Anda di halaman 1dari 14

KARYA TULIS ILMIAH

MENDATANG (PERMEN DAUN JELATANG)

Disusun oleh :
Ahmad Hasan Alawi
Daffa Wirata Parwa
Dito Bayu Adhitya
Fauzun Adhim
Salsa Hafidz Firmansyah

SMK NEGERI 1 SINGOSARI


MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
anugerah yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah
ini. Karya ini berjudul “Mendatang (Permen Daun Jelatang) Untuk Meningkatkan
Kesehatan Masyarakat dari Hasil Hutan Non Kayu”.
Kami selaku penulis menyadari bahwa karya ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu, kami mohon maaf dan menerima saran dan kritik yang membangun dari
rekan – rekan sekalian untuk menyempurnakan karya ini.

Malang, 23 Oktober 2019

Penulis
ABSTRAK

Indonesia merupakan wilayah yang mempunyai hutan yang sangat luas,


maka dari itu tidak heran Indonesia dijuluki sebagai paru - paru dunia. Karena
luasnya hutan di Indonesia, membuat negara ini kaya akan sumber daya alam.
Sumber daya alam yang meliputi hewani dan hayati.
Berdasarkan kekayaan alam Indonesia yang dimiliki, kita sebagai siswa ingin
memanfaatkan salah satu tanaman yang ada pada hutan Indonesia. Tanaman yang
akan kita pakai adalah tanaman yang sering dijuluki tanaman pengganggu atau
tanaman yang dapat membuat gatal. Oleh karena itu kita harus bisa mengolahnya
dengan baik dan benar supaya dapat diolah.
Sebelum pengobatan modern mulai berkembang, orang-orang pada zaman
dahulu memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan sebagai pengobatan alami. Khasiat
obat-obatan alami bisa jadi sama ampuh dengan obat-obatan modern. Salah satu
tumbuhan yang banyak dimanfaatkan untuk obat alami yaitu tanaman jelatang.
- Mengenal Jelatang
Daun jelatang bisa ditemui di berbagai daerah di Asia, tak terkecuali
Indonesia. Daunnya kecil dan beracun. Bila kulit Anda menyentuh permukaan
daunnya, Anda akan mengalami keracunan yang ditandai dengan kulit gatal, perih,
kemerahan, dan bengkak. Namun, jangan khawatir karena tanaman jelatang yang
sudah dimasak atau direndam dalam air akan kehilangan zat beracun tersebut dan
pada akhirnya, daunnya pun jadi aman dikonsumsi.
Biasanya jelatang dikonsumsi dengan cara dikeringkan dan diseduh bersama
dengan daun teh. Di beberapa negara seperti Nepal dan India, daun mudanya juga
dipakai untuk memasak. Rasanya mirip seperti bayam.
- Khasiat Jelatang bagi Kesehatan
1. Meredakan gejala pembesaran prostat jinak
2. Mengatasi rematik dan osteoartritis
3. Anti alergi
4. Menghentikan perdarahan
5. Melawan eksim
6. Mendorong produksi ASI

Kata Kunci : kesehatan, tanaman jelatang, HHBK.


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ................................................................

BAB II LANDASAN TEORI DAN KONDISI SAAT INI ...................

BAB III KEGIATAN DAN ANALISIS PERMASALAHAN.................

BAB IV SUMBANGAN PEMIKIRAN ...............................................

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan yang berisi
sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan. Hutan sebagai suatu
ekosistem tidak hanya menyimpan sumber daya alam berupa kayu, tetapi masih
banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat melalui
budi daya tanaman pertanian pada lahan hutan.

Sebagai fungsi ekosistem, hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti
penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan
peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global.
Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu kawasan
yang sangat penting, hal ini dikarenakan hutan adalah tempat tumbuhnya berbagai
tanaman.
Di dalam hutan itu sendiri terdapat banyak jenis tanaman yang dapat tumbuh
dan tanaman tersebut memiliki manfaat bagi manusia seperti untuk konsumsi sehari
hari, untuk obat herbal, pembuatan peralatan, dan lain sebagainya. Hasil hutan non
kayu yang akan kita gunakan untuk pengobatan herbal adalah tanaman Jelatang.
Jelatang (Urtica dioica L.) adalah tanaman yang daunnya memiliki rambut -
rambut yang mengandung racun dan dapat menyebabkan gatal jika tersentuh kulit.
Tanaman ini memiliki beberapa jenis. Ada yang berbatang, dan ada juga yang
merambat. Jelatang memiliki daun berukuran kecil, tetapi ada juga jelatang dengan
daun lebar. Tumbuhan ini memiliki tinggi sekitar 10 cm - 1 m.
Tanaman ini juga dapat dibedakan berdasarkan bentuk dan efek gatal yang
ditimbulkannya. Jelatang berdaun kecil dengan ukuran lebar, dinamakan jelatang
ayam. Jelatang kambing, daunnya lebih lebar dengan efek gatal yang lebih tinggi.
Ada juga jelatang kerbau, daunnya paling lebar dan tebal. Lebarnya dapat mencapai
30 cm. Jelatang jenis ini menyebabkan gatal dan perih hingga seminggu kemudian.
Efek tersebut tergantung dari kadar racun yang dimilikinya. Semua jenis jelatang
biasa tumbuh di daerah dengan kelembaban yang tinggi.
Daun Jelatang kaya akan Vitamin A, B, C, D dan K serta sumber zat besi dan
memiliki jumlah Protein yang tinggi. (www.wanita22.com)

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dalam karya tulis ini akan dibahas beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana cara mengembangkan hasil hutan non kayu yaitu daun
jelatang ?
2. Apa saja manfaat daun jelatang?
3. Bagaimana cara mengolah daun jelatang yang baik dan benar ?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dengan memanfaatkan
Hasil Hutan Non Kayu yaitu dengan daun jelatang.

2. Untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat bahwa masih


banyak hasil hutan yang dapat dimanfaatkan.
1.4. Manfaat Penulisan
1. Memberi nilai jual pada daun jelatang.
2. Dapat mengurangi penggunaan obat berbahan kimia.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KONDISI SAAT INI

2.1 Perkembangan Tanaman Jelatang di Indonesia

Daun jelatang bisa ditemui di berbagai daerah di Asia, tak terkecuali


Indonesia. Daunnya kecil dan beracun. Bila kulit Anda menyentuh permukaan
daunnya, Anda akan mengalami keracunan yang ditandai dengan kulit gatal, perih,
kemerahan, dan bengkak. Namun, jangan khawatir karena tanaman jelatang yang
sudah dimasak atau direndam dalam air akan kehilangan zat beracun tersebut.
Daunnya pun jadi aman dikonsumsi.
Biasanya jelatang dikonsumsi dengan cara dikeringkan dan diseduh
bersama dengan daun teh. Di beberapa negara seperti Nepal dan India, daun
mudanya juga dipakai untuk memasak. Rasanya mirip seperti bayam.

2.2 Zat - Zat Yang Terkandung di Dalam Daun Jelatang

Dilansir dari laman kasihilmar.com Jelatang mengandung vitamin dan mineral


apabila dimasak. Vitamin yang terkandung dalam Jelatang antara lain vitamin C dan
A, sedang mineral antara lain zat besi, kalium, mangan, dan kalsium.

2.3 Khasiat Daun Jelatang Bagi Kesehatan

1. Meredakan gejala pembesaran prostat jinak


Menurut sebuah penelitian pada tahun 2013, daun dan akar jelatang bisa
meredakan beragam gejala yang disebabkan oleh pembesaran prostat jinak. Gejala-
gejala yang dimaksud antara lain susah buang air kecil, buang air kecil tidak tuntas,
atau inkontinensia urine. Para ahli menduga bahwa zat kimia dalam tanaman
jelatang bisa mengatur keseimbangan hormon, misalnya testosteron dan estrogen.
Pasalnya, gangguan hormon bisa menjadi salah satu penyebab pembesaran prostat
jinak.

2. Mengatasi rematik dan osteoartritis


Sebuah penelitian dalam Journal of Rheumatology menunjukkan bahwa minum
ekstrak daun jelatang bisa membantu mengatasi rematik. Ini karena jelatang
berfungsi sebagai anti peradangan dalam tubuh. Selain itu, jelatang yang sudah
direndam dan direbus juga bisa langsung dioleskan pada sendi Anda yang terasa
nyeri. Terutama di lutut, punggung, pinggul, dan tangan.

3. Anti alergi
Tanaman ini memang bisa bikin gatal. Namun, kalau sudah diproses jadi teh atau
masakan, tanaman jelatang justru bisa membantu melawan reaksi alergi. Dalam
tubuh, jelatang berfungsi sebagai antihistamin yang ampuh menghentikan gatal,
bersin-bersin, hidung berair, dan iritasi mata.
4. Menghentikan perdarahan
Berbagai studi membuktikan kalau jelatang bisa dimanfaatkan sebagai penghenti
perdarahan, terutama setelah operasi. Penelitian dalam Journal of Contemporary
Dental Practice juga menyebutkan khasiat daun serba guna ini untuk menghentikan
perdarahan setelah operasi cabut gigi.

5. Melawan eksim
Eksim adalah ruam yang terasa kering dan gatal di permukaan kulit Anda.
Penyebabnya mungkin reaksi alergi, iritasi, dan keturunan. Rebus daun secukupnya
dan oleskan pada bagian kulit yang muncul eksim. Biarkan selama beberapa saat
supaya meresap kemudian bilas bersih.

6. Mendorong produksi ASI


Sebuah penelitian asal Kanada yang dimuat dalam Canadian House of Midwifery
Resarch and Practice menunjukkan kalau ibu menyusui bisa meningkatkan produksi
ASI dengan tanaman jelatang. Namun, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk
mengamati apa efek samping jangka panjangnya bagi ibu dan bayi.

2.4 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI

1. Frekuensi Penyusuan
Pada studi 32 ibu dengan bayi prematur disimpulkan bahwa produksi
ASI akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama bulan
pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi prematur belum
dapat menyusu (Hopkinson et al, 1988 dalam ACC/SCN, 1991). Studi lain yang
dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan
menunjukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali perhari selama 2 minggu
pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang cukup (de
Carvalho, et al, 1982 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini
direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah
melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi
hormon dalam kelenjar payudara.

2. Berat Lahir
Prentice (1984) mengamati hubungan berat lahir bayi dengan volume ASI. Hal ini
berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap, frekuensi, dan lama penyusuan
dibanding bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari kedua dan usia 1 bulan sangat
erat berhubungan dengan kekuatan mengisap yang mengakibatkan perbedaan intik
yang besar dibanding bayi yang mendapat formula. De Carvalho (1982) menemukan
hubungan positif berat lahir bayi dengan frekuensi dan lama menyusui selama 14
hari pertama setelah lahir. Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan
mengisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr).
Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama
penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan
mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI.
3. Umur Kehamilan saat Melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi intik ASI. Hal ini disebabkan bayi
yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan
tidak mampu mengisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada
bayi yang lahir tidak prematur. Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi
prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya
fungsi organ.

4. Umur dan Paritas


Umur dan paritas tidak berhubungan atau kecil hubungannya dengan produksi ASI
yang diukur sebagai intik bayi terhadap ASI. Lipsman et al (1985) dalam ACC/SCN
(1991) menemukan bahwa pada ibu menyusui usia remaja dengan gizi baik, intik
ASI mencukupi berdasarkan pengukuran pertumbuhan 22 bayi dari 25 bayi. Pada
ibu yang melahirkan lebih dari satu kali, produksi ASI pada hari keempat setelah
melahirkan lebih tinggi dibanding ibu yang melahirkan pertama kali (Zuppa et al,
1989 dalam ACC/SCN, 1991), meskipun oleh Butte et al (1984) dan Dewey et al
(1986) dalam ACC/SCN, (1991) secara statistik tidak terdapat hubungan nyata
antara paritas dengan intik ASI oleh bayi pada ibu yang gizi baik.

5. Stres dan Penyakit Akut


Ibu yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga mempengaruhi
produksi ASI karena menghambat pengeluaran ASI. Pengeluaran ASI akan
berlangsung baik pada ibu yang merasa rileks dan nyaman. Studi lebih lanjut
diperlukan untuk mengkaji dampak dari berbagai tipe stres ibu khususnya
kecemasan dan tekanan darah terhadap produksi ASI. Penyakit infeksi baik yang
kronik maupun akut yang mengganggu proses laktasi dapat mempengaruhi produksi
ASI.

6. Konsumsi Rokok
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon prolaktin
dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin
dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin. Studi Lyon,(1983);
Matheson, (1989) menunjukkan adanya hubungan antara merokok dan penyapihan
dini meskipun volume ASI tidak diukur secara langsung. Meskipun demikian pada
studi ini dilaporkan bahwa prevalensi ibu perokok yang masih
menyusui 6 – 12 minggu setelah melahirkan lebih sedikit daripada ibu yang tidak
perokok dari kelompok sosial ekonomi sama, dan bayi dari ibu perokok mempunyai
insiden sakit perut yang lebih tinggi. Anderson et al (1982) mengemukakan bahwa
ibu yang merokok lebih dari 15 batang rokok/hari mempunyai prolaktin 30-50%
lebih rendah pada hari pertama dan hari ke 21 setelah melahirkan dibanding dengan
yang tidak merokok.

7. Konsumsi Alkohol
Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu merasa
lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun disisi lain etanol
dapat menghambat produksi oksitosin. Kontraksi rahim saat penyusuan merupakan
indikator produksi oksitosin. Pada dosis etanol 0,5-0,8 gr/kg berat badan ibu
mengakibatkan kontraksi rahim hanya 62% dari normal, dan dosis 0,9-1,1 gr/kg
mengakibatkan kontraksi rahim 32% dari normal (Matheson, 1989).
8. Pil Kontrasepsi
Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan dengan
penurunan volume dan durasi ASI (Koetsawang, 1987 dan Lonerdal, 1986 dalam
ACC/SCN, 1991), sebaliknya bila pil hanya mengandung progestin maka tidak ada
dampak terhadap volume ASI (WHO Task Force on Oral Contraceptives, 1988
dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini WHO merekomendasikan pil progestin
untuk ibu menyusui yang menggunakan pil kontrasepsi.

Ada dua cara untuk mengukur produksi ASI yaitu penimbangan berat badan bayi
sebelum dan setelah menyusui; dan pengosongan payudara. Kurva berat badan
bayi merupakan cara termudah untuk menentukan cukup tidaknya produksi ASI
(Packard, 1982). Dilihat dari sumber zat gizi dalam ASI maka ada 3 sumber zat gizi
dalam ASI yaitu : 1) disintesis dalam sel secretory payudara dari precursor yang ada
di plasma; 2) disintesis oleh sel-sel lainnya dalam payudara; 3) ditransfer secara
langsung dari plasma ke ASI (Butte, 1988). Protein, karbohidrat, dan lemak berasal
dari sintesis dalam kelenjar payudara dan transfer dari plasma ke ASI, sedangkan
vitamin dan mineral berasal dari transfer plasma ke ASI. Semua fenomena fisiologi
dan biokimia yang mempengaruhi komposisi plasma dapat juga mempengaruhi
komposisi ASI. Komposisi ASI dapat dimodifikasi oleh hormon yang mempengaruhi
sintesis dalam kelenjar payudara (Vaughan, 1999).

Aspek gizi ibu yang dapat berdampak terhadap komposisi ASI adalah intik pangan
aktual, cadangan gizi, dan gangguan dalam penggunaan zat gizi. Perubahan status
gizi ibu yang mengubah komposisi ASI dapat berdampak positif, netral, atau negatif
terhadap bayi yang disusui. Bila asupan gizi ibu berkurang tetapi kadar zat gizi
dalam ASI dan volume ASI tidak berubah maka zat gizi untuk sintesis ASI diambil
dari cadangan ibu atau jaringan ibu. Komposisi ASI tidak konstan dan beberapa
faktor fisiologi dan faktor non fisiologi berperan secara langsung dan tidak langsung.
Faktor fisiologi meliputi umur penyusuan, waktu penyusuan, status gizi ibu, penyakit
akut, dan pil kontrasepsi. Faktor non fisiologi meliputi aspek lingkungan, konsumsi
rokok dan alkohol (Matheson, 1989).
BAB III
KEGIATAN DAN ANALISIS PERMASALAHAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Adapun penelitian yang dilakukan di Senggreng, Kec. Sumberucung, Kabupaten
Malang meliputi berbagai tempat, yaitu Pekarangan rumah yang terdapat banyak
tumbuhan liar, Pekarangan di dekat lapangan. Sedangkan penelitian ini dilakukan
pada tanggal 6 Oktober - 20 Oktober 2019

3.2 Metode Penelitian


Dalam penelitian ini menggunakan metode survei dan grounded research.

3.3 Metode Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif karena penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif dan kualitatif.

3.4 Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah Daun jelatang yang ada di pekarangan,
sedangkan sampelnya adalah permen jelatang yang telah diolah
Kandungan dalam Daun jelatang

No Kandungan
1 Vitamin A
2 Vitamin C
3 Vitamin D
4 Vitamin K
5 Vitamin B
6 Zat besi
7 Kalium
8 Mangan
9 Kalsium
10 Magnesium
11 Fosfor
12 Silika
13 Yodium
14 Silikon
15 Natrium
16 Sulfur
17 Protein
18 Asam amino
19 Kalori

BAB IV
SUMBANGAN PEMIKIRAN
4.1 .Pembahasan
Daun Jelatang tidak selalu memberikan dampak negatif untuk manusia. Seperti hasil dari
penelitian kelompok kami daun jelatang dapat diolah menjadi permen. Permen jelatang memiliki
berbagi manfaat memiliki kandungan yaitu senyawa anti-inflamasi, vitamin B, dan sumber protein.
Setelah pengolahan yang kami lakukan, permen daun jelatang memiliki manfaat yang baik untuk
tubuh.

4.2 Dampak Positif

Permen daun jelatang memiliki manfaat seperti

5. Melawan eksim
6. Mendorong produksi ASI
4.3 Dampak Negatif

Daun jelatang juga memiliki dampak negatif jika cara pengolahannya tidak tepat. Hal
ini dapat mengakibatkan keracunan. Keracunan yang ditandai dengan kulit gatal, perih,
kemerahan, dan bengkak.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bagaimana cara pengembangan Hasil


Hutan Bukan Kayu yaitu Daun Jelatang sebagai produk kesehatan herbal yang
memiliki beragam manfaat. Proses pengolahannya sangat sederhana hampir sama
dengan pembuatan permen herbal yang lainnya. Jelatang ini memiliki kandungan
Zat besi, Vitamin A dan Vitamin C serta Protein hingga 7% yang membuat tanaman
ini menjadi tanaman berprotein tertinggi.
Saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah :
1. Gunakan metode pengolahan ini untuk mengolah tanaman jelatang sebagai
pengobatan herbal .
2. Perlu dilakukan uji lebih lanjut mengenai kandungan zat yang paling berpotensi
dalam tanaman jelatang.
3. Masyarakat dan pemerintah diharapkan memperhatikan dan menggunakan
produk lokal yang berpotensi dan bermanfaat bagi kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai