Hakikat Ipa Dan Metode Ilmiah

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 6

HAKIKAT IPA DAN METODE ILMIAH

PENANAMAN BAWANG MERAH

DISUSUN OLEH:

 Restu Dwi N
 Rahmi Rhida
 Risma Faridatun N
 Safira Biah A
 Selly Octavia

Smk Farmasi Purwakarta


Jl.Veteran No.100B (O264) 8224804 Purwakarta 41115
Bawang merah (Allium asclonicum) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang sangat
dibutuhkan oleh manusia. Keberhasilan yang diperoleh dari budidaya bawang merah ini, tentu
saja dihadapkan pada berbagai masalah (resiko) di lapangan. Diantaranya cara budidaya,
serangan hama dan penyakit, kekurangan unsur mikro, dll yang menyebabkan produksi
menurun.
Meskipun kandungan terbesar yang dimiliki bawang merah adalah air, namun ada unsur lain
yang perlu diperhatikan agar kita bisa menghasilkan umbi bawang merah dengan produksi
tinggi dan berkualitas. Kuantitas bawang merah berkaitan erat dengan ukuran dan banyaknya
umbi yang dihasilkan. Kualitas bawang merah ditentukan oleh aroma yang tajam serta warna
kulit umbinya. Semakin besar dan banyak umbinya dengan aroma yang tajam, maka semakin
tinggi pula harga jualnya.
Penambahan bahan organik berupa pupuk kandang, kompos atau bahan hijauan segar lainnya
dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan agregasi, meningkatkan daya memegang air
serta memperkaya tanah dengan berbagai macam unsur hara hasil peruraian dari bahan
organik yang dimasukkan ke dalam tanah (Hendrata et al, 2014).

Sejarah
Tanaman bawang merah diduga berasal dari Asia. Sebagian literatur menyebutkan bahwa
tanaman ini berasal dari Asia Tengah, terutama daerah Palestina dan India, tetapi sebagian lagi
memperkirakan bahwa tanaman bawang merah berasal dari Asia tenggara dan Mediterania.
Sumber lainnya menduga asal usul bawang merah berasal dari Negara Iran dan Pegunungan
sebelah utara Pakistan.
Tanaman bawang merah merupakan tanaman yang tertua dari silsilah budidaya tanaman oleh
manusia. Hal ini ditunjukkan pada zaman I dan II Dynasti (3.200-2.700) SM, bangsa Mesir
melukiskan bawang merah pada patung dan tugu-tugu mereka. Di Israel, tanaman bawang
merah dikenal pada tahun 1500 SM.
Peninggalan Yunani Kuno memperjelas, umur pembudidayaan bawang merah, diduga 4000
tahun yang lalu. Di kawasan Eropa Barat, Eropa Timur dan Spanyol, tanaman ini dibudidayakan
sekitar 1000 tahun yang lalu, kemudian menyebar ke Amerika terutama Amerika Serikat. Dalam
penyebarluasan selanjutnya, bawang merah ini berkembang sampai ke Timur jauh dan Asia
Selatan. Di Jepang, budidaya bawang merah terutama dikenal pada akhir abad yang sama saat
bawang merah dikenal di Eropa barat. Pada tahun 1975, Jepang memproduksi bawang merah
sebanyak 1 juta ton dari 30 ribu hektar, sehingga menjadi produsen nomor dua di dunia untuk
bawang merah. Sedangkan negara-negara lain yang tercatat sebagai produsen bawang merah
antara lain Jepang, Amerika Serikat, Rumania, Italia dan Meksiko

Potensi, Peluang & Masalah


Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka
Belitung, bawang merah sangat potensial untuk dikembangkan meskipun struktur tanahnya
berpasir. Bisa mencontoh keberhasilan pengembangan bawang merah, di Kabupaten Bantul,
DIY yang menanam bawang merah di sepanjang pesisir pantai selatan
Menurut pangamatan di lapangan, hampir seluruh komoditas sayuran yang ada Kepulauan
Bangka Belitung dipasok dari Pulau Jawa dan sekitarnya. Berkurangnya pasokan bawang
merah di sejumlah pasar di Pangkalpinang, pasca-lebaran mengakibatkan harga bawang merah
cenderung meningkat. Harga bawang merah di Pasar Atrium Pangkalpinang, berkisar antara Rp
55.000 - Rp 60.000 per kg
Menurut Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, akibat tingginya curah hujan di daerah sentra
produksi, diperkirakan impor bawang merah yang akan masuk wilayah Indonesia mencapai
10.000 ton. Berdasarkan data Kemendag, harga bawang merah terus menunjukkan tren
kenaikan harga. Rata-rata bulan Juli, harga bawang merah nasional mencapai Rp 35.086 per kg,
atau naik 19% jika dibandingkan Juni sebesar Rp 29.456 per kg
(http://bangka.tribunnews.com/2013/08/02/bulan-ini-10000-ton-bawang-merah-impor-
masuk-pasar).
Badan Litbang Pertanian sejak beberapa tahun yang lalu telah menghasilkan aneka jenis
Varietas Unggul Baru (VUB) bawang merah, diantaranya Maja (potensi 10,9 ton/ha, cocok
untuk dataran rendah), Kuning (potensi 21,39 ton/ha, cocok untuk dataran rendah), Bima
Brebes (potensi 9,9 ton/ha, cocok untuk dataran rendah), Katumi (potensi 24,1 ton/ha, cocok
untuk dataran medium), Sembrani (potensi 24 ton/ha, cocok untuk dataran rendah sampai
medium), Mentes (potensi 27,58 ton/ha) (R. Sinaga et all, 2011).
TEKNIK BUDIDAYA
Persiapan bibit
1. Bawang merah yang dipilih adalah varietas yang adaptif dengan ukuran kecil atau sedang.
2. Ukuran umbi bibit yang optimal adalah 3 - 4 gram/umbi.
3. Umbi bibit yang baik yang telah disimpan 2 - 3 bulan dan umbi masih dalam ikatan (umbi
masih ada daunnya)
4. Umbi bibit harus sehat, ditandai dengan bentuk umbi yang kompak (tidak keropos), kulit
umbi tidak luka (tidak terkelupas atau berkilau)
5. Benih direndam dengan larutan Hormon Organik sehari sebelum tanam selama 10 menit.
6. Setelah bibit ditiriskan, lalu ditaburi merata dengan satu bungkus (100 g) agensia hayati
berbahan aktif Gliocladium + Trichoderma(Hendrata dan Murwati, 2008).
7. Sebelum dilakukan penanaman, ujung umbi bawang merah dipotong 1/3 bagian atau
sesuai kebutuhan (Hendrata et all, 2005).

Persiapan lahan
Pengolahan tanah dilakukan untuk menciptakan kondisi struktur tanah dan aerasi yang lebih
baik.
1. Sebaiknya tanah diratakan terlebih dahulu lalu dibuat jalan untuk penyiraman dengan
lebar ± 50 cm.
2. Lahan diolah dengan kedalaman ± 30 cm lalu diberi campuran kotoran sapi matang (2,5
ton/ha) + agensia hayati berbahan aktifGliocladium + Trichoderma.
3. Setelah itu dibiarkan selama seminggu.

Penanaman
1. Sebelumnya tanah dibasahi dulu lalu dibuat lubang yang sudah diatur jarak tanamnya.
2. Bibit ditanam dalam keadaan berdiri.
3. Penanaman sebaiknya jangan terlalu dalam, cukup ditutup tipis dengan tanah/pasir.
4. Jarak tanam yang digunakan 20 x 20 cm dengan jumlah bibit sebanyak 1 bibit per lubang.
PEMELIHARAAN
Penyiraman
1. Penyiraman dapat dilakukan dengan gembor atau selang besar, dilakukan 2 kali sehari
(pagi dan sore) atau sesuai kondisi tanah/tanaman terutama sehabis hujan atau turun
embun untuk menghindari penyebaran penyakit Alternaria porii (trotol).
2. Kunci dari penyiraman adalah memberikan air secara baik pada tanaman sehingga
tanaman tidak layu atau sebelum tanaman mengalami stress.

Penyiangan
1. Penyiangan sebaiknya dilakukan pada kondisi gulma masih kecil, apabila sudah besar
cukup dipotong dengan sabit, jangan dicabut agar tidak merusak akar bawangnya.
2. Penyiangan dilakukan 2 kali : 7 – 10 hst & 30 – 35 hst, tergantung situasi & kondisi atau
saat umbi pecah

Pengendalian Hama dan Penyakit


Pada dasarnya untuk mengatasi serangan OPT gunakan konsep PHT, pestisida kimia dapat
digunakan sebagai alternatif terakhir.
1. 1. Bercak Ungu (Alternaria porii (ELL) Cif.
Akibat serangan :
- Daun bawang kering dan mati
- Umbi yang berbentuk tidak sempurna (kecil - kecil)
Gejala serangan:
- Bercak kecil, cekung
- Warna putih hingga kelabu
- Jika membesar bercak seperti membentuk cincin

Pengendalian teknis :
- Penyemprotan dengan air bersih pada tanaman sehabis turun hujan
Pengendalian kimia:
- Aplikasi fungisida berbahan aktif tembaga hidroksida dan Iprodion.
Pengendalian biologi :
- Aplikasi agensia hayati berbahan aktif Gliocladium dan Trichoderma.

1. 2. Bercak daun Cercospora (Cercospora duddiae)


Akibat serangan :
- Terjadi klorosis pada daun

Gejala serangan:
- Bercak klorosis, bulat, berwarna kuning
- Terdapat pada ujung daun
Pengendalian kimia:
- Aplikasi fungisida berbahan aktif tembaga hidroksida dan Iprodion
3. Busuk Daun (Peronospora destructor)
Akibat serangan :
- Daun kering dan mati
Gejala serangan :
- Saat tanaman mulai membentuk umbi pada cuaca yang cukup lembab maka gejala
serangan akan berupa bercak hijau pucat dan selanjutnya berubah menjadi kapang.
Pengendalian teknis :
- Penyemprotan dengan air bersih sehabis hujan atau pada pagi hari sebelum matahari terbit
Pengendalian kimia :
- Aplikasi fungisida berbahan aktif metalaksil dan tebu konazold.
Pengendalian biologi :
- Aplikasi agensia hayati berbahan aktif Gliocladium dan Trichoderma.
4. Rebah bibit (Phytium debaryanum Hesse)
Akibat serangan :
- Tanaman yang baru tumbuh akan busuk dan mati
Gejala serangan :
- Bibit di persemaian busuk, rebah dan selanjutnya akan mati
Pengendalian teknis :
- Menjaga kelembaban disekitar persemaian agar tidak terlalu tinggi
Pengendalian kimia :
- Aplikasi bakterisida
Pengendalian biologi :
- Aplikasi agensia hayati berbahan aktif Gliocladium dan Trichoderma.
5. Ulat (Spodophtera exigua)
Akibat serangan :
- Daun tanaman menjadi putus-putus atau robek dan rusak
Gejala serangan :
- Terdapat telur ulat di sekitar tanaman
- Daun bila diteropong tampak bekas dimakan ulat
Pengendalian teknis :
- Memotong daun yang terserang dan dibuang di lokasi yang berjauhan.
Pengendalian kimia :
- Aplikasi insektisida yang berbahan aktif Klorpirifos, Tebufenosida.
Pengendalian biologi :
- Aplikasi agensia hayati yang berbahan aktif SE-NPV (Spodophtera Exigua-Nuclear
Polyhedrosis Virus).
1. Thrips dapat diberikan agensia hayati Beauveria bassiana (BVR) dosis 100 gram untuk
1000 m.
Pemupukan
1. Tanaman bawang merah dipupuk dengan : Urea 150 kg/ha, ZA 200 kg/ha, SP36 150 kg/ha,
KCl 150 kg/ha. Pemupukan diberikan 2 kali yaitu umur 7 hst 1/3 bagian dan 2/3 bagian
diberikan pada umur 30 hst.
2. Tanaman sebaiknya ditambah dengan Pupuk Organik Padat (POP) dosis 1 sdm untuk 1
gembor kapasitas 10 liter, dosis pupuk kimia dikurangi sepertiganya.
3. Umur 7 hst tanaman disemprot Pupuk Organik Cair (POC) dosis 4 - 5 tutup per tangki, tiap
7 – 10 hari sekali hingga 50 hst. Mulai 30 hst tanaman disemprot dengan hormon organik
dosis 2 tutup per tangki.

PANEN
1. Panen dilakukan saat tanaman umur antara 60 – 63 hst, tergantung varietasnya.
2. Tanaman siap panen dicirikan dengan 60% populasi dari seluruh tanaman, daun
tanamannya sudah rebah, daun-daunnya mengering, umbi tersembul ke permukaan
tanah, leher batang semu apabila ditekan lunak atau tidak keras.
3. Panen dilakukan saat udara cerah.
4. Seluruh tanaman dicabut secara hati-hati dengan tangan agar tidak ada umbi yang
tertinggal didalam tanah (Hendrata et al,2014).

Anda mungkin juga menyukai