FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
BALI
2017
i
ABSTRAK
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
ABSTRAK ....................................................................................................... i
BAB IV KESIMPULAN.................................................................................. 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Bonding yang kuat dan tahan lama antara gigi dengan bahan restorasi
adalah sebuah target yang terus berusaha dicapai dalam bidang kedokteran gigi. 2
Bahan adhesif digunakan untuk menciptakan perlekatan antara resin komposit dan
struktur gigi, dan harus bekerja dengan efektivitas yang sama baiknya di enamel
maupun dentin. Perlekatan resin di enamel tahan lama dan dapat diprediksi
keberhasilan prosedur klinisnya. Interaksi antara enamel dan bahan adhesif
menimbullkan mikromekanis, dimana infiltrasi dari monomer resin ke dalam
mikroporus yang dihasilkan oleh asam dari proses pelarutan enamel dan aplikasi
lapisan monomer terpolimerisasi pada kristal hidroksiapatit yang terekspos dalam
mikroporus enamel.5 Percobaan untuk menciptakan perlekatan dengan cara yang
sama pada dentin telah diteliti secara mendalam. Struktur penyusun dentin
berbeda dengan enamel. Dentin memiliki kandungan organik yang lebih tinggi,
jumlah cairan yang lebih banyak dalam tubuli dentin, smear layer, dan sifat alami
permukaannya yang lembab.3
4
bersamaan pada smear layer di permukaan dentin menggunakan primer asam, lalu
aplikasi resin adhesif.
Dewasa ini, banyak praktisi klinis yang telah beralih pada bahan adhesif
self-etch (atau all-in-one), dimana pabrik berupaya untuk menggabungkan seluruh
komponen primer dari bahan adhesif (etchant, primer, dan resin bonding) ke
dalam satu kemasan. Tipe adhesif ini bersifat user-friendly karena memerlukan
lebih sedikit tahapan dan lebih sedikit waktu. 15
Penggunaan bahan adhesif total etch atau self etch bergantung pada
kenyamanan praktisi, terutama dengan mempertimbangkan efektivitas adhesif
dalam berbagai kondisi dan kesederhanaan prosedur adhesi. Bahan adhesif
memiliki kekuatan bonding dan hasil yang berbeda pada kondisi substrat berbeda.
Ketahanan dari bahan adhesif bergantung pada kualitas bahan, berdasarkan pada
kemampuan monomer adhesif untuk mengisi ruang dalam mikroporus dan
melapisi jaringan kolagen yang terpapar. Setelah permukaan dentin dikondisikan,
direkomendasikan untuk tetaap menjaga kelembaban alami dentin sebelum
dilakukan proses bonding (wet bonding). Derajat kelembaban (wetness degree)
yang ideal bervariasi tergantung bahan adhesif dan solvent yang digunakan. 11
Menurut studi terdahulu, kekuatan bonding pada adhesif total etch pada
dentin yang lembab ditemukan lebih baik dibandingkan pada dentin yang kering.
Pada adhesif one step self etching kelembaban dari substrat mengintervensi daya
lekat, dimana kelembaban optimal tergantung pada merk bahan yang digunakan.
Berdasarkan penelitian oleh Hashimoto et al, kekuatan bonding adhesif self etch
jauh lebih baik pada dentin kering daripada pada dentin yang lembab. Ditemukan
pula bahwa kekuatan bonding dan nanoleakage yang timbul bergantung pada
5
kondisi substrat (kering atau lembab) sebelum dilakukan proses bonding. Mereka
menyimpulkan bahwa adhesif one-bottle self-etch dapat menyerap air dari tubuli
dentin, dan menyebabkan nanoleakage yang akan berdampak pada kekuatan
bonding. Mohan dan Kandaswamy melakukan penelitian terhadap beberapa jenis
bahan dan teknik bonding untuk mengetahui mana yang paling baik. Mereka
menyimpulkan bahwa cara paling efektif untuk menjaga kelembaban alami dari
dentin yang telah di etsa adalah dengan mengeringkan substrat secara blot-dry
dengan absorbent paper.19 Manson et al, menyatakan bahwa kelembaban
permukaan akan mempengaruhi kekuatan bonding, sehingga berdampak pada
ketahanan dan stabilitas bahan bonding. 6
6
BAB II
7
tahap dengan quartz tungsten halogen light (QLF 75 curing light, Model 502,
Dentsply Caulk, Milford, CT, USA), dilakukan sesuai instruksi pabrik. Cahaya dari
unit light cure dimonitor dengan Light Optimeter (Optilux radiometer, Kerr
Sybron dental specialties, Middleton, WI, USA).
8
Tabel 1. Komposisi dan prosedur aplikasi pada sistem adhesi
Adper single (3M ESE, St Paul. etsa: 35% asam fosfat 1.Aplikasi asam 15 detik
bond 2 MN, USA) dan bilas
adhesif : Bis GMA ,
HEMA dimetaakrilat , a. Subkelompok 1: blot dry
ethanol, air fotoinitiator
b. Subkelompok 2:
, metaakrilat berikatan
keringkan dengan udara 10
dengan kopolimer dari
detik
poliakrilik dan asam
polyitaconic dan filler 2. aplikasi 2 lapisan dengan
silika agitasi ringan dan keringkan
XP bond (Dentsoly destrey, Etsa: 36% asam fosfat 1.Aplikasi asam 15 detik
Konstanz, Jerman) bilas
Adhesif : asam
karboksil modified a. sub1: blot dry
dimetaakrilat (TCB
b. sub 2: keringkan dengan
resin) , PENTA,
udara 10 detik
UDMA TEGDMA,
HEMA, butylated 2. aplikasi 2 lapisan
benzenediol , stil-4 bonding, diamkan 15 detik
dimeti;aminobenzate, dan keringkan
camphorquinone,
3. light cure selama 20 detik
functionalized
amorphous silica, t-
butanol, air
9
metaakrilat 2. aplikasi adhesif dengan
functionalizes agitasi selama 20 detik dan
polyalkenoic acid, keringkan selama 5 detik
camphorquinone,
3. light cure selama 10 detik
etanol, ai filler silica,
dan stabilizer
10
Selanjutnya Setelah disimpan selama 24 jam dalam air suling pada suhu
kamar, spesimen di lakukan thermocycled dengan 550 siklus pada suhu mulai 58C
- 608C didiamkan selama 15 detik di wadah dan waktu transfer lima detik.
Kekuatan tensile bonding dapat ditentukan menggunakan universal testing
machine universal testing machine (Lloyd Instruments, LR 50K, West Sussex,
PO22 9ST, UK) dengan kecepatan cross-head 1 mm / menit. Kekuatan tensile
bonding (MPa) dihitung dengan membagi kekuatan maximum pada dengan area
bonding. Data Kekuatan bonding diperoleh dari penelitian ini dengan analisis
statistika menggunakan one-way anova dan test HSD untuk menentukan efek dari
kelembapan dentin pada kekuatan bonding dengan bahan bonding dentin yang
berbeda.
11
BAB III
3.1 HASIL
Table 2: Minimum, Maximum, and Mean Bond Strength (Standard Deviation) of the
Four Groups in Dry and Moist Dentin
Substrate Conditions
Dry dentina
12
XP Bond 12 13.65 20.23 17.95 (1.92)
Moist dentinb
Conditions—Tukey Honestly
Significantly
13
Xeno V
Table 4: Comparison of Tensile Bond
Adper Single bond 2 0.008 0.187 0.001 Strength Between
3.2 DISKUSI
14
Etch-and-rinse adhesives memerlukan langkah etsa terpisah, yang
biasanya dilakukan dengan asam fosfat 30-40%. Dalam sistem adhesi Etch-and-
rinse , kualitas bonding yang tercipta sangat dipengaruhi oleh lamanya proses etsa
dan jumlah kelembaban permukaan dentin setelah pembilasan asam etsa dan
sebelum infiltrasi resin. Dalam penelitian ini, the total-etch adhesives, Bond XP
dan Adper Single Bond 2, menunjukkan kekuatan bonding yang lebih besar pada
dentin yang lembab bila dibandingkan dengan self-etch adhesives lainnya, yaitu
Adper Easy One dan Xeno V. Temuan ini berdasarkan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Susin, Perdigao, Van Meerbeek, Hegde, Bhandary, Ceballos, dan
Cardoso. Kanca, Manso dan Reis menunjukkan bahwa selama proses bonding
yang terjadi pada permukaan lembab, air dapat mempertahankan fibril kolagen
dan sistem adhesif dapat berinfiltrasi ke substrat dan menghasilkan kekuatan
bonding yang tinggi. Reis memastikan bahwa sistem total etch adhesive
membutuhkan permukaan dentin yang lembab sebelum dilakukan bonding.
15
pelarut mengalami evaporasi, lapisan adesif akan menjadi sangat tipis, dan sifat
mekanis akan menurun. Sistem adesif self-etching bergantung pada monomer
asam untuk demineralisasi secara bersama-sama dan menginfiltrasi enamel dan
dentin. Keasaman ini harus dinetralisasi dengan mineral yang terkandung dalam
struktur gigi untuk melengkapi polimerisasi dari lapisan adesif. Dengan
menggunakan adesif total-etch, smear layer dan mineral yang larut akan hilang
selama proses pembilasan. Oleh karena adanya residu asam dan ketidakmampuan
untuk menghilangkan seluruh smear layer, pertanyaan terkait stabilitas hidrolitik
jangka panjang dari sistem adesif self-etching banyak bermunculan.
Kekuatan bonding dari seluruh bahan adhesif yang diuji menurun pada
kondisi dentin yang kering. Dentin yang dikeringkan dengan tekanan udara akan
menyebabkan sebagian besar air dalam matriks hilang, sehingga matriks dan
jaringan kolagen kolaps. Ketika peptide kolagen berkontak, akan terbentuk ikatan
H interpeptida yang berfungsi untuk menstabilkan dan meperkuat matriks yang
kolaps atau menyusut. Dentin yang dikeringkan dengan tekanan udara memiliki
sedikit ruang inter-fibrial untuk penetrasi resin, sehingga mengurangi bonding
yang dapat dicapai antara resin dengan dentin. Hal ini juga sesuai dengan
penemuan pada studi-studi terdahulu, dimana terdapat penurunan kekuatan
bonding yang signifikan pada substrat yang kering.
16
Kandungan solvent dari adhesif mempengaruhi kekuatan bonding pada
dentin kering. Bahan adhesif yang mengandung air sebagai salah satu komponen
solvent mampu menyebabkan re-ekspansi dari fibril kolagen yang kolaps karena
pengeringan, sehingga baik digunakan pada substrat yang telah dikeringkan total.
Kekuatan bonding pada bahan adhesif berbahan dasar air atau ethanol mirip,
seperti pada Adper Single Bond 2 dan Adper Easy. Menurut Reis et al, adhesif
berbahan dasar air mampu menghasilkan kekuatan bonding yang baik saat
diaplikasikan pada dentin yang kering. Etanol dan air merupakan pelarut polar
dan memiliki potensi untuk memperluas matriks kolagen yang kolaps karena
pengeringan. Penggunaan adhesive yang mengandung pelarut dengan potensi
hidrogen bonding, seperti etanol dan air, akan berguna di mana permukaan dentin
mengalami dehidrasi secara berlebihan.
17
langsung antara bahan bonding dengan substrat dan menghalangi penetrasi
maksimal 14
18
BAB IV
KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
6. Manso AP, Marquezini L Jr, Silva SMA, Pashley PH, Tay FR & Carvalho
RM (2008) Stability of wet versus dry bonding with different solvent-based
adhesives Dental Materials 24(4) 476-482.
11. Abdelazis KM & Ayad NM (2009) Microtensile bond strength of one step
adhesives to dentin The Internet Journal of Dental Science 6(2) 000-000.
20
12. Carvallho RM, Mendonca JS, Santiago SL, Silveira RR, Garcia FCP, Tay
FR & Pashley DH (2003) Effects of HEMA/solvent combinations on bond
strength to dentin Journal of Dental Research 82(8) 597-601.
14. Stangel I, Ellis TH & Sacher E (2007) Adhesion to tooth structure mediated
by contemporary bonding systems Dental Clinics of North America 51(3)
677-694.
15. Susin AH, Vasconcallos WA, Cury Saad JR & Oliveira Junior OB (2007)
Tensile bond strength of self etching versus total etching adhesive systems
under different dentinal substrate conditions Brazilian Oral Research 21(1)
81-86.
16. Lopes GC, Baratieri LN, Andrada MAC & Vieira LCC (2002) Dental
adhesion: Present state of art and future perspectives Quintessence
International 33(3) 213-224.
20.
21