Anda di halaman 1dari 7

KARYA ILMIAH MAHASISWA [AGRIBISNIS] 1

ANALISIS USAHATANI BAYAM JEPANG


(Spinacia oleracea Linn) DI KELOMPOK TANI RST
KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT
Eka Febrianty
1
Eka Febrianty, 2Fadila Marga Saty, 2Sri Handayani.
1
Mahasiswa Program Studi Agribisnis, 2Dosen Program Studi Agribisnis, Politeknik Negeri Lampung
Jl. Soekarno Hatta No. 10 Rajabasa Bandar Lampung
Telp (0721) 703995, Fax : (90721) 787309
email¹: ekafebrianty98@gmail.com
email²: fadila@polinela.ac.id
email²: sri@polinela.ac.id

Abstrak

Bayam Jepang (Spinacia oleracea Linn) atau Horenso merupakan komoditas sayuran eksklusif
Jepang sejenis bayam yang banyak diminati karena rasanya yang enak serta kaya akan zat gizi yang
baik bagi kesehatan. Restoran Jepang yang banyak didirikan di kota-kota besar menjadi prospek
pasar untuk sayuran bayam Jepang, sehingga diperlukan analisis usahatani bayam Jepang untuk
mengetahui keuntungan yang dihasilkan. Tujuan penulisan karya ilmiah untuk menjelaskan kegiatan
usahatani bayam Jepang, menganalisis biaya produksi, penerimaan, dan keuntungan usahatani bayam
Jepang. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Hasil dan pembahasan
diperoleh bahwa kegiatan usahatani bayam Jepang yaitu pra tanam, penanaman, pemeliharaan, dan
panen, total biaya produksi seluas 506 m2 sebesar Rp 6.653.771, penerimaan sebesar Rp 9.975.000
dan keuntungan sebesar Rp 3.321.229, R/C ratio usahatani bayam Jepang adalah 1,49 dan B/C ratio
adalah 0,49. Usahatani bayam Jepang mencapai titik impas saat dihasilkan 194 kg sayuran bayam
Jepang layak jual atau penerimaan Rp 2.909.944.

Kata Kunci: Analisis Usahatani, Bayam Jepang

PENDAHULUAN lokal yaitu sebesar kalori (23 kcal), jumlah


Bayam Jepang merupakan jenis sayuran lemak (4 g), dan gula (0,4 g). Hal ini sangat
dataran tinggi dengan umur panen singkat, yaitu baik untuk mengurangi resiko terkena diabetes
35-50 hari setelah tanam. Bayam Jepang bahkan bagi penderita diabetes sebagai salah
mempunyai manfaat yang sangat baik bagi satu sayuran yang dapat dikonsumsi. Selain itu,
kesehatan karena mengandung zat gizi yang kandungan gizi tertinggi yang juga terdapat
sangat tinggi yang tidak kalah dengan bayam pada bayam Jepang yaitu natrium (79 mg),
lokal. Kandungan gizi per 100 gram bayam kalium (558 mg), vitamin A (6715 UI), dan
Jepang dan bayam lokal dapat dilihat pada vitamin C (28,1 mg). Kandungan gizi yang
Tabel 1. tinggi sangat baik bagi tubuh terutama bagi
Tabel 1 menjelaskan bahwa kedua jenis balita dan anak-anak dalam masa pertumbuhan.
bayam sama-sama mengandung gizi yang cukup Bayam Jepang juga dinilai sangat prospektif
tinggi. Namun bayam Jepang mengandung karena harganya yang tinggi bahkan berkali-kali
kalori, jumlah lemak, dan gula yang dimiliki lipat dari bayam lokal. Bayam lokal dijual
jauh lebih rendah dibandingkan dengan bayam dengan harga Rp 6.000 per kg sedangkan harga
KARYA ILMIAH MAHASISWA [AGRIBISNIS] 2

jual bayam Jepang di kelompok tani berkisar usahatani dapat digunakan untuk memudahkan
Rp 15.000,- per kg sampai dengan Rp 20.000,- petani dalam mengetahui besarnya tingkat
per kg, dan untuk harga supermarket bayam pendapatan dan keuntungan yang akan
Jepang mencapai Rp 50.000 per kg. Selain itu, dihasilkan dari budidaya bayam Jepang,
restoran Jepang yang banyak didirikan di kota- sehingga dapat diketahui apakah usaha bayam
kota besar terutama wilayah Jabodetabek pada Jepang layak untuk diusahakan atau tidak.
beberapa tahun terakhir juga mempengaruhi
permintaan akan sayuran bayam Jepang. Tujuan
Tabel 1. Kandungan gizi bayam Jepang dan Tugas akhir ini bertujuan untuk menjelaskan
bayam lokal per 100 gram
kegiatan usahatani bayam Jepang (horenso) di
Jumlah
Kandungan Gizi Kelompok Tani RST, menganalisis biaya
Bayam Bayam
Jepang lokal produksi, penerimaan, dan keuntungan, serta
Kalori (kcal) 23,00 36,00
Lemak jenuh (g) 0,10 1,50 menganalisis R/C ratio, B/C ratio, dan break
Lemak tak jenuh ganda (g) 0,20 2,80 even point usahatani bayam Jepang (horenso)
Lemak tak jenuh tunggal (g) 0,00 1,70
di Kelompok Tani RST.
Kolesterol (mg) 0,00 0,00
Natrium (mg) 79,00 4,00
Kalium (mg) 558,00 508,00 Metode Pelaksanaan
Karbohidrat (g) 3,60 65,00
Serat pangan (g) 2,20 7,00 Kegiatan pengumpulan data dilakukan
Gula (g) 0,40 1,70 mulai tanggal 19 Februari 2017 sampai
Protein (g) 2,90 14,00
dengan tanggal 20 April 2017 di Kelompok
Vitamin A (IU) 9377,00 6090,00
Kalsium (mg) 99,00 159,00 Tani RST. Data yang dianalisis terdiri dari
Vitamin D (IU) 0,00 0,00 data primer dan data sekunder. Pengumpulan
Vitamin B12 (µg) 0,00 0,00
data primer dilakukan melalui pengamatan
Vitamin C (mg) 28,10 4,20
Zat besi (mg) 2,70 7,60 langsung dan wawancara dari ketua Kelompok
Vitamin B6 (mg) 0,20 0,60 Tani RST, karyawan, dan petani anggota.
Magnesium (mg) 79,00 248,00
Sumber: Fatimah (2009) dan Suwardi (2011)
Pengamatan dilakukan melalui kegiatan di
beberapa bagian antara lain kegiatan produksi
Bayam Jepang juga masih tergolong dan penanganan pasca panen. Data primer
baru dibudidayakan sehingga belum banyak yang didapat yaitu jumlah bobot sayuran yang
yang mengetahui manfaat dan keuntungan dipanen dan disortasi, biaya produksi, waktu
yang diperoleh pada komoditas bayam kerja, hingga data hasil produksi.
Jepang. Harga jual bayam Jepang yang cukup Data sekunder diperoleh dari data yang
tinggi dan belum banyak petani yang disimpan di Kelompok Tani RST yaitu data
membudidayakan menjadi peluang untuk usaha. produksi buah, jumlah barang dan harga
Upaya yang dapat dilakukan agar dapat barang, pada kegiatan budidaya. Data
mengetahui keuntungan yang diperoleh petani sekunder juga diperoleh dari literatur pustaka
yaitu melalui analisis usahatani. Analisis yang berkaitan dengan tugas akhir berupa
KARYA ILMIAH MAHASISWA [AGRIBISNIS] 3

manfaat dan kandungan sayuran bayam Jepang. phonska (1 kg per meter). Setelah bahan-
bahan tersebut dicampurkan kegiatan
Metode Analisis Data selanjutnya pembuatan bedengan dengan
Data primer dan sekunder dianalisis panjang 10,5 cm, lebar 110 cm, tinggi 15
secara deskriptif kuantitatif disertai dengan cm, serta jarak antar bedengan 35 cm,
literatur yang berkaitan dengan analisis kemudian bedengan akan dipasangkan
usahatani Bayam Jepang. Metode ini mulsa lalu pembuatan lubang tanam denga
digunakan untuk menganalisis Total Fixed Cost jarak 22 cm x 22 cm.
(TFC), Total Variabel Cost (TVC) dan Total 2. Penanaman
Cost (TC), analisis penerimaan dengan rumus P Kegiatan penanaman diawali dengan
x Q dan keuntungan π = TC-TR. Tujuan kedua pemeraman benih kedalam tanah sedalam 20
yaitu menggunakan metode R/C dengan rumus cm selama 2 hari, kemudian setelah benih

dan B/C dengan rumus . Tujuan ketiga berkecambah lalu disebar di meja semai.
Setelah 7 hari benih akan transplanting ke
analisis titik impas yaitu menggunakan metode
media berupa bekongan dari daun pisang
BEP.
selama 15 hari hingga bibit mulai tumbuh
akar cukup banyak sehingga bibit mulai siap
HASIL DAN PEMBAHASAN
tanam. Kriteria bibit siap tanam adalah pada
Pengertian Usahatani
bibit sudah berumur kurang lebih 15 hari
Ilmu usahatani adalah ilmu yang
dan sudah memiliki 2-3 helai daun.
mempelajari cara-cara petani menentukan,
3. Pemeliharaan
mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan
Kegiatan pemeliharaan terdiri dari
pengunakaan faktor-faktor produksi seefektif
penyiraman, penyulaman, penyiangan,
dan seefesien mungkin sehingga usaha tersebut
pemupukan, dan pengendalian OPT.
memberikan pendapatan semaksimal mungkin
Kegiatan penyiraman dilakukan 2 kali sehari
(Suratiyah, 2015).
yaitu pagi dan sore hari, dan untuk minggu
selanjutnya di lakukan sehari sekali yaitu
Proses Budidaya Bayam Jepang
saat pagi hari. Kegiatan penyulaman
Kegiatan budidaya sayuran bayam Jepang
dilakukan pada umur 10 HST. Kegiatan
(horenso) yang dilakukan oleh Kelompok Tani
penyiangan dilakukan minimal 1 kali selama
RST diproduksi dengan tahapan sebagai berikut:
satu musim tanam. Kegiatan pemupukan
1. Pra-tanam
dengan cara dikocor saat umur 7-12 HST
Kegiatan pra-tanam diawali dengan sanitasi
dan 20 HST, menggunakan NPK Mutiara
lahan sebelum dilakukan penggemburan
(16-16-16) dengan dosis 4 kg per 200 liter
tanah dengan kultivator, kemudian
dan pupuk NPK merah dengan dosis 1 kg
pemberian pupuk kandang (5 kg per meter),
per 200 liter, sedangkan pupuk yang
kapur (500 gram) per meter, dan NPK
disemprot saat umur 15 HST, menggunakan
KARYA ILMIAH MAHASISWA [AGRIBISNIS] 4

pupuk daun sinon dengan dosis 3 gr per liter. Tabel 2. Biaya total usahatani bayam Jepang
seluas 506 m2 selama bulan Maret-
Kegiatan terakhir yaitu pengendalian OPT
April 2018
dengan insektisida prevaton (3 ml per liter)
No Keterangan Jumlah (Rp)
dilakukan pada 10 HST dan fungisida score
1 Biaya Tetap
(0,25 ml per liter) dilakukan pada 10 HST. Biaya Sewa Lahan 253.000
4. Panen Penyusutan Greenhouse 811.000
Panen bayam Jepang dilakukan ketika Penyusutan Peralatan 303.943
2 Biaya Variabel
berumur 30–35 HST, Pemanenan di lakukan
Biaya Bahan Produksi 2.835.828
dengan cara memotong bagian pangkal batang Biaya Tenaga Kerja 2.450.000
tanaman dengan menggunakan pisau. Bobot Biaya Total 6.653.771

bayam Jepang saat usia siap panen rata-rata


adalah 5 –10 gr tergantung tingkat pertumbuhan Harga Pokok Produksi
tanaman, sehingga dalam satu periode musim Harga pokok produksi diperoleh dengan
2
tanam dengan luas lahan 506 m diperoleh hasil membagikan keseluruhan biaya yang
panen sebanyak 665 kg. dikeluarkan selama proses budidaya bayam
Jepang dengan total hasil panen bayan Jepang
Analisis Usahatani Bayam Jepang yang dihasilkan. Luas lahan 506 m2 yang
Biaya total produksi ditanami bayam Jepang dengan populasi 7.632
Biaya total produksi adalah seluruh biaya tanaman, dengan tingkat keberhasilan budidaya
yang dikeluarkan selama proses produksi sebesar 90%. Berdasarkan data hasil panen
untuk menciptakan barang-barang yang selama satu periode produksi diperoleh hasil
diproduksikan (Sukirno, 2012). Biaya total panen bayam Jepang sebanyak 665 kg.
adalah hasil penjumlahan seluruh biaya yang
dikeluarkan yaitu biaya tetap dan total biaya
variabel. Biaya total yang dikeluarkan dalam
kegiatan usahatani bayam Jepang seluas 506
di Kelompok Tani RST dapat dilihat pada
Tabel 2. Tabel 2 menjelakan bahwa biaya total Berdasarkan perhitungan harga pokok

yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani produksi analisis usahatani bayam Jepang

bayam Jepang seluas 506 m2 adalah sebesar Rp diperoleh harga pokok sebesar Rp 10.006 per

6.653.771 per periode musim tanam. kg. Harga jual yang di tetapkan berdasarkan
kesepakatan harga pasar adalah sebesar
Rp 15.000 per kg.

Penerimaan dan Keuntungan


a. Penerimaan diperoleh dengan menghitung
jumlah input yang dihasilkan dikalikan
KARYA ILMIAH MAHASISWA [AGRIBISNIS] 5

dengan harga jual dari sayuran bayam 0,49, maka usahatani bayam Jepang
Jepang. menguntungkan.
TR = P x Q
2. Break Even Point (BEP)
= Rp 15.000 x 665 kg
BEP (break even point) dilakukan untuk
= Rp 9.975.000
mengetahui titik impas Kelompok Tani RST
Berdasarkan perhitungan diperoleh total saat memproduksi bayam Jepang sehingga
penerimaan sebesar Rp 9.975.000. tidak mengalami untung maupun rugi. Biaya
rata-rata variabel (AVC) diperoleh sebesar Rp
b. Keuntungan usahatani bayam Jepang dapat
7.949.
diketahui dengan menghitung total
penerimaan dikurangi dengan total biaya
yang dikeluarkan selama proses produksi
bayam Jepang.
Π = TR – TC
= Rp 9.975.000 – Rp 6.653.771
= Rp 3.321.229
Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh
keuntungan sebesar Rp 3.321.229.

Analisis B/C ratio, R/C ratio, dan BEP


1. Analisis B/C ratio dan R/C ratio
Kelayakan usahatani bayam Jepang di
Kelompok Tani RST dilakukan melalui
analisis R/C ratio dan B/C ratio. Analisis
ini berguna untuk mengetahui sejauh mana
manfaat yang diperoleh dari usahatani
bayam Jepang. Analisis R/C ratio dan B/C
ratio sebagai berikut: Berdasarkan perhitungan usahatani bayam
a. R/C TR/TC Jepang mencapai keadaan tidak untung dan
Rp 9.975.000/ Rp 6.653.771 tidak rugi saat telah memproduksi bayam
1,49 Jepang sebanyak 194 kg dengan penerimaan
b. B/C Π/TC sebesar Rp 2.909.944. Kurva BEP usahatani
Rp 3.321.229/Rp 6.653.771 bayam Jepang dapat dilihat pada gambar
0,49 berikut:

Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai R/C


ratio lebih besar dari 1 yaitu sebesar 1,49 dan
nilai B/C ratio lebih besar dari 0 yaitu sebesar
KARYA ILMIAH MAHASISWA [AGRIBISNIS] 6

2. Usahatani bayam Jepang (horenso) seluas


506 m2 per periode produksi menghasilkan
665 kg bayam Jepang segar. Total biaya
yang dikeluarkan sebesar Rp 6.653.771,
terdiri dari biaya tetap sebesar Rp
1.367.943 dan biaya variabel sebesar Rp
5.285.828. Penerimaan diperoleh sebesar
Rp 9.975.000 dan keuntungan diperoleh Rp
3.321.229.
3. R/C ratio usahatani bayam Jepang sebesar
1,49 lebih besar dari 1 dan B/C ratio
Gambar 1. Kurva Break Even Point
sebesar 0,49 lebih besar dari 0, maka setiap
Berdasarkan gambar 1 BEP menunjukan
Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan
bahwa usahatani bayam Jepang mencapai titik
memperoleh penerimaman sebesar Rp 1,49
impas atau tidak untung maupun tidak rugi
dan menghasilkan keuntungan sebesar Rp
pada saat memproduksi sayuran bayam Jepang
0,49. Titik impas (BEP) terjadi saat
sebesar 194 kg dengan penerimaan telah
menghasilkan 194 kg sayuran bayam
mencapai sebesar Rp 2.909.944.
Jepang yang layak jual atau penerimaan
sebesar Rp 2.909.944.
Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari Analisis
Saran
Usahatani Bayam Jepang (Horenso) pada
Saran yang diberikan adalah usahatani
Kelompok Tani RST sebagai berikut:
bayam Jepang (horenso) menguntungkan
1. Usahatani bayam Jepang (horenso) seluas
untuk dijadikan salah satu alternatif usaha.
506 m2 terbagi menjadi beberapa proses
Namun, produsen bayam Jepang harus terus
produksi yaitu: Kegiatan pra tanam terdiri
meningkatkan pengetahuan tentang bayam
persiapan lahan, penggemburan tanah,
Jepang sehingga dapat terus menjaga mutu
pemberian pupuk dasar, pembuatan
produk bayam Jepang. Selain itu, penerapan
bedengan, pemasangan mulsa, dan
sistem budidaya tumpang sari dapat dijadikan
pembuatan jarak tanam. Kegiatan
alternatif untuk meningkatkan efisiensi
penanaman terdiri dari pemeraman benih,
penggunaan lahan agar penerimaan maksimal.
penyemaian, pembumbunan, lalu
penanaman. Kegiatan pemeliharaan terdiri
Referensi
dari penyulaman, penyiangan, penyiraman,
Fatimah, Siti (2009) Studi Klorofil dan Zat Besi
pemupukan susulan, pengendalian hama (Fe) pada beberapa Jenis Bayam terhadap
dan penyakit. Kegiatan terakhir adalah Jumlah Eritrosit Tikus Putih (Rattus
norvegicus) Anemia. Disertasi, Jurusan
pemanenan. Biologi Fakultas Sains dan Teknologi. UIN
KARYA ILMIAH MAHASISWA [AGRIBISNIS] 7

Maulana Malik Ibrahim Malang. Malang.


(Skripsi)

Sadono, Sukirno (2012) Mikro Ekonomi Teori


Pengantar (Edisi Ketiga). Raja Grafindo
Persada. Jakarta. (Buku)

Suratiyah, Ken (2015) Ilmu Usahatani (Edisi


Revisi). Penebar Swadaya. Jakarta. (Buku)

Suwardi (2011) Analisa Kadar Oksalat dalam


Daun Bayam yang sudah dimasak dengan
Metode Spektrofotometri UV. Disertasi,
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. UIN
Sultan Syarif Kasim Riau. Pekan Baru.
(Skripsi)

Anda mungkin juga menyukai