Anda di halaman 1dari 12

BAB I

KONSEP MEDIS

A. DEFINISI
Otitis eksterna merupakan suatu peradangan pada kulit di bagian liang
telinga, yang juga dapat menyebar ke daun telinga (auricula) ataupun
membrane tympani, Infeksi biasanya disebabkan oleh bakteri, jamur, dan
virus.
Otitis Eksterna adalah radang telinga eksterna. (Kamus saku Kedokteran
DORLAND. 2002) Otitis eksterna adalah radang telinga akut maupun kronik
yang disebabkan bakteri. Sering kali timbul dengan penyebab lain seperti
jamur, alergi, atau virus. (Kapita Selekta Kedokteran, 2003).

B. EPIDIMIOLOGI
Otitis eksterna biasanya terjadi di daerah yang keadaan udaranya hangat
dan lembab, dimana kuman dan jamur dapat dengan mudah tumbuh dan
berkembang.(11,17) Statistik Internasional Amerika Serikat menemukan di
seluruh wilayah Amerika Serikat, otitis eksterna terjadi pada empat dari setiap
seribu orang setiap tahunnya. Angka kejadian internasional otitis eksterna
belum sepenuhnya dipastikan, namun angka kejadiannya meningkat di negara-
negara tropis.
Pada penelitian Elvira Amri dkk.(2003) , insidensinya di Belanda
ditemukan 12-14 / 1000 penduduk pertahun dan di Inggris, dilaporkan
prevalensinya lebih dari 1% dalam setahun.(5) Dan pada penelitian di
Poliklinik THT-KL RSU Prof. Dr. R.D. Kandou Manado tersebut juga
ditemukan pada tahun 2011 bahwa dari 5.297 pengunjung didapati 440 kasus
otitis eksterna (8,33%).
C. ETIOLOGI
Otitis eksterna umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri
Staphylococcus aureus atau Pseudomonas aeruginosa. Kondisi ini terjadi
ketika air atau debu merusak lapisan kulit di liang telinga. Lapisan kulit ini
berfungsi mencegah bakteri atau jamur menempel pada liang telinga dan
menjaga liang telinga agar tidak terlalu lembab. Rusaknya lapisan kulit ini
bisa menyebabkan bakteri atau jamur menempel pada liang telinga dan
menyebabkan infeksi.
Faktor Predisposisi :
a. Udara yang hangat dan lembab
b. Ph liang telinga (PH yang basa akan menurunkan proteksi terhadap
infeksi).
c. Trauma ringan (Ketika menorek telinga)
d. Berenang.
e. Alergi
f. Benda asing dalam telinga.

D. KLASIFIKASI
Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi menjadi 4:
1. Otitis Eksterna Ringan: kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang
telinga menyempit.
2. Otitis Eksterna Sedang : liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan
eksudat positif
3. Otitis Eksterna Komplikas : Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak
4. Otitis Eksterna Kronik : kulit liang telinga/pina menebal, keriput, eritema
positif

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri pada telinga
2. Gangguan pendengaran
3. Rasa penuh pada telinga
4. Gatal
5. Terdapat secret yang berbau
6. Liang telinga tampak bengkak
7. Hiperemis (kemerahan)
8. Adanya edema

F. PATOFISIOLOGI
Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara
membuang sel-sel kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran
telinga. Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud (kapas pembersih)
bisa mengganggu mekanisme pembersihan ini dan bisa mendorong sel-sel
kulit yang mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana.
Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan
penimbunan air yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang.
Kulit yang basah dan lembut pada saluran telinga lebih mudah terinfeksi oleh
bakteri atau jamur.
Infeksi oleh kuman pada kulit disepertiga luar liang telinga yang
mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan
kelenjar serumen membentuk furunkel.
G. PATHWAY / PENYIMPANGAN KDM
H. PENATALAKSAAN
Penatalaksanaan keperawatan:
1) Liang telinga dibersihkan dengan menggunakan kapas lidi.
2) Pemasangan tampon pita ½ cm x 5 cm yang telah dibasahi dengan larutan
Burowi filtrata pada MAE. Tampon secukupnya, tidak boleh diletakkan
terlalu ke dalam (nyeri/bahaya melukai membran timpani, sulit
mengeluarkan).
3) Tampon setiap 2-3 jam sekali ditetesi dengan larutan Burowi agar tetap
basah. Tampon diganti setiap hari. Larutan Burowi dapat diganti dengan
tetes telinga yang mengandung steroid dan antibiotik.
4) Apabila diduga infeksi kuman Pseudomonas diberikan tetes yang
mengandung neomycine dan hydrocortisone.
5) Pada infeksi jamur digunakan tetes telinga larutan asam salisilat 2-5%
dalam alkohol 20%.
6) Pada otitis eksterna kronik difus dapat diberikan triamsinolone 0,25%
krim/salep atau dexamethasone 0,1%.
7) Antibiotik oral tidak perlu diberikan.

I. KOMPLIKASI
Komplikasinya meliputi :
1. Penyempitan saluran telinga
2. Otitis kronik
3. Defisit pendengaran
4. Kelumpuhan syaraf fasial serta syaraf otak lain
5. Kematian

J. PENCEGAHAN
Berikut beberapa langkah untuk mencegah terjadinya otitis eksterna:
1. Gunakan pelindung telinga saat mandi atau berenang, agar air tidak masuk ke
dalam telinga.
2. Keringkan bagian dalam telinga segera setelah mandi dan berenang.
3. Jangan memasukkan objek yang bisa menyebabkan lapisan liang telinga luka
atau tergores, karena bisa menimbulkan infeksi.
4. Jangan gunakan korek kuping untuk membersihkan liang telinga, karena akan
mendorong kotoran masuk semakin dalam dan bisa menyebabkan masalah
yang lebih buruk.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Biodata
a. Identitas klien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan,
alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor register,
dandiagnosa medis.
b. Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, usia,
pendidikan,pekerjaan/sumber penghasilan, agama, dan alamat.
c. Identitas saudara kandung meliputi nama, usia, jenis kelamin,
hubungandengan klien, dan status kesehatan.
2. Keluhan Utama: Biasanya pasien merasakan nyeri pada telinga kanan,
perasaan tidak enak pada telinga, pendengaran berkurang, ketika
membersihkan telinga keluar cairan berbau busuk
3. Riwayat penyakit sekarang: pasien mengatakan Tanyakan sejak kapan
keluhan dirasakan, apakah tiba-tiba atau perlahan-lahan, sejauh mana
keluhan dirasakan, apa yang memperberat dan memperingan keluhan dan
apa usaha yang telah dilakukan untuk mengurangi keluhan.
4. Riwayat penyakit dahulu: Tanyakan pada klien dan keluarganya ; apakah
klien dahulu pernah menderita sakit seperti ini, apakah sebelumnya
pernah menderita penyakit lain, seperti panas tinggi, kejang, apakah klien
sering mengorek-ngorek telinga dengan jepit rambut atau cutton buds
sehingga terjadi trauma, apakah klien sering berenang.
5. Riwayat penyakit keluarga: Apakah ada diantara anggota keluarga klien
yang menderita penyakit seperti klien saat ini dan apakah keluarga pernah
menderita penyakit DM.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi :
Inspeksi liang telinga, perhatikan adanya cairan atau bau,
pembengkakan pada MAE, warna kulit telinga, apakah terdapat benda
asing, peradangan, tumor. Inspeksi dapat menggunakan alat otoskopik
(untuk melihat MAE sampai ke membran timpany). Apakah suhu
tubuh klien meningkat.
b. Palpasi:
Lakukan penekanan ringan pada daun telinga, jika terjadi respon nyeri
dari klien, maka dapat dipastikan klien menderita otitis eksterna
sirkumskripta.
7. Pemenuhan kebutusan dasar manusia
a. Pola pemenuhan nutrisi metabolik
Intake makanan dan cairan
b. Pola Persepsi Konsep Diri
1) Pandangan klien tentang sakitnya
2) Kecemasan
3) Konsep Diri
c. Pola peran dan hubungan
Komunikasi hubungan dengan orang lain, kemampuan keuangan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut Berhubungan dengan Agen pecedera fisiologi ( proses
inflamasi)
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (inflamasi)
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
C. INTERVENSI
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

1. Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :


dengan:
1. Pain Level, 1. Lakukan pengkajian nyeri
Agen pecedera fisiologi
2. pain control, secara komprehensif
(proses inflamasi)
3. comfort level termasuk lokasi,
DS:
Setelah dilakukan karakteristik, durasi,
Laporan secara verbal tinfakan keperawatan frekuensi, kualitas dan
selama Pasien tidak faktor presipitasi
DO:
mengalami nyeri, 2. Observasi reaksi nonverbal
a. Posisi untuk dengan kriteria hasil: dari ketidaknyamanan
menahan nyeri 3. Bantu pasien dan keluarga
1. Mampu mengontrol
b. Tingkah laku untuk mencari dan
nyeri (tahu penyebab
berhati-hati menemukan dukungan
nyeri, mampu
c. Gangguan tidur 4. Kontrol lingkungan yang
menggunakan tehnik
(mata sayu, tampak dapat mempengaruhi nyeri
nonfarmakologi
capek, sulit atau seperti suhu ruangan,
untuk mengurangi
gerakan kacau, pencahayaan dan
nyeri, mencari
menyeringai) kebisingan
bantuan)
d. Terfokus pada diri 5. Kurangi faktor presipitasi
2. Melaporkan bahwa
sendiri nyeri
nyeri berkurang
e. Fokus menyempit 6. Kaji tipe dan sumber nyeri
dengan
(penurunan persepsi untuk menentukan
menggunakan
waktu, kerusakan intervensi
manajemen nyeri
proses berpikir, 7. Ajarkan tentang teknik non
3. Mampu mengenali
penurunan interaksi farmakologi: napas dala,
nyeri (skala,
dengan orang dan relaksasi, distraksi,
lingkungan) intensitas, frekuensi kompres hangat/ dingin
f. Tingkah laku dan tanda nyeri) 8. Berikan analgetik untuk
distraksi, contoh : 4. Menyatakan rasa mengurangi nyeri:
jalan-jalan, nyaman setelah nyeri 9. Tingkatkan istirahat
menemui orang lain berkurang 10. Berikan informasi tentang
dan/atau aktivitas, 5. Tanda vital dalam nyeri seperti penyebab
aktivitas berulang- rentang normal nyeri, berapa lama nyeri
ulang) 6. Tidak mengalami akan berkurang dan
g. Respon autonom gangguan tidur antisipasi ketidaknyamanan
(seperti diaphoresis, dari prosedur
perubahan tekanan 11. Monitor vital sign sebelum
darah, perubahan dan sesudah pemberian
nafas, nadi dan analgesik pertama kali
dilatasi pupil)
h. Perubahan
autonomic dalam
tonus otot (mungkin
dalam rentang dari
lemah ke kaku)
i. Tingkah laku
ekspresif (contoh :
gelisah, merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh
kesah)
j. Perubahan dalam
nafsu makan dan
minum
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Masalah Kolaborasi
Hasil

2. Hipertermia NOC: NIC :


Berhubungan dengan
Thermoregulasi 1. Monitor suhu sesering mungkin
proses penyakit
2. Monitor warna dan suhu kulit
(inflamasi) Setelah dilakukan
3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
tindakan keperawatan
DO/DS: 4. Monitor penurunan tingkat
selama pasien
kesadaran
1. kenaikan suhu menunjukkan :
5. Monitor WBC, Hb, dan Hct
tubuh diatas
Suhu tubuh dalam 6. Monitor intake dan output
rentang normal
batas normal dengan 7. Berikan anti piretik:
2. serangan atau
kreiteria hasil: 8. Kelola
konvulsi (kejang)
Antibiotik:………………………..
3. kulit kemerahan 1. Suhu 36 – 37C
9. Selimuti pasien
a. pertambahan 2. Nadi dan RR
10. Berikan cairan intravena
RR dalam rentang
11. Kompres pasien pada lipat paha dan
b. takikardi normal
aksila
c. Kulit teraba 3. Tidak ada
12. Tingkatkan sirkulasi udara
panas/ hangat perubahan warna
13. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
kulit dan tidak
14. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
ada pusing,
15. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
merasa nyaman
16. Monitor hidrasi seperti turgor kulit,
kelembaban membran mukosa)

Anda mungkin juga menyukai