Anda di halaman 1dari 19

Tugas Referat Tumor Otak

Nurfitri Novriyanti
G1A114044

Dosen Pembimbing : dr. Apriyanto, Sp.BS(K), M.Kes

PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017/2018
BAB I

PENDAHULUAN

Pengertian dan Epidemiologi

Tumor otak merupakan salah satu bagian dari tumor pada sistem saraf,
disamping tumor spinal dan tumor saraf perifer. Tumor otak bersifat jinak
maupun ganas dan timbul didalam otak, meningen dan tengkorak. Tumor ini
dapat bersifat primer ataupun merupakan metastase dari tumor pada organ
lainnya.1

Tumor otak primer (80 %), sekunder (20 %). Tumor primer kira-kira
50% adalah glioma, 20 % meningioma, 15 % adenoma dan 7 % neurinoma. Pada
orang dewasa 60 % terletak di supratentorial, sedangkan pada anak-anak 70 %
terletak di infratentorial. Tumor yang paling banyak ditemukan pada anak adalah
tumor serebellum yaitu meduloblastoma dan astrositoma.Statistik primer adalah
10 % dari semua proses neoplasma dan terdapat 3 – 7 penderita dari 100.000
orang penduduk.2

Diagnosis tumor intrakranial ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan


pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi.
Dengan pemeriksaan klinis sulit menegakkan diagnosis tumor intrakranial dan
membedakan benigna atau maligna, karena gejala klinis yang ditemukan
tergantung dari lokasi tumor, kecepatan pertumbuhan masa tumor, dan cepatnya
timbul gejala tekanan tinggi intrakranial serta efek dari masa tumor kejaringan
otak yang dapat menyebabkan kompresi, infasi, dan destruksi dari jaringan otak.
Walaupun demikian ada beberapa jenis tumor yang mempunyai predileksi lokasi
sehingga memberikan gejala yang spesifik dari tumor intrakranial. Dengan
pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi dapat dibedakan tumor benigna dan
maligna.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Tumor Otak

Tumor adalah adalah suatu pertumbuhan jaringan abnormal yang


disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasi-mutasi tersebut
menyebabkan munculnya tumor. Sebenarnya sel kita memiliki mekanisme
perbaikan DNA (DNA repair) dan mekanisme lainnya yang menyebabkan sel
merusak dirinya dengan apoptosis jika kerusakan DNA sudah terlalu berat.
Apoptosis adalah proses aktif kematian sel yang ditandai dengan pembelahan
DNA kromosom, kondensasi kromatin, serta fragmentasi nukleus dan sel itu
sendiri. Mutasi yang menekan gen untuk mekanisme tersebut biasanya dapat
memicu terjadinya kanker.1,4

Tumor otak adalah suatu pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak


merupakan penyakit yang menyerang otak manusia, yang merupakan pusat
kendali dari tubuh manusia, sehingga tumor otak pada umum nya dapat
mengganggu fungsi organ tubuh lain bahkan dapat menyebabkan kematian.
Tumor otak dapat bersifat benigna dan maligna.1,2 Tumor intrakranial (termasuk
lesi desak ruang) bersifat jinak maupun ganas, dan timbul dalam otak, meningen,
dan tengkorak. Tumor otak berasal dari jaringan neuronal, jaringan otak
penyokong, sistem retikuloendotelial, lapisan otak dan jaringan perkembangan
residual, atau dapat bermetastasis dari karsinoma sistemik.1
Gambar 2.3.Tumor Otak3

2.2 Epidemiologi

Tumor primer biasanya timbul dari jaringan otak, meningen, hipofisis dan
selaput myelin. Tumor sekunder berasal adalah tumor metastasis yang biasa
berasal dari hampir semua tumor pada tubuh. Tumor metastasis SSP yang melalui
perderan darah yaitu yang paling sering adalah tumor paru-paru dan prostat,
ginjal, tiroid, atau traktus digestivus, sedangkan secara perkontinuitatum masuk ke
ruang tengkorak melalui foramina basis kranii yaitu infiltrasi karsinoma
anaplastik nasofaring.4 pada umumnya tumor otak primer tidak memiliki
kecenderungan bermetastasis, hanya satu yaitu meduloblastoma yang dapat
bermetastasis ke medulla spinalis dan kepermukaan otak melalui peredaran likuor
serebrospinalis. Perbandingan tumor otak primer dan metastasis adalah 4 : 1.

Tumor otak primer (80 %), sekunder (20 %). Tumor primer kira-kira
50% adalah glioma, 20 % meningioma, 15 % adenoma dan 7 % neurinoma. Pada
orang dewasa 60 % terletak di supratentorial, sedangkan pada anak-anak 70 %
terletak di infratentorial. Tumor yang paling banyak ditemukan pada anak adalah
tumor serebellum yaitu meduloblastoma dan astrositoma.Statistik primer adalah
10 % dari semua proses neoplasma dan terdapat 3 – 7 penderita dari 100.000
orang penduduk.5

Glioma Jumlah ½ tumor otak Tumbuh pada tiap jaringan dari otak.
Infiltrasi dari terutama ke jaringan hemisfer cerebral.Tumbuh sangat cepat,
sebagian orang bias hidup beberapa bulan sampai tahun. Meningoma 13 % sampai
18 % tumor primer intrakranial Tumbuh dari selaput meningeal otak. Biasanya
jinak tapi bisa berubah menjadi maligna. Biasanya berkapsul dan penyembuhan
melaui bedah sangat mungkin dan pertumbuhan kembali mungkin terjadi.5

Tumor Pituitari merupakan tumor pada semua kelompok umur, tapi lebih
sering pada wanita. Tumbuh dari berbagai jenis jaringan. Tumor otak mewakili
sebanyak 20% dari semua kanker pada anak-anak. Pada kelompok usia ini 70%
tumor primer tumbuh di daerah fosa posterior, sementara pada orang dewasa,
proporsi yang sama tumbuh di atas tentorium. Pada orang dewasa terdapat insiden
tumor primer dan metastatik yang hampir sama.5

2.3 Etiologi Tumor Otak


Penyebab tumor otak belum diketahui pasti, tapi dapat diperkirakan karena :6
a. Genetik

Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali
pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-
anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat
dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial
yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat
untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.

b. Bagian embrional yang tersisa.

Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan


yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi ganas
dan merusak bangunan di sekitarnya seperti meningioma, astrositoma,
raniofaringioma, teratoma intrakranial, kordoma

c. Radiasi
Pada manusia susunan saraf pusat pada masa kanak-kanak menyebablkan
terbentuknya neoplasma setelah dewasa. Radiasi dengan dosis terapeutik dapat
merangsang sel-sel mesenkhimal. Beberapa laporan bahwa radiasi berperan
timbulnya meningioma.

d. Trauma

Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma


selaput otak). Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat
belum diketahui.

e. Kimia dan Virus

Zat-zat karsinogenik “methylcholanthrone” dan “nitro-ethyl-urea” dapat


menyebabkan tumor otak primer. Sedangkan virus (virus Epstein Barr) disangka
berperan dalam genesisnya “Burkitt’s lymphoma” juga karsinoma anaplastik
nasofaring.Pada binatang telah ditemukan bahwa karsinogen kimia dan virus
menyebabkan terbentuknya neoplasma primer susunan saraf pusat tetapi
hubungannya dengan tumor pada manusia masih belum jelas.

f. Metastase

Metastase ke otak dari tumor bagian tubuh lain juga dapat terjadi.
Karsinoma metastase lebih sering menuju ke otak dari pada sarkoma. Lokasi
utama dari tumor otak metastase berasal dari paru-paru dan payudara.

2.4 Patofisiologi Tumor Otak

Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel


abnormal secara sangat cepat pada daerah central nervous system (CNS). Sel ini
akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya,
mengakibatkan terjadi gangguan neurologis. Gangguan neurologik pada tumor
otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor : gangguan fokal disebebkan
oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial.6
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan
infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan
neuron. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang
bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri
pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan
mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer.6

Serangan kejang sebagai gejala perubahan kepekaan neuron dihubungkan


dengan kompesi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa
tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga
memperberat ganggguan neurologist fokal.

Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor:


bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan
perubahan sirkulasi cairan serebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan
bertambahnya massa, karena tumor akan mengambil ruang yang relatif dari ruang
tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan oedema dalam jaruingan otak.
Mekanisme belum seluruhnyanya dipahami, namun diduga disebabkan selisih
osmotik yang menyebabkan perdarahan.5,6

Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah
otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intracranial dan meningkatkan
tekanan intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral
ke ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus. Mekanismenya belum
seluruhnya dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang
menyebabkan penyerapan cairan tumor. Mekanisme kompensasi memerlukan
waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu
tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat.5

Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah


intracranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan
mengurangi sel-sel parenkim, kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan
herniasi unkus atau serebelum yang timbul bilagirus medialis lobus temporalis
bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak.
Herniasi menekan mesensenfalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan
menekan saraf otak ketiga. Kompresi medula oblogata dan henti pernafasan
terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan
intracranial yang cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik
(pelebaran tekanan nadi), dan gangguan pernafasan.5

2.5 Klasifikasi Tumor Otak7


1. Berdasarkan jenis tumor

 Jinak
a. Acoustic neuroma
b. Meningioma
c. Pituitary adenoma
d. Astrocytoma (grade I)
 Malignant
a. Astrocytoma (grade 2,3,4)
b. Oligodendroglioma
c. Apendymoma

2. Berdasarkan lokasi
 Tumor intradural
a. Ekstramedular
b. Cleurofibroma
c. Meningioma
d. Intramedular
e. Apendymoma
f. Astrocytoma
g. Oligodendroglioma
h. Hemangioblastoma
 Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara,
prostal, tiroid, paru – paru, ginjal dan lambung.

2.6 Penatalaksanaan Tumor Otak

Tindakan terhadap tumor otak adalah paliatip dan melibatkan


penghilangan atau mengurangi simtomatologi serius. Pendekatan ter apeutik ini
mencakup radiasi, yang menjadi dasar pengobatan, pembedahan (biasanya pada
metastase intrakranial tunggal), kemoterapi.8

Pemilihan jenis terapi pada tumor otak tergantung pada beberapa faktor,
antara lain:8

 Kondisi umum penderita


 Tersedianya alat yang lengkap
 Pengertian penderita dan keluarganya
 Luasnya metastasis.

Penatalaksanaan Menurut Brunner dan Suddarth 1987 : 7

1. Pembedahan
Merupakan pilihan pertama bagi pasien dengan tumor otak. Tujuan
diagnosis definitive dan memperkecil tumor tersebut. Pengangkatan
dari semua tumor menimbulkan defisit neurologis yang berat. Banyak
faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu pembedahan tumor otak
yakni: diagnosisyang tepat, rinci dan seksama, perencanaan dan
persiapan pra bedah yang lengkap, teknik neuroanastesi yang baik,
kecermatan dan keterampilan dalam pengangkatan tumor,
serta perawatan pasca bedah yang baik, berbagai cara dan teknik
operasi dengan menggunakan kemajuan teknologi seperti mikroskop,
sinar laser, ultrasound aspirator, bipolar coagulator, realtime
ultrasound yang membantu ahli bedah saraf mengeluarkan massa
tumor otak dengan aman.
Indikasi utama dari pembedahan tumor otak yaitu :

a. Diagnosis

Diagnosis bisa dilakukan dengan biopsi terbuka atau biopsi


sterotaktik. Hasil biopsi jaringan untuk menentukan jenis tumor,
gradasinya, dan menentukan adanya tanda keganasan.

b. Dekompresi

Dekompresi tumor dilakukan apabila edema dan hidrosefalus yang


terjadi mengakibatkan defisit neurologis. Edema yang luas di sekitar
tumor kadang-kadang sulit dikontrol dengan steroid saja. Tujuan dari
“surgical decompression” adalah untuk menurunkan tekanan
intrakranial, simptomatis, dan mencegah memberatnya defisit
neurologis. Meskipun dekompresi ini tidak merubah hasil akhir tetapi
“Life Saving Decompression” juga dikerjakan sebagai tindakan
emergensi terutama pada tumor yang terletak di temporal dan fossa
posterior oleh karena kecenderungan terjadinya herniasi uncus dan
tonsila cerebeli. Tindakan ini bisa memperpanjang hidup beberapa
bulan.

c. Sitoreduksi,

Beberapa peneliti berpendapat bahwa ada hubungan antara


sitoreduksi dengan meningkatnya efektifitas terapi adjuvan oleh karena
dengan sitoreduksi berarti berkurangnya jumlah sel tumor yang
diterapi, meningkatnya kinetik sel, mengangkat sel hipoksik yang radio
resisten dan mengangkat sel tumor yang sulit dicapai dengan
kemoterapi.

Kalau mungkin Sitoreduksi masih konteroversi belum ada


penelitian yang jelas mengenai ekstensifitas reseksi tumor dengan
lamanya hidup penderita. Penyembuhan atau masa bebas tumor yang
lama bisa dilakukan pada reseksi total dari hemangioblastoma,
neurinoma akustik, juvenile astrocitic astrocytoma, adenoma hipofise,
dan meningioma.

Keputusan untuk melakukan pembedahan dan reseksi tumor otak


berbeda pada setiap penderita dan pada setiap tumor. Harus
dipertimbangkan sebaik-baiknya keuntungan yang akan didapat oleh
penderita dari operasi tersebut dengan kemungkinan defisit neurologis
yang akan terjadi operasi tersebut.

Faktor yang perlu diperhatikan dalam menganalisa untung ruginya


tindakan pembedahan yang dilakukan adalah:

 Lokasi tumor adalah faktor utama, misalnya tumor yang letaknya pada
kortek dominan, hipotalamus, batang otak, sinus karvenosus dan tumor
otak intrinsik dari chiasma optikum tidak perlu dilakukan reseksi total.
Tumor ganas mempunyai batas yang tidak jelas dan lebih luas dari pada
apa yang terlihat dengan mata biasa. Bila reseksi total tidak dapat
dilaksanakan, maka biasanya dilakukan pembuangan inkomplit untuk
dekompresi. Tindakan ini seringkali dilaksanakan dengan cara “Suction”
(penyedotan). Untuk tumor di fossa posterior, dilakukan “splitting”
(pemisahan) korteks serebelum, biasanya vermis dan dilaksanakan suction
untuk membersihkan tumor. Pembedahan pada meningoma biasanya sulit
dilakukan karena sering terjadi perdarahan dan menyebabkan edema
serebral. Pembedahan yang ideal pada tumor hipofisis dilakukan
pengangkatan tumor beserta kapsulnya, namun pada kenyataannya kapsula
tumor dibuka dan tumor dikuret atau disedot. Pembersihan atau
pembuangan tumor ini sering inkomplit, tapi dekompresi chiasma dan
nervus optikus dapat tercapai. Bila tumor menyebabkan hidrosefalus
akibat obstruksi ventrikel III atau akuaduktus maka biasnya dilakukan
ventrikulosisternotomy dengan cara memasang tube dari ventrikel lateral
ke sisterna magna.
 Ukuran tumor dan jumlah tumor, analisis yang terliti dari pemeriksaan
radiologi bisa memberikan gambaran apakah tumornya infiltratif atau
berdiferensiasi baik sehingga sangat resektabilitas tumor.

 Status neurologis preoperative penderita merupakan faktor yang sangat


penting pada penderita dengan defisit neurologis yang berat oleh karena
tumor yang besar perlu tindakan dekompresi segera. Defisit neurologis
oleh karena pertumbuhan infiltratif dari tumor biasanya permanen dan
tidak reversibel setelah operasi, kecuali kalau kejadiannya baru. Reseksi
yang agresif kadang-kadang menyebabkan defisit neurologis justru
bertambah setelah penderita dioperasi.

 Jenis Tumor. Kalau tumor multipel maka perlu pemeriksaan neurologis


klinis yang seksama untuk menentukan tumor yamg memberikan gejala
yang lebih dominan untuk diangkat terlebih dahulu kalau tidak mungkin
mengangkat tumor sekaligus.

 Kondisi umum dan umur penderita juga sangat menentukan strategi


penanganan penderita

2. Radiotherapi

Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak


jarang pula merupakan therapy tunggal.

Indikasi radioterapi:

 Glioma maligna,
 Oligodendroglioma,
 Dysgerminoma,
 Limfoma SSP primer,
 Meduloblastoma,
 Ependimoma,
 Meningioma (maligna, inoperable),
 Adenoma hipofise (sesudah pembedahan sebagain dan
sesudah pengobatan yang gagal),
 Kordoma basis kranii, sedagkan Radioterapi (sesudah
komfirmasi biopsi) pada profilaksis iradiasi kranium dan
corpus vertebralis.

Adapun efek samping : kerusakan kulit di sekitarnya,


kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot
pectoralis, radang tenggorokan.8

3. Kemotherapy

Jika tumor tersebut tidak dapat disembuhkan dengan


pembedahan, kemoterapi tetap diperlukan sebagai terapi tambahan
dengan metode yang beragam. Pada tumor-tumor tertentu seperti
meduloblastoma dan astrositoma stadium tinggi yang meluas ke batang
otak, terapi tambahan berupa kemoterapi dan regimen radioterapi dapat
membantu sebagai terapi paliatif. Indikasi dilakukannya kemoterapi:

 Pengobatan induksi

Untuk tumor-tumor non solid atau kasus lanjut karena tidak ada pilihan
cara pengobatan lainnya. disebut juga pengobatan penyelamatan
(salvage)

 Kemoterapi adjuvant

Pengobatan tumor primer dikontrol dengan cara lain ( bedah/ Radiasi)


Diyakini masih adanya sisa sel-sel tumor yang sukar dideteksi
sehingga perlu tambahan kemoterapi.
 Kemoterapi Primer

Kemoterapi sebagai pengobatan pertama sebelum pengobatan lain (


bedah/ radiasi)

 Kemoterapi Neo-adjuvant

Setelah pengobatan bedah/ radiasi ditambahkan kemoterapi atau


dilanjutkan kembali kemoterapi.

Pemberian obat-obatan anti tumor yang sudah menyebar dalam


aliran darah. Obat-obatan yang digunakan : Nitroseurea, BCNU dan
CCNU karena obat ini mampu melewati sawar darah / otak. Selama
pemberian obat-obatan ini pasien harus menghindari makanan yang
tinggi tiramin (misalnya anggur, yogurt, keju, hatiayam, pisang) dan
alcohol, karena pokorbazine menghambat dan melemahkan aktivitas
inhibitor monoamine oksidase (MAO). Prokabazine dikaitkan dengan
mual dan muntah yang mungkin hilang atau berkurang saat pertama
kali atau saat pengobatan sedang dilakukan. Efek samping : lelah,
mual,muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah
terserang penyakit.8

 Glioma maligna : BCNU intravena (kasus-kasus yang


terseleksi)
 Limfoma SSP : MTX (metotrexate) + cytosine-arabinoside
(ArAC)
intravena
 Infiltrasi tumor mening : MTX + ArA CIV + iradiasi
kraniospinalis

4. Manipulasi hormonal dan imunoterapi


Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang
sudah bermetastase. Sedangkan untuk imunoterapi dengan
menggunakan antibody monoclonal yang diciptakan secara khusus
untukmenyerang dan menghancurkan sel tumor otal.b. Interleukin-2
digunakan untuk mengganti lesi-lesi metastatic dari kanker primer
ginjal dan melanoma, akan tetapi kemanjurannya masih perlu
dibuktikan.7

5. Terapi Kortikosteroid
Kortikosteroid dapat membantu mengurangi sakit kepala dan
perubahan kesadaran. Hal ini dianggap bahwa kortikosteroid
(deksametason, prednison) menurunkan radang sekitar pusat metastase
dan menurunkan edema sekitarnya. Obat-obat lain mencakup agen-
agen osmotic (manitol, gliserol) untuk menurunkan cairan pada otak,
yang ditunjukkan dengan penurunan TIK. Obat-obat anti kejang
(penitoin) digunakan untuk mencegah dan mengobati kejang. Bila
pasien mempunyai nyeri hebat, morfin dapat diinfuskan kedalam ruang
epidural atau subaraknoid melalui jarum spinal dan kateter sedekat
mungkin ke segmen spinal dimana nyeri dirasakan. Morfin disis kecil
diberikan pada interval yang ditentukan.7

2.7 Diagnosa Banding

Gejala yang paling sering dari tumor otak adalah peningkatan tekanan
intrakranial, kejang dan tanda deficit neurologik fokal yang progresif. Setiap
proses desak ruang di otak dapat menimbulkan gejala diatas, sehingga agak sukar
membedakan tumor otak dengan beberapa hal berikut :9

 Abses intraserebral
 Epidural hematom
 Hipertensi intrakranial benigna
 Meningitis kronik.
2.8 Komplikasi Tumor Otak

Komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang menderita tumor otak
ialah:7

a. Gangguan fisik neurologist disebabkan peningkatan TIK dari tumor dalam


ruang kranium yang terbatas sehingga mengganggu fungsi normal yang
dikontrol oleh bagian otak tersebut.

b.Gangguan kognitif disebabkan pertumbuhan tumor yang semakin mendesak


bagian otak disekitarnya

c. Gangguan tidur dan mood.

d. Disfungsi seksual

2.9 Prognosis Tumor Otak

Berdasarkan data di Negara-negara maju, dengandiagnosis dini dan juga


penanganan yang tepat melalui pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka
ketahanan hidup 5 tahun (5 years survival) berkisar 50-60% dan angka ketahanan
hidup 10 tahun (10 years survival) berkisar 30-40%.7

Terapi tumor otak di Indonesia secara umum prognosisnya masih buruk,


berdasarkan tindakan operatif yang dilakukan pada beberapa rumah sakit di
Jakarta. Meskipun diobati, hanya sekitar 25% penderita kanker otak yang bertahan
hidup setelah 2 tahun. Prognosis yang lebih baik ditemukan pada astrositoma dan
oligodendroglioma, dimana kanker biasanya tidak kambuh dalam waktu 3-5 tahun
setelah pengobatan. Sekitar 50% penderita meduloblastoma yang diobati bertahan
hidup lebih dari 5 tahun. Pengobatan untuk kanker otak lebih efektif dilakukan
pada:9
a. Penderita yang berusia dibawah 45 tahun.

b. Penderita astrositoma anaplastik.

c. Penderita yang sebagian atau hampir seluruh tumornya telah diangkat


melalui pembedahan.
BAB III

KESIMPULAN

Tumor otak termasuk penyakit yang sulit terdiagnosa secara dini. Secara
klinis sukar membedakan antara tumor otak yang benigna atau yang maligna,
karena gejala yang timbul ditentukan pula oleh lokasi tumor, kecepatan
tumbuhnya, kecepatan terjadi tekanan tinggi intrakranial dan efek masa tumor ke
jaringan otak. Dipikirkan menderita tumor otak bila didapat adanya gangguan
cerebral umum yang bersifat progresif, adanya gejala tekanan tinggi intrakranial
dan adanya gejala sindrom otak yang spesifik. Pemeriksaan radiologi, dalam hal
ini CT Scan berperan dalam diagnosa tumor otak, sedang diagnosa pasti tumor
otak benigna atau maligna dengan pemeriksaan patologi-anatomi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Harsono, Tumor Otak dalam Buku Ajar Neurologi Klinis edisi I, Gajah
Mada University Press, Yogyakarta, 1999 : 201 – 207
2. Mahar, M., Proses Neoplasmatik di Susunan Saraf dalam Neurologi Klinis
Dasar edisi 5, Dian Rakyat, Jakarta, 2000 : 390 – 402
3. Stephen,Huff. Brain neoplasms.Access on www.emedicine.com. March,
9th 2012
4. Stephen,Huff. Brain neoplasms.Access on www.emedicine.com. March,
9th 2012
5. Informasi tentang Tumor Otak access on http://www.medicastore.com
March, 6th 2012.
6. Syaiful Saanin, dr, Tumor intrakranial Access on
www.angelfire.neurosurgery. March 6th 2012.
7. National Center for Biotechnology Information, “Brain Tumor – Primary –
Adults,”http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0004485/(diakse
s 8 Maret 2012).
8. Japardi, Iskandar. Gambaran CT SCAN Pada Tumor Otak Benigna.
Access on www.usudigitallibrary.com. March, 6th 2012
9. S.C., “Brain Tumor Survival Rate,” http://www.buzzle.com/articles/brain-
tumor-survival-rate.html (diakses 5 Maret 2012).

Anda mungkin juga menyukai