Bab 1 Umi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Lansia (lanjut usia) adalah usia 60 tahun. Lanjut usia atau yang sering

disebut dengan lansia, merupakan bagian dari proses tumbuh kembang.

Lanjut usia adalah keadaan atau kondisi yang ditandai oleh kegagalan

seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress

fisiologi (Potter &Perry, 2010).

Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2015, populasi

penduduk dunia yang berusia 60 tahun atau lebih, mencapai 900 juta jiwa.

Dewasa ini, terdapat 125 juta jiwa yang berusia 80 tahun atau lebih, pada

tahun 2050, diperkirakan mencapai 2 milliar jiwa di seluruh dunia. Akan

ada hampir sebanyak 120 juta jiwa yang tinggal sendiri di Cina, dan 434

juta orang di kelompok usia ini di seluruh dunia. Di kawasan Asia

Tenggara populasi Lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada

tahun 2000 jumlah Lansia sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total polulasi,

sedangkan pada tahun 2010 jumlah Lansia 24,000,000 (9,77%) dari total

populasi, dan tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia mencapai

28,800,000 (11,34%) dari total populasi (Departemen Kesehatan RI, 2013;

WHO, 2015).
2

Pada lansia akan mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial. Salah

satu contoh kemunduran fisik pada lansia adalah rentannya lansia terhadap

penyakit, khususnya penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif yang

umum di derita lansia salah satunya adalah hipertensi. Hipertensi adalah

peningkatan tekanan diastolik dan sistolik yang melebihi 140/90 mmHg.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu masalah

kesehatan yang cukup dominan dan perlu mendapatkan perhatian, sebab

angka prevalensi yang tinggi dan juga karena akibat jangka panjang yang

ditimbulkan mempunyai konsekuensi tertentu (Nugroho, 2012).

Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-

tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan

semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat

menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan

pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin, hipertensi dan lain

sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga

terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem

organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada kemunduran

kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada

ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada

activity of daily living (Fatmah, 2010). WHO (2010) menyebutkan bahwa

hipertensi merupakan penyakit nomor sebelas kematian tertinggi di dunia

yaitu sebanyak 1.153.308 jiwa.


3

Data WHO (2013) menunjukkan bahwa sekitar 972 juta (26,4%)

penduduk dunia menderita hipertensi dan angka tersebut kemungkinan

meningkat menjadi 29,2% pada tahun 2025. Dari 972 juta penderita

hipertensi, 333 juta berada di negara maju sedangkan 639 juta sisanya

berada di negara berkembang. Di Indonesia, pada tahun 2007, prevalensi

hipertensi di daerah urban dan rural berkisar antara 17-21%, tetapi data

secara nasional belum lengkap.

Penyakit hipertensi pada lansia dikarenakan adanya perubahan pola hidup,

kemajuan teknologi dan peningkatan kesejahteraan yang berdampak secara

langsung pada kesehatan masyarakat. Data Riskesdas (Riset Kesehatan

Dasar, 2018) di Indonesia secara nasional menyebutkan bahwa prevalensi

hipertensi telah mengalami penurunan yang sangat berarti dari 31,7%

tahun 2007 menjadi 25,8% tahun 2013. Berdasarkan kelompok umur

prevalensi hipertensi meningkat seiring bertambahnya umur, paling tinggi

pada usia diatas 75 tahun yaitu 27,9%.

Masalah hipertensi pada lansia ini perlu mendapatkan perhatian karena

mengingat bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang memasuki era

penduduk berstruktur lansia (aging structured population) karena jumlah

penduduk yang berusia di atas 60 tahun sekitar 7,18%. Menurut Suhardi

(2014), yang menghambat kesadaran masyarakat untuk mengontrol

tekanan darah adalah rendahnya tingkat pengetahuan, pengaruh budaya

dan sedikitnya informasi kesehatan yang dimiliki masyarakat. Pendekatan


4

melalui edukasi merupakan salah satu cara terbaik untuk memberikan

informasi yang dapat dipercaya pada masyarakat dan membantu individu

mengembangkan kemampuan membuat keputusan dan memberikan

pencitraan pada masyarakat untuk menggali dan mengembangkan sikap

yang semestinya. Hal ini dapat diatasi dengan promosi kesehatan

mengenai pencegahan, deteksi dini, evaluasi dan penatalaksanaan penyakit

hipertensi.

Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan pada kelompok lansia.

Sebagai hasil pembangunan yang pesat dewasa ini dapat meningkatkan

umur harapan hidup, sehingga jumlah lansia bertambah tiap tahunnya,

peningkatan usia tersebut sering diikuti dengan meningkatnya penyakit

degeneratif dan masalah kesehatan lain pada kelompok ini. Hipertensi

sebagai salah satu penyakit degeneratif yang sering dijumpai pada

kelompok lansia ( Nuraini, 2015).

Berdasarkan data di atas peneliti berniat untuk melakukan penelitian

terkait asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami hipertensi, yang

selalu menjadi salah satu masalah yang sering di jumpai.

A. Rumusan Masalah

“Bagaimana pelaksanaan Asuhan keperawatan gerontik pada lansia yang

mengalami Hipertensi dengan nyeri akut di Wilayah kerja Puskesmas

Wates ?’’
5

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Menggambarakan pelaksanaa Asuhan Keperawatan Gerontik Pada

lansia yang mengalami hipertensi dengan nyeri akut di wilayah

Kerja Puskesmas Wates.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada lansia yang

mengalami hipertensi dengan nyeri akut di wilayah Kerja

Puskesmas Wates.

b. Menetapkan diagnosis keperawatan pada lansia yang

mengalami hipertensi dengan nyeri akut di wilayah kerja

Puskesmas Wates.

c. Menyusun rencana keperawatan pada lansia yang

mengalami hipertensi dengan nyeri akut di wilayah kerja

Puskesmas Wates.

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada lansia yang

mengalami hipertensi dengan nyeri akut di wilayah kerja

Puskesmas Wates.

e. Melakukan evaluasi pada lanisa yang mengalami hipertensi

dengan nyeri akut di wilayah kerja Puskesmas Wates.

C. Manfaat

Berdasarkan tujuan penelitian di atas manfaat penelitian ini yaitu :


6

1. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini dijadikan pedoman bagi puskesmas sebagai

pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada keluarga yang mengalami

hipertensi dengan nyeri akut di Wilayah kerja Puskesmas Wates.

2. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data teori dalam

pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada keluarga yang mengalami

hipertensi dengan nyeri akut di Wilayah kerja Puskesmas Wates.

3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini memberikan pengetahuan masyarakat tentang

penderita penyakit hipertensi dan pemberian Asuhan dengan nyeri

akut pada penyakit hipertensi.

4. Bagi Peniliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini sebagai acuan peneliti selanjutnya dalam

melaksanakan penelitian tentang Asuhan keperawatan pada

keluarga yang mengalami hipertensi dengan masalah Keperawatan

yang berbeda.
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Lansia

1. Pengertian Lansia

a. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan

pada daur kehidupan manusia. Sedangkan Menurut pasal 1

ayat (2), (3), (4) UU No.13 tahun 1998 tentang kesehatan

bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai

usia lebih dari 60 tahun. Keberadaan usia lanjut ditandai

dengan umur harapan hidup yang semakin meningkat dari

tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya

pemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka

mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berguna dan

produktif (Pasal 19 UU No. 23 Tahun 1992 tentang

kesehatan) (Maryam dkk,2009).

b. Menua bukanlah suatu penyakit, akan tetapi merupakan

proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan

yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan

tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar

tubuh yang berakhir dengan kematian (Nugroho, 2009).


8

2. Batasan Usia Lanjut

Nugroho (2009) menjelaskan tentang Batasan umur lansia menurut

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lanjut usia meliputi :

a. Usia pertengahan (middle age) : ialah kelompok usia 45-59


tahun.

b. Lanjut usia (elderly) : antara 60-74 tahun.

c. Lanjut usia tua (old) : antara 75-90 tahun.

d. Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun.

3. Perubahan-perubahan fisik pada lansia (Maryam dkk, 2009)

a. Sel

Jumlah sel berkurang, ukuran sel membesar, cairan tubuh

menurun dan cairan intraseluler menurun.

b. Persarafan

Saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya menurun

serta lambat dalam merespon dan waktu bereaksi

khususnya yang berhubungan dengan stress. Berkurang

atau hilangnya lapisan mielin akson, sehingga

menyebabkan berkurangnya respon motorik dan reflek.


9

c. Pendengaran

Membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan

pendengaran. Tulang-tulang pendengaran mengalami

kekakuan.

d. Kardiovaskuler

Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa

darah menurun (menurunnya kontraksi dan volume),

elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya

resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah

meningkat.

e. Respirasi

Otot-otot pernafasan kekuatannya menurun dan kaku,

elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat

sehingga menarik napas lebih berat, alveoli melebar dan

jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun, serta

terjadi penyempitan pada bronkus.

f. Muskuluskeletal

Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh, bungkuk,

persendian membesar dan menjadi kaku, kram, tremor, dan

tendon mengerut dan mengalami sklerosis.


10

g. Gastrointestinal

Esophagus melebar, asam lambung menurun, lapar

menurun dan peristaltik menurun sehingga daya absorbsi

juga ikut menurun. Ukuran lambung mengecil serta fungsi

organ aksesori menurun sehingga menyebabkan

berkurangnya produksi hormone dan enzim pencernaan.

h. Penglihatan

Respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap

menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun,

dan katarak.

i. Kulit

Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut

dalam hidung dan telinga menebal. Elastisitas menurun,

vaskularisasi menurun, rambut memutih (uban), kelenjar

keringat menurun, kuku keras dan rapuh, serta kuku kaki

tumbuh berlebihan seperti tanduk.

4. Perubahan Mental

Nugroho (2009) menjelaskan tentang perubahan mental


11

a. Pada aspek mental atau psikis lanjut usia perubahan dapat

berupa sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga,

bertambah pelit atau tamak bila memiliki sesuatu.

b. Yang perlu dimengerti adalah sikap umum yang ditemukan

pada hampir setiap lanjut usia, yakni keinginan berumur

panjang, tenaganya sedapat mungkin dihemat.

c. Mengharapkan tetap diberi peranan dalam masyarakat.

d. Ingin mempertahankan hak dan hartanya serta ingin teta

berwibawa.

e. Jika meninggalpun mereka ingin meninggal secara

terhormat dan masuk syurga.

Faktor yanag mempengaruhi perubahan mental:

1) Perubahan fisik, khususnya organ perasa

2) Kesehatan umum

3) Tingkat pendidikan

4) Keturunan (hereditas)

5) Lingkungan

5. Perubahan Psikososial

Nugroho (2009) menjelaskan tentang


12

a. Kehilanagn financial (pandangan berkurang)

b. Kehilangan status

c. Kehilanagn teman atau kenalan atau relasi

d. Kehilangan pekerjaan atau kegiatan

e. Kerasakan atau sadar akan kematian, perubahan cara hidup

f. Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan.


Biaya hidup meningkat pada penghasilan yang sulit, biaya
pengobatan bertambah.

g. Penyakit kronis dan ketidakmampuan

h. Gangguan syaraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian

i. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan

j. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan


dengan teman-teman dan keluarga besar

k. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan


terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri.

B. Konsep Penyakit

1. Definisi

Hipertensi adalah peningkatan darah sistolik lebih dari 140 mmHg

dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali

pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup

istirahat/tenang (Kemenkes,2014)
13

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik>140 mmHg

dan diastolik>90 mmHg, yang dapat beresiko pada penyakit

jantung,saraf,ginjal dan pembuluh darah. Hipertensi atau penyakit

darah tinggi merupakan kondisi ketika seseorang mengalami

kenaikan tekanan darah baik secara lambat atau mendadak akut

(Nurarif,2015).

2. Etiologi

Menurut Nurarif tahun 2015 hipertensi disebabkan oleh macam

faktor yaitu :

a. Kelelahan

b. Keturunan

c. Stress dan cemas

d. Proses penuaan

e. Diet yang tidak seimbang

f. Sosial budaya

3. Manifestasi Klinis

Menurut Nurarif tahun 2015 manifestasi klinik hipertensi adalah :

a. Sakit kepala
14

b. Pusing

c. Lemas,kelelahan

d. Sesak nafas

e. Gelisah

f. Mual,muntah

g. Kesadaran menurun

4. Klasifikasi Hipertensi

Menurut JNC (Joint National Comite) ,tekanan pada darah orang

dewasa berumur 18 tahun diklasifikasikan sebagai berikut :

Klasifikasi Tekanan Darah Rendah Pada Orang Dewasa umur


18 Tahun
Tekanan Darah
No Kriteria
Sistolik Diastolik
1 Normal <130 <85
2 Perbatasan (High normal) 130-139 85-89
Hipertensi
3 Derajat 1 : ringan (mild) 140-159 90-99
Derajat 2 : sedang 160-179 100-109
(moderate)
Derajat 3 : berat (several) 180-209
110-119
Derajat 4 : sangat berat ≥210
≥210
(very several)
15

5. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak dari pusat

vasomotor ini bermula jaras saraf sympatis yang berlanjut kebawah

ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke

ganglia sympati di thoraks dan abdomen,rangsangan pusat

vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke

bawah melalui system saraf sympatis ke ganglia simpatis.

Pada titik ini, neuron pre ganglion melepaskan asetikolin, yang

akan merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh

darah, dimana dengan dilepaskan norefinefrin mengakibatkan

konstriksi di pembuluh darah.Berbagai faktor seperti kecemasan

dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah

terhadap rangsang vasokontiktor. Partisipan dengan hipertensi

sangat sensitive terhadap norefinefrin, meskipun tidak diketahui

dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi,kelenjar adrenal

juga terangsang,mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi,

medulla adrenal mensekresi efinefrin, yang menyebabkan

vasokontriksi, korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid

lainnya,yang dapat memperkuat respon vasokontriktator pembuluh


16

darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah

ke ginjal,menyebabkan pelepasan renin.

Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian di

ubah menjadi angiotensin II,suatu vasokonstriktator kuat,yang

pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks

adrenal.Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh

tubulus ginjal,menyebabkan peningkatan volume

intravaskuler.Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan

keadaan Hipertensi (Smelzer,2001)


17

6. PATHWAY HIPERTENSI
18

7. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Nurarif 2015 pemeriksaan penunjang pada penderita

hipertensi adalah :

a. Pemeriksaan Laboratorium

1) Hb/Ht

2) BUN,Kreatinin

3) Glukosa dan urinalis

4) CT-Scan

5) EKG.

8. Diit Hipertensi

a. Diet rendah garam

Pada sebagian besar kasus ,derajat pembatasan yang

moderat seperti digambarkan secara garis besar oleh contoh

diet rendah garam di bawah ini sudah cukup memadai

.Diet ini dapat dipakai untuk mengatasi hipertensi primer

,khusus hipertensi ringan.Pada sebagian orang ,penyakit

hipertensi timbul bersamaan dengan konsumsi garam yang

tinggi

Modifikasi berikut ini dilakukan pada diet yang normal :

1) Garam digunakan dalam jumlah minimal (tidak

lebih dari ½ sendok teh atau 2 gram garam dapur

sehari)pada waktu memasak.

2) Dimeja makan tidak boleh ditambahkan lagi garam

dapur atau pun bahan penyedap yang mengandung


19

natrium,seperti bumbu masak,kecap,saus tomat dan

lain – lain.

3) Konsumsi susu sapi harus dibatasi dan tidak lebih

dari 500 ml per hari.Kalau mungkin ,susu sapi

diganti dengan susu nabati (susu kedelai) yang

kandungannya natriumnya sangat sedikit

4) Makanan yang harus dihindari

Makanan asin : ham,lidah asap,ikan asin,ebi,telur

asin,keju,dendeng,abon,korned sardencis. Sayuran

dan buah yang diasinkan : sayur asin,sawi

asin,asinan sayuran dan buah,acar. Berbagai bahan

penyedap dan aditif : garam dapur ,bumbu

masak,vetsin,soda kue,kecap,saus

tomat,tauco,terasi. Makanan cemilan : roti ,kue

,biscuit dan lain lain yang diolah dengan soda kue

atau garam dapur. Makanan nabati yang diasinkan

:kacang asin , margarine biasa.

b. Untuk mengatasi rasa hambar pada diet rendah garam

,dianjurkan penggunaan bumbu yang tidak mengandung

natrium seperti gula,cuka,bawang merah,bawang

putih,jahe,kunyit,laos,daun salam.Di tokoh – tokoh

swalayan juga tersedia garam khusus diet (slim and fit)

yang terutama mengandung natrium klorida.(Marry,2011 )

c.
20

C. Konsep Asuhan Keperawatan

Menurut Aspiani (2014) konsep asuhan keperawatan yaitu :

1. Pengkajian

a. Pengumpulan data

1) Identitas

Identitas Partisipan yang biasa dikaji pada penyakit

sistem kardiovaskuler adalah usia ,karena ada

beberapa penyakit kardiovaskuler banyak terjadi

pada Partisipan di atas usia 60 tahun

2) Keluhan Utama

Keluhan utama yang sering ditemukan pada

Partisipan dengan penyakit kardiovaskuler seperti

:gagal jantung kongestif,penyakit jantung

koroner,hipertensi adalah Partisipan mengeluh nyeri

dada sebelah kiri,disertai sesak nafas dan

ketidakmampuan untuk beraktivitas

3) Riwayat penyakit sekarang

Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai

penyakit yang diderita oleh Partisipan dari mulai

timbulnya keluhan yang dirasakan sampai

Partisipan dibawa ke Rumah Sakit,dan apakah

pernah memeriksakan diri ke tempat lain selain

Rumah Sakit umum serta pengobatan apa yang


21

pernah diberikan dan bagaimana perubahannya dan

data yang didapatkan saat pengkajian.

4) Riwayat Penyakit dahulu

Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat

kardiovaskuler sebelumnya ,riwayat pekerjaan pada

pekerja yang berhubungan dengan peningkatan

aktivitas ,riwayat penggunaan obat-obatan,riwayat

mengkonsumsi alkohol dan merokok.

5) Riwayat penyakit keluarga

Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang

menderita penyakit yang sama karena faktor

genetik/keturunan.

6) Pola kebiasaan sehari-hari

Yang perlu dikaji adalah aktivitas apa saja yang

biasa dilakukan sehubungan dengan adanya nyeri

dada sebelah kiri dan sesak nafas.

b. Pemeriksaan Fisik

1) keadaan umum

2) Kesadaran

3) Tanda – tanda Vital :

4) Pemeriksaa Review of system

5) Sistem Pernafasan

6) Sistem Sirkulasi

7) Sistem Persyarafan
22

8) Sistem Perkemihan

9) Sistem Pencernaan

10) Sistem Muskuloskletal

c. Pola fungsi kesehatan

1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

2) Pola nutrisi

3) Pola eliminasi

4) Pola tidur dan istirahat

5) Pola aktivitas dan istirahat

6) Pola hubungan dan peran

7) Pola sensori dan kognitif

8) Pola persepsi dan konsep diri

9) Pola seksual dan reproduksi

10) Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping

11) Pola tata nilai dan kepercayaan

2. Diagnosa Keperawatan

Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis (mis.

Inflamasi, iskemia, neoplasma), Agen pencedera kimiawi (mis.

Terbakar, bahan kimia iritan), Agen pencedera fisik ( mis. Abses,

amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur oprasi,

trauma, latihan fisik berlebihan) ( Hardhi, 2015).


23

3. Rencana Tindakan Keperawatan

Rencana keperawatan adalah rancangan tindakan yang disusun

perawat bersama lansia untuk memecahkan masalah kesehatan dan

keperawatan yang telah terdiagnosa (Nugroho, 2008).

Rencana Tindakan Keperawatan

No Dianogsa keperawatan NOC Intervensi

1 Nyeri Tujuan dan Kriteria Hasil NIC :

Definisi : Setelah dilakukan asuhan Pain Management


keperawatan selama 3x 24
Sensori yang tidak jam diharapkan pasien dapat 1. Lakukan pengkajian nyeri
menyenangkan dan mengontrol nyeri dengan : secara komprehensif
pengalaman emosional yang termasuk lokasi,
muncul secara aktual atau  Pain level ( tingkat karakteristik, durasi,
potensial kerusakan jaringan nyeri) frekuensi, kualitas dan
atau menggambarkan adanya  Pain control ( kontrol faktor presipitasi
kerusakan (Asosiasi Studi nyeri) 2. Observasi reaksi nonverbal
Nyeri Internasional):  Comfort level (tingkat dari ketidaknyamanan
serangan mendadak atau kenyamanan) 3. Gunakan teknik komunikasi
pelan intensitasnya dari terapeutik untuk
ringan sampai berat yang kriteria hasil: mengetahui pengalaman
dapat diantisipasi dengan 1. Mampu mengontrol nyeri pasien
akhir yang dapat diprediksi nyeri(tahu penyebab 4. Kaji kultur yang
dan dengan durasi kurang nyeri, mampu mempengaruhi respon nyeri
dari 6 bulan. menggunakan teknik 5. Evaluasi pengalaman nyeri
nonfarmakologi masa lampau
untuk mengurangi 6. Evaluasi bersama pasien
nyeri, mencari dan tim kesehatan lain
Batasan karakteristik : bantuan) tentang ketidakefektifan
2. Melaporkan nyeri kontrol nyeri masa lampau
- Laporan secara verbal berkurang dengan 7. Bantu pasien dan keluarga
atau non verbal menggunakan untuk mencari dan
managemen nyeri menemukan dukungan
- Fakta dari observasi
3. Mampu memngenali 8. Kontrol lingkungan yang
- Posisi antalgic untuk nyeri (skala, dapat mempengaruhi nyeri
menghindari nyeri intensitas,frekunsi, seperti suhu ruangan,
dan tanda nyeri) pencahayaan dan
- Gerakan melindungi 4. Menyatakan rasa kebisingan
nyaman setelah nyeri 9. Kurangi faktor presipitasi
- Tingkah laku berhati- berkurang nyeri
hati 10. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
- Muka topeng (farmakologi, non
farmakologi dan inter
- Gangguan tidur (mata personal)
sayu, tampak capek, sulit 11. Kaji tipe dan sumber nyeri
atau gerakan kacau, untuk menentukan
menyeringai) intervensI
12. Ajarkan tentang teknik non
- Terfokus pada diri farmakologi
24

sendiri 13. Berikan analgetik untuk


mengurangi nyeri
- Fokus menyempit 14. Evaluasi keefektifan
(penurunan persepsi waktu, kontrol nyeri
kerusakan proses berpikir, 15. Tingkatkan istirahat
penurunan interaksi dengan 16. Kolaborasikan dengan
orang dan lingkungan) dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
- Tingkah laku berhasil
distraksi, contoh : jalan-jalan, 17. Monitor penerimaan pasien
menemui orang lain dan/atau tentang manajemen nyeri
aktivitas, aktivitas berulang-
ulang) Analgesic Administration

- Respon autonom 18. Tentukan lokasi,


(seperti diaphoresis, karakteristik, kualitas, dan
perubahan tekanan darah, derajat nyeri sebelum
perubahan nafas, nadi dan pemberian obat
dilatasi pupil) 19. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
- Perubahan autonomic dan frekuensi
dalam tonus otot (mungkin 20. Cek riwayat alergi
dalam rentang dari lemah ke 21. Pilih analgesik yang
kaku) diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
- Tingkah laku pemberian lebih dari satu
ekspresif (contoh : gelisah, 22. Tentukan pilihan analgesik
merintih, menangis, tergantung tipe dan
waspada, iritabel, nafas beratnya nyeri
panjang/berkeluh kesah) 23. Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
- Perubahan dalam
optimal
nafsu makan dan minum
24. Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
Faktor yang berhubungan : 25. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
Agen injuri (biologi, kimia, analgesik pertama kalI
fisik, psikologis) 26. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
27. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
25

2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan Manajemen Energi


berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 a. Tentukan keterbatasan
ketidakseimbangan antara jam Partisipan dapat Partisipan terhadap aktivitas
suplai dengan menunjukkan toleransi b. Tentukan penyebab
kebutuhan,kelemahan terhadap aktivitas dengan kelelahan
menyekuruh kriteria : c. Motivasi klien
A Partisipan dapat d. Monitor intake nutrisi
menentukkan aktivitas e. Dorong untuk melakakukan
yang sesuai dengan aktivitas harian sesuai
peningkatan TTV kemampuan
B Mempertahankan f. Bantu Partisipan untuk
warna dan kehangatan mengidentifikasi aktifitas
kulit dengan aktivitas yang disukai
C EKG dalam batas g. Evaluasi program
normal peningkatan tingkat
D Melaporkan aktivitas.
peningkatan aktivitas
harinya

3 Resiko ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Diet :


perfusi jaringan otak keperawatan selama 3x24 A. Kaji tingkat – tingkat
berhubungan dengan jam Partisipan dapat pengetahuan Partisipan
tekanan intrakranial menunjukkan kriteria mengenai diet yang
tekanan darah tinggi hasil : disarankan
A. Tekanan darah B. Kaji pola makan Partisipan
systole dan diastole saat ini dan
dalam rentang yang sebelumnya,termasuk
diharapkan makanan yang disukai dan
B. Tidak ada tanda – pola makan saat ini
tanda peningkatan C. Ajarkan Partisipan nama –
tekanan intrakranial nama makanan sesuai diet
yang disarankan
D. Ajarkan Partisipan untuk
membuat diary makanan
yang dikonsumsi

4. Tindakan Keperawatan

Menurut Nursalam (2013) tindakan keperawatan adalah suatu

perencanaan dengan tujuan merubah atau memanipulasi stimulus

fokal ,kontekstual,dan residual.

Tindakan Keperawatan

No.Diagnosa Tanggal /
Tindakan Paraf
keperawatan jam
Nyeri akut b.d agen cidera 1. Lakukan pengkajian nyeri
biologis secara komprehensif
26

termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
4. Kaji kultur yang
mempengaruhi respon nyeri
5. Evaluasi pengalaman nyeri
masa lampau
6. Evaluasi bersama pasien dan
tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol
nyeri masa lampau
7. Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan
8. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi
nyeri
10. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensI
12. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
17. Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri

5. Evaluasi Keperawatan

Menurut Nursalam (2013) evaluasi adalah penilaian akhir proses

keperawatan didasarkan pada tujuan keperawatan yang ditetapkan.


27

Evaluasi Keperawatan

Catatan
Masalah keperawatan Tanggal / jam Paraf
perkembangan
Nyeri akut b.d agen cidera S:
biologis O:
A:
P:

D. Konsep Nyeri Akut

1. Definisi

Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenang kan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual

atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian

rupa. (Udjianti, 2011)

Nyeri akut adalah sensasi ketidaknyamanan yang di manifestasikan

sebagai penderitaan yang di akibatkan oleh persepsi jiwa nyata,

ancaman, dan fantasi luka (Kozier & Erb, 1998, dalam Anas Tamsuri,

2012).

2. Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang

dirasakan oleh individu.pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif

dan individual, dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama

atau berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran subjektif


28

nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai alat pengukur

nyeri seperti skala analog, skala numerik.(Tamsuri, 2012 )

3. Karakteristik nyeri

Karakteristik nyeri meliputi lokasi nyeri, penyebaran nyeri, durasi,

irama (terus menerus, hilang timbul) dan kualitas nyeri (seperti di

tusuk, seperti terbakar, sakit, dan sebagainya).(Tamsuri, 2012)

4. Faktor faktor yang mempengaruhi toleransi nyeri

Berbagai perilaku sering di identifikasi klien sebagai faktor yang

mengubah intensitas nyeri misal aktivitas,istirahat, pengerahan

tenaga, posisi tubuh, penggunaan obat, dan apa yang diyakini klien

dapat membantu dirinya. perilaku ini sering didasarkan pada upaya

try and error. (Tamsuri, 2012)

5. Respon tubuh terhadap nyeri

a. Respon fisik

Respon fisik timbul karena pada saat impuls nyeri di

transmisikan oleh medulla spinalis menuju batang otak dan

thalamus, sistem saraf otonom terstimulasi, sehingga

menimbulkan respon yang serupa dengan respon tubuh terhadap

stress.pada skala nyeri ringan sampai moderat tubuh merespon

saraf simpatis.sedangkan pada nyeri yang berat dan tidak dapat

ditoleransi akan mengakibatkan stimulasi terhadap saraf

parasimpatis.

b. Respon psikologis
29

Respon psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien

terhadap nyeri yang terjadi atau arti nyeri bagi klien. Klien yang

mengartikan nyeri sebagai sesuatu negatif cenderung memiliki

suasana hati sedih , berduka, ketidakberdayaan, dan dapat

berbalik menjadi rasa marah dan frustasi. Sebaliknya pada klien

yang memiliki persepsi nyeri sebagai pengalaman yang positif

akan menerima nyeri yang di alaminya.

( Tamsuri, 2012 )
30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah model atau yang digunakan peneliti untuk

melakukan suatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya

penelitian. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus,

yaitu studi yang mengeksplorasi suatu masalah/ fenomena dengan batasan

terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam dan menyertakan

berbagai sumber informasi. (Dharma, 2011)

Studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah asuhan

keperawatan terhadap dua Klien yang mengalami Hipertensi dengan

penurunan curah jantung di PUSKESMAS Wates.

B. Batasan Istilah

Asuhan Keperawatan terhadap dua Klien yang mengalami Hipertensi

dengan penurunan curah jantung di PUSKESMAS Wates Pringsewu.

Variabel Batasan Istilah Cara Ukur


peningkatan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan
Wawancara, Observasi
diastolik lebih dari 90 mmHg
Hipertensi Partisipan, dan Studi
pada dua kali pengukuran dengan
Dokumentasi
selang waktu 5 menit dalam
keadaan cukup istirahat/tenang,
Pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenang
kan yang muncul akibat
Wawancara, Observasi
Nyeri akut kerusakan jaringan yang aktual
Partisipan
atau potensial atau digambarkan
dalam hal kerusakan sedemikian
rupa
31

C. Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini yaitu dua Klien atau dua kasus dengan

masalah keperawatan yang sama yaitu Hipertensi dengan nyeri akut di

PUSKESMAS Wates Pringsewu.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

1) Lokasi Penelitian

Studi kasus ini dilakukan di PUSKESMAS Wates Pringsewu

2) Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada Tahun 2019.

E. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu:

1. Wawancara

Mengadakan tanya jawab dengan pihak yang terkait: Pasien maupun Tim

Kesehatan mengenai data pasien dengan hipertensi dengan nyeri akut,

Wawancara dilakukan selama proses keperawatan berlangsung.

2. Observasi Partisipan

Dengan mengadakan pendekatan dan melaksanakan asuhan keperawatan

secara langsung.

3. Studi Dokumentasi

Dokumentasi ini diambil dan dipelajari dari catatan medis dan perawatan

untuk mendapatkan data-data mengenai perawatan maupun pengobatan.


32

F. Analisis Data

1. Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi partisipan, dan studi

dokumentasi. Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian

disalin dalam bentuk transkip (catatan terstruktur).

2. Mereduksi Data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan

dijadikan satu dalam bentuk transkip dan dikelompokkan menjadi data

subyektif dan obyektif, kemudian dianalisis berdasarkan hasil

pemeriksaan diagnostik dan dibandingkan.

3. Penyajian Data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel dan teks naratif.

Kerahasiaan dari Klien dijamin dengan menuliskan identitas dari Klien

diganti dengan inisial.

4. Kesimpulan

Data yang telah disajikan kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan

perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode

induksi. Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian,

diagnosis, perencanaan, tindakan, dan evaluasi.

G. Etik Penelitian

Etika yang mendasari penyusunan studi kasus, terdiri dari:

1. Informed Consent (persetujuan menjadi Klien) yaitu persetujuan untuk

berpartisipasi sebagai subyek penelitian setelah mendapatkan penjelasan


33

yang lengkap dan terbuka dari peneliti tentang keseluruhan pelaksanaan

penelitian. Penelitian melakukan beberapa hal yang berhubungan dengan

informed consent antara lain:

a. Mempersiapkan formulir pesetujuan yang akan ditanda tangani oleh

subyek penelitian. Isi formulir informed consent mencakup:

1) Penjelasan tentang judul penelitian, tujuan, dan manfaaat

penelitian.

2) Permintaan kepada subyek untuk berpartisipasi dalam

penelitian.

3) Penjelasan prosedur penelitian.

4) Gambaran tentang resiko dan ketidaknyamanan selama

penelitian.

5) Penjelasan tentang keuntungan yang didapat dengan

berpartisipasi sebagai subyek penelitian.

6) Penjelasan tentang jaminan kerahasiaan dan anonimitas.

7) Hak untuk mengundurkan diri dari keikutsertaan sebagai subyek

penelitian, kapanpun sesuai dengan keinginan subyek.

8) Persetujuan peneliti untuk memberikan informasi yang jujur

terkait dengan prosedur penelitian.

9) Pernyataan persetujuan dari subyek untuk ikut serta dalam

penelitian.

b. Memberikan penjelasan langsung kepada subyek mencakup seluruh

penjelasan yangditulis dalam formulir informed consent dan


34

penjelasan lain yang diperlukan untuk memperjelas subyek tentang

pelaksanaan penelitian.

c. Memberikan kesempatan kepada subyek untuk bertanya tentang

aspek-aspek yang belum dipahami dari penjelasan peneliti dan

menjawab seluruh pertanyaan subyek dengan terbuka.

d. Memberikan waktu yang cukup kepada subyek untuk menentukan

pilihan mengikuti atau menolak ikut serta sebagai subyek penelitian.

e. Meminta subyek untuk menandatangani formulir informed consent

jika menyetujui ikut serta dalam penelitian, (Dharma, 2011)

2. Anonymity (Tanpa Nama)

Peneliti tidak akan menampilkan informasi mengenai nama dan alamat

asal responden dalam kuisioner maupun alat ukur apapun untuk

menjaga anonimitas dan kerahasiaan identitas subyek. Oleh karena itu,

peneliti menggunakan koding responden. (Dharma, 2011)

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Manusia sebagai subyek pelitian memiliki privasi dan hak asasi untuk

mendapatkan kerahasiaan informasi. Namun tidak bias dipungkiri

bahwa penelitian menyebabkan keterbukanya informasi tentang subyek.

Sehingga peneliti perlu merahasiakan berbagai informasi yang

menyangkut privasi subyek yang tidak ingin identitas dan segala

informasi tentang drinya diketahui oleh orang lain. Prinsip ini dapat

diterapkan dengan cara meniadakan identitas seperti nama dan alamat

subyek kemudian diganti dengan kode tertentu. Dengan demikian


35

segala informasi yang menyangkut identitas subyek tidak terekspose

secara luas.

(Dharma,2011)
36

Anda mungkin juga menyukai