Askep Febris Rhya
Askep Febris Rhya
6. Pemeriksaan Penunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan-pemeriksaan yang mutakhir, yang siap tersedia untuk
digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa bebrapa uji
coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin.
Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis dengan lebih pasti
melalui biopsy pada tempat- tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti
angiografi, aortografi, atau limfangiografi
7. Penatalaksanaan
a. Secara Fisik
Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6 jam.
Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau.Perhatikan pula apakah
mata anak cenderung melirik ke atas atau apakah anak mengalami kejang-kejang. Demam yang
disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak
mampu mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel otak.
Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi intelektual
tertentu.
1. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
2. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
3. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak yang akan
berakibat rusaknya sel-sel otak.
4. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknyaMinuman yang diberikan dapat
berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan), air buah atau air teh. Tujuannnya adalah agar
cairan tubuh yang menguap akibat naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.
5. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
6. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk menurunkan suhu tubuh
dipermukaan tubuh anak.Turunnya suhu tubuh dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas
tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan air es karena
justru akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat keluar. Menggunakan
alkohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan).
7. Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-suam kuku. Kompres air
hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar terasa hangat dan tubuh akan
menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas. Dengan demikian tubuh akan menurunkan
kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di samping
itu lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar atau
mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga akan
mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
b. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di hipotalamus.
Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat
enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang
mana diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada
lagi. Petunjuk pemberian antipiretik:
1. Bayi 6 – 12 bulan : ½-1 sendok the sirup parasetamol
2. Anak 1 – 6 tahun : ¼-½ parasetamol 500 mg atau 1-1½ sendokteh sirup parasetamol
3. Anak 6 – 12 tahun : ½-1 tablet parasetamol 500 mg atau 2 sendok teh sirup parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air atau teh
manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari.Gunakan sendok takaran obat dengan
ukuran 5 ml setiap sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan demam dan
sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal
kronis kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko kejang
demam.Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri dari golongan yang bermacam-
macam dan sering berbeda dalam susunan kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek
pengobatannya. Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui pencegahan pembentukan
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase. Asetaminofen merupakan
derivat para -aminofenol yang bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis
dalam susunan saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5
kali sehari. Dosis maksimal 90 mgr/kbBB/hari Pada umumnya dosis ini dapat d itoleransi dengan
baik.Dosis besar jangka lama dapat menyebabkan intoksikasi dan kerusakkan
hepar.Pemberiannya dapat secara per oral maupun rektal.Turunan asam propionat seperti
ibuprofen juga bekerja meneka n pembentukan prostaglandin.Obat ini bersifat antipiretik,
analgetik dan antiinflamasi.Efek samping yang timbul berupa mual, perut kembung dan
perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin. Efek samping hematologis yang berat
meliputi agranulositosis dan anemia aplastik.Efek terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut
(terutama bila dikombinasikan dengan asetaminopen).Dosis terapeutik yaitu 5-10 mgr/kgBB/kali
tiap 6 sampai 8 jam.Metamizole (antalgin) bekerja menekan pembentukkan
prostaglandin.Mempunyai efek antipiretik, analgetik da n antiinflamasi. Efek samping
pemberiannya berupa agranulositosis, anemia aplast ik dan perdara han saluran cerna. Dosis
terap eutik 10 mgr/kgBB/kali tiap 6 -8 jam dan tidak dianjurkan unt uk anak kurang dari 6
bulan.Pemberiannya secara per oral, intramuskular atau intravena. Asam mefenamat suatu obat
gol ongan fenamat.Khasiat analgetiknya lebih kuat dibandingkan sebagai antipiretik.Efek
sampingnya berupa dispepsia dan anemia hemolitik.Dosis pemberiannya 20 mgr/kgBB/hari
dibagi 3 dosis. Pemberiannya secara per oral dan tidak boleh diberikan anak usia kurang dari 6
bulan.
8. Komplikasi
a. Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh
b. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi pada anak usia 6
bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak
berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayakan otak
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas: umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b. Riwayat kesehatan
c. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
d. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit):
sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual,
muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
e. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah
diderita oleh pasien).
f. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita
oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak)
2. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: kesadaran, vital sign, status nutrisi
3. Pemeriksaan persistem
a. Sistem persepsi sensori
b. Sistem persyarafan: kesadaran
c. Sistem pernafasan
d. Sistem kardiovaskuler
e. Sistem gastrointestinal
f. Sistem integument
g. Sistem perkemihan
4. Pada fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi dan metabolism
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola kognitif dan perseptual
g. Pola toleransi dan koping stress
h. Pola nilai dan keyakinan
i. Pola hubungan dan peran
5. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
b. Foto rontgent
c. USG
6. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, proses penyakit.
b. Resiko injuri berhubungan dengan infeksi mikroorganisme.
c. Resiko kurang cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan diaforesis.
d. Ansietas berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyakit
7. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(NOC) (NIC)
1. Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan tindakan Fever treatment
dengan proses infeksi, keperawatan Monitir suhu sesering mungkin
proses penyakit. selama…x24jam klien Monitor IWL
Batasan karakeristik : menunjukkan temperatur Monitor warna dan suhu kulit
Kenaikan suhu tubuh dalam batas normal dengan Monitor tekanan darah, nadi dan RR
diatas rentang normal kriteria hasil: Monitor penurunan tingkat kesadaran
Serangan atau konvulsi Suhu Tubuh dalam batas Monitor WBC, HB dan HCT
(kejang) normal Monitor intake dan output
Kulit kemerahan Bebas dari kedinginan Kolaborasikan pemberian antipiretik
Pertambahan RR Suhu tubuh stabil 36,50- Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab
Takikardi 37,50c demam
Saat disentuh tangan Termoregulasi dbn Selimuti pasien
terasa hangat Nadi dbn Berikan cairan intravena
<1 bln : 90-170 Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
<1 thn : 80-160 Tingkatkan sirkulasi udara
2 thn : 80-120 Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya
6 thn : 75-115 menggigil
10 thn : 70-110 Temperature regulation
14 thn : 65-100 Monitor suhu minimal tiap 2 jam
>14thn : 60-100 Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
Respirasi dbn Monitor TD, nadi dan RR
BBL : 30-50 x/m Monitor warna dan suhu kulit
Anak-anak : 15-30 x/m Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
Dewasa : 12-20 x/m Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan
tubuh
Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negative dari kedinginan
Berikan antipiretik bila perlu
Vital Sign Monitoring
Monitor TD, nadi, suhu dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor VS pada saat pasien berbaring, duduk atau
berdiri
Monitor TD , nadi, RR, sebelum, selama dan sesudah
aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan irama dari pernafasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernafasan abnormal
Monitor warna, suhu dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
2. Resiko injuri Setelah dilakukan tindakan Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
berhubungan dengan keperawatan selama Identifikasi kebutuhan keamanan pasien sesuai dengan
infeksi mikroorganisme. …x24jam anak bebas dari kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat
cidera dengan kriteria hasil: penyakit terdahulu pasien
Menunjukan homeostatis Menghindari lingkungan yang berbahaya misalnya
Tidak ada perdarahan memindahkan perabotan
mukosa dan bebas dari Memasang side rail tempat tidur
komplikasi lain Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
Membatasi pengunjung
Memberikan penerangan yang cukup
Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
Mengontrol lingkungan dari kebisingan
Memindahkan barang-barang yang dapat
membahayakan
Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit.
3. Resiko kurang cairan Setelah dilakukan tindakan Fluid management:
berhubungan dengan keperawatan selama Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
intake yang kurang dan …x24jam volume cairan Monitor status dehidrasi (kelembaban membrane
diaphoresis,faktor yang adekuat dengan kriteria mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik)
mempengaruhi hasil: Monitor vital sign
kebutuhan cairan Mempertahankan urine Monitor asupan makanan/ cairan dan hitung intake
(hipermetabolik). output sesuai dengan usia kalori harian
dan BB, BJ urine normal, Lakukan terapi IV
HT normal Monitor status nutrisi
Tekanan darah, nadi, suhu Berikan cairan
tubuh dalam batas normal Berikan cairan IV pada suhu ruangan
Tidak ada tanda- tanda Dorong masukan oral
dehidrasi, elastisitas turgor Berikan penggantian nasogastrik sesuai output
kulit baik, membrane Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
mukosa lembab, tidak ada Anjurkan minum kurang lebih 7-8 gelas belimbing
rasa haus yang berlebihan. perhari
Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
memburuk
Atur kemungkinan transfusi
4. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Kaji dan identifikasi serta luruskan informasi yang
dengan hipertermi, efek keperawatan selama dimiliki klien/keluarga mengenai hipertermi
proses penyakit 2x24jam ansietas Berikan informasi pada klien/keluarga yang akurat
klien/keluarga hilang tentang penyebab hipertermi
dengan kriteria hasil: Validasi perasaan klien/keluarga dan yakinkan
Klien/keluarga dapat klien/keluarga bahwa kecemasan merupakan respon
mengidentifikasi hal-hal yang normal
yang dapat meningkatkan Diskusikan dengan klien/keluarga rencana tindakan
dan menurunkan suhu tubuh yang dilakukan berhubungan dengan hipertermi dan
Klien/keluarga mau keadaan penyakit
berpartisipasi dalam setiap
tidakan yang dilakukan
Klien/keluarga
mengungkapkan penurunan
cemas yang berhubungan
dengan hipertermi, proses
penyakit
8. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan mencakup
tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan
analisis dan kesimpulan perawat serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan yang lain.
Sedangkan tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil
keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
9. Evaluasi Keperawatan
Merupakan penilaian perkembangan ibu hasil implementasi keperawatan yang berpedoman
kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.
10. Discharge Planning
a. Ajarkan pada orang tua mengenal tanda-tanda kekambuhan dan laporkan dokter/perawat
b. Instruksikan untuk memberikan pengobatan sesuai dengan dosis dan waktu
c. Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuh dan intervensi
d. Instruksikan untuk control ulang
e. Jelaskan factor penyebab demand an menghindari factor pencetus
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Guyton, Arthur C. (1990). Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit.Ed. 3. Jakarta, EGC.
Guyton, Arthur C. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Ed. 9. Jakarta, EGC.
http://khakarangga.blogspot.com/2013/01/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-febris.html diakses pada
Rabu, 16 Juli 2014, pukul : 20.00 WITA
http://putririzkadewi.blogspot.com/2011/11/febris-demam.html diakses pada Rabu, 16 Juli 2014, pukul
: 20.00 WITA
http://riezkhyamalia.wordpress.com/2013/11/27/laporan-pendahuluan-demam-febris.html diakses pada
Rabu, 16 Juli 2014, pukul : 20.00 WITA
Julia Klaartje Kadang, SpA (2000). Metode Tepat Mengatasi Demam.
Dalamhttp://rentalhikari.wordpress.com/2010/03/22/lp-febris-demam.html diakses pada Rabu,
16 Juli 2014, pukul : 20.00 WITA
NANDA NIC-NOC. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA. Yogyakarta: Media
Hardy
Wong, Dona L, dkk,. 2003. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis: Mosby