B. Musidi
Pengantar
Imperium Inggris di India (India Inggris bandingkan dengan Hindia Belanda)
diawali dengan dibentuknya kongsi dagang London bernama East India Company (EIC)
yang bertujuan untuk membangun hubungan dagang dengan Asia. Setelah berjalan
selama satu abad lebih seiring dengan merosotnya kekuasaan Kesultanan Moghul di
Delhi secara alami kongsi dagang ini terlibat dalam aktivitas politik di India sebagai
akibat dari pasukan yang dibentuk untuk menjaga keselamatan perdagangannya.
Pasukan pengawal itu diberi nama Sepoy. Pasukan ini dilatih secara Barat dan
berdisiplin. Kantor-kantor dagang EIC yang berada di Mumbai (Bombay), Madras dan
Calcutta makin terlibat dengan masalah-masalah politik India secara keseluruhan.
Diawali oleh Robert Clive (sebagai penakluk), selanjutnya oleh Warren Hastings
(peletak fundasi Imperium Inggris di India), dan dengan berakhirnya pemerintahan
Lord Amherst, sebuah era baru di India mulai berlaku, Inggris sudah menjadi penguasa
yang dipertuan (penguasa tunggal) di India dan sebagian dari Burma (dikenal juga
sebagai India Belakang).
Tulisan singkat ini dimaksudkan untuk merunut liku-liku yang dihadapi oleh
pihak kongsi dagang, keresahan-keresahan politik anak benua India seiring dengan
merosotnya kekuasaan Kesultanan Moghul di Delhi.
A. Portugis di Asia
Orang Eropa pertama yang datang ke Asia pada abad XV adalah orang Portugis.
Mereka ini berhasil merahasiakan penemuan Asianya dari kalangan orang Eropa
lainnya. Abad XVI dan XVII sering disebut sebagai Era Portugis atau Imperium Portugis
di Asia. Basis kekuasaan Imperium Portugis ini terletak pada (1) penguasaan akan
tempat-tempat strategis untuk perdagangan seperti: Goa, Malaka, Ternate dan Macao;
(2) Portugis mengandalkan kecepatan gerak kapal-kapalnya yang berbadan langsing
dan dilengkapi dengan (3) meriam sebagai senjata andalannya. Perlu dipertimbangkan
bahwa rute pelayaran perdagangan yang dikuasai oleh Portugis itu belum ramai dan
jaraknya amat panjang serta sangat didominasi oleh peran angin musim yang bertiup
dua kali setahun dengan arah yang berlawanan.
Drs. B. Musidi, M.Pd., adalah dosen tetap pada Program Studi Pendidikan Sejarah, FKIP - Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
dan berlangsung hampir setengah abad lamanya. Tetapi resiko pelayaran dan untuk
membiayai segala keperluan di India cara-cara demikian tidak efektif. Ijin, biaya
pegawai, pemeliharaan kantor dagang dan lain-lain perlu penanganan yang
berkelanjutan. Karenanya perlu modal tetap yang harus dikelola secara terus menerus
sejalan dengan urusan dagang itu. Modal tetap ini disebut saham, yaitu berupa uang
partisipasi dalam usaha yang besarnya untuk peserta yang satu dan yang lainnya dapat
beragam bergantung pada kepercayaan dan kemampuan keuangan untuk ambil bagian
dalam aktivitas kongsi dagang itu. Keuntungan dari usaha dagang ini baru diberikan
pada setiap akhir tutup buku. Tetapi saham tidak dapat diambil kembali. Bila ingin
memperoleh kembali uang yang sudah diserahkan kepada kongsi dagang, yang
bersangkutan dapat menjualnya kepada orang lain. Dengan cara ini maka kongsi
dagang dapat menjalankan aktivitasnya secara berkelanjutan.
Kehadiran orang Inggris di India ditentang oleh orang-orang Portugis (Mahmud,
1988, p. 183; Sachchidananda Bhattacharya, 1967, p. 244; Spear (ed), 1958, p. 332-333),
tetapi mereka ini berhasil dikalahkan. Dengan ijin dari Sultan Jahangir, EIC membangun
kantor dagang di Surat, selanjutnya Surat berkembang menjadi sebuah pelabuhan
penting. Pada tahun 1661, Catharina de Braganza, puteri Portugis kawin dengan Charles
II, raja Inggris, menyerahkan Bombay (Mumbai sekarang) sebagai mahar. Setelah Surat
dirampok oleh Sivaji pada tahun 1664 dan 1670, aktivitas dagang di Surat dipindahkan
ke Mumbai (Bombay). Pada tahun 1677 Mumbai telah diubah menjadi kantor dagang
yang kuat.
Di India sektor timur, pada tahun 1650 EIC membeli sebuah situs di Hugli
(Benggala) dan membangun benteng di situ, Fort William, 1690 Aurangzeb mengijinkan
EIC membangun pemukiman di Kalighat di Hugli. Pada awal tahun 1625 Kumpeni
membangun kantor-kantor dagang di Masulipatan, Armagaon, Mellore, dan pada tahun
1639 membeli daerah yang kemudian membangun Madras, dan benteng yang dibangun
bernama Fort St. David.
Sejak awal abad XVIII, Kumpeni sudah mempunyai tiga pusat dagang penting
di: Bombay, Madras dan Calcutta, dengan gubernur-gubernur yang ditunjuk oleh
dewan direktur untuk mengawasi masalah-masalah pos dagang. Untuk melindungi diri
mereka membentuk tentara lokal, disebut sepoy dan dilatih seperti tentara Barat, dan
dengan cara itu mereka lalu memiliki tiga pasukan kecil. Dalam perkembangannya,
para raja dan nawab lokal, mengingat kekuatan pasukan mereka, mulai meminta
bantuan guna menyelesaikan masalah-masalah internal mereka. Pada awalnya bantuan
itu untuk jaminan berdagang, selanjutnya wilayah, ketiga tempat itu mulai aktif dalam
politik India. Keikutsertaan ini berjalan alami karena konflik jangka panjang dan French
India Company (India Timur Perancis).
6. Clive (1765-1767)
Dewan direktur memutuskan untuk memperbaiki kondisi yang ada di Benggala
sebagai akibat kekacauan yang ada di kalangan para pegawai kumpeni. Untuk
memperbaiki kondisi itu Lord Clive dikirim kembali untuk memperbaiki kondisi yang
ada. Ia diangkat menjadi Gubernur dan Panglima tertinggi. Clive mendapati bahwa
kecurangan tidak hanya di kalangan sipil tetapi juga di kalangan para opsir dan tentara.
Mereka ini memperoleh tunjangan ekstra bernama bhatta.
Tindakan yang diambil oleh Clive tegas, yaitu dengan memotong bhatta dan
melarang para pegawai kumpeni berdagang buat dirinya sendiri. Administrasi
diperbaharui untuk memperkecil korupsi. Kendati ditentang keras Clive dapat
mengatasi keadaan. Pada tahun 1765 Mir Jafar meninggal dan Najm-ud-daullah
menggantikannya, tetapi orang ini merupakan boneka dari Clive. Ia dipensiun, tentara
dan keuangan diambil alih. Pengumpulan pajak, pengadilan dan pengawasan polisi
diserahkan kepada dua pembantu berkebangsaan India: Muhammad Rasa Khan,
kenalan Nawab, bertindak sebagai wakil di Murshidabad dan seorang Raja Hindu,
Shitab Rai ditunjuk menjadi wakil di Patna, keduanya bertanggung jawab kepada
Kumpeni. Clive kembali ke Inggris pada tahun 1767 setelah masalah-masalah kumpeni
diatasi.
Penutup
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa pada satu sisi Kesultanan Moghul yang
dibangun pada tahun 1526 dan berakhir pada tahun 1859 dengan dihapusnya
kesultanan itu oleh Inggris, tidak berhasil berakar di kalangan penduduk di seluruh
anak benua India. Ini dapat dilihat dari munculnya kembali berbagai kekuatan seperti
orang-orang Marata, orang Sikh dan orang Afghan. Kebangkitan kembali suku-suku itu
sebagai dampak dari kemerosotan Kesultanan Moghul memberi peluang bagi tokoh-
tokoh EIC untuk ikut ambil bagian di dalam perpolitikan di anak benua India, yang
secara alami tumbuh dan berkembang menjadi penguasa yanag tidak tertandingi. Dari
kongsi dagang ini perlu disebut orang-orang yang berperanan dalam proses tumbuh
dan berkembangnya kekuasaan Inggris di India, seperti Robert Clive, Warrens Hasings,
Wellesley. Sementara di kalangan suku-suku bangsa India muncul juga tokoh yang
bermaksud untuk meniadakan kehadiran Inggris itu, misal Haidar Ali dengan jelas
menyatakan bahwa orang Inggris adalah ancaman serius bagi India dan Tipu Sultan
memperingatkan kepada orang-orang India bahwa selama Inggris masih menguasai
laut, maka Inggris sukar untuk diusir. Tetapi seruan kedua tokoh India ini tidak ada
yang menghiraukan, seiring dengan pemangkasan wilayah dan kekuasaan para
penguasa India. Kongsi dagang EIC telah dikembangkan menjadi suatu kekuatan yang
tak tertandingi.
Daftar Putaka
Kulke, Hermann and Ruthermund, Dietmar (19886), A History of India, New Jersey,
Barnes & Noble Books
Lamb, beatrice Pitney, 1964, India, A World In Transition. London, Frederick A Praeger,
Publishers
Mahmud, S.F. (1988), A Concise History of Indo-Pakistan, Karachi, Oxford University
Press.
Majumdar, R.C. cs (1958), An Advanced History of India, London, MacMillan & Co Ltd
Massani, R.P. (1962), Britain In India, London, Oxford University Press
Mulia, T.S.G., 1959, India, Sedjarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan, Djakarta, Penerbit
Balai Pustaka
Sachchidananda Bhattacharya (1967), a Dictionary of Indian History, New Yrk, George
Braziller
Spear, Percival (1958), The Oxford History of India, Oxford, The Clarendon Press
Trotter, L.J. (1917), History of India, London, Society for Promoting Christian Knowledge
Wolpert, Stanley (1989), A New History of India, New York, Oxford University Press