Anda di halaman 1dari 14

ANALYZING CONSUMER BEHAVIOR

OLEH
Herlyna Novasari Siahaan (19/448894/PPN/04509)
Lukman Norhakim Panji Mandiri (19/448898/PPN/04513)

PROGRAM STUDI
Magister Manajemen Agribisnis

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
Latar Belakang

Keputusan pembelian merupakan suatu konsep dalam perilaku pembelian dimana


konsumen memutuskan untuk bertindak atau melakukan sesuatu dan dalam hal ini melakukan
pembelian ataupun memanfaatkan produk atau jasa tertentu. Perilaku konsumen dapat
ditentukan sebagai studi individu, kelompok, dan organisasi. Termasuk proses yang digunakan
untuk memilih, mengamankan, menggunakan dan membuang produk, layanan, serta untuk
memenuhi kebutuhan dan dampak pada konsumen dan masyarakat. Sebelum melakukan
pembelian, seseorang biasanya akan melakukan keputusan pembelian terlebih dahulu terhadap
suatu produk. Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsung terlibat
dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan
oleh penjual. Keputusan pembelian merupakan salah satu tahapan dalam proses keputusan
pembelian sebelum perilaku pasca pembelian. Dalam memasuki tahap keputusan pembelian
sebelumnya konsumen sudah dihadapkan pada beberapa pilihan alternatif sehingga pada tahap
ini konsumen akan melakukan aksi untuk memutuskan untuk membeli produk berdasarkan
pilihan yang ditentukan. Pengetahuan tentang perilaku konsumen sangat penting untuk
memengaruhi keputusan konsumen di berbagai bidang sosial. Perusahaan harus
mengumpulkan informasi tentang konsumen spesifik yang terlibat dalam pengambilan
keputusan pemasaran.

Oleh karena itu, seorang pemasar harus mempelajari bagaimana konsumen


memutuskan untuk membeli sebuah produk/jasa dan tahap-tahap melakukan pembelian.

Rumusan Masalah

a. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi keputusan konsumen dalam membeli suatu
produk?
b. Apakah yang menjadi tahap-tahap dalam proses keputusan pembelian?

Tujuan

a) Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi keputusan konsumen dalam membeli


suatu produk
b) Mengetahui tahap-tahap dalam keputusan pembelian
Pembahasan

Dalam dunia bisnis yang dinamis saat ini, tidak dapat dielakkan bagi keberhasilan untuk
memahami perilaku konsumen karena ini adalah kunci perencanaan dan pengelolaan. Segmen
pasar sering cenderung berubah. Ada jendela waktu yang memungkinkan suatu produk
mencapai potensi penuhnya, tetapi setelah jendela ditutup, sejumlah produk yang dijual turun
ke angka yang hampir tidak menguntungkan. Hal ini disebabkan oleh fluktuasi tren yang cepat
secara umum. Konsumen cenderung membeli produk karena ditandai sebagai trendi atau keren.
Sangat sulit untuk memprediksi fluktuasi ini. Perusahaan harus mengatur riset pasar
sedemikian rupa yang akan membawa perkiraan terdekat dari tren berikutnya, yang sedang
berlangsung atau masa depan pada segmen pasar tertentu. Ini semua tentang penempatan,
penjualan produk pada saat yang tepat, pada waktu yang tepat dan di tempat yang tepat.

Terdapat tiga hal yang memengaruhi consumer behavior, yaitu:


1. Cultural Factors
Faktor budaya akan memengaruhi keputusan konsumen dalam membeli suatu
barang/jasa, cultural factors terbagi kembali menjadi dua jenis yaitu subcultures factors dan
social stratification. Subcultures factors meliputi kebangsaan, agama, ras dan lokasi geografis,
masing-masing subcultures factors akan memengaruhi keputusan konsumen dalam
memutuskan membeli suatu barang/jasa, seorang pemasar tidak bisa memasarkan barang/jasa
yang dilarang oleh agama dari calon konsumen, maka sudah seharusnya seorang pemasar
melihat dulu subcultures factor dari calon konsumennya. Social stratification atau strata sosial
juga akan memengaruhi keputusan konsumen dalam membeli produk/jasa, jika konsumen
menganggap suatu produk/jasa akan membuat strata sosialnya menurun, maka konsumen tidak
akan membeli barang tersebut, oleh karena itu seorang pemasar harus menawarkan produknya
ke segmen pasar yang tepat.
2. Social Factors
Social factors merupakan faktor yang memengaruhi keputusan konsumen dalam
membeli barang/jasa berdasarkan lingkungan sekitarnya, social factors terbagi kedalam dua
jenis yaitu primary groups dan secondary groups. Primary groups adalah kumpulan orang-
orang terdekat dari calon konsumen seperti keluarga, istri, pacar atau teman. Orang-orang yang
termasuk ke primary groups merupakan orang-orang yang memiliki hubungan yang intensif
terhadap konsumen. Secondary groups adalah kumpulan orang-orang yang dianggap memiliki
pengetahuan lebih baik dalam suatu hal yang memengaruhi keputusan konsumen dalam
membeli suatu barang/jasa. Orang-orang yang termasuk kedalam secondary groups adalah
pemuka agama dan professional.
3. Personal Factors
Personal factors adalah faktor yang berasal dari diri konsumen sendiri, personal
factors terbagi menjadi 4 yaitu Age and Stage in the life cycle, Occupation and Economis
Circumstances, Personality and self-concept dan lifestyle. Age and Stage in the life cycle
merupakan faktor yang cukup berpengaruh dalam keputusan seseorang membeli suatu
produk/jasa, orang yang berusia muda tentu akan senang untuk mencoba produk-produk baru
sedangkan orang yang sudah menua maka akan sulit menerima suatu produk baru, selain itu
fase hidup juga menentukan kebutuhan dan keinginan konsumen, seorang konsumen yang
masih single akan berorientasi untuk kepuasan dan kebutuhannya sendiri sedangkan orang
yang sudah menikah akan memikirkan kebutuhan keluarganya juga. Occupation and Economis
Circumstances juga berpengaruh terhadap keputusan seseorang dalam membeli suatu
produk/jasa, pekerjaan seseorang akan menentukan kebutuhan dan keinginan seseorang dalam
mengonsumsi suatu produk/jasa, seseorang tidak akan membeli produk/jasa yang tidak
mungkin bisa dia beli. Kondisi ekonomi suatu negara juga akan berpengaruh terhadap
keputusan seseorang dalam membeli barang/jasa, jika kondisi ekonomi suatu negara sedang
menurun atau bahkan hingga resesi, maka konsumsi akan menurun karena konsumen akan
cenderung untuk menabung uangnya untuk menjamin keamanan hidupnya. Personality and
self-concept menjadi faktor yang dipertimbangkan konsumen dikarenakan setiap brand
memiliki personality branding tersendiri, jika konsumen merasa bahwa personality branding
dari produk tidak sesuai dengan jati dirinya maka konsumen akan memilih produk lain.
Lifestyle memengaruhi keputusan konsumen dalam membeli suatu produk/jasa karena jika
suatu produk tidak sesuai dengan gaya hidupnya maka konsumen tidak akan tertarik membeli
produk tersebut.

Motivasi merupakan suatu hal yang dibutuhkan konsumen dalam memutuskan apakah
akan membeli suatu barang/jasa atau tidak membelinya, konsumen membutuhkan alasan
kenapa mereka harus membeli suatu barang. Seseorang memutuskan untuk mengonsumsi
sesuatu atas dasar kebutuhan baik biogenic (lapar,haus) maupun psychogenic (pengakuan),
kebutuhan tersebut memotivasi seseorang untuk memutuskan barang/jasa yang akan
dikonsumsi. Terdapat tiga teori yang membahas motivasi manusia, yaitu:
1. Hirarki maslow

Hirarki maslow menjelaskan bahwa manusia memiliki tingkatan dalam memenuhi


kebutuhannya, konsumen akan naik ketingkatan selanjutnya ketika tingkatan yang ada saat ini
sudah terpenuhi, konsumen tidak akan naik tingkat ketika kebutuhan ditingkatannya belum
terpenuhi. Seperti pada kebutuhan dasar fisiologis, konsumen tidak akan naik ke kebutuhan
akan rasa aman jika kebutuhan fisiologis seperti makan dan minum belum terpenuhi.

2. Sigmund freud

Sigmund freud membagi pikiran manusia kedalam tiga tahapan, yaitu tahap sadar, pra-
sadar dan tidak sadar. Tahap tidak sadar merupakan bagian paling mendalam dari struktur
kesadaran, biasanya berupa kesadaran pada masa lalu yang tersimpan dalam memori yang
mampu mempengaruhi keputusan secara tidak sadar (ex: insting, pengalaman traumatik).
Tahap Pra-Sadar merupakan Jembatan antara sadar-tidak sadar, pengalaman masa lalu yang
tersimpan di memori namun pengaruhnya disadari. Tahap sadar merupakan Tingkat kesadaran
yang dicermati pada saat tertentu, merupakan tahap awal pengaruh eksternal masuk sebelum
masuk ke fase tidak sadar ataupun pra-sadar saat sudah tidak lagi diperhatikan.

3. Frederick hezberg

Frederick hezberg membagi motivasi manusia kedalam dua jenis, yaitu hygiene
factors dan motivational factors. Hygiene Factors adalah faktor yang akan membuat konsumen
merasa kehilangan ketika tidak ada namun merasa normal jika diberikan. Motivational Factors
adalah faktor yang akan menambah keinginan konsumen untuk membeli jika diberikan, namun
tidak akan merasa kekurangan jika tidak diberikan.

Usaha seorang pemasar dalam memasarkan produknya haruslah efektif dan efisien, di
era saat ini konsumen sudah tidak lagi tertarik terhadap iklan yang dianggap mainstream. Oleh
karena itu, seorang pemasar harus mengenal selective attention. Selective attention merupakan
usaha pemasar untuk mendapatkan perhatian dari calon konsumen agar mempertimbangkan
produk yang dijual. Konsumen akan tertarik kepada tiga hal, yaitu:

a) Konsumen cenderung tertarik pada iklan yang sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga
di era smartphone seperti saat ini terdapat sebuah sistem yang akan menampilkan iklan-
iklan yang sesuai dengan keinginan konsumen di layar smartphone agar konsumen
tidak terganggu meskipun disisipkan iklan kedalam layar smartphonenya.
b) Konsumen cenderung tertarik pada suatu produk yang mereka sudah perkirakan
sebelumnya.
c) Konsumen cenderung tertarik pada produk yang menawarkan perbedaan yang cukup
signifikan dibanding produk normal. Sehingga produk-produk yang diberikan diskon
besar akan lebih menarik banyak konsumen, selain itu produk yang memiliki value for
money tinggi juga akan menarik banyak konsumen.

Usaha pemasar dalam meningkatkan penjualan juga bisa dengan melakukan re-
branding atau biasa dikenal dengan selective distortion. Konsumen akan merasakan adanya
perubahan pada suatu produk meskipun sebenarnya perusahaan hanya merubah label dari
produk tanpa mengubah kandungan yang ada pada produk, hal ini akan membuat konsumen
merasa lebih puas meskipun barang yang dikonsumsi memiliki kandungan yang sama persis.
Re-branding juga bisa digunakan untuk menghilangkan citra buruk merk dimata masyarakat.

Selain selective distortion, terdapat juga selective retention. Selective retention


merupakan bentuk kesetiaan konsumen terhadap suatu merk sehingga konsumen akan ingat
akan poin-poin bagus yang dimiliki produk kesukaannya dan mengabaikan poin-poin bagus
dari produk kompetitornya. Hal ini akan menguntungkan perusahaan sebab konsumen seperti
ini secara tidak langsung menjadi promotor yang didapatkan perusahaan secara gratis.

Kesetiaan konsumen terhadap suatu merk tidak terbentuk secara instan, terdapat
beberapa cara konsumen untuk memutuskan untuk loyal terhadap suatu merk atau produk,
salah satunya yaitu learning, learning merupakan cara konsumen untuk mempelajari kualitas
dari produk yang ditawarkan oleh sebuah merk. Cohtohnya jika suatu produk smartphone
dikeluarkan oleh merk A, dan konsumen merasa puas dengan produk tersebut sehingga
konsumen akan beranggapan bahwa laptop yang dikeluarkan oleh merk A juga akan bagus.

Kesetiaan konsumen terhadap suatu merk menandakan bahwa merk tersebut sudah
berada pada top of mind dari konsumen tersebut, sehingga jika konsumen ingin membeli
smartphone maka merk A akan terlintas pertama kali dipikiran konsumen. Diperlukan usaha
yang cukup keras oleh perusahaan untuk menjadikan merknya sebagai top of mind dari
konsumen, sehingga perusahaan harus berusaha untuk menjaga kesetiaan konsumen.
TAHAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Dalam mempelajari keputusan pembelian konsumen, seorang pemasar harus melihat


hal-hal yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian dan membuat suatu ketetapan
bagaimana konsumen membuat keputusan pembeliannya. Menurut Kotler, Keputusan
pembelian dilakukan dalam 5 tahapan yaitu :

1. Pengenalan masalah

Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan. Tahap awal
keputusan membeli, konsumen mengenali adanya masalah kebutuhan akan produk yang akan
dibeli. Konsumen merasa adanya perbedaan antara keadaan nyata dan keadaan yang di
inginkan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal.
Rangsangan internal contohnya ketika merasa lapar dan haus, konsumen ingin melakukan
pembelian makanan dan minuman, sedangkan untuk rangsangan eksternal konsumen tertarik
ketika melihat produkk tersebut. Contohnya ketika seseorang melihat temannya menggunakan
mobil mewah kemudian tertarik untuk membeli mobil mewah. Para pemasar perlu
mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu. Dengan mengumpulkan informasi
dari sejumlah konsumen, para pemasar dapat mengidentifikasikan rangsangan yang paling
sering membangkitkan minat akan kategori yang mampu memicu minat konsumen.

2. Pencarian informasi

Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang
lebih banyak. Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan penguatan perhatian.
Pada level itu orang hanya sekedar lebih peka terhadap informasi produk. Pada level
selanjutnya, konsumen mungkin masuk ke pencarian informasi secara aktif . Sumber informasi
konsumen digolongkan kedalam empat kelompok :

a. Sumber pribadi dimana calon konsumen akan mencari informasi secara personal
kepada keluarga, teman, tetangga, kenalan.
b. Sumber komersial dimana calon konsumen akan mencari informasi melalui sumber
komersial/penjualan diantaranya melalui iklan, wiraniaga, penyalur/distributor,
kemasan, pajangan di toko.
c. Sumber Publik dimana calon konsumen akan mencari informasi melalui media
massa dan website
d. Sumber pengalaman dimana calon konsumen akan mencari informasi melalui orang
– orang yang sudah memiliki pengalaman/pengetahuan terhadap produk tersebut
misalnya mekanik , orang yang sudah menggunakan produk.

3. Evaluasi alternatif

Informasi yang dicari calon pembeli digunakan untuk memperoleh gambaran yang
lebih jelas mengenai alternatif-alternatif yang dihadapinya serta daya tarik masing-masing
alternatif. Beberapa konsep dasar yang akan membantu kita memahami proses evaluasi:
pertama, konsumen berusaha memuaskan sebuah kebutuhan. Misalnya konsumen
membutuhkan pasta gigi untuk mengatasi masalah gigi sensitif . Kedua, konsumen mencari
manfaat tertentu dari solusi produk. Misalnya konsumen mencari manfaat dari beberapa jenis
pasta gigi. Ketiga, konsumen melihat masing-masing produk sebagai sekelompok atribut
dengan berbagai kemampuan untuk menghantarkan manfaat yang diperlukan untuk
memuaskan kebutuhan ini. Dalam hal ini pasta gigi memiliki beberapa merk misalnya
sensodyne, pepsodent, formula, dan close up. Sehingga calon konsumen akan beberapa
mengevaluasi alternatif. Para konsumen memiliki sikap yang berbeda-beda dalam memandang
berbagai atribut yang dianggap relevan dan penting. Mereka akan memberikan perhatian
terbesar pada atribut yang memberikan manfaat yang dicarinya. Produsen harus berusaha
memahami cara konsumen mengenal informasi yang diperolehnya dan sampai pada sikap
tertentu mengenai produk merek dan keputusan untuk membeli.

Dalam evaluasi alternatif ada yang disebut Expectancy Value Model yaitu pembentukan
sikap menduga bahwa konsumen mengevaluasi produk dan jasa dengan menggabungkan
keyakinan merek produk positif dan negatif berdasarkan arti pentingnya. Secara lebih rinci
dijelaskan dalam bentuk studi kasus : Linda ingin melakukan pembelian Laptop. Ada 4
alternatif pilihan laptop. Ada 4 atribut yang ingin dilihat yaitu kapasitas memori, kapasitas
grafis, ukuran dan berat serta harga komputer. Tingkat kepentingan berbeda beda dimana 40
% untuk kapasitas memori, 30% untuk kapasitas grafis, 20% ukuran dan berat komputer, dan
10 % harga. Setiap tingkat kepentingan atribut dinilai oleh konsumen sendiri dari skor penilaian
1-10 berdasarkan tingkat kepentingannya. Kemudian kita akan menentukan persepsi Linda
berdasarkan Expectancy Value Model.
Laptop Kapasitas memori Kapasitas grafis Ukuran dan berat Harga
A 8 9 6 9
B 7 7 7 7
C 10 4 3 2
D 5 3 8 5

Dari keempat alternatif, hasil Expentancy Model seperti gambar di bawah ini adalah :

1. Laptop A: 0.4 (8) + 0.3 (9) + 0.2 (6) + 0.1 (9) = 8.0

2. Laptop B: 0.4 (7) + 0.3 (7) + 0.2 (7) + 0.1 (7) = 7.0

3. Laptop C: 0.4 (10) + 0.3 (4) + 0.2 (3) +0.1 (2) = 6.0

4. Laptop D: 0.4 (5) + 0.3 (3) + 0.2 (8) + 0.1 (5) = 5.0

Laptop yang akan dibeli oleh Linda adalah Laptop A, karena memiliki nilai Expentancy
Model tertinggi sebesar 8.0. Tidak ada model pengganti dari pilihan konsumen, jadi ketika
konsumen sudah memilih dari beberapa alternatif, tidak ada yang bisa menggantinya. Ada
beberapa kemungkinan pertimbangan alternatif, diantaranya :

1. Conjuctive Heuristic yaitu konsumen menentukan tingkat minimum dari masing-


masing atribut dan memilih alternatif nilai minimum dari standar untuk semua atribut :
Contoh Jika Linda memutuskan semua atribut minimal 5 maka akan memilih Laptop B
karena yang memenuhi semua atribut minimal bernilai 5 adalah laptop B

2. Lexicographic Heuristic yaitu konsumen memilih brand terbaik berdasarkan persepsi


atribut yang terpenting maka Linda memilih Laptop C karena pada laptop C, ada atribut
yang memiliki nilai atribut 10.
Namun dalam proses evaluasi alternatif ada 2 faktor yang dapat mengintervensi
keputusan pembelian yaitu:

o Attitude of Other (Sikap oranglain)

Hal ini adalah sikap oranglain terhadap alternatif produk yang dipilih konsumen untuk
dibeli. Sikap oranglain terkait dengan batas dimana sikap seseorang mengurangi
prefensi seseorang untuk sebuah alternatif terdiri dari dua factor yaitu intensitas sikap
oranglain terhadap alternatif pilihan konsumen dan motivasi konsumen untuk
memenuhi harapan oranglain untuk tidak membeli produk. Misalnya seseorang
memutuskan untuk membeli laptop A, namun orang lain mengatakan bahwa laptop A
tidak bagus, dan sikap linda tetap memilih laptop B dan tidak memenuhi harapan
oranglain untuk tidak membeli laptop A.

o Unanticipate situational Factors (Situasi yang tidak terduga)

Faktor situasional yang tidak diantisipasi yang mungkin muncul untuk mengubah niat
pembelian. Prefensi dan bahkan niat pembelian bukan faktor prediksi perilaku
pembelian yang dapat diandalkan sepenuhnya. Hal ini terkait dengan situasi yang tidak
diduga. Hal ini terkait dengan faktor internal dan eksternal ketika menggunakan produk
yang akan dibeli, diantaranya :

a. Resiko Fungsi yaitu produk yang sesuai atau tidak dengan fungsinya. Misalnya
sesorang membeli kultas namun freezer
b. Resiko Fisik yaitu produk yang tidak membahayakan pengguna, hal ini terkait
dengan produk yang memiliki standar.
c. Resiko Keuangan yaitu produk tidak sesuai dengan harga. Hal ini terkait dengan
harga produk yang mahal namun tidak memiliki kualitas yang baik.
d. Resiko Sosial yaitu terkait dengan penggunaan produk yang memalukan
pengguna.
e. Resiko Waktu terkait dengan kualitas produk yang tahan lama atau tidak.
Seperti produk yang rusak sebelum waktu ekonomis nya.
4. Keputusan Pembelian (Purchase behavior)

Dalam melaksanakan maksud pembelian, konsumen dapat membentuk lima sub


keputusan : merek/brand, penyalur, kuantitas, waktu dan metode pembayaran. Dalam studi
kasus di atas : Brand A, Penyalur 2, Kuantitas 1 Komputer, Waktu pembelian Hari Minggu,
dan metode pembayaran menggunakan Kartu Kredit

5. Perilaku Pasca Pembelian (Post purchase behavior)

Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami konflik dikarenakan melihat fitur


mengkhawatirkan tertentu atau mendengar hal – hal menyenangkan tentang merek lain dan
waspada terhadap informasi yang mendukung keputusannya. Karena itu tugas pemasar tidak
berakhir dengan pembelian. Beberapa perilaku setelah pembelian, antara lain : Kepuasan pasca
pembelian. Kepuasan merupakan fungsi kedekatan antara harapan dan kinerja anggapan
produk. Jika kinerja tidak sesuai harapan, maka konsumen kecewa, jika memenuhi harapan
konsumen puas. Konsumen yang merasa puas maka konsumen akan kembali membeli produk
dan membicarakan hal – hal yang baik tentang produk itu kepada orang lain. Namun Jika
konsumen tidak puas berusaha mengurangi ketidakpuasannya dengan meninggalkan produk
tersebut.

Teori Keputusan pembelian

Teori Ekonomi dan asumsi rasional dalam keputusan pembelian beralih menjadi Teori
Economic Behavior yaitu :

A. Decision Heuristics

• The Availability Heuristics dimana keputusan ini berdasarkan dorongan terperinci atas
kemungkinan yang akan terjadi. Contoh : Adanya produk yang rusak terlalu cepat
menyebabkan peningkatan terhadap produk bergaransi

• Representativeness Heuristics dimana keputusan ini berdasarkan prediksi atas adanya


kesamaan hasil. Contoh : Penampilan kemasan yang sama dengan merk yang lain.
Contoh kemasan rokok yang hampir sama meskipun berbeda merk

• Decision Framing terkait dengan cara/ pandangan yang dilakukan oleh pengambil
keputusan dalam melakukan pembelian. Salah satu bentuk Decision Framing adalah
mental accounting. Mental Accounting yaitu bentuk evaluasi pilihan keuangan ketika
mengalokasikan keuangan. Kasus nya terkait dengan 2 skenario :
a. Menghabiskan uang $50 untuk membeli tiket konser. Sesampainya di acara,
menyadari bahwa kehilangan tiket dan memutuskan untuk kembali membeli
tiket pengganti
b. Memutuskan untuk membeli tiket konser di tempat senilai $50. Sesampainya di
acara, menyadari kehilangan uang di jalan $50, kemudian memutuskan untuk
membeli tiket.

Kasus 1 dan 2 meskipun sama sama kehilangan uang senilai $50, kasus 1 telah
mengalokasikan uangnya untuk membeli tiket dan sudah menunjukkan mental
terhadap anggaran konser, dan kasus 2 kehilangan uang namun tidak
menggunakannya untuk anggaran apapun sehingga belum menunjukkan mental
terhadap anggaran konser
DAFTAR PUSTAKA

Kotler, Philip dan Kevin Lane Kotler. 2016. Entitled Marketing Management (15th edition).
Pearson Edition.
Kotler,P., Kartajaya,H., dan Setiawan, I. 2017. Marketing 4.0. Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai