Anda di halaman 1dari 2

Pembangunan Bronjong Air Seluma Terindikasi Menyalahi Kontrak

November 22, 2017

CV.CK Diduga Gunakan Material Galian C Ilegal

SELUMA, Rafflesianews.com- Proyek Pembangunan Pengaman Sungai Dan


Pengendali Banjir Air Seluma yang bersumber dana sebesar Rp. Rp. 1.992.164.255
dari APBD Provinsi Bengkulu melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) Provinsi Bengkulu, dikerjakan CV. Comunity Konstrusi yang terletak di
Kelurahan Bunga Mas Kecamatan Seluma Timur kabupaten Seluma diduga menyalahi
kontrak. Pasalnya, material yang digunakan diduga diambil dari lokasi.
Hal tersebut dibenarkan salah satu warga setempat berinisial Ar (30), diungkapkannya
terdapat 2 (dua) unit alat berat jenis ekcavator dilokasi pekerjaan dengan biaya Rp. 1,9
Milyar lebih itu. Bahkan dirinya mengakui menyaksikan pekerjaan dilakukan dengan alat
berat tersebut.

“Pekerjaan bronjong tersebut seharusnya memperhitungkan keseimbangan lingkungan.


Yang saya lihat ada dua unit eksavator dalam pekerjaan yang diduga digunakan untuk
mengeruk material galian c di lokasi,” ujarnya kepada Rafflesianews.com, Jumat
(17/11)

Lanjut Ar, kendati tidak dijelaskan kapan dimulai dan selesainya pekerjaan, dalam
papan nama pekerjaan CV. Comonity Konstruksi jelas dicantumkan pekerjaan
Pengaman Sungai Dan Pengendali Banjir bukanlah normalisasi sungai. Untuk itu,
dirinya pun mempertanyakan kegunaan alat berat tersebut.

“Kalau pekerjaan tersebut untuk normalisasi sungai wajar saja mengeruk sungai.
Namun ini kan beda,” kata Ar.

Sementara itu, Direktur CV. Comonity Konstruksi (CV.CK), Utus menjelaskan jika 2 unit
ekcavator disewa untuk mempercepat pekerjaan. Dirinya pun membantah jika
pekerjaan menggunakan material dilokasi.
“Material kita datangkan dari luar,sedangkan alat berat digunakan untuk normalisasi air
dan membantu pekerjaan,” kata Utus kepada Rafflesianews.com melalui handphone,
Senin (20/11).

Selain itu, masih kata Utus,pekerjaan Pengaman Sungai Dan Pengendali Banjir yang
dikerjakan sejak bulan September 2017 tersebut telah selesai 100 persen dan telah
serah terima (PHO).

“Sekarang memasuki tahap pencairan,” demikian Utus.

Untuk diketahui, Larangan penggunaan material tambang ilegal untuk proyek


Pemerintah, BUMN dan PMA telah diatur dengan UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara. Sedangkan dalam Peraturan Presiden (Pepres)
Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah serta
perubahannya, penyimpangan dalam proses pengadaan barang dan jasa yang
merugikan keuangan negara merupakan salah satu bentuk tindak pidana korupsi. (rian)

Anda mungkin juga menyukai