OLEH :
SIRTONO G2A218090
SAMPURNO G2A218091
RINAWATI YULI H G2A218092
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asthma bronchial adalah penyakit inflamasi kronis saluran napas yang
ditandai dengan mengi episodic, batuk, dan sesak di dada akibat penyumbatan
saluran napas. Asthma bronchial merupakan penyakit respiratorik kronis yang
dapat menyerang orang dewasa maupun anak-anak, tetapi paling sering dijumpai
pada anak-anak. Secara umum yang dapat menimbulkan asthma bronchial yaitu
adanya factor presdiposisi (penyebab) dan presiptasinya (pencetus).
Jumlah kasus penyakit asthma bronchial yang terjadi meningkat dari waktu ke
waktu baik di negara maju maupun berkembang. Di beberapa negara pada dua
puluh tahun terakhir, terjadi peningkatan kematian akibat asthma bronchial pada
anak. Jumlah penderita asthma bronchial terus meningkat seiring dengan
bertambahnya komunitas yang mengikuti gaya hidup barat dan urbanisasi. Hal
tersebut juga berhubungan dengan peningkatan terjadinya alergi lain seperti
dermatitis dan rinitis.
B. Tujuan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan apa yang diberikan pada anak
penderita asma bronchial.
BAB II
TINJAUAN TEORI
5. Klasifikasi
Berdasarkan derajat penyakitnya, asma bronchial pada anak dibagi
menjadi tiga, antara lain :
a. Asthma episodic yang jarang
Biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun. Serangan
umumnya dicetuskan oleh infeksi virus saluran nafas bagian atas.
Banyaknya serangan 3-4 kali dalam satu tahun. Lamanya serangan
paling lama beberapa hari saja dan jarang merupakan serangan yang
berat. Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi
dapat berlangsung 3-4 hari. Sedangkan batuk dapat berlangsung 10-
14 hari. Manifestasi alergi lainnya misalnya eksim jarang
didapatkan pada golongan ini.
b. Asthma episodic sering
Biasanya serangan pertama terjadi pada usia sebelum 3 tahun,
berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5-6
tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Banyaknya
serangan 3-4 kali dalam satu tahun dan tiap kali serangan beberapa
hari sampai beberap minggu. Frekuensi serangan paling sering pada
umur 8-13 tahun.
c. Asma kronik atau persisten
Lima puluh persen anak terdapat mengi yang lama pada 2 tahun
pertama dan 50 % sisanya serangan episodic. Pada umur 5-6 tahun
akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang persisten.
Pada malam hari sering terganggu oleh batuk dan mengi. Obstruksi
jalan nafas mencapai puncaknya pada umur 8-14 tahun.
6. Patofisiologi
Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, jamur, parasit, alergi,
iritan, cuaca, kegiatan jasmani dan psikis akan merangsang reaksi
hiperreaktivitas bronkus dalam saluran pernafasan sehingga merangsang
sel plasma menghasilkan imonoglubulin E (IgE). IgE selanjutnya akan
menempel pada reseptor dinding sel mast yang disebut sel mast
tersensitisasi. Sel mast tersensitisasi akan mengalami degranulasi, sel
mast yang mengalami degranulasi akan mengeluarkan sejumlah
mediator seperti histamin dan bradikinin. Mediator ini menyebabkan
peningkatan permeabilitas kapiler sehingga timbul edema mukosa,
peningkatan produksi mukus dan kontraksi otot polos bronkiolus. Hal
ini akan menyebabkan proliferasi akibatnya terjadi sumbatan dan daya
konsulidasi pada jalan nafas sehingga proses pertukaran O 2 dan CO2
terhambat akibatnya terjadi gangguan ventilasi. Rendahnya masukan O2
ke paru-paru terutama pada alveolus menyebabkan terjadinya
peningkatan tekanan CO2 dalam alveolus atau yang disebut dengan
hiperventilasi, yang akan menyebabkan terjadi alkalosis respiratorik dan
penurunan CO2 dalam kapiler (hipoventilasi) yang akan menyebabkan
terjadi asidosis respiratorik. Hal ini dapat menyebabkan paru-paru tidak
dapat memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas yaitu
membuang karbondioksida sehingga menyebabkan konsentrasi O2
dalam alveolus menurun dan terjadilah gangguan difusi, dan akan
berlanjut menjadi gangguan perfusi dimana oksigenisasi ke jaringan
tidak memadai sehingga akan terjadi hipoksemia dan hipoksia yang akan
menimbulkan berbagai manifestasi klinis.
7. Pemeriksaan Diagnostik
1. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara
yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat
respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer
dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol
(inhaler atau nebulizer).
2. Uji Provokasi bronkus
Menurut Heru Sundaru dalam bukunya H.Slamet Sogiono, dkk
(2001: 24-25)Dilakukan jika spirometri normal, maka dilakukan uji
provokasi bronkus dengan allergen, dan hanya dilakukan pada
pasien yang alergi terhadap allergen yang di uji.
3. Foto dada ( scanning paru)
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa
redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada
paru-paru.
4. Pemeriksaan kadar Ig E total dan Ig E spesifik dalam sputum
Pemeriksaan Ig E dalam serum juga dapat membantu menegakkan
diagnosis asma, tetapi ketetapan diagnosisnya kurang karena lebih
dari 30 % menderita alergi.
5. ABGs
Menunjukan proses penyakit kronik, sering kali PO2 menurun dan
PCO2 normal atau meningkat (bronchitis kronis dan emfisema).
Sering kali menurun pada asma dengan pH normal atau asidosis,
alkalosis respiratori ringan sekunder terhadap hiperventilasi
(emfisema sedang atau asma).
6. Darah komplit
Dapat menggambarkan adanya peningkatan eosinofil pada asma.
7. Uji kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen
yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
8. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat
dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
a. Perubahan aksis jantung,.
b. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni
terdapatnya RBB (Right bundle branch block).
c. Tanda-tanda hopoksemia,
9. Analisis gas darah
8. Penatalaksanaan Medis
Penderita asma dengan serangan ringan tidak perlu dirawat inap.
Rawat inap diperlukan bila serangan berat, dengan tindakan awal tidak
teratasi dan ada tanda-tanda komplikasi. Penanggulangan asma pada
anak meliputi:
a. Mencegah serangan dengan menghindari faktor pencetus
b. Mencegah serta mengatasi proses inflamasi dengan obat
antiinflamasi
c. Penanggulangan edema mukosa saluran napas dengan obat
antiinflamasi inhalasi secara oral/parenteral
d. Penanggulangan sumbatan lendir dengan banyak minum, mukolitik
serta lendir encer dan mudah dikeluarkan.
e. Menciptakan kondisi jasmani yang baik meliputi kebugaran dan
ketahanan fisik dengan latihan jasmani atau senam pernapasan.
Tindakan penanggulangan :
a. Serangan akut dengan oksigen nasal/ masker
b. Terapi cairan parenteral
c. Terapi pengobatan :
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2 yaitu :
1) Pengobatan non farmakologik
- Memberikan penyuluhan
- Menghindari faktor pencetus/prespitasi
- Pemberian cairand. Fisioterapie. Beri O₂bila perlu
2) Pengobatan farmakologik
- Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas.
Terbagi dalam 2 golongan:
a) Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)N
ama obat: Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec),
terbutalin (bricasma).
b) Santin (teofilin)Nama obat: Aminofilin (Amicam
supp), Aminofilin (Euphilin Retard),
Teofilin(Amilex)Penderita dengan penyakit lambung
sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.
- Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi
merupakan obat pencegahserangan asma. Kromalin
biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yanglain
dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan.
- Ketolifen, mempunyai efek pencegahan terhadap asma
seperti kromalin. Biasanya diberikandosis 2 kali 1 mg/hari.
Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.
9. Komplikasi
Menurut menurut Arief Mansjoer (2000) komplikasi yang mungkin
timbul pada asma bronchial antara lain :
1. Atelektasis
2. Emfisema dengan hiperinflasi kronis
3. Pneumothoraks
4. Gagal pernafasan yang memerlukan bantuan mekanis
5. Bronkhitis
6. Aspergilosis bronkopulmoner alergik
7. Fraktur iga
10. Prognosis
Prognosis pada anak penderita asma bronchial umumnya baik.
Sebagian asma anak akan hilang atau berkurang dengan bertambahnya
umur.
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas : Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada
anak umur 3-8 tahun.Biasanya oleh infeksi virus saluran pernapasan
bagian atas. Pada asma episodik yang sering terjadi, biasanya pada
umur sebelum 3 tahun, dan berhubungan dengan infeksi saluran
napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa
infeksi yang jelas. Biasanya orang tua menghubungkan dengan
perubahan cuaca, adanya alergen, aktivitas fisik dan stres.Pada
asma tipe ini frekwensi serangan paling sering pada umur 8-13
tahun. Asma kronik atau persisten terjadi 75% pada umur sebeluim
3 tahun.Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi obstruksi
saluran pernapasan yang persisten dan hampir terdapat mengi setiap
hari.Untuk jenis kelamin tidak ada perbedaan yang jelas antara anak
perempuan dan laki-laki.
2. Keluhan utama: Batuk-batuk dan sesak napas.
3. Riwayat penyakit sekarang: Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan
sesak napas.
4. Riwayat penyakit terdahulu: Anak pernah menderita penyakit yang
sama pada usia sebelumnya.
5. Riwayat penyakit keluarga: Penyakit ini ada hubungan dengan
faktor genetik dari ayah atau ibu, disamping faktor yang lain.
6. Riwayat kesehatan lingkungan: Bayi dan anak kecil sering
berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih
atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat di rumah, bahan
iritan: minyak wangi, obat semprot nyamuk dan asap rokok dari
orang dewasa.Perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara
dapat dihubungkan dengan percepatan terjadinya serangan asma.
7. Pengkajian per sistem :
Sistem Pernapasan / Respirasi
Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea, orthopnea,
barrel chest, penggunaan otot aksesori pernapasan,
Peningkatan PCO2 dan penurunan O2,sianosis, perkusi
hipersonor, pada auskultasi terdengar wheezing, ronchi basah
sedang, ronchi kering musikal.
Sistem Cardiovaskuler
Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.
Sistem Persyarafan / neurologi
Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran :
gelisah, rewel, cengeng → apatis → sopor → coma.
Sistem perkemihan
Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang
akibat sesak nafas.
Sistem Pencernaan / Gastrointestinal
Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi terhadap
makan dan minum, mukosa mulut kering.
Sistem integument
Berkeringat akibat usaha pernah
B. Kemungkinan Dx yang Muncul (NANDA)
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum/secret
2. Gangguan pertukaran gas berubungan dengan perubahan membran
alveolar kapiler
3. Intoleran aktivitas berhubungan denauevgan kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen.
Imaniar, Erin. 2015. Asma Bronkial pada Anak. J Agromed Unila 2(4):360-362.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/download/1252/pdf .
Diakses pada 4 November 2018, 07.30 WIB.
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius.
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10
editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta : EGC.
Price, S.A & Wilson, L.M. (2005). Patofisiologi. (Edisi 6). Jakarta: EGC
Usman, Isnaniyak dkk. 2015. Faktor Risiko dan Faktor Pencetus yang
Mempengaruhi Kejadian Asma pada Anak di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas 4(2). Diakses pada 4 November, 07.45 WIB.