Anda di halaman 1dari 6

RESUME SISTEM PENGENDALIAN STRATEGIK – PENEKANAN

KEUANGAN

ISUSUN OLEH:

SRI WIWIK ANGGIYANI / C4C019014

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI
2019
A. Pusat pertanggungjawaban (responsibility center)
Responsibility center adalah suatu unit yang dipimpin seorang Manajer yang bertanggungjawab
terhadap aktivitas yang dilakukan dalam unit yang dikelolanya.
Yang bertujuan untuk mengukur dan mendorong kinerja unit organisasi dan manajer unit yang
bersangkutan. Contoh :
a) Direktur Utama perusahaan holding atau anak perusahaannya atau Direktur Utama anak
perusahaan dari suatu holding.
b) Direktur/Kepala Divisi perusahaan holding, atau Kepala Bagian/Kepala Distrik pada anak
perusahaan.
c) Kepala unit-unit di dalam suatu perusahaan.
Manfaat adanya pusat peranggungjawwaban adalah sebagai berikut:
a. Sebagai basis perencanaan, pengendalian, dan penilai kinerja manajer dan unit organisasi yang
dipimpinnya.
b. Untuk memudahkan mencapai tujuan organisasi.
c. Memfasilitasi terbentuknya goal congruence.
d. Mendelegasikan tugas dan wewenang ke unit-unit yang memiliki kompetensi sehingga
mengurangi beban tugas manajer pusat.
e. Mendorong kreativitas dan daya inovasi bawahan.
f. Sebagai alat untuk melaksanakan strategi organisasi secara efektif dan efisien.
g. Sebagai alat pengendalian anggaran.
Jenis-jenis Pusat Pertanggungjawaban
a. Pusat Pendapatan
Pusat pendapatan adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya diukur berdasarkan
output (pendapatan) yang diukur secara moneter, akan tetapi tidak dihubungkan dengan input-nya
(beban). Contoh: departemen pemasaran (penjualan). Departemen pemasaran tidak berwenang
untuk menentukan harga pokok ataupun harga jual produk yang dihasilkan. Akan tetapi, ukuran
utama kinerjanya adalah pendapatan yang diperoleh dari pemasaran produk tersebut.
b. Pusat Beban
Pusat beban adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya diukur berdasarkan input
yang diukur secara moneter, akan tetapi outputnya tidak diukur. Pusat Beban dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu:
1) Pusat Beban Teknik
Pusat beban teknik merupakan pusat pertanggungjawaban yang jumlah input (beban)
nya secara tepat dan memadai dapat diestimasikan dengan wajar. Contoh: Departemen
produksi, bagian penggajian. Dalam pusat beban teknik, efisiensi lebih ditekankan,
sehingga output akan dibandingkan dengan beban standar. Disamping itu beban teknik
juga mempunyai tugas penting, yaitu menjaga mutu dan volume produksi, serta
melakukan pelatihan, pengembangan dan penilaian untuk karyawan.
2) Pusat Beban Kebijakan
Pusat beban kebijakan merupakan pusat pertanggungjawaban yang jumlah input (beban)-nya
yang diestimasikan tidak tersedia. Oleh karena itu, beban-beban yang dikeluarkan tergantung
pada penilaian manajemen, atas jumlah yang memadai untuk suatu kondisi. Contoh: Unit-unit
administratif dan pendukung, seperti bagian akuntansi, hubungan masyarakat (humas), legal
(hukum), bagian sumber daya manusia, serta penelitian dan pengembangan (R & D).
c. Pusat Laba
Pusat laba merupakan pusat pertanggungjawaban dimana kinerja finansialnya diukur dalam
ruang lingkup laba, yaitu selisih antara pendapatan dan pengeluaran. Laba merupakan ukuran
kinerja yang berguna karena laba memungkinkan pihak manajemen senior dapat menggunakan
satu indikator yang komprehensif dibandingkan harus menggunakan beberapa indikator.
Keberadaan suatu pusat laba akan relevan ketika perencanaan dan pengendalian laba mengaku
kepada pengukuran unit masukan dan keluaran dari pusat laba yang bersangkutan.
d. Pusat Investasi
Bentuk pusat pertanggungjawaban yang paling lengkap adalah pusat investasi. Pusat investasi
memiliki semua hak keputusan pusat biaya dan pusat laba serta hak keputusan atah jumlah modal
yang akan diinvestasikan. Pengertian pusat investasi menurut Mulyadi dalam bukunya “Akuntansi
Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa” menerangkan bahwa: “Pusat investasi adalah pusat
laba yang manajernya diukur prestasinya dengan menghubungkan laba yang diperoleh pusat
pertanggungjawaban tersebut dengan investasi yang bersangkutan” (20014;27). Sebuah pusat
investasi merupakan pengembangan utama dari ide pusat pertanggungjawaban karena pusat ini
mencakup semua elemen yang terdapat dalam tujuan perusahaan untuk memperoleh kembalian
investasi yang memuaskan. Laporan kinerja suatu pusat investasi tidak hanya terbatas pada laba
yang diperoleh tapi juga jumlah asset yang digunakan dalam memperoleh laba.

Analisis pertanggungjawaban untuk investment center dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:

1. Return on investment (ROI) yaitu suatu ukuran kinerja yang biasanya dipakai oleh pihak
manajemen guna mengambil keputusan investasi.

𝑳𝒂𝒃𝒂 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊
ROI = 𝑨𝒔𝒆𝒕 𝒐𝒑𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊 𝒓𝒂𝒕𝒂−𝒓𝒂𝒕𝒂

Pengukuran ini ingin melihat berapa besarnya tingkat pengembalian (return) yang diperoleh
terhadap investasi yang dilakukan leh perusahaan. Karena ROI pada investment center dipergunakan
untuk menilai kinerja, maka definisi investasi yang sebaiknya dipakai adalah Total aset yang dikelola
dalam investment center tersebut. Sedangkan definisi laba yang dipakai adalah laba operasi dan bukan
laba bersih.

2. Residual Income
Residual income mengukur besarnya kelebihan keuntungan perusahaan diatas yang dipersyaratkan.

Residual Income = Laba Operasi – (Tingkat Pengembalian yang Disyaratkan X Total Aset)

Tingkat pengembalian yang disyaratkan adalah tingkat pengembalian minimal yang


dipersyaratkan perusahaan untuk investasi dalam aset-aset perusahaan. Misalkan tingkat pengembalian
yang dipersyaratkan adalah 15%, maka dengan menggunakan rumusan ini, diperoleh besarnya residual
income perusahan adalah Rp13.020.000 – (15% X Rp57.560.000) = Rp4.376.000

Residual Income yang positif berarti perusahaan dapat memperoleh laba operasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan minimal persyaratan yang ditentukan. Model residual income ini dapat mengatasi
masalah pertama yang terdapat dalam ROI, yaitu mengenai masalah investasi baru dalam pusat
investasi.

3. Economic Value Added

Konsep dasar Economic value added memiliki kesamaan dengan konsep residual income, yaitu
mengukur berapa kelebihan laba diats jumlah minimal yang dikehendaki perusahaan.

Economic Value Added = Net Operating Profit After Tax – {Weighted Average Cost of Capital
(Total Aset – Non Interest Bearing Liabilities)}

Keterangan:
Net Operating Profit After Tax adalah Laba Operasi setelah dikurangi dengan pajak
Weighted Average Cost of Capital (WACC) adalah rata-rata tertimbang dari biaya permodalan
perusahaan.
Non Interest Bearing Liabilities adalah Utang perusahaan yang tidak memiliki biaya, seperti utang gaji,
utang dagang, dan akrual lainnya.

Rumus dari WACC yaitu:

WACC = {Utang/ (Utang + Ekuitas) X (1 – Tingkat Pajak) X (Biaya Utang)} + {Ekuitas/ (Utang +
Ekuitas) X Biaya Ekuitas}
B. TRANSFER PRICING
Transfer Pricing merupakan suatu metode penentuan harga apabila terjadi penjualan antar
divisi yang terdapat dalam satu perusahaan.Kegunaan dari transfer pricing adalah untuk
melakukan pengukuran kinerja dari sebuah responsibility center.
Penentuan transfer pricing harus memenuhi 3 kriteria, yaitu:
1. Penilaian kinerja yang akurat, hal ini berarti harga yang ditentukan tersebut tidak boleh
menguntungkan satu divisi tapi merugikan divisi lainnya.
2. Keselarasan tujuan (goal congruence), hal ini berarti harga yang ditentukan harus dapat
memaksimal keuntungan perusahaan secara keseluruhan.
3. Otonomi atau kebebasan divisi dalam mengambil keputusan, hal ini berarti setiap divisi yang
terlibat dalam transaksi berhak untuk memutuskan menerima atau menolak tawaran tersebut
tanpa campur tangan dari kantor pusat.

Penentuan harga transfer yang terbaik adalah dengan mempergunakan pendekatan


Opportunity cost. Dalam pendekatan ini, harga transfer dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:

1. Harga transfer minimum, dilihat dari sudut pandang divisi penjual, dimana divisi penjual
menentukan minimal harga transfer yang bisa diterima agar trasaksi dapat terlaksana.

Harga Trasfer Minimum = Biaya variabel + Opportunity


cost
2. Harga transfer maksimum, dilihat dari sudut pandang divisi pembeli, dimana divisi pembelil
menentukan besarnya harga transfer maksimal yang bisa diterima agar trasaksi dapat
terlaksana.

Harga Trasfer Maksimum = Harga Pasar (Harga beli divisi tersebut dari luar perusahaan)

C. SHARED SERVICE ALLOCATION


Shared Service adalah konsolidasi atau sebuah business model yang
memungkinkan sumber daya – sumber daya atau resources yang ada untuk keseluruhan
elemen yang ada di dalam organisasi tersebut untuk level customer-service yang sudah
ditentukan sebelumnya. Shared Services adalah sebuah business unit yang terpisah
yang diciptakan dalam sebuah perusahaan, sebuah organisasi atau sebuah agen yang
bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan atau services kepada operating
business unit dan fungsi – fungsi korporasi di perusahaan atau organisasi tersebut.
Selain itu, Shared service bisa juga berarti penyediaan sebuah service atau
pelayanan oleh satu bagian dari sebuah organisasi atau grup di mana service tersebut
sebelumnya sudah ditemukan di dalam lebih dari satu bagian dari organisasi atau
perusahaan tersebut. Secara harafiahnya, shared service adalah sebuah service atau
layanan yang di-share atau dibagi pemakaian atau penggunaannnya oleh beberapa
ataupun semua bagian -bagian entitas di dalam sebuah perusahaan atau organisasi.

Anda mungkin juga menyukai