Hakikat Ipa Dan Metode Ilmiah
Hakikat Ipa Dan Metode Ilmiah
DISUSUN OLEH:
Restu Dwi N
Rahmi Rhida
Risma Faridatun N
Safira Biah A
Selly Octavia
Sejarah
Tanaman bawang merah diduga berasal dari Asia. Sebagian literatur menyebutkan bahwa
tanaman ini berasal dari Asia Tengah, terutama daerah Palestina dan India, tetapi sebagian lagi
memperkirakan bahwa tanaman bawang merah berasal dari Asia tenggara dan Mediterania.
Sumber lainnya menduga asal usul bawang merah berasal dari Negara Iran dan Pegunungan
sebelah utara Pakistan.
Tanaman bawang merah merupakan tanaman yang tertua dari silsilah budidaya tanaman oleh
manusia. Hal ini ditunjukkan pada zaman I dan II Dynasti (3.200-2.700) SM, bangsa Mesir
melukiskan bawang merah pada patung dan tugu-tugu mereka. Di Israel, tanaman bawang
merah dikenal pada tahun 1500 SM.
Peninggalan Yunani Kuno memperjelas, umur pembudidayaan bawang merah, diduga 4000
tahun yang lalu. Di kawasan Eropa Barat, Eropa Timur dan Spanyol, tanaman ini dibudidayakan
sekitar 1000 tahun yang lalu, kemudian menyebar ke Amerika terutama Amerika Serikat. Dalam
penyebarluasan selanjutnya, bawang merah ini berkembang sampai ke Timur jauh dan Asia
Selatan. Di Jepang, budidaya bawang merah terutama dikenal pada akhir abad yang sama saat
bawang merah dikenal di Eropa barat. Pada tahun 1975, Jepang memproduksi bawang merah
sebanyak 1 juta ton dari 30 ribu hektar, sehingga menjadi produsen nomor dua di dunia untuk
bawang merah. Sedangkan negara-negara lain yang tercatat sebagai produsen bawang merah
antara lain Jepang, Amerika Serikat, Rumania, Italia dan Meksiko
Persiapan lahan
Pengolahan tanah dilakukan untuk menciptakan kondisi struktur tanah dan aerasi yang lebih
baik.
1. Sebaiknya tanah diratakan terlebih dahulu lalu dibuat jalan untuk penyiraman dengan
lebar ± 50 cm.
2. Lahan diolah dengan kedalaman ± 30 cm lalu diberi campuran kotoran sapi matang (2,5
ton/ha) + agensia hayati berbahan aktifGliocladium + Trichoderma.
3. Setelah itu dibiarkan selama seminggu.
Penanaman
1. Sebelumnya tanah dibasahi dulu lalu dibuat lubang yang sudah diatur jarak tanamnya.
2. Bibit ditanam dalam keadaan berdiri.
3. Penanaman sebaiknya jangan terlalu dalam, cukup ditutup tipis dengan tanah/pasir.
4. Jarak tanam yang digunakan 20 x 20 cm dengan jumlah bibit sebanyak 1 bibit per lubang.
PEMELIHARAAN
Penyiraman
1. Penyiraman dapat dilakukan dengan gembor atau selang besar, dilakukan 2 kali sehari
(pagi dan sore) atau sesuai kondisi tanah/tanaman terutama sehabis hujan atau turun
embun untuk menghindari penyebaran penyakit Alternaria porii (trotol).
2. Kunci dari penyiraman adalah memberikan air secara baik pada tanaman sehingga
tanaman tidak layu atau sebelum tanaman mengalami stress.
Penyiangan
1. Penyiangan sebaiknya dilakukan pada kondisi gulma masih kecil, apabila sudah besar
cukup dipotong dengan sabit, jangan dicabut agar tidak merusak akar bawangnya.
2. Penyiangan dilakukan 2 kali : 7 – 10 hst & 30 – 35 hst, tergantung situasi & kondisi atau
saat umbi pecah
Pengendalian teknis :
- Penyemprotan dengan air bersih pada tanaman sehabis turun hujan
Pengendalian kimia:
- Aplikasi fungisida berbahan aktif tembaga hidroksida dan Iprodion.
Pengendalian biologi :
- Aplikasi agensia hayati berbahan aktif Gliocladium dan Trichoderma.
Gejala serangan:
- Bercak klorosis, bulat, berwarna kuning
- Terdapat pada ujung daun
Pengendalian kimia:
- Aplikasi fungisida berbahan aktif tembaga hidroksida dan Iprodion
3. Busuk Daun (Peronospora destructor)
Akibat serangan :
- Daun kering dan mati
Gejala serangan :
- Saat tanaman mulai membentuk umbi pada cuaca yang cukup lembab maka gejala
serangan akan berupa bercak hijau pucat dan selanjutnya berubah menjadi kapang.
Pengendalian teknis :
- Penyemprotan dengan air bersih sehabis hujan atau pada pagi hari sebelum matahari terbit
Pengendalian kimia :
- Aplikasi fungisida berbahan aktif metalaksil dan tebu konazold.
Pengendalian biologi :
- Aplikasi agensia hayati berbahan aktif Gliocladium dan Trichoderma.
4. Rebah bibit (Phytium debaryanum Hesse)
Akibat serangan :
- Tanaman yang baru tumbuh akan busuk dan mati
Gejala serangan :
- Bibit di persemaian busuk, rebah dan selanjutnya akan mati
Pengendalian teknis :
- Menjaga kelembaban disekitar persemaian agar tidak terlalu tinggi
Pengendalian kimia :
- Aplikasi bakterisida
Pengendalian biologi :
- Aplikasi agensia hayati berbahan aktif Gliocladium dan Trichoderma.
5. Ulat (Spodophtera exigua)
Akibat serangan :
- Daun tanaman menjadi putus-putus atau robek dan rusak
Gejala serangan :
- Terdapat telur ulat di sekitar tanaman
- Daun bila diteropong tampak bekas dimakan ulat
Pengendalian teknis :
- Memotong daun yang terserang dan dibuang di lokasi yang berjauhan.
Pengendalian kimia :
- Aplikasi insektisida yang berbahan aktif Klorpirifos, Tebufenosida.
Pengendalian biologi :
- Aplikasi agensia hayati yang berbahan aktif SE-NPV (Spodophtera Exigua-Nuclear
Polyhedrosis Virus).
1. Thrips dapat diberikan agensia hayati Beauveria bassiana (BVR) dosis 100 gram untuk
1000 m.
Pemupukan
1. Tanaman bawang merah dipupuk dengan : Urea 150 kg/ha, ZA 200 kg/ha, SP36 150 kg/ha,
KCl 150 kg/ha. Pemupukan diberikan 2 kali yaitu umur 7 hst 1/3 bagian dan 2/3 bagian
diberikan pada umur 30 hst.
2. Tanaman sebaiknya ditambah dengan Pupuk Organik Padat (POP) dosis 1 sdm untuk 1
gembor kapasitas 10 liter, dosis pupuk kimia dikurangi sepertiganya.
3. Umur 7 hst tanaman disemprot Pupuk Organik Cair (POC) dosis 4 - 5 tutup per tangki, tiap
7 – 10 hari sekali hingga 50 hst. Mulai 30 hst tanaman disemprot dengan hormon organik
dosis 2 tutup per tangki.
PANEN
1. Panen dilakukan saat tanaman umur antara 60 – 63 hst, tergantung varietasnya.
2. Tanaman siap panen dicirikan dengan 60% populasi dari seluruh tanaman, daun
tanamannya sudah rebah, daun-daunnya mengering, umbi tersembul ke permukaan
tanah, leher batang semu apabila ditekan lunak atau tidak keras.
3. Panen dilakukan saat udara cerah.
4. Seluruh tanaman dicabut secara hati-hati dengan tangan agar tidak ada umbi yang
tertinggal didalam tanah (Hendrata et al,2014).