Anda di halaman 1dari 4

PENJELASAN KEPADA ORANGTUA

MENGENAI IMUNISASI
28.08.2013

Surat Persetujuan (informed consent)

Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) no. 585 tahun 1989 tentang
Persetujuan Tindakan Medik dinyatakan bahwa informed consent adalah perse-tujuan yang
diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik
yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut (pasal 1 ayat a).

 Informasi harus diberikan kepada pasien baik diminta ataupun tidak diminta (pasal 4
ayat 1)
 Semua tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapat
persetujuan (pasal 2 ayat 2)
 Apabila tindakan medik dilakukan tanpa adanya persetujuan dari pasien atau
keluarganya, maka dokter dapat dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan
izin prakteknya (pasal 13)

Di dalam Permenkes tersebut yang dimaksud dengan tindakan medik adalah tindakan
diagnostik atau terapeutik (pasal 1, ayat b), sehingga ada yang berpendapat bahwa
imunisasi tidak perlu persetujuan tindakan medis. Namun, di Amerika dan Australia
persetujuan tindakan medik sebelum imunisasi dianggap perlu, walaupun tidak harus
tertulis. The American Academy of Pediatrics (AAP) menganjurkan pemberian (berupa
brosur) yang disusun dan disediakan oleh pemerintah bekerjasama dengan AAP dan
produsen vaksin. Selain itu AAP menganjurkan agar setiap kali pemberian imunisasi
orangtua menandatangani persetujuan tertulis, atau dicatat dalam catatan medik bahwa
penjelasan telah dilakukan dan difahami oleh orangtua.

The Australian National Health and Medical Research Council (NHMRC) juga
menganjurkan agar setiap kali sebelum imunisasi diberikan penjelasan tertulis di samping
penjelasan lisan. Pada imunisasi perorangan orangtua diberi daftar isian (kuesioner) dan
keterangan tertulis tentang perbandingan risiko imunisasi dan bahaya penyakit yang dapat
dicegah dengan vaksin tersebut untuk dibaca dan didiskusikan dengan dokter. Tidak ada
keharusan untuk mendapatkan persetujuan tertulis dari orangtua, cukup dicatat di dalam
catatan medik bahwa orangtua telah diberikan penjelasan. Namun beberapa
klinik meminta persetujuan tertulis. Imunisasi masal (di sekolah) dilakukan setelah ada
persetujuan tertulis dari orangtua. Namun jika orangtua hadir dibutuhkan persetujuan lisan
dari orangtua. Namun jika orangtua hadir dibutuhkan persetujuan lisan dari orangtua
walaupun telah ada persetujuan tertulis pada imunisasi sebelumnya.
Sejalan dengan peningkatan pendidikan dan pengetahuan masyarakat serta kesadaran
konsumen tentang hak-haknya, dihimbau kepada anggota IDAI sebelum melakukan
imunisasi sebaiknya memberikan penjelasan bahwa imunisasi berguna untuk melindungi
anak terhadap bahaya penyakit mempunyai manfaat lebih besar dibandingkan dengan
risiko kejadian ikutan yang dapat ditimbulkannya (sesuai maksud pasal 2 ayat 3 Permenkes
585/1989). Cara penyampaian dan isi informasi disesuaikan dengan tingkat pendidikan
serta kondisi dan situasi pasien (Permenkes 585/1989, pasal 2 ayat 4). Imunisasi yang
dilaksanakan sesuai dengan program pemerintah untuk kepentingan masyarakat banyak (di
Posyandu, Puskesmas) tidak diperlukan persetujuan tindakan medik (sesuai Permenkes
585/1989 pasal 14).

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan pada Bayi/ Anak Sebelum Imunisasi

Orangtua atau pengantar bayi / anak dianjurkan dan memberitahukan hal-hal tersebut di
bawah ini secara lisan tentang hal-hal yang berkaitan dengan indikasi kontra atau risiko
kejadian ikutan pasca imunisasi tersebut di bawah ini,

 pernah mengalami kejadian ikutan pasca imunisasi yang berat pada imunisasi
sebelumnya,
 alergi terhadap bahan yang juga terdapat di dalam vaksin,
 sedang mendapat pengobatan steroid, radioterapi atau kemoterapi,
 menderita sakit yang menurunkan imunitas (leukimia, kanker, HIV/AIDS),
 tinggal serumah dengan orang lain yang imunitasnya menurun (leukimia, kanker, HIV /
AIDS),
 tinggal serumah dengan oang lain dalam pengobatan yang menurunkan imunitas
(radioterapi, kemoterapi, atau terapi steroid)
 pada bulan lalu mendapat imunisasi yang berisi vaksin virus hidup (vaksin campak,
poliomielitis, rubela)
 pada 3 bulan yang lalu mendapat imunoglobulin atau transfusi darah

Pemberian Parasetamol Sesudah Imunisasi

Untuk mengurangi ketidaknyamanan pasca vaksinasi, dipertimbangkan untuk pemberian


parasetamol 15 mg/kgbb kepada bayi/anak setelah imunisasi, terutama pasca vaksinasi
DPT. Kemudian dilanjutkan setiap 3-4 jam sesuai kebutuhan, maksimal 4 kali dalam 24
jam. Jika keluhan masih berlanjut, diminta segera kembali kepada dokter.

Reaksi KIPI

Orangtua atau pengantar perlu diberitahu bahwa setelah imunisasi dapat timbul reaksi lokal
di tempat penyuntikan atau reaksi umum berupa keluhan dan gejala tertentu, tergantung
pada jenis vaksinnya. Reaksi tersebut umumnya ringan, mudah diatasi oleh orangtua atau
pengasuh , dan akan hilang dalam 1 - 2 hari. Di tempat suntikan kadang-kadang timbul
kemerahan, pembekakan, gatal, nyeri selama 1 sampai 2 hari. Kompres hangat dapat
mengurangi keadaan tersebut. Kadang-kadang teraba benjolan kecil yang agak keras
selama beberapa minggu atau lebih, tetapi umunya tidak perlu dilakukan tindakan apapun.

BCG
Orangtua atau pengantar perlu diberitahu bahwa 2-6 minggu setelah imunisasi BCG dapat
timbul bisul kecil (papula) yang semakin membesar dan dapat terjadi ulserasi selama 2-4
bulan, kemudian menyembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan parut. Bila ulkus
mengeluarkan cairan orangtua dapat mengkompres dengan cairan antiseptik. Bila cairan
bertambah banyak, koreng semakin membesar atau timbul pembesaran kelenjar regional
(aksila), orangtua harus membawanya ke dokter.

Hepatitis B

Kejadian ikutan pasca imunisasi pada hepatitis B jarang terjadi, segera setelah imunisasi
dapat timbul demam yang tidak tinggi, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan,
pembengkakan, nyeri, rasa mual dan nyeri sendi. Orangtua / pengasuh dianjurkan untuk
memberikan minum lebih banyak (ASI atau air buah), jika demam pakailah pakaian yang
tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin, jika demam berikan
parasetamol 15 mg/kgbb setiap 3 - 4 jam bila diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24 jam bila
diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh mandi atau cukup diseka dengan air
hangat. Jika reaksi tersebut menjdai berat dan menetap, atau jika orangtua merasa
khawatir, bawalah bayi / anak ke dokter.

DPT

Reaksi yang dapat terjadi segera setelah vaksinasi DPT antara lain demam tinggi, rewel, di
tempat suntikan timbul kemerahan, nyeri dan pembengkakan, yang akan hilang dalam 2
hari. Orangtua / pengaruh dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau air
buah), jika demam pakailah pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres
air dingin, jika demam berikan parasetamol 15 kg/kgbb setiap 3 - 4 jam bila diperlukan,
maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat. Jika
reaksi-reaksi tersebut berat dan menetap, atau jika orangtua merasa khawatir, bawalah
bayi / anak ke dokter.

DT

Reaksi yang dapat terjadi pasca vaksinasi DT antara lain kemerahan, pembengkakan dan
nyeri pada bekas suntikan. Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres dengan air dingin .
Biasanya tidak perlu tindakan khusus.

Polio Oral

Sangat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi polio, oleh karena itu orangtua / pengasuh
tidak perlu melakukan tindakan apapun.

Campak dan MMR

Reaksi yang dapat terjadi pasca vaksinasi campak dan MMR berupa rasa tidak nyaman di
bekas penyuntikan vaksin. Selain itu dapat terjadi gejala-gejala lain yang timbul 5 12 hari
setelah penyuntikan, yaitu demam tidak tinggi atau erupsi kulit halus/tipis yang berlangsung
kurang dari 48 jam. Pembengkakan kelenjar getah bening di belakang telinga dapat terjadi
sekitar 3 minggu pasca imunisasi MMR. Orangtua / pengasuh dianjurkan untuk
memberikan minum lebih banyak (ASI atau air buah), jika demam pakailah pakaian yang
tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin, jika demam diberikan
parasetamol 15 mg/kgbb setiap 3 - 4 jam bila diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24 jam,
boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat. Jika reaksi-reaksi tersebut berat dan
menetap, atau jika orangtua merasa khawatir, bawalah bayi / anak ke dokter.

Penulis : Soedjatmiko

Anda mungkin juga menyukai