Analyzing Consumer Behavior
Analyzing Consumer Behavior
OLEH
Herlyna Novasari Siahaan (19/448894/PPN/04509)
Lukman Norhakim Panji Mandiri (19/448898/PPN/04513)
PROGRAM STUDI
Magister Manajemen Agribisnis
Rumusan Masalah
a. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi keputusan konsumen dalam membeli suatu
produk?
b. Apakah yang menjadi tahap-tahap dalam proses keputusan pembelian?
Tujuan
Dalam dunia bisnis yang dinamis saat ini, tidak dapat dielakkan bagi keberhasilan untuk
memahami perilaku konsumen karena ini adalah kunci perencanaan dan pengelolaan. Segmen
pasar sering cenderung berubah. Ada jendela waktu yang memungkinkan suatu produk
mencapai potensi penuhnya, tetapi setelah jendela ditutup, sejumlah produk yang dijual turun
ke angka yang hampir tidak menguntungkan. Hal ini disebabkan oleh fluktuasi tren yang cepat
secara umum. Konsumen cenderung membeli produk karena ditandai sebagai trendi atau keren.
Sangat sulit untuk memprediksi fluktuasi ini. Perusahaan harus mengatur riset pasar
sedemikian rupa yang akan membawa perkiraan terdekat dari tren berikutnya, yang sedang
berlangsung atau masa depan pada segmen pasar tertentu. Ini semua tentang penempatan,
penjualan produk pada saat yang tepat, pada waktu yang tepat dan di tempat yang tepat.
Motivasi merupakan suatu hal yang dibutuhkan konsumen dalam memutuskan apakah
akan membeli suatu barang/jasa atau tidak membelinya, konsumen membutuhkan alasan
kenapa mereka harus membeli suatu barang. Seseorang memutuskan untuk mengonsumsi
sesuatu atas dasar kebutuhan baik biogenic (lapar,haus) maupun psychogenic (pengakuan),
kebutuhan tersebut memotivasi seseorang untuk memutuskan barang/jasa yang akan
dikonsumsi. Terdapat tiga teori yang membahas motivasi manusia, yaitu:
1. Hirarki maslow
2. Sigmund freud
Sigmund freud membagi pikiran manusia kedalam tiga tahapan, yaitu tahap sadar, pra-
sadar dan tidak sadar. Tahap tidak sadar merupakan bagian paling mendalam dari struktur
kesadaran, biasanya berupa kesadaran pada masa lalu yang tersimpan dalam memori yang
mampu mempengaruhi keputusan secara tidak sadar (ex: insting, pengalaman traumatik).
Tahap Pra-Sadar merupakan Jembatan antara sadar-tidak sadar, pengalaman masa lalu yang
tersimpan di memori namun pengaruhnya disadari. Tahap sadar merupakan Tingkat kesadaran
yang dicermati pada saat tertentu, merupakan tahap awal pengaruh eksternal masuk sebelum
masuk ke fase tidak sadar ataupun pra-sadar saat sudah tidak lagi diperhatikan.
3. Frederick hezberg
Frederick hezberg membagi motivasi manusia kedalam dua jenis, yaitu hygiene
factors dan motivational factors. Hygiene Factors adalah faktor yang akan membuat konsumen
merasa kehilangan ketika tidak ada namun merasa normal jika diberikan. Motivational Factors
adalah faktor yang akan menambah keinginan konsumen untuk membeli jika diberikan, namun
tidak akan merasa kekurangan jika tidak diberikan.
Usaha seorang pemasar dalam memasarkan produknya haruslah efektif dan efisien, di
era saat ini konsumen sudah tidak lagi tertarik terhadap iklan yang dianggap mainstream. Oleh
karena itu, seorang pemasar harus mengenal selective attention. Selective attention merupakan
usaha pemasar untuk mendapatkan perhatian dari calon konsumen agar mempertimbangkan
produk yang dijual. Konsumen akan tertarik kepada tiga hal, yaitu:
a) Konsumen cenderung tertarik pada iklan yang sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga
di era smartphone seperti saat ini terdapat sebuah sistem yang akan menampilkan iklan-
iklan yang sesuai dengan keinginan konsumen di layar smartphone agar konsumen
tidak terganggu meskipun disisipkan iklan kedalam layar smartphonenya.
b) Konsumen cenderung tertarik pada suatu produk yang mereka sudah perkirakan
sebelumnya.
c) Konsumen cenderung tertarik pada produk yang menawarkan perbedaan yang cukup
signifikan dibanding produk normal. Sehingga produk-produk yang diberikan diskon
besar akan lebih menarik banyak konsumen, selain itu produk yang memiliki value for
money tinggi juga akan menarik banyak konsumen.
Usaha pemasar dalam meningkatkan penjualan juga bisa dengan melakukan re-
branding atau biasa dikenal dengan selective distortion. Konsumen akan merasakan adanya
perubahan pada suatu produk meskipun sebenarnya perusahaan hanya merubah label dari
produk tanpa mengubah kandungan yang ada pada produk, hal ini akan membuat konsumen
merasa lebih puas meskipun barang yang dikonsumsi memiliki kandungan yang sama persis.
Re-branding juga bisa digunakan untuk menghilangkan citra buruk merk dimata masyarakat.
Kesetiaan konsumen terhadap suatu merk tidak terbentuk secara instan, terdapat
beberapa cara konsumen untuk memutuskan untuk loyal terhadap suatu merk atau produk,
salah satunya yaitu learning, learning merupakan cara konsumen untuk mempelajari kualitas
dari produk yang ditawarkan oleh sebuah merk. Cohtohnya jika suatu produk smartphone
dikeluarkan oleh merk A, dan konsumen merasa puas dengan produk tersebut sehingga
konsumen akan beranggapan bahwa laptop yang dikeluarkan oleh merk A juga akan bagus.
Kesetiaan konsumen terhadap suatu merk menandakan bahwa merk tersebut sudah
berada pada top of mind dari konsumen tersebut, sehingga jika konsumen ingin membeli
smartphone maka merk A akan terlintas pertama kali dipikiran konsumen. Diperlukan usaha
yang cukup keras oleh perusahaan untuk menjadikan merknya sebagai top of mind dari
konsumen, sehingga perusahaan harus berusaha untuk menjaga kesetiaan konsumen.
TAHAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. Pengenalan masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan. Tahap awal
keputusan membeli, konsumen mengenali adanya masalah kebutuhan akan produk yang akan
dibeli. Konsumen merasa adanya perbedaan antara keadaan nyata dan keadaan yang di
inginkan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal.
Rangsangan internal contohnya ketika merasa lapar dan haus, konsumen ingin melakukan
pembelian makanan dan minuman, sedangkan untuk rangsangan eksternal konsumen tertarik
ketika melihat produkk tersebut. Contohnya ketika seseorang melihat temannya menggunakan
mobil mewah kemudian tertarik untuk membeli mobil mewah. Para pemasar perlu
mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu. Dengan mengumpulkan informasi
dari sejumlah konsumen, para pemasar dapat mengidentifikasikan rangsangan yang paling
sering membangkitkan minat akan kategori yang mampu memicu minat konsumen.
2. Pencarian informasi
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang
lebih banyak. Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan penguatan perhatian.
Pada level itu orang hanya sekedar lebih peka terhadap informasi produk. Pada level
selanjutnya, konsumen mungkin masuk ke pencarian informasi secara aktif . Sumber informasi
konsumen digolongkan kedalam empat kelompok :
a. Sumber pribadi dimana calon konsumen akan mencari informasi secara personal
kepada keluarga, teman, tetangga, kenalan.
b. Sumber komersial dimana calon konsumen akan mencari informasi melalui sumber
komersial/penjualan diantaranya melalui iklan, wiraniaga, penyalur/distributor,
kemasan, pajangan di toko.
c. Sumber Publik dimana calon konsumen akan mencari informasi melalui media
massa dan website
d. Sumber pengalaman dimana calon konsumen akan mencari informasi melalui orang
– orang yang sudah memiliki pengalaman/pengetahuan terhadap produk tersebut
misalnya mekanik , orang yang sudah menggunakan produk.
3. Evaluasi alternatif
Informasi yang dicari calon pembeli digunakan untuk memperoleh gambaran yang
lebih jelas mengenai alternatif-alternatif yang dihadapinya serta daya tarik masing-masing
alternatif. Beberapa konsep dasar yang akan membantu kita memahami proses evaluasi:
pertama, konsumen berusaha memuaskan sebuah kebutuhan. Misalnya konsumen
membutuhkan pasta gigi untuk mengatasi masalah gigi sensitif . Kedua, konsumen mencari
manfaat tertentu dari solusi produk. Misalnya konsumen mencari manfaat dari beberapa jenis
pasta gigi. Ketiga, konsumen melihat masing-masing produk sebagai sekelompok atribut
dengan berbagai kemampuan untuk menghantarkan manfaat yang diperlukan untuk
memuaskan kebutuhan ini. Dalam hal ini pasta gigi memiliki beberapa merk misalnya
sensodyne, pepsodent, formula, dan close up. Sehingga calon konsumen akan beberapa
mengevaluasi alternatif. Para konsumen memiliki sikap yang berbeda-beda dalam memandang
berbagai atribut yang dianggap relevan dan penting. Mereka akan memberikan perhatian
terbesar pada atribut yang memberikan manfaat yang dicarinya. Produsen harus berusaha
memahami cara konsumen mengenal informasi yang diperolehnya dan sampai pada sikap
tertentu mengenai produk merek dan keputusan untuk membeli.
Dalam evaluasi alternatif ada yang disebut Expectancy Value Model yaitu pembentukan
sikap menduga bahwa konsumen mengevaluasi produk dan jasa dengan menggabungkan
keyakinan merek produk positif dan negatif berdasarkan arti pentingnya. Secara lebih rinci
dijelaskan dalam bentuk studi kasus : Linda ingin melakukan pembelian Laptop. Ada 4
alternatif pilihan laptop. Ada 4 atribut yang ingin dilihat yaitu kapasitas memori, kapasitas
grafis, ukuran dan berat serta harga komputer. Tingkat kepentingan berbeda beda dimana 40
% untuk kapasitas memori, 30% untuk kapasitas grafis, 20% ukuran dan berat komputer, dan
10 % harga. Setiap tingkat kepentingan atribut dinilai oleh konsumen sendiri dari skor penilaian
1-10 berdasarkan tingkat kepentingannya. Kemudian kita akan menentukan persepsi Linda
berdasarkan Expectancy Value Model.
Laptop Kapasitas memori Kapasitas grafis Ukuran dan berat Harga
A 8 9 6 9
B 7 7 7 7
C 10 4 3 2
D 5 3 8 5
Dari keempat alternatif, hasil Expentancy Model seperti gambar di bawah ini adalah :
1. Laptop A: 0.4 (8) + 0.3 (9) + 0.2 (6) + 0.1 (9) = 8.0
2. Laptop B: 0.4 (7) + 0.3 (7) + 0.2 (7) + 0.1 (7) = 7.0
3. Laptop C: 0.4 (10) + 0.3 (4) + 0.2 (3) +0.1 (2) = 6.0
4. Laptop D: 0.4 (5) + 0.3 (3) + 0.2 (8) + 0.1 (5) = 5.0
Laptop yang akan dibeli oleh Linda adalah Laptop A, karena memiliki nilai Expentancy
Model tertinggi sebesar 8.0. Tidak ada model pengganti dari pilihan konsumen, jadi ketika
konsumen sudah memilih dari beberapa alternatif, tidak ada yang bisa menggantinya. Ada
beberapa kemungkinan pertimbangan alternatif, diantaranya :
Hal ini adalah sikap oranglain terhadap alternatif produk yang dipilih konsumen untuk
dibeli. Sikap oranglain terkait dengan batas dimana sikap seseorang mengurangi
prefensi seseorang untuk sebuah alternatif terdiri dari dua factor yaitu intensitas sikap
oranglain terhadap alternatif pilihan konsumen dan motivasi konsumen untuk
memenuhi harapan oranglain untuk tidak membeli produk. Misalnya seseorang
memutuskan untuk membeli laptop A, namun orang lain mengatakan bahwa laptop A
tidak bagus, dan sikap linda tetap memilih laptop B dan tidak memenuhi harapan
oranglain untuk tidak membeli laptop A.
Faktor situasional yang tidak diantisipasi yang mungkin muncul untuk mengubah niat
pembelian. Prefensi dan bahkan niat pembelian bukan faktor prediksi perilaku
pembelian yang dapat diandalkan sepenuhnya. Hal ini terkait dengan situasi yang tidak
diduga. Hal ini terkait dengan faktor internal dan eksternal ketika menggunakan produk
yang akan dibeli, diantaranya :
a. Resiko Fungsi yaitu produk yang sesuai atau tidak dengan fungsinya. Misalnya
sesorang membeli kultas namun freezer
b. Resiko Fisik yaitu produk yang tidak membahayakan pengguna, hal ini terkait
dengan produk yang memiliki standar.
c. Resiko Keuangan yaitu produk tidak sesuai dengan harga. Hal ini terkait dengan
harga produk yang mahal namun tidak memiliki kualitas yang baik.
d. Resiko Sosial yaitu terkait dengan penggunaan produk yang memalukan
pengguna.
e. Resiko Waktu terkait dengan kualitas produk yang tahan lama atau tidak.
Seperti produk yang rusak sebelum waktu ekonomis nya.
4. Keputusan Pembelian (Purchase behavior)
Teori Ekonomi dan asumsi rasional dalam keputusan pembelian beralih menjadi Teori
Economic Behavior yaitu :
A. Decision Heuristics
• The Availability Heuristics dimana keputusan ini berdasarkan dorongan terperinci atas
kemungkinan yang akan terjadi. Contoh : Adanya produk yang rusak terlalu cepat
menyebabkan peningkatan terhadap produk bergaransi
• Decision Framing terkait dengan cara/ pandangan yang dilakukan oleh pengambil
keputusan dalam melakukan pembelian. Salah satu bentuk Decision Framing adalah
mental accounting. Mental Accounting yaitu bentuk evaluasi pilihan keuangan ketika
mengalokasikan keuangan. Kasus nya terkait dengan 2 skenario :
a. Menghabiskan uang $50 untuk membeli tiket konser. Sesampainya di acara,
menyadari bahwa kehilangan tiket dan memutuskan untuk kembali membeli
tiket pengganti
b. Memutuskan untuk membeli tiket konser di tempat senilai $50. Sesampainya di
acara, menyadari kehilangan uang di jalan $50, kemudian memutuskan untuk
membeli tiket.
Kasus 1 dan 2 meskipun sama sama kehilangan uang senilai $50, kasus 1 telah
mengalokasikan uangnya untuk membeli tiket dan sudah menunjukkan mental
terhadap anggaran konser, dan kasus 2 kehilangan uang namun tidak
menggunakannya untuk anggaran apapun sehingga belum menunjukkan mental
terhadap anggaran konser
DAFTAR PUSTAKA
Kotler, Philip dan Kevin Lane Kotler. 2016. Entitled Marketing Management (15th edition).
Pearson Edition.
Kotler,P., Kartajaya,H., dan Setiawan, I. 2017. Marketing 4.0. Gramedia Pustaka Utama.