan arahan
07.00 Divisi 3
asisten
WIB
Rabu, 1
Pengenalan terhadap
Agustus
08.00 - Divisi 3, panen kelapa sawit
2018
12.00 N13 dan dan mengaplikasikan
WIB N14 secara langsung dan
langsung pergi ke

33
lokasi

12.00
Kembali ke mess
WIB
05.30 -
Apel pagi dan arahan
07.00 Divisi 3
asisten
WIB
Pengenalan terhadap
pemupukan TSP
Kamis, 2 (Triple Super
08.00 -
Agustus Divisi 3 Phosphate) dan
12.00
2018 dan L11 mengaplikasikan
WIB
secara langsung dan
langsung pergi ke
lokasi
12.00
Kembali ke mess
WIB
05.30 -
Apel pagi dan arahan
07.00 Divisi 3
asisten
WIB
Pengenalan terhadap
Jumat, 3 Pemupukan urea dan
08.00 - Divisi 3,
Agustus mengaplikasikan
12.00 L10 dan
2018 secara langsung dan
WIB L11
langsung pergi ke
lokasi
12.00
Kembali ke mess
WIB

Sabtu, 4 05.30 - Apel pagi dan arahan


Divisi 6
Agustus 07.00 asisten

34
2018 WIB

Pengenalan terhadap
pemupukan TSP
Divisi 6,
(Triple Super
08.00 - O15 A,
Phosphate) dan
12.00 O15 B
mengaplikasikan
WIB dan O12
secara langsung dan
A
langsung pergi ke
lokasi
12.00
Kembali ke mess
WIB
Minggu ,
5
Ibadah
Agustus
2018
05.30 -
Apel pagi dan arahan
07.00 Divisi 6
asisten
WIB
Pengenalan terhadap
Senin, 6 pembabatan dan
08.00 -
Agustus Divisi 6 mengaplikasikan
12.00
2018 dan N12 secara langsung dan
WIB
langsung pergi ke
lokasi
12.00
Kembali ke mess
WIB
Selasa, 7 05.30 -
Apel pagi dan arahan
Agustus 07.00 Divisi 6
asisten
2018 WIB

35
Pengenalan terhadap
tapak timbun dan
08.00 - Divisi 6
mengaplikasikan
12.00 dan J36
secara langsung dan
WIB A
langsung pergi ke
lokasi
12.00
Kembali ke mess
WIB
05.30 -
Apel pagi dan arahan
07.00 Divisi 6
asisten
WIB
Pengenalan terhadap
pemupukan TSP
Rabu, 8 (Triple Super
08.00 - Divisi 6,
Agustus Phosphate) dan
12.00 J36 A,
2018 mengaplikasikan
WIB J37
secara langsung dan
langsung pergi ke
lokasi
12.00
Kembali ke mess
WIB
05.30 -
Apel pagi dan arahan
07.00 Divisi 6
asisten
WIB
Pengenalan terhadap
Kamis, 9 penyemprotan gulma
08.00 - Divisi 6,
Agustus dan mengaplikasikan
12.00 K26 dan
2018 secara langsung dan
WIB K27
langsung pergi ke
lokasi
12.00
Kembali ke mess
WIB

36
05.30 -
Apel pagi dan arahan
07.00 Divisi 6
asisten
WIB
Pengenalan terhadap
Jumat,
piringan manual dan
10 08.00 -
Divisi 6 mengaplikasikan
Agustus 12.00
dan J33 secara langsung dan
2018 WIB
langsung pergi ke
lokasi
12.00
Kembali ke mess
WIB
05.30 -
Apel pagi dan arahan
07.00 Divisi 6
asisten
WIB
Pengenalan terhadap
Sabtu, 11 Divisi 6, panen kelapa sawit
08.00 -
Agustus L26, dan mengaplikasikan
12.00
2018 L27 dan secara langsung dan
WIB
L28 langsung pergi ke
lokasi
12.00
Kembali ke mess
WIB
Minggu,
12
Ibadah
Agustu
2018
Senin, 13 05.30 -
Apel pagi dan arahan
Agustus 07.00 Divisi 6
asisten
2018 WIB

37
Pengenalan terhadap
Divisi 6, kerani panen dan
08.00 -
K25, mengaplikasikan
12.00
J26 dan secara langsung dan
WIB
K29 langsung pergi ke
lokasi
12.00
Kembali ke mess
WIB
Pengenalan terhadap
menginput data dari
Selasa,
09.00 - kerani panen, kerani
14
12.30 Divisi 3 kirim dan juga hasil
Agustus
WIB panen dan
2018
mengaplikasikan
secara langsung
Rabu, 15
Latihan Upacara Hari Kemerdekaan 17
Agustus
Asgustus
2018
Kamis,
16 Latihan Upacara Hari Kemerdekaan
Agustus Indonesia
2018
Jumat,
17 Upacara Memperingati Hari Kemerkaan
Agustus Indonesia
2018
Sabtu, 18
Agustus Libur
2018
Minggu,
19 Ibadah
Agustus

38
2018

Senin, 20
Agustus Menyicil Laporan Kegiatan Magang
2018
Selasa,
21
Menyicil Laporan Kegiatan Magang
Agustus
2018
Rabu, 22
Agustus Menyicil Laporan Kegiatan Magang
2018
Kamis,
23 Selesai Magang Di PT. Rana Wastu
Agustus Kencana
2018

39

Anda mungkin juga menyukai