BAB I
PENDAHULUAN
1
2
b. Penelitian Medis
1) Untuk menyediakan fasilitas yang memadai untuk melakukan
penelitian dalam ilmu kedokteran dalam rangka meningkatkan
pendidikan dan pelayanan;
3
D. Lokasi RS UNS
Lokasi Rumah Sakit UNS berada di Jl. A. Yani No.200, Dusun II Makamhaji,
Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah 57161.
E. Struktur Organisasi
Susunan Direksi
1. Direktur : Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan,dr.,SpPD-
KR,FINASIM
2. Wakil Direktur Pelayanan : Tonang Dwi Ardyanto,dr.,SpPK,PhD
3. Wakil Direktur Umum : Ir. Ahmad Farkhan,MT
4. Wakil Direktur Keuangan dan SDM : Dr.Evi Gantyowati,M.Si,Ak
Direktur Utama
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
1. SNH (Stroke Non Hemoragik)
SNH merupakan stroke yang disebabkan oleh suatu gangguan
peredaran darah otak berupa obstruksi atau sumbatan yang menyebabkan
hipoksia pada otak dan tidak terjadi perdarahan (AHA, 2015). Sumbatan
tersebut dapat disebabkan oleh trombus (bekuan) yang terbentuk di dalam
pembuluh otak atau pembuluh organ selain otak (Price, 2005).
Stroke non hemoragik adalah tipe stroke yang paling sering terjadi,
hampir 80% dari semua stroke. Disebabkan oleh gumpalan atau sumbatan
lain pada arteri yang mengalir ke otak. Pada pasien terdapat kelemahan
anggota gerak, dan parese nervus VII dan XII yang mengarah pada stroke
non hemoragik. Sehingga diperlukan penaganan segera untuk menghindari
komplikasi lebih lanjut (Lloyd-Jones et al, 2009).
SNH adalah terhentinya aliran darah ke bagian otak akibat tersumbatnya
pembuluh darah. Darah berfungsi mengalirkan oksigen ke otak, tanpa
oksigen yang dibawa oleh darah, maka sel-sel otak akan mati dengan sangat
cepat, mengakibatkan munculnya deficit neurologis secara tiba-tiba. Gejala
SNH dapat bervariasi pada seseorang yang mengalaminya, tergantung pada
lokasi arteri di bagian otak yang terpengaruh. Gejala tersebut meliputi
kelemahan pada bagian wajah secara tiba-tiba; kelemahan di lengan atau
tungkai secara tiba-tiba; kesemutan atau mati rasa pada wajah, lengan, atau
tungkai; kesulitan berbiacara atau memahami pembicaraan; kehilangan
penglihatan, penglihatan menjadi kabur, atau gangguan lapangan
penglihatan; kehilangan koordinasi dan keseimbangan, dan sakit kepala
hebat tiba-tiba (honestdocs.com). Menurut Lumbantobing (2004), gejala
utama stroke non hemoragik ialah timbulnya defisit neurologik secara
mendadak, didahului gejala prodromal, terjadi waktu istirahat atau bangun
tidur dan kesadaran biasanya tidak munurun.
Klasifikasi SNH menurut Maas (2009) dibagi berdasarkan klini dan proses
patologik (kausal) :
a. Berdasarkan manifestasi klinik
1) Serangan iskemik sepintas/ transient ischemic attack (TIA)
Gejala neurologic yang timbul akibat gangguan peredaran darah di
otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.
2) Defisit neurologik iskemik sepintas/reversible ischemic neurological
deficit (RIND)
5
5
B. Faktor Risiko
1. SNH (Stroke Non Hemorrhagic)
Kelompok faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi merupakan
kelompok faktor risiko yang ditentukan secara genetik atau berhubungan
dengan fungsi tubuh yang normal sehingga tidak dapat dimodifikasi. Yang
termasuk kelompok ini antara lain usia, jenis kelamin, ras, dan hereditas
(Hinkle, 2007).
7
a. Usia
Risiko terkena stroke meningkat pada sejak usia 45 tahun. Setiap
penambahan usia tiga tahun akan meningkatkan risiko stroke sebesar 11-
20%.
b. Jenis kelamin
Laki-laki memiliki risiko 1,25x lipat lebih besar dibandingkan wanita.
c. Ras
Orang berkulit hitam mempunyai risiko lebih besar dibandingkan
orang kulit putih, hal ini dikarenakan pengaruh lingkungan dan gaya
hidup.
d. Hereditas
Gen berperan besar dalam beberapa faktor risiko stroke, misalnya
hipertensi, jantung, diabetes mellitus, dan kelainan pembuluh darah.
Adanya riwayat stroke dalam keluarga, terutama apabila ≥2 anggota
keluarga terkena stroke pada usia kurang dari 65 tahun, maka dapat
meningkatkan risiko terkena stroke.
Kelompok risiko yang dapat dimodifikasi merupakan akibat dari gaya
hidup seseorang dan dapat dimodifikasi, yang meliputi hipertensi, diabetes
melitus, penyakit jantung, obesitas, hiperkolesterolemia, merokok, alkohol,
stres, penyalahgunaan obat (Maas, 2009).
a. Hipertensi
Merupakan faktor risiko utama. Penderita hipertensi memiliki risiko 4-
6 kali lebih besar terkena stroke.semakin tinggi tekanan darah, semakin
besar kemungkinannya karena terjadi kerusakan pada dinding pembuluh
darah sehingga memudahkan terjadinya penyumbatan/perdarahan otak.
b. Diabetes mellitus
Diabetes mellitus dapat mempercepat terjadinya ateroskelrosis
(pengerasan pembuluh darah) sehingga dapat menyebabkan stroke.
Penderita DM mempunyai risiko 3.39 kali untuk terkena stroke.
c. Penyakit jantung
Penyakit jantung yang paling sering menyebabkan stroke adalah
fibrilasi atrium, karena memudahkan terjadinya penggumpalan darah di
jantung dan dapat lepas hingga menyumbat pembuluh darah di otak. Di
samping itu juga penyakit jantung coroner, kelainan katup jantung, infeksi
otot jantung, pasca opersi jantung juga memperbesar risiko stroke.
Fibrilasi atrium yang tidak diobati meningkatkan risiko stroke 4-7 kali.
d. Obesitas
Obesitas berhubungan erat dengan hipertensi, dyslipidemia, dan
diabetes mellitus. Obesitas meningkatkan risiko stroke sebesar 15%.
Obesitas dapat meningkakan hipertensi, penyakit jantung, diabetes
mellitus, dan aterosklerosis yang semuanya akan meningkatkan
kemungkinan terkena serangan stroke.
8
e. Hiperkolesterolemia
Kondisi ini secara tidak langsung dan tidak langsung meningkatkan
faktor risiko, tingginya kolesterol dapat merusak dinding pembuluh darah
dan juga menyebabkan penyakit jantung koroner. Kolesterol yang tinggi
terutama Low Density Lipoprotein (LDL) akan membentuk plak di dalam
pembuluh darah dan dapat menyumbat pembuluh darah baik di jantung
maupun di otak. Kadar kolesterol total > 200 mg/dL meningkatkan risiko
stroke 1,31-2,9 kali.
f. Merokok
Kebiasaan merokok meningkatkan risiko terkena stroke sebesar 4
kali. Merokok menyebabkan penyempitan dan pengerasan arteri di
seluruh tubuh (termasuk yang ada di otak dan jantung), sehingga
merokok dapat mendorong terjadinya aterosklerosis, mengurangi aliran
darah, dan menyebabkan darah mudah menggumpal.
g. Alkohol
Konsumsi alcohol yang berlebihan dapat mengganggu metabolisme
tubuh, sehingga terjadi dislipidemia, diabetes melitus, mempengaruhi
berat badan dan tekanan darah, dapat merusak sel-sel saraf tepi, saraf
otak dan lain-lain. Semua ini mempermudah terjadinya stroke. Konsumsi
alkohol berlebihan meningkatkan risiko stroke 2-3 kali.
h. Stres
Stres psikososial dapat menyebabkan depresi. Jika depresi
berkombinasi dengan faktor risiko lain dapat memicu stroke. Depresi
meningkatkan risiko stroke sebesar 2 kali.
i. Penyalahgunaan obat
Kerusakan pembuluh darah dapat terjadi pada pengguna narkoba
terutama jenis suntikan karena risiko infeksinya lebih besar. Di samping
itu, zat narkoba sendiri akan mempengaruhi metabolisme tubuh.
2. DM (Diabetes Melitus)
Menurut penelitian Fitriyani (2012), faktor risiko penyakit diabetes mellitus
dikategorikan menjadi sosiodemografi, riwayat kesehatan, pola hidup, kondisi
klinis dan mental.
Faktor sosiodemografi terdiri dari :
a. Umur, penuaan menyebabkan penurunan fungsi sel β pankreas dan
meningkatkan risiko DM.
b. Jenis kelamin, wanita lebih berisiko menderita DM dibanding laki-laki.
c. Pendidikan, pendidikan yang tinggi meningkatkan kesadaran terhadap
kesehatan dan menurunkan risiko terkena DM.
d. Pekerjaan, mempengaruhi tinggi rendahnya aktivitas fisik.
Faktor riwayat kesehatan terdiri dari:
a. Riwayat DM keluarga, 15% penderita DM dipengaruhi oleh faktor genetik.
9
b. Berat lahir, bayi yang lahir dengan BBLR akan berisiko mengalami
kerusakan pankreas sehingga menyebabkan diabetes mellitus.
Faktor pola hidup terdiri dari:
a. Aktivitas fisik, akan mengontrol kadar gula darah dengan mengubah
glukosa menjadi energi.
b. Konsumsi makanan, terutama karbohidrat sederhana
c. Paparan asap rokok, berpengaruh terhadap rangsangan kelenjar adrenal
yang dapat menigkatkan kadar glukosa darah.
d. Konsumsi alkohol, akan menghambat oksidasi lemak sehingga
meningkatkan berat badan, serta merangsang pengeluaran epinefrin
yang mengarah ke hiperglikemia dan hiperlipidemia.
Faktor kondisi klinis dan mental terdiri dari:
a. Indeks masa tubuh, orang yang obesitas akan berisiko lebih tinggi
dibanding normal.
b. Lingkar perut, menunjukkan obesitas sentral. Peningkatan adiposit di
daerah perut lebih sensitif menimbulkan resistensi insulin dibanding
daerah lain.
c. Tekanan darah, hipertensi akan menyebabkan insulin resisten sehingga
meningkatkan risiko DM.
d. Stres, faktor ini meningkatkan risiko terkena DM hingga 1,67 kali
dibanding yang tidak stres.
3. Hipertensi
a. Faktor usia
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan
bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat risiko hipertensi.
Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering
disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi
jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada yang berusia 35
tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian
prematur (Julianti, 2005).
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin juga sangat erat kaitannya terhadap terjadinya
hipertensi dimana pada masa muda dan paruh baya lebih tinggi penyakit
hipertensi pada laki-laki dan pada wanita lebih tinggi setelah umur 55
tahun, ketika seorang wanita mengalami menopouse.
c. Faktor Genetik
Riwayat keluarga juga merupakan masalah yang memicu masalah
terjadinya hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika
seorang dari orang tua memiliki hipertensi maka seseorang tersebut 25 %
terkena hipertensi (Astawan, 2002).
d. Faktor Asupan Natrium
10
C. Etiologi
1. SNH (Stroke Non Hemorrhagic)
Menurut Batticaca (2008) stroke non hemoragik berdasarkan etiologinya
(1) disebabkan oleh karena kekurangan suplai oksigen yang menuju otak, (2)
pecahnya pembuluh darah di otak karena kerapuhan pembuluh darah otak,
(3) adanya sumbatan bekuan darah di otak (Batticaca, 2008).
Pada level makroskopik, stroke iskemik paling sering disebabkan oleh
emboli dari ekstrakranial atau trombosis di intrakranial, tetapi dapat juga
disebabkan oleh berkurangnya aliran darah otak. Pada level seluler, setiap
proses yang mengganggu aliran darah ke otak dapat mencetuskan suatu
kaskade iskemik, yang akan mengakibatkan kematian sel-sel otak dan infark
otak (Rahmawati, 2009).
a. Emboli
Sumber emboli dapat terletak di arteri karotis maupun vertebralis
akan tetapi dapat juga di jantung dan sistem vaskular sistemik (Mardjono,
1988).
11
2. DM (Diabetes Melitus)
Menurut Perkeni (2011), gejala diabetes mellitus dapat dilihat dari:
a. Keluhan klasik
Keluhan klasik yaitu poliuria (sering buang air kecil), polidipsi (sering
merasa haus), polifagi (sering merasa lapar), dan penurunan berat badan
yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Apabila penurunan berat badan
dilakukan pada pasien dengan kelebihan berat badan, maka dapat
membantu kontrol glukosa darah. Namun bila penurunan berat badan
berlanjut maka akan meningkatkan risiko pasien untuk mengalami gizi
kurang. Status gizi kurang akan menurunkan sistem kekebalan tubuh
sehingga penderita diabetes mellitus tipe 2 lebih rentan mengalami
infeksi dan meningkatkan risiko komplikasi (Al Tera, 2011).
b. Keluhan lain
Keluhan lain yaitu lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita.
3. Hipertensi
a. Hipertensi essensial
Hipertensi essensial atau idiopatik adalah hipertensi tanpa kelainan
dasar patologis yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi
12
jumlah, jenis, dan jadwal (prinsip 3J) (Perkeni, 2011). Menurut Putro (2012),
jumlah yang dimaksud yaitu jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan
dikurangi atau ditambah sesuai kebutuhan. Jenis makanan manis atau
karbohidrat sederhana harus dibatasi supaya tidak meningkatkan kadar gula
darah terlalu tinggi. Jadwal yang dimaksud harus sesuai dengan intervalnya
yaitu 6 waktu makan dalam sehari, 3 kali makanan utama dan 3 kali selingan.
Menurut Perkeni (2011), jumlah kalori yang harus dikonsumsi pada setiap
waktu makan tersebut yaitu untuk makan pagi (20%), makan siang (30%),
dan makan malam (25%), serta 2-3 porsi makanan selingan (10-15%) di
antaranya. Selain edukasi mengenai diet 3J, diperlukan pula edukasi
mengenai penanganan hipoglikemia. Hipoglikemia merupakan keadaan
dimana kadar gula dalam darah terlalu rendah karena ketidakseimbangan
antara diet yang dikonsumsi, aktivitas fisik, dan obat yang digunakan.
Edukasi ini penting karena pasien diabetes mellitus rentan mengalami
hipoglikemia. Tanda dan gejala hipoglikemia antara lain keringat dingin,
gemetar, pusing, lemas, dan mata berkunang-kunang. Penanganannya yaitu
dengan meminum segelas sirup atau teh manis, jika tidak memungkinkan
bisa dengan memakan permen. Langkah selanjutnya yakni memeriksakan
diri ke dokter.
3. Hipertensi
Tujuan dari manajemen terapi gizi hipertensi atau Diet Garam Rendah
adalah membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan
tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Adapun
syarat-syarat diet Garam Rendah adalah sebagai berikut:
a. Cukup energi, protein, mineral, dan vitamin
b. Bentuk makanan sesuai keadaan penyakit.
c. Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air
(Almatsier, 2010).
18
BAB III
A. Skrining Gizi
Tidak 0
Tidak yakin (ada tanda: baju menjadi lebih longgar) 2
Tidak 0
Ya 1
Total Skor 1
b. Riwayat Penyakit
Tabel 4. Riwayat Penyakit Pasien
Keluhan Utama Tangan kiri kaku sejak 3 hari SMRS, pusing
kepala dan leher sakit, keluar air liur, pelo
Riwayat Penyakit Stroke satu tahun yang lalu, DM, vertigo,
Dahulu hipertensi, PPOK
c. Riwayat Gizi
Tabel 5. Riwayat Gizi Pasien
Alergi/ pantangan Tidak ada pantangan terhadap bahan makanan
terhadap bahan makanan tertentu
tertentu
Diet yang pernah Tidak pernah menjalankan diet sebelumnya
dijalankan
Kebiasaan makan Nasi 3x/hr @1ctg, roti manis setiap malam 3-4
potong, lauk sering ikan patin sebanyak 3x
seminggu dan tahu sebanyak 4x seminggu, sayur
bayam 2x seminggu, suka buah jeruk 5x seminggu,
pepaya 2x seminggu sebanyak 1 potong besar,
belimbing dijus selama 4x seminggu satu buah,
dan timun dijus selama 3x seminggu sebanyak 1
buah tanpa gula. Tidak pernah makan jeroan.
Membatasi gorengan
= x 100%
Pemeriksaan
Kadar Rentang Normal Keterangan
urin/darah
Tanggal 27 April 2019
HEMATOLOGI
DARAH RUTIN
44,6% 34 – 40% Tinggi
HCT 31,6 pg 27 – 31 pg Tinggi
22
MCH
14,7% 20 – 40% Rendah
HITUNG JENIS (DIFF)
76,1% 50 – 70% Tinggi
Limfosit 4,3% 0 – 4% Tinggi
Neutrofil
184 mg/dL 70 – 140 mg/dL Tinggi
Eusinofil 1,71 mg/dL 0,5 – 1,1 mg/dL Tinggi
KIMIA DARAH
GDS
Kreatinin
Kesimpulan status gizi berdasarkan pemeriksaan biokimia :
Hasil pemeriksaan biokimia pada tanggal 27 April 2019 menunjukkan kadar HCT yang
tinggi (44,6%), kadar MCH yang tinggi (31,6 pg), kadar limfosit yang rendah (14,7%),
kadar neutrofil yang tinggi (76,1%), dan kadar eusinofil yang tinggi (4,3%). Pemeriksaan
kimia darah pada GDS didapat lebih tinggi dari kadar normal yaitu 184 mg/dL dan kadar
kreatinin yang tinggi yaitu 1,71 mg/dL.
Kesan umum pasien yakni compos mentis, vital sign (nadi, suhu, dan
respirasi) termasuk dalam kategori normal, sedangkan untuk
pemeriksaan tekanan darah pasien 142/88 mmHg termasuk dalam
kategori hipertensi stage I, dimana tekanan darah normal yaitu 120/80
mmHg.
Pada pemeriksaan abdomen, didapatkan hasil datar/supel.
Pemeriksaan ekstremitas didapatkan pasien mengalami hemiparesis
sinistra (kelumpuhan pada anggota gerak sebelah kiri).
d. Dietary History
1) Kesimpulan berdasarkan riwayat gizi:
Tabel 9. Perbandingan Kebiasaan Makan (FFQ) dengan AKG
Energi Karbohidrat
Implementasi Protein (gr) Lemak (gr)
(kkal) (gr)
Riwayat Gizi 573,5 21,4 5 110
AKG 1900 62 53 309
% Asupan 30,18% 34,52% 9,43% 35,6%
Keterangan kurang Kurang Kurang Kurang
% Asupan 87,65% 104,3% 85,8% 82,78% 65,2% 75,1% 72,9% 47% 77%
e. Medical History
1) Pemeriksaan Penunjang
2) Terapi Medis
Tabel 11. Terapi Medis
3. Diagnosis Gizi
4. Intervensi Gizi
a) Tujuan Diet
b) Syarat/prinsip diet (plus jelaskan alasannya dari bahan makanan yang boleh dan
tidak boleh diberikan)
- Protein =
= 67,5 gram
- Lemak =
= 50 gram
- Karbohidrat =
= 270 gram
- Sukrosa =
= 22,5 gram
- SFA =
= 14 gram
- PUFA =
= 20 gram
27
- MUFA =
= 30 gram
Jenis Diet : RG DM
Bentuk Makanan : Lunak
Cara Pemberian : Oral
Frekuensi Makan : 3x makan utama, 2x selingan
5. Rencana Konsultasi
Tabel 13. Rencana Konsultasi
Tujuan diet pada kasus ini adalah memberikan asupan makan yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi dengan memperhatikan pemilihan
jenis sumber makanan yang rendah natrium dan rendah karbohidrat
sederhana untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Dalam hal ini, pasien
memerlukan pembatasan natrium karena memiliki riwayat hipertensi dan
dilihat dari pemeriksaan vital sign yakni tekanan darah pasien termasuk
kategori hipertensi stage I yaitu 142/88 mmHg. kemudian pasien juga
memerlukan pembatasan karbohidrat sederhana dikarenakan memiliki
riwayat diabetes mellitus dan pemeriksaan gula darah sewaktu pasien masih
di atas normal yaitu 184 mg/dL.
Perhitungan kebutuhan energi pasien berdasarkan rumus PERKENI yaitu
30kkal/kg BBI dengan memperhatikan faktor aktivitas dan faktor usia.
Kebutuhan basal pasien ditambahkan faktor aktivitas 10%, pemilihan faktor
aktivitas ini karena pasien dalam keadaan istirahat dan hanya mampu
berbaring di atas tempat tidur. Selanjutnya terdapat pengurangan 10%
karena usia pasien diantara 60 dan 69 tahun. Kebutuhan protein pasien
29
sedang yaitu 15% dari total kebutuhan energi, lemak diberikan sedang yaitu
25% dari total kebutuhan energi, dan karbohidrat diberikan sedang yaitu 60%
dari total kebutuhan energi.
6. Rekomendasi Diet
Tabel 14. Rekomendasi Diet Siklus ke-10 (Tanggal 30 April 2019)
Kentang 35 gr
Jamur 5 gr
Selingan Malam - -
35
33
36
37
34
37
39
35
Tanggal pengukuran
Indikator
30 April 2019 2 Mei 2019
%LILA 91,48% Pasien pulang
Status Gizi Gizi baik -
Sumber: Data Primer, 2019
Pengukuran antropometri yang dilakukan adalah lingkar lengan atas
(LILA) untuk mengetahui status gizi pasien dan panjang ulna untuk estimasi
tinggi badan pasien. Pengukuran antropometri dilakukan pada tanggal 30
April 2019. LILA pada pasien yaitu 29 cm dan panjang ulna yaitu 26 cm.
Didapatkan %LILA yaitu 91,48% termasuk dalam kategori gizi baik. Pada
tanggal 2 Mei 2019 tidak dilakukan pengukuran karena pasien sudah
36
Tanggal
Monev Asupan Oral
30 April 2019 1 Mei 2019 2 Mei 2019
Asupan Energi 87,65% (cukup) 61,34% (kurang) 57,73% (kurang)
Asupan Protein 104,3% (cukup) 66,81% (kurang) 77,48% (kurang)
Asupan Lemak 85,8% (cukup) 44,8% (kurang) 56,6% (kurang)
Asupan Karbohidrat 82,78% (cukup) 65,85% (kurang) 52,37% (kurang)
Asupan Natrium 652,1 mg 167,6 mg 124,8 mg
Asupan Sukrosa 16,9 gram 7,6 gram 5,1 gram
Asupan SFA 10,2 gram 7,4 gram 7,8 gram
Asupan MUFA 14,1 gram 7,1 gram 9,9 gram
Asupan PUFA 15,4 gram 6,3 gram 8,5 gram
Sumber: Wawancara Pasien
BAB IV
39
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan laporan studi kasus mendalam, didapatkan simpulan sebagai
berikut:
1. Pasien Tn. K dengan diagnosis Hemiparesis Sinistra SNH (Stroke Non
Hemorrhagic).
2. Keluhan pasien pusing kepala dan tangan kiri lemas sejak 3 hari sebelum
masuk rumah sakit (SMRS), dan bicara pelo kemudian pasien masuk RS
dengan diagnosis medis Hemiparesis Sinistra SNH, memiliki riwayat stroke
satu tahun yang lalu, DM, vertigo, hipertensi, dan PPOK.
3. Tidak ada alergi/pantangan terhadap bahan makanan apapun dan tidak
pernah menjalankan diet sebelumnya.
4. Status gizi pasien berdasarkan %LILA adalah 91,48% dengan kategori gizi
baik.
5. Hasil pemeriksaan laboratorium meliputi HCT, MCH, neutrofil, eusinofil, GDS,
dan kreatinin tinggi, sedangkan kadar limfosit rendah.
6. Hasil pemeriksaan klinik/fisik bahwa pasien dalam keadaan compos mentis.
Tekanan darah pasien 142/88 mmHg termasuk kategori hipertensi stage I.
Pemeriksaan respirasi, nadi, dan suhu dalam batas normal. Pada
pemeriksaan ekstremitas terdapat kelemahan otot hemiparesis sinistra.
7. Kebiasaan makan pasien kurang baik, mengonsumsi roti manis setiap malam
sebanyak 3-4 potong dan jarang konsumsi sayur.
8. Diagnosis gizi yang ditegakkan berdasarkan assessment gizi yaitu:
a. NI – 5.4 Penurunan kebutuhan zat gizi natrium berkaitan dengan
hipertensi stage I dibuktikan dengan tensi tinggi yaitu 142/88 mmHg
(normal = 120/80 mmHg).
b. NI – 5.4 Penurunan kebutuhan zat gizi sukrosa berkaitan dengan
gangguan sekresi insulin dibuktikan oleh nilai pemeriksaan GDS tinggi
yaitu 184 mg/dL (normal = 70 – 140 mg/dL).
c. NC – 2.2 Perubahan nilai lab GDS berkaitan dengan gangguan
metabolisme karbohidrat akibat DM dibuktikan dengan nilai pemeriksaan
GDS tinggi yaitu 184 mg/dL (normal = 70 – 140 mg/dL).
d. NC – 1.1 Kesulitan menelan berkaitan dengan gangguan motorik
(menelan) dibuktikan dengan pasien mengalami stroke non hemorrhagic.
e. NB – 1.1 Kurang pengetahuan terkait makanan dan zat gizi berkaitan
dengan pemilihan bahan makanan yang salah dibuktikan dengan
konsumsi roti manis 3-4 potong sehari.
9. Intervensi gizi yang diberikan untuk pasien yaitu diet RG DM + RL, bentuk
makanannya lunak (bubur nasi), diberikan 3x makanan utama dan 2x
44
selingan (pagi dan siang).
10. Hasil pemantauan asupan makanan selama pemantauan 3 hari adalah:
40
B. SARAN
1. Bagi pasien diharapkan dapat melanjutkan diet yang sudah dianjurkan
setelah pulang dari rumah sakit dengan menjalankan diet RG DM + RL.
2. Bagi keluarga pasien diharapkan bisa memberikan motivasi kepada pasien
dalam menjalankan diet dan memperhatikan perkembangan kesehatan
pasien.
41