PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Mampu menjelaskan aspek psikologis paliatif care pada pasien stroke hemoragik.
1
BAB II
KONSEP TEORI
Kualitas hidup adalah apa yang dikatakan seseorang. Kualitas hidup mengacu
pada kepuasan subjektif yang dialami dan / atau diungkapkan oleh seorang individu;
ini berhubungan dengan dan dipengaruhi oleh semua dimensi kepribadian - fisik,
psikologis, sosial dan spiritual. Dimensi kualitas hidup antara lain kekhawatiran fisik
(gejala, nyeri), kemampuan fungsional (aktivitas), kesejahteraan keluarga, kondisi
emosional, kerohanian, fungsi sosial, kepuasan pengobatan, orientasi masa depan,
seksualitas / keintiman (termasuk citra tubuh), fungsi kerja.
2
g) Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan
keluarganya.
h) Menghindari tindakan yang sia-sia.
i) Bersifat individual tergantung kebutuhan pasien.
a) Profesional
b) Komunikatif.
c) Jujur.
d) Empati.
e) Berpikir positif.
f) Mencintai pekerjaan.
g) Team work…pendekatan tim.
h) Memberi rasa nyaman.
i) Respon terhadap rasa takut.
j) Respon terhadap keluarga dan kolega/tim.
k) Meningkatkan kualitas hidup sampai kematian.
Keluarga terlatih/Caregiver.
Home visit tim paliatif.
Praktek Bersama
3
2.2 Konsep Stroke Hemoragik
Menurut Neil F. Gordon, stroke adalah gangguan potensial yang fatal pada
suplai darah suatu bagian otak. Tidak ada satupun bagian tubuh manusia yang dapat
bertahan bila terdapat gangguan suplai darah dalam waktu relatif lama.
Stroke adalah sindroma klinis yang awal timbulnya mendadak dan cepat, yang
berupa defisit neurologis fokal dan atau global, yang terkadang berlangsung 24 jam
atau nantinya akan langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan
oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik (Oktamiati,2014).
4
tahap selanjutnya dapat terganggu. Nyeri kepala khas pada perdarahan sub
arachnoid, timbul mendadak, parah, dan tanpa sebab yang jelas (Feigin, 2006).
Kecemasan
5
kecemasan timbul dari rangsangan-rangsangan sebagai berikut: ketakutan
yang terus-menerus disebabkan oleh kesusahan dan kegagalan yang bertubi-tubi,
represi terhadap berbagai masalah emosional, kecenderungan harga diri yang
terhalang, dan dorongan-dorongan seksual yang terhambat.
Menurut Spilberger (dalam Triantoro Safaria & Nofrans Eka Saputra, 2012:
53) menjelaskan kecemasan dalam dua bentuk, yaitu.
1. Trait anxiety
2. State anxiety
1. Ansietas ringan
6
persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan
pertumbuhan serta kreativitas.
2. Ansietas sedang
3. Ansietas berat
4. Tingkat panik
7
Tipe-tipe kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:
1.Aktual atau nyata Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya
amputasi, kematian orang yang sangat berarti / di cintai.
2. Persepsi Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan,
misalnya; seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan
kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.
1.Denial
2.Anger
3.Bargaining
4.Depresi
5.Acceptance
8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Seorang laki-laki usia 58 tahun pingsan di rumah dan di bawa ke rumah sakit dengan
ambulance. Kondisi saat ini tidak stabil, san kepatenan jalan nafas terganggu sehingga
di lakukan intubasi serta mendapatkan bantuan nafas dengan ventilasi di IGD sebelum
masuk ICU.
Hasil CT Scan pasien menderita stroke hemoragik pada arteri serebral kiri tengah
yang membuatnya tidak sadarkan diri. Dokter neurology yang menangani pasien ini
sejak awal menginformasikan kepada keluarga, bahwa kemungkinan hidup sangat
kecil dan jika pasien dan jika pasien mampu bertahan hidup hanya memiliki 40%
untuk kembali secara fungsional. Neurology juga menjelaskan akan melaporkan hasil
evaluasi kondisi pasien dalam 3-4 hari untuk menentukan prognosis yang lebih tepat.
Tiga hari setelah masuk ICU pasien masih dalam kondisi koma, tidak memberikan
stimulus dengan nyeri dalam, pupil tidak bereaksi, tidak ada reflek kornea, dan tidak
ada reflek muntah maupun batuk. Hasil CT Scan ulang menunjukkan terjadi edema
serebri dengan herniasi yang cukup luas.
Data Pelengkap
9
ANALISA DATA
Data Etiologi
DS : Ansietas
Keluarga mengatakan cemas dengan
keadaan pasien
DO :
Keluarga tampak bertanya terus
menerus pada perawat
Prognosis pasien buruk
Hanya memiliki angka harapan
hidup 40%
Pasien tampak koma
Keluarga kebingungan
DS : Kehilangan
Pasien mengatakan “ kenapa ini
terjadi pada suami saya”
Keluarga mengatakan belum siap
menerima kehilangan pasien
DO :
Keluarga terlihat syok
Keluarga menangis
DS: Berduka
Keluarga mengatakan belum siap
kehilangan pasien
DO :
Tampak menangis
Kondisi koma
Prognosis pasien buruk
10
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas
2. Kehilangan
3. Berduka
No. DX Intervensi
1 Ansietas Observasi :
Identifikasi saat tingkat ansietas
berubah
Identifikasi kemampuan mengambil
keputusan
Monitor tanda-tanda ansietas
Terapeutik :
Ciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
Motivasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
Edukasi
Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien kalau perlu
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat ansietas
jika perlu
2 Kehilangan Berikan kesempatan klien untuk
mengepresikan kesedihan
Observasi kondisi klien
Beri dukungan spiritual
3 Berduka Observasi :
Identifikasi fungsi marah
Identifikasi hal yang memicu emosi
11
Terapeutik :
Fasilitasi mengungkapkan perasaan
cemas
Buat pernyataan suportif atau empati
selama fase berduka
Lakukan sentuhan untuk memberikan
dukungan
Tetap bersama klien dan pastikan
keamanan selam ansietas
Kurangi tuntutan berpikir saat lelah
Edukasi :
Jelaskan konsekuensi tidak
menghadapi rasa bersalah dan malu
Anjurkan mengungkapkan perasaan
yang dialami
Anjurkan mengungkapkan
pengalaman emosional sebelumnya
Ajarkan menggunakan mekanisme
pertahanan yang tepat
Kolaborasi :
Rujuk untuk konseling jika perlu
EVALUASI
12
Telaah Jurnal
Abstract
Stroke adalah salah satu masalah kesehatan serius. Masalah yang terjadi tidak hanya
pada pasien, tetapi juga berdampak kepada keluarga. Proses berduka akan dilewati
oleh keluarga pada pasien dengan stroke. Dukungan spiritual dapat digunakan untuk
menghadapi reaksi berduka.Pendekatan dukungan spiritual merupakan area mandiri
keperawatan. Artikel yang digunakan dalam telaah literatur ini adalah melalui
penyedia jurnal elektronik.Kriteria artikel yang dipakai adalah terbitan tahun
19982013 dan tersedia di perpustakaan universitas serta beberapa literatur yang
mendukung dalam proses penulisan. Pembahasan telaah literatur ini terkait masalah
yang muncul pada keluarga dengan pasien stroke, aspek spiritualitas dalam individu,
spiritualitas sebagai faktor protektif kejadian depresi dan proses berduka tidak efektif
serta implikasi pada asuhan keperawatan dan penelitian. Kesimpulan telaah literatur
ini adalah Kesehatan psikologis menjadi satu hal penting dalam pelayanan
keperawatan. Kemungkinan terjadinya kematian yang mendadak akibat stroke dapat
menimbulkan respon berduka (bereavement). Salah satu tindakan mandiri
13
keperawatan yang dapat dintegrasikan untuk mengatasi respon tersebut adalah
memberikan dukungan.
Metode
Artikel yang digunakan dalam telaah literatur ini adalah melalui penyedia jurnal
elektronik EBSCO, Sciencedirect, Springer dan Google Scholar. Laman penyedia
jurnal tersebut dipilih karena telah diketahui secara umum sebagai penyedia akses
jurnal yang tersedia di perpustakaan universitas penulis. Kata kunci yang dipakai
adalah "stroke dan spiritual "bereaved family dan spiritual Kriteria artikel yang
dipakai adalah terbitan tahun 1993-2013 dan tersedia perpustakaan universitas serta
beberapa literatur yang mendukung dalam proses penulisan tekanane literatur.
Hasil
Reaksi berduka (bereavement) akibat kematian mendadak dari pasangan lebih banyak
melibatkan respon emosional(15) seseorang yang berupa perasaan kesepian, tidak
berdaya, putus asa dan shock 18). Respon emosional tersebut sangat heterogen
tergantung dari intensitas, durasi, dan adaptasi terhadap kehilangan (17 Reaksi
berduka (bereavement) kemungkinan memiliki konsekuensi negative pada aspek
emosional, fisik, sosial, dan fungsi kognitifKonsekuensi negative tersebut dapat
berupa peningkatan level depresi, peningkatan risiko kematian, kerusakan pada fungsi
fisik, peningkatan level stress dan kebutuhan finansial, kesepian emosional dan sosial
penurunan fungsi memori, peningkatan resiko bunuh diri, peningkatan level dari
kecemasan, dan resiko ketidakteraturan mood. Kesehatan psikologis menjadi satu hal
penting dalam pelayanan keperawatan. Kemungkinan terjadinya kematian yang
mendadak akibat stroke dapat menimbulkan respon berduka (bereavement). Salah
satu tindakan mandiri keperawatan yang dapat dintegrasikan untuk mengatasi respon
tersebut adalah memberikan dukungan
Kesimpulan
Kesehatan psikologis menjadi satu hal terpenting yang dapat mempengaruhi kondisi
kesehatan manusia secara umum. Pada penyakit stroke, selain dialami oleh pasien,
14
perubahan kondisi psikologis juga dirasakan oleh keluarga atau pasangan Hal ini
terkait dengan kemungkinan terjadinya kematian mendadak akibat stroke, yang dapat
menimbulkan respon berduka (bereavement). Salah satu tindakan mandiri
keperawatan yang dapat dintegrasikan untuk mengatasi respon tersebut adalah
memberikan dukungan dengan pendekatan spiritual. Pendekatan tersebut dipercaya
dapat memberikan efek baik untuk mengurangi dampak psikologis dan konsekuensi
negative yang mungkin muncul dari respon berduka (bereavement).
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
15
Perawatan paliatif di Indonesia belum optimal, hanya ada beberapa pelayanan
paliatif dengan metode HHC (Hospice Home Care) atau dengan mengunjungi rumah
pasien yang kebanyakan dikhususkan untuk penderita kanker, stroke, dan alzheimer.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, R. 2010. Hubungan Jenis Stroke Dengan Kecemasan Pada Care giver Pasien
Stroke Di RSUD DR. MOEWARDI Surakarta. Fakultas AKULTAS
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
TIM Pokja SIKI DPP PNI. 2018. Standar intervensi keperawatan Indonesia definisi
dan tindakan keperawatan. PPNI
16
Syafera, M. Asuhan Keperawatan Kehilangan dan Berduka.
https://www.academia.edu/8324741/ASUHAN_KEPERAWATAN_KEHILA
NGAN_DAN_BERDUKA_Diposkan_oleh_Rizki_Kurniadi pada tanggal 11
November 2019, pukul 09.00
17