TINDAKAN KEPERAWATAN
“HALUSINASI”
Nama kelompok :
Pada salah satu rumah sakit terdapat pasien bernama Ny.B, pasien keseharian
nya tinggal seorang diri. Sudah beberapa hari ini pasien mengeluh mendengar
suara laki-laki yang mengejek nya namun suara itu terdengar ketika pasien
sedang dikamar atau seorang diri. Sesekali Ny.B berusaha mendengkatkan
telingan dari asal suara itu tetapi tiba-tiba suara itu hilang dan muncul lagi
sewaktu-waktu.
Core problem : Halusinasi Pendengaran
A. Pengertian
2). Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien.Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien.
B. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan
setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak
berguna, putus asa dan tidak berdaya.Penilaian individu terhadap stressor
dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan
(Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi
adalah:
1). Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak
yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi
stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
D. Jenis Halusinasi
E. Fase Halusinasi
Core Problem
Halusinasi pendengaran
Kondisi klien
a. Data Subjektif :
- Klien mendengankan suara laki-laki yang mengejeknya.
- Klien mengatakan suara itu datang ketikasendiri di kamar.
b. Data objektif :
- Klien tampak terlihat sendiri
- Klien tampak terlihat mengarahkan telinganya ke suatu tempat.
- Klien tampak menutup telinganya sesaat.
a. Tujuan umum
Setelah dilakukan asuhan keperawatan jiwa, klien dapat mengatasi
masalah Gangguan Halusinasi.
b. Tujuan khusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan jiwa, klien dapat :
- Klien dapat membina hubungan saling percaya
- Klien dapat mengontrol halusinasi
DAFTAR PUSTAKA
Keliat BA, Ria UP, Novy H. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.Edisi 2.
Jakarta. EGC.
Residen bagian Psikiatri UCLA. 1990. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC
Stuart & Laraia. 2001. Principles and practice of psychiatric nursing.USA: Mosby
Company.
Stuart & Sudeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa .Edisi 3.Jakarta : EGC.
Pada salah satu rumah sakit terdapat pasien bernama Ny.B, pasien keseharian
nya tinggal seorang diri. Sudah beberapa hari ini pasienmengeluh mendengar
suara laki-laki yang mengejek nya namun suara itu terdengar ketika pasien
sedang dikamar atau seorang diri. Sesekali Ny.B berusaha mendengkatkan
telingan dari asal suara itu tetapi tiba-tiba suara itu hilang dan muncul lagi
sewaktu-waktu.
Data Subjektif :
Data objektif :
B. Diagnosa keperawatan
- Tujuan umum
Setelah dilakukan asuhan keperawatan jiwa, klien dapat mengatasi
masalah Gangguan Halusinasi.
- Tujuan khusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan jiwa, klien dapat :
- Klien dapat membina hubungan saling percaya
- Klien dapat mengontrol halusinasi.
1. Fase orientasi
a. Salam teraupetik
“ Assalamualaikum selamat pagi bu. Perkenalkan nama saya perawat
A, saya mahasiswa Universitas Muhammadiyah Tangerang. Hari ini
saya dinas pagi dari jam 7 sampai jam 2 siang. Saya akan merawat ibu
di RS ini. Nama ibu siapa?”
“Senangnya ibu dipanggil apa?”
b. Evaluasi /validasi
“Baiklah ibu R, bagaimana keadaan ibu hari ini?”
c. Kontrak
“Ibu R, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang apa yang ibu
rasakan yang selama ini mengganggu ibu , dan cara bagaimana
mengontrol suara-suara yang menggagu tersebut. Apakah ibu
besedia?”
“Berapa lama ibu mau berbincang-bincang dengan saya?”
“Bagaimana kalau 20 menit?”
“Ibu mau berbincang-bincang dimana?”
“Baiklah bu, kita berbincang-bincang di sini saja ya bu?”
2. Fase kerja
“Apakah benar ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya?”
“Saya percaya ibu mendengar suara tersebut, tetapi saya sendiri tidak
mendengar suara itu, apa yang di katakan oleh suara yang ibu dengar?”
“Apakah ibu mendengan terus-menurus atau sewaktu-waktu?”
“Kapan ibu seringmendengar suara tersebut?”
“Berapa kali ibu mendengar suara tersebut?”
“Kemudian saat ibu mengdengar suara tersebut , apa yang ibu lakukan?”
“Apakah dengan suara tersebut suara itu hilang?”
“Baiklah bu, apa yang ibu alami itu halusinasi, halusinasi itu ada 4 cara
untuk mengotrol halusinasi tersebut yang ibu alami, yaitu menghardik,
meminum obat, bercakap-cakap, dan melakukan aktivitas. Hari ini
bagaimana kalau kita latihan cara yang pertama dulu, yaitu dengan
menghardik. Apakah ibu besedia?”
“Baiklah, kalau begitu kita mulai ya bu, saya akan mempraktikan terlebih
dahulu , baru ibu mempraktikan kembali apa yang telah saya lakukan ,
begini ya bu jika da suara itu muncul kembali, katakan dengan keras
“Pergiii...pergi... saya tidak mau mendengar kamu suara palsu” (sambil
menutup kedua telinga). Seperti ini ya bu, coba sekarang ibu lakukan apa
yang saya lakukan tadi”.
“Wah bagus sekali, ibu sudah mempratikan nya”.
3. Fase terminasi
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tadi?”
b. Evaluasi objektif
“Baiklah bu, jika ada suara tersebut itu muncul kembali dan masih
mengejek ibu, ibu bisa pratikan seperti yang sudah kita pelajari dan
ibu lakukan sesuai dengan apa yang telah kita pratikan tadi”
c. Tindak lanjut
“Ibu lakukan itu sampai suara tidak terdengar lagi dan ibu lakukan
selama 3 al sehari atau disaat ibu mendengar suara tersebut. Apakah
ibu mengerti?”