Anda di halaman 1dari 21

KEKUATAN PERLEKATAN NEWER DENTIN BONDING AGENTS

Drg Desak Nyoman Ari Susanti, M.kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

BALI

2017

i
ABSTRAK

Studi ini membandingkan kekuatan bonding dari sistem adhesi yang


berbeda dengan kondisi substrat dentin yang berbeda. Sistem adhesi yang
digunakan yaitu Adper Single Bond 2 etch total, XP Bond total etch, dan dua
adhesi all-in-one, Adper Easy One dan Xeno V. 96 gigi premolar manusia yang
diekstraksi karena latar belakang ortodonsi maupun periodontal dikumpulkan dan
disimpan dalam 0.9% larutan saline fisiologis selama kurang dari 4 minggu. Gigi-
gigi tersebut didisinfeksi dan ditangani secara teliti. Permukaan oklusal dibuat
datar dan sejajar dengan dentinoenamel junction, sehingga memaparkan dentin
superfisial dengan menggunakan low speed diamond disc. Smear-layer dibuat
dengan memoles permukaan dentin dengan 600-grit silicon carbide abrasive
papers selama 40 detik. Kemudian 96 spesimen gigi ditanam dalam akrilik resin
autopolimerisasi dan dibagi menjadi empat kelompok yang terdiri dari 24
spesimen, berdasarkan denting bonding agent yang akan digunakan. Tiap
kelompok yang terdiri dari 24 spesiem akan dibagi lagi menjadi 2 sub-kelompok
yang terdiri atas 12 spesimen, lalu dentin dilembabkan dan di air-dry selama 10
detik. Bagian yang akan diberi adhesi dibatasi menggunakan adhesive tape
dengan lubang berdiameter 4mm untuk mengisolasi regio peripheral. Empat tipe
adhesif diaplikasikan pada spesimen berbeda dan dilakukan sesuai instruksi
pabrik. Setelah adhesive diaplikasikan, specimen direstorasi dengan komposit
secara incremental menggunakan metallic mold diameter 5 mm dan tinggi 5 mm
untuk membuat bentuk silinder dari material komposit. Selanjutnya Setelah
disimpan selama 24 jam dalam air suling pada suhu kamar, spesimen di
thermocycled untuk 550 siklus pada suhu mulai 58C - 608C didiamkan selama 15
detik di wadah dan waktu transfer lima detik. Tensile bond strength ditentukan
dengan menggunakan Universal loading machine dengan kecepatan cross-head 1
mm / menit. Pada dentin yang lembab, total-etch adhesive menunjukkan bond
strength yang lebih tinggi daripada all-in-one adhesives. Pada kondisi dentin yang
kering, XP Bond menunjukkan bond strength yang lebih tinggi secara signifikan
dibanding Adper Single Bond 2 dan dua all-in-one adhesive, Adper Easy One dan
Xeno V.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

ABSTRAK ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

BAB II BAHAN DAN METODE ................................................................... 7

BAB III HASIL DAN DISKUSI ..................................................................... 12

3.1 HASIL ........................................................................................................ 2

3.2 DISKUSI .................................................................................................... 2

BAB IV KESIMPULAN.................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Bonding yang kuat dan tahan lama antara gigi dengan bahan restorasi
adalah sebuah target yang terus berusaha dicapai dalam bidang kedokteran gigi. 2
Bahan adhesif digunakan untuk menciptakan perlekatan antara resin komposit dan
struktur gigi, dan harus bekerja dengan efektivitas yang sama baiknya di enamel
maupun dentin. Perlekatan resin di enamel tahan lama dan dapat diprediksi
keberhasilan prosedur klinisnya. Interaksi antara enamel dan bahan adhesif
menimbullkan mikromekanis, dimana infiltrasi dari monomer resin ke dalam
mikroporus yang dihasilkan oleh asam dari proses pelarutan enamel dan aplikasi
lapisan monomer terpolimerisasi pada kristal hidroksiapatit yang terekspos dalam
mikroporus enamel.5 Percobaan untuk menciptakan perlekatan dengan cara yang
sama pada dentin telah diteliti secara mendalam. Struktur penyusun dentin
berbeda dengan enamel. Dentin memiliki kandungan organik yang lebih tinggi,
jumlah cairan yang lebih banyak dalam tubuli dentin, smear layer, dan sifat alami
permukaannya yang lembab.3

Bahan adhesi dapat dikelompokkan berdasarkan cara bahan tersebut


bereaksi dengan smear layer. Dewasa ini, terdapat tiga mekanisme adhesi yang
digunakan; (1) Adhesif etch-and-rinse yang menghilangkan smear layer dan
hidroksiapatit superfisial melalui proses etching dengan gel asam tersendiri, (2)
Adhesif self-etch yang membuat smear layer menjadi permeabel tanpa melarutkan
smear layer, (3) Adhesif glass ionomer bersifat self-adhesive terhadap struktur
gigi. 1

Teknik etch-and-rinse atau total-etch terdiri dari minimal 2 tahap (3


apabila prosedur konvensional yaitu aplikasi conditioner atau etchant asam, lalu
aplikasi primer, dan aplikasi resin adhesif), tahap pertama adalah pelarutan
selektif dari kristal hidroksiapatit dan pemaparan jaringan kolagen melalui proses
etching, kemudian dilakukan polimerisasi resin in situ. Mekanisme perlekatan dari
primer pada teknik self-etch berdasarkan pada proses etching dan priming

4
bersamaan pada smear layer di permukaan dentin menggunakan primer asam, lalu
aplikasi resin adhesif.

Dewasa ini, banyak praktisi klinis yang telah beralih pada bahan adhesif
self-etch (atau all-in-one), dimana pabrik berupaya untuk menggabungkan seluruh
komponen primer dari bahan adhesif (etchant, primer, dan resin bonding) ke
dalam satu kemasan. Tipe adhesif ini bersifat user-friendly karena memerlukan
lebih sedikit tahapan dan lebih sedikit waktu. 15

Adhesi dari adhesif glass ionomer dicapai dalam dua proses.


Micromechanical interlocking dihasilkan dari hibridisasi jaringan kolagen dalam
mikroporus. Glass ionomer melekat pada struktur gigi melalui “mild self-etch
approach” oleh polimer berbasi polikarboksil dengan berat molekul besar.
Mekanisme kedua adalah melalui ikatan kimia antar ion yang terbentuk antara
karboksil dan kalsium hidroksiapatit yang tersisa di permukaan kolagen. 7

Penggunaan bahan adhesif total etch atau self etch bergantung pada
kenyamanan praktisi, terutama dengan mempertimbangkan efektivitas adhesif
dalam berbagai kondisi dan kesederhanaan prosedur adhesi. Bahan adhesif
memiliki kekuatan bonding dan hasil yang berbeda pada kondisi substrat berbeda.
Ketahanan dari bahan adhesif bergantung pada kualitas bahan, berdasarkan pada
kemampuan monomer adhesif untuk mengisi ruang dalam mikroporus dan
melapisi jaringan kolagen yang terpapar. Setelah permukaan dentin dikondisikan,
direkomendasikan untuk tetaap menjaga kelembaban alami dentin sebelum
dilakukan proses bonding (wet bonding). Derajat kelembaban (wetness degree)
yang ideal bervariasi tergantung bahan adhesif dan solvent yang digunakan. 11

Menurut studi terdahulu, kekuatan bonding pada adhesif total etch pada
dentin yang lembab ditemukan lebih baik dibandingkan pada dentin yang kering.
Pada adhesif one step self etching kelembaban dari substrat mengintervensi daya
lekat, dimana kelembaban optimal tergantung pada merk bahan yang digunakan.
Berdasarkan penelitian oleh Hashimoto et al, kekuatan bonding adhesif self etch
jauh lebih baik pada dentin kering daripada pada dentin yang lembab. Ditemukan
pula bahwa kekuatan bonding dan nanoleakage yang timbul bergantung pada

5
kondisi substrat (kering atau lembab) sebelum dilakukan proses bonding. Mereka
menyimpulkan bahwa adhesif one-bottle self-etch dapat menyerap air dari tubuli
dentin, dan menyebabkan nanoleakage yang akan berdampak pada kekuatan
bonding. Mohan dan Kandaswamy melakukan penelitian terhadap beberapa jenis
bahan dan teknik bonding untuk mengetahui mana yang paling baik. Mereka
menyimpulkan bahwa cara paling efektif untuk menjaga kelembaban alami dari
dentin yang telah di etsa adalah dengan mengeringkan substrat secara blot-dry
dengan absorbent paper.19 Manson et al, menyatakan bahwa kelembaban
permukaan akan mempengaruhi kekuatan bonding, sehingga berdampak pada
ketahanan dan stabilitas bahan bonding. 6

Dewasa ini pabrik-pabrik menyatakan bahwa bahan adhesif terbaru


memiliki sifat lebih tidak sensitive terhadap kelembaban juga memiliki efektivitas
bonding yang baik pada dentin yang kering, sehingga perlu penelitian ilmiah
untuk mengkonfirmasi hal tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi kekuatan bonding dari bahan bonding generasi baru pada
permukaan dentin.

6
BAB II

BAHAN DAN METODE

96 gigi premolar manusia yang diekstraksi karena latar belakang ortodonsi


maupun periodontal dikumpulkan dan disimpan dalam 0.9% larutan saline
fisiologis selama kurang dari 4 minggu. Gigi-gigi tersebut didisinfeksi dan
ditangani secara teliti per gigi sesuai dengan guidelines dari Occupational Safety
and Health Administration dan Centers for Disease Control and Prevention. Gigi
dibersihkan dengan kuret untuk membuang sisa-sisa jaringan lunak. Pelaksanaan
tata cara dilakukan oleh satu orang.

Permukaan oklusal dibuat datar dan sejajar dengan dentinoenamel


junction, sehingga memaparkan dentin superfisial dengan menggunakan low
speed diamond disc. Smear-layer dibuat dengan memoles permukaan dentin
dengan 600-grit silicon carbide abrasive papers (Navyug Sales Corporation,
Delhi, India) selama 40 detik. Kemudian 96 spesimen gigi ditanam dalam akrilik
resin autopolimerisasi dan dibagi menjadi empat kelompok yang terdiri dari 24
spesimen, berdasarkan bahan bonding dentin yang akan digunakan. Tiap
kelompok yang terdiri dari 24 spesiem akan dibagi lagi menjadi 2 sub-kelompok
yang terdiri atas 12 spesimen, lalu dentin dilembabkan dan di air-dry selama 10
detik. Bahan adhesif yang diteliti terdiri dari 2 adhesive total-etch; Adper Single
Bond 2 (3 M ESPE, St Paul, MN, USA) dan XP Bond ( Dentsply Detrey, Konstanz,
Germany), dan 2 adhesice all-in-one; Adper Easy One (3M ESPE, 3M Gulf Ltd,
Dubai, UAE) dan Xeno V (Dentsply Detrey).

Bagian yang akan diberi adhesif dibatasi menggunakan adhesive tape


dengan lubang berdiameter 4mm untuk mengisolasi regio peripheral. Empat tipe
adhesif diaplikasikan pada spesimen berbeda dan dilakukan sesuai instruksi pabrik
(tabel 1). Setelah adhesive diaplikasikan, specimen direstorasi dengan komposit
(Filtek Z 350, A2 shade, 3M ESPE, 3 M India Ltd, Bangalore, India) secara
incremental menggunakan metallic mold diameter 5 mm dan tinggi 5 mm untuk
membuat bentuk silinder dari material komposit. Komposit dalam bentuk silinder
tersebut diaplikasikan bertahap sebanyak 3 kali lalu dipolimerisasi light-cure per

7
tahap dengan quartz tungsten halogen light (QLF 75 curing light, Model 502,
Dentsply Caulk, Milford, CT, USA), dilakukan sesuai instruksi pabrik. Cahaya dari
unit light cure dimonitor dengan Light Optimeter (Optilux radiometer, Kerr
Sybron dental specialties, Middleton, WI, USA).

8
Tabel 1. Komposisi dan prosedur aplikasi pada sistem adhesi

Adhesi Produsen Komposisi Prosedur

Adper single (3M ESE, St Paul. etsa: 35% asam fosfat 1.Aplikasi asam 15 detik
bond 2 MN, USA) dan bilas
adhesif : Bis GMA ,
HEMA dimetaakrilat , a. Subkelompok 1: blot dry
ethanol, air fotoinitiator
b. Subkelompok 2:
, metaakrilat berikatan
keringkan dengan udara 10
dengan kopolimer dari
detik
poliakrilik dan asam
polyitaconic dan filler 2. aplikasi 2 lapisan dengan
silika agitasi ringan dan keringkan

3. light cure selama 20 detik

XP bond (Dentsoly destrey, Etsa: 36% asam fosfat 1.Aplikasi asam 15 detik
Konstanz, Jerman) bilas
Adhesif : asam
karboksil modified a. sub1: blot dry
dimetaakrilat (TCB
b. sub 2: keringkan dengan
resin) , PENTA,
udara 10 detik
UDMA TEGDMA,
HEMA, butylated 2. aplikasi 2 lapisan
benzenediol , stil-4 bonding, diamkan 15 detik
dimeti;aminobenzate, dan keringkan
camphorquinone,
3. light cure selama 20 detik
functionalized
amorphous silica, t-
butanol, air

Adper easy (3M ESPE, 3 M Adhesi: 2 HEMA, Bis a. Subkelompok 1: blot-dry


one Gulf Ltf, Dubai, GMA , metaakirilat
b. Subkelompok 2: air-dry
UAE) pospor ester, 1,6
10 detik
hexanidl dimetaakrilat,

9
metaakrilat 2. aplikasi adhesif dengan
functionalizes agitasi selama 20 detik dan
polyalkenoic acid, keringkan selama 5 detik
camphorquinone,
3. light cure selama 10 detik
etanol, ai filler silica,
dan stabilizer

Xeno v (dentsply Detrey) Adhesif : bifunctional a. Subkelompok 1: blot-dry


acrylates, acrylic acid,
b. Subkelompok 2: air-
acid phosphoric
dry10 detik
functionized ester, acid
acrylated water, tertiary 2. aplikasi adhesif dengan
butanol,, phosphine agitasi selama 20 detik dan
oxide initiator, keringkan selama 5 detik
stabilizer
3. light cure selama 20 detik

Abbreviations: 2 HEMA, hydroxyethylmethacrylate; BIS-GMA, (1 methylethliede)bis[4,1-


phenyleneoxy (2-hydroxyl-3,1propanediyl)bismethacrylate; TCB, Butan1,2,3,4-
tetracarboxylic acid, di-2-hydroxyethylmethacrylate ester; PENTA,
dipentaerytritolpentacrylate-phosphoricacid-monomer; UDMA, urethane dimethacrylate;
TEGDMA, triethylene glycol dimethacrylate

10
Selanjutnya Setelah disimpan selama 24 jam dalam air suling pada suhu
kamar, spesimen di lakukan thermocycled dengan 550 siklus pada suhu mulai 58C
- 608C didiamkan selama 15 detik di wadah dan waktu transfer lima detik.
Kekuatan tensile bonding dapat ditentukan menggunakan universal testing
machine universal testing machine (Lloyd Instruments, LR 50K, West Sussex,
PO22 9ST, UK) dengan kecepatan cross-head 1 mm / menit. Kekuatan tensile
bonding (MPa) dihitung dengan membagi kekuatan maximum pada dengan area
bonding. Data Kekuatan bonding diperoleh dari penelitian ini dengan analisis
statistika menggunakan one-way anova dan test HSD untuk menentukan efek dari
kelembapan dentin pada kekuatan bonding dengan bahan bonding dentin yang
berbeda.

11
BAB III

HASIL DAN DISKUSI

3.1 HASIL

Penelitian ini menilai dan membandingkan kekuatan tensil bonding pada


sistem adhesif 2 total-etch dan 2 self-etch dengan kondisi subtrat dentin yang
berbeda : lembab dan dikeringkan dengan udara selama 10 detik. Rata-rata
kekuatan bonding dan standart deviasi (MPa) ditunjukan pada (tabel 2)

Kekuatan tensil bonding pada 4 kelompok kondisi subtrat dentin kering


dan lembab di analisis dengan one-way ANOVA, data statistika menujukkan hasil
yang signifikan (p<0,05), menyatakan bahwa kekuatan bonding dipengaruhi oleh
kondisi substrat dentin. Untuk Perbandingan kondisi subtrat dentin yang lembab
dan kering telah dilakukan dengan tukey HSD test.

Kondisi subtrat dentin yang kering, XP bond menunjukan kekuatan


bonding jauh lebih tinggi dibanding sistem adhesif yang lain. Terdapat hasil
statistikayang menunjukkan perbedaan antara dua adhesif pada pengujian all-in-
one (tabel 3)

Table 2: Minimum, Maximum, and Mean Bond Strength (Standard Deviation) of the
Four Groups in Dry and Moist Dentin

Substrate Conditions

Groups N Minimum, MPa Maximum, MPa Mean, MPa

Dry dentina

Adper Single Bond 2 12 12.64 18.68 15.7 (1.93)

12
XP Bond 12 13.65 20.23 17.95 (1.92)

Adper Easy One 12 13.24 15.63 14.32 (0.98)

Xeno V 12 4.8 10.21 8.5 (1.54)

Moist dentinb

Adper Single Bond 2 12 20.01 25.01 23.26 (1.65)

XP Bond 12 21.96 26.78 24.42 (1.72)

Adper Easy One 12 15.2 19.85 18.09 (1.59)

Xeno V 12 12.63 16.52 14.68 (1.28)

Pada Kondisi substrat dentin yang lembab, sistem adhesif total-etc


memperlihatkan bahwa kekuatan bonding secara signifikan lebih tinggi
dibandingkan adhesif self-etch all-in one, menurut hasil XP bond menunjukan
kekuatan bonding tertinggi dibandin dengan sistem adhesif yang lain. Dan Adper
easy one menunjukan kekuatan bonding lebih baik daripada Xeno V diantara
pengujian adhesi all-in-one. (table 4)

Table 3: Comparison of Tensile Bond


Strength Between

Groups Under Dry Dentinal Substrate

Conditions—Tukey Honestly
Significantly

Different (HSD) Post Hoc Multiple


Comparisons Testa

Dry Dentin XP Bond Adper Easy One

13
Xeno V
Table 4: Comparison of Tensile Bond
Adper Single bond 2 0.008 0.187 0.001 Strength Between

XP Bond – 0.001 0.001 Groups Under Moist Dentinal Substrate

Adper Easy One – – 0.001 Conditions—Tukey Honestly


Significantly
a The mean difference is
significant at the 0.05 level. Different (HSD) Post Hoc Multiple
Comparisons Testa

Moist Dentin XP Bond Adper Easy One


Xeno V

Adper Single Bond 2 0.280 0.001 0.001

XP Bond – 0.001 0.001

Adper Easy One – – 0.001

a The mean difference is


significant at the 0.05 level.

3.2 DISKUSI

Adhesif pada Kedokteran gigi mengalami perkembangan yang pesat.


Perkembangan produk baru terjadi pada tingkat yang belum pernah terjadi
sebelumnya. Adhesif pada dentin tidak hanya bergantung pada sistem adhesif
tetapi juga pada substrat dentin. Pemeriksaan klinis merupakan evaluasi akhir
untuk restorasi gigi, namun tidak dapat membedakan penyebab kegagalan
restorasi sebenarnya, karena dampak simultan dari berbagai tekanan pada restorasi
di dalam rongga mulut yang agresif. Pengujian laboratorium dapat mengevaluasi
efek dari satu variabel dan mempertahankan agar semua variabel lainnya tetap
konstan.

14
Etch-and-rinse adhesives memerlukan langkah etsa terpisah, yang
biasanya dilakukan dengan asam fosfat 30-40%. Dalam sistem adhesi Etch-and-
rinse , kualitas bonding yang tercipta sangat dipengaruhi oleh lamanya proses etsa
dan jumlah kelembaban permukaan dentin setelah pembilasan asam etsa dan
sebelum infiltrasi resin. Dalam penelitian ini, the total-etch adhesives, Bond XP
dan Adper Single Bond 2, menunjukkan kekuatan bonding yang lebih besar pada
dentin yang lembab bila dibandingkan dengan self-etch adhesives lainnya, yaitu
Adper Easy One dan Xeno V. Temuan ini berdasarkan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Susin, Perdigao, Van Meerbeek, Hegde, Bhandary, Ceballos, dan
Cardoso. Kanca, Manso dan Reis menunjukkan bahwa selama proses bonding
yang terjadi pada permukaan lembab, air dapat mempertahankan fibril kolagen
dan sistem adhesif dapat berinfiltrasi ke substrat dan menghasilkan kekuatan
bonding yang tinggi. Reis memastikan bahwa sistem total etch adhesive
membutuhkan permukaan dentin yang lembab sebelum dilakukan bonding.

Kedalaman dari demineralisasi yang ditingkatkan oleh asam fosfat akan


menunjukkan ketebalan dari hybrid layer, dengan diaplikasikannya asam fosfat
sebelum primer/bahan adesif yang dapat menghilangkan smear layer, struktur
dentin, dan akan membuat kolagen fibril terpapar yang menyebabkan
pembentukan dari hybrid layer. Kolagen yang terpapar akan mendukung grup
reaktif yang dapat berinteraksi secara kimia dengan bonding primer. Pelarut yang
digunakan adalah t-butanol pada XP Bond dan ethanol pada Adper Single Bond 2,
sebagai hasil dari tekanan penguapan yang tinggi, di mana mampu bersaing dan
menggantikan kelembapan, meningkatkan infiltrasi monomer ke dalam celah
nano dari jaringan kolagen yang terpapar. Jaringan kolagen ini bekerja sebagai
kerangka dari jenis resin-demineralized dentin hybrid layer, menghasilkan
micromechanical interlocking yang kuat antara resin dan demineralisasi dentin
superfisial. Oleh karena itu, pada kondisi yang lembab, sistem adhesi total—etch
menunjukkan ikatan yang lebih kuat dibandingkan sistem adesif self-etch.

Sistem self-etching menggabungkan jumlah air yang banyak sebagai


pelarut dengan tujuan meningkatkan ionisasi dari monomer asam, membuat bahan
membran permeabel adesif yang sangat mampu menurunkan efek dari air. Setelah

15
pelarut mengalami evaporasi, lapisan adesif akan menjadi sangat tipis, dan sifat
mekanis akan menurun. Sistem adesif self-etching bergantung pada monomer
asam untuk demineralisasi secara bersama-sama dan menginfiltrasi enamel dan
dentin. Keasaman ini harus dinetralisasi dengan mineral yang terkandung dalam
struktur gigi untuk melengkapi polimerisasi dari lapisan adesif. Dengan
menggunakan adesif total-etch, smear layer dan mineral yang larut akan hilang
selama proses pembilasan. Oleh karena adanya residu asam dan ketidakmampuan
untuk menghilangkan seluruh smear layer, pertanyaan terkait stabilitas hidrolitik
jangka panjang dari sistem adesif self-etching banyak bermunculan.

Kekuatan bonding dari seluruh bahan adhesif yang diuji menurun pada
kondisi dentin yang kering. Dentin yang dikeringkan dengan tekanan udara akan
menyebabkan sebagian besar air dalam matriks hilang, sehingga matriks dan
jaringan kolagen kolaps. Ketika peptide kolagen berkontak, akan terbentuk ikatan
H interpeptida yang berfungsi untuk menstabilkan dan meperkuat matriks yang
kolaps atau menyusut. Dentin yang dikeringkan dengan tekanan udara memiliki
sedikit ruang inter-fibrial untuk penetrasi resin, sehingga mengurangi bonding
yang dapat dicapai antara resin dengan dentin. Hal ini juga sesuai dengan
penemuan pada studi-studi terdahulu, dimana terdapat penurunan kekuatan
bonding yang signifikan pada substrat yang kering.

Dari seluruh adhesif yang diuji, XP Bond memiliki kekuatan bonding


paling baik pada substrat yang kering. XP Bond adalah bahan adhesif one bottle
et and rinse keluaran baru, tersusun dari kandungan premix monomer yang
dilarutkan dalam T butanol. Kemampuan XP bond untuk berdifusi ke dalam
dentin yang kolaps dan terdemineralisasi sebagian menyebabkan XP bond lebih
tidak sensitif pada kelembaban. Komponen penyusun lain yang dapat berperan
sebagai penunjang kekuatan bonding adekuat dari XP bond adalah
dipentaerytritolpentacrylate–phosphoric acid-monomer (PENTA), yang berikatan
secara kimia dengan sisa kalsium pada struktur gigi dan butane-
1,2,3,4tetracarboxylic acid, di-2-hydroxyethylmethacrylate ester (TCB resin).
PENTA adalah asam lemah yang menunjang adhesi dengan memfasilitasi
penetrasi dari monomer resin ke dalam dentin untuk micromechanical bonding

16
Kandungan solvent dari adhesif mempengaruhi kekuatan bonding pada
dentin kering. Bahan adhesif yang mengandung air sebagai salah satu komponen
solvent mampu menyebabkan re-ekspansi dari fibril kolagen yang kolaps karena
pengeringan, sehingga baik digunakan pada substrat yang telah dikeringkan total.
Kekuatan bonding pada bahan adhesif berbahan dasar air atau ethanol mirip,
seperti pada Adper Single Bond 2 dan Adper Easy. Menurut Reis et al, adhesif
berbahan dasar air mampu menghasilkan kekuatan bonding yang baik saat
diaplikasikan pada dentin yang kering. Etanol dan air merupakan pelarut polar
dan memiliki potensi untuk memperluas matriks kolagen yang kolaps karena
pengeringan. Penggunaan adhesive yang mengandung pelarut dengan potensi
hidrogen bonding, seperti etanol dan air, akan berguna di mana permukaan dentin
mengalami dehidrasi secara berlebihan.

Adhesif self etch memiliki daya demineralisasi yang berbeda-beda.


Terdapat 3 jenis kategori berdasarkan tingkat keasaman bahan, yaitu mild,
moderate, dan aggressive. Xeno V (pH 2) merupakan adhesif self etch mild dan
akan mendemineralisasi dentin sedalam 1 lm. Demineralisasi sebatas superfisial
dan hanya sebagian, sehingga terdapat residu hidroksiapatit yang menempel di
jaringan kolagen, dengan tetap menghasilkan mikroporus yang cukup untuk
mechanical interlocking melalui hibridisasi. Ketebalan lapisan hibrid jauh lebih
kecil dari yang ada pada adhesif self-etch agresif atau total etch and rinse.

Berdasarkan prinsip dasar adhesi, mekanisme primer yang berperan dalam


timbulnya adhesi adalah micromechanical bonding. Dalam pengembangan
material adhesif yang terus berupaya untuk meningkatkan reliabilitas dan
durabilitas dari bonding yang dihasilkan, perlu berdasar pada kemampuan adhesif
untuk bereaksi dengan permukaan substrat secara kimia di interface yang ada.10
Hal ini dapat dicapai bila smear layer atau lapisan apapun yang menghalangi
interface antara substrat dan adhesif untuk berkontak dihilangkan sehingga
substrat dapat terekspos maksimal. Kondisi tersebut sulit dicapai pada bahan
adhesif tanpa pembilasan karena akan menyisakan garam kalsium, kalsium fosfat
amorf, dan protein terlarut, dimana lapisam tersebut akan menghambat perlekatan

17
langsung antara bahan bonding dengan substrat dan menghalangi penetrasi
maksimal 14

18
BAB IV

KESIMPULAN

1) sistem adhesi total-etch dan self-etch masing- masing menunjukkan kekuatan


bonding yang lebih besar terdapa pada pemukaan pada dentin yang dibiarkan
lembab dibanding pada dentin yang dikeringkan dengan air-dry , dan ini
menunjukkan kodisi kelembaban sebelum aplikasi bahan bonding penting untuk
mendapatkan bonding yang optimal.

2) Pengeringan substrat dentin secara komparatif dapat mengurangi kekuatan


bonding pada semua sistem adhesi.

3) Bond XP menunjukkan kekuatan bonding tertinggi untuk kondisi dentin yang


lembab dan kering.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Hegde, M. Manjunath, J. 2011 . Bond strength of newer dentin bonding


agent in different clinical situations. Operative dentistry,36-2, 169-176
2. Mc Cabe JF, Walls AWG. Applied dental materials. 9th ed. Oxford:
Blackwell Scientific Publications, 2008: 110-2.

3. Lucena-Martin C, Gonzalez-Lopez S, Navajaz-Rodriguez de Mondelo JM.


The effect of various surface treatments and bonding agents on the repaired
strength of heat treated composites. J Prosthet Dent 2001;86:481-8.
4. Nakazawa M. Color stability of IRC materials polymerized with different
polymerization systems. J Oral Sci 2009;51:267-73. sitrou EA, Northeast
SE, Van Noort R. Brittleness index of machinable dental materials and its
relation to the marginal chipping factor. J Dent 2007;35:897-902

5. Burrow MF, Harada N, Kitasaka Y, Nikaido T & Tagami J (2005) Seven


years dentin bond strength of total etch and self etch systems European
Journal of Oral Sciences 113(3) 265-270.

6. Manso AP, Marquezini L Jr, Silva SMA, Pashley PH, Tay FR & Carvalho
RM (2008) Stability of wet versus dry bonding with different solvent-based
adhesives Dental Materials 24(4) 476-482.

7. Kanca J (1992) Resin bonding to wet substrate. I. Bonding to dentin


Quintessence International 23(1) 39-41.

8. Hashimoto M, Fujita S, Kaga M & Yawaka Y (2008) Effect of water on


bonding of one-bottle self-etching adhesives Dental Materials Journal
27(2) 172-178. [Crossref] [Medline]

9. Ceballos L, Camejo DG, Victoris FM, Osorio R, Toledano M, Carvalho


RM & Pashley DH (2003) Microtensile bond strength of total etch and self
etching adhesives to caries affected dentin Journal of Dentistry 31(7) 469-
477.

10. Zhi-xing Z, Cui H, Tie-li Z, Wang S & Xiang-rong C (2005) Effects of


residual water on microtensile bond strength of one-bottle dentin adhesive
systems with different solvent bases Chinese Medical Journal 118(19)
1623-1628.

11. Abdelazis KM & Ayad NM (2009) Microtensile bond strength of one step
adhesives to dentin The Internet Journal of Dental Science 6(2) 000-000.

20
12. Carvallho RM, Mendonca JS, Santiago SL, Silveira RR, Garcia FCP, Tay
FR & Pashley DH (2003) Effects of HEMA/solvent combinations on bond
strength to dentin Journal of Dental Research 82(8) 597-601.

13. Blunck U, Knitter K & Jahn KR (2007) Six-month clinical evaluation of


XP Bond in non carious cervical lesions Journal of Adhesive Dentistry 9(6)
265-268.

14. Stangel I, Ellis TH & Sacher E (2007) Adhesion to tooth structure mediated
by contemporary bonding systems Dental Clinics of North America 51(3)
677-694.

15. Susin AH, Vasconcallos WA, Cury Saad JR & Oliveira Junior OB (2007)
Tensile bond strength of self etching versus total etching adhesive systems
under different dentinal substrate conditions Brazilian Oral Research 21(1)
81-86.

16. Lopes GC, Baratieri LN, Andrada MAC & Vieira LCC (2002) Dental
adhesion: Present state of art and future perspectives Quintessence
International 33(3) 213-224.

17. Frankenberger R, Perdigao J, Rosa BT & Lopes M (2001) ‘No-bottle' vs


‘multi bottle' dentin adhesives—A microtensile bond strength and
morphological study Dental Materials 17(5) 373-380. [Crossref] [Medline]

18. Perdigao J (2007) New developments in dental adhesion Dental Clinics of


North America 51(2) 333-357. [Crossref] [Medline]

19. Mohan B & Kandaswamy D (2005) A confocal microscopic evaluation of


resin-dentin interface using adhesive systems with three different solvents
bonded to dry and moist dentin—An in vitro study Quintessence
International 36(7–8) 511-521. [Medline]

20.

21

Anda mungkin juga menyukai