Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA

EPIDURAL HEMATOM (ORBITA) PADA TN.R DI RUANG


BAJI KAMASE RS. LABUAN BAJI MAKASSAR

Disusun oleh :

ERLIN EVO MUALIA

142 2016 0001

CI Lahan CI Institusi

( ) ( )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
BAB I

KONSEP MEDIS

A. PENGERTIAN EPIDURAL HEMATOM

Epidural hematom adalah Kondisi dimana terjadi hematom/perdarahan

yang menumpuk pada ruang yang ada di antara tulang tengkorak dan lapisan

yang menyelimuti otak (lapisan itu disebut dura), perdarahan itu biasanya di

sebabkan oleh adanya cedera kepala yang menybabkan keretakan tulang

tengkorak atau sobeknya lapisan dura.

B. ETIOLOGI

Epidural hematom terjadi karena laserasi atau robekan pembuluh darah

yang ada diantara durameter dan tulang tengkorak akibat benturan yang

menyebabkan fraktur tengkorak seperti kecelakaan kendaraan dan trauma.

C. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala yang biasanya dijumpai pada orang yang menderita

epidural hematom diantaranya adalah:

a. mengalami penurunan kesadaran sampai koma secara mendadak dalam

kurun waktu beberapa jam hingga 1-2 hari, adanya suatu keadaan “lucid

interval” yaitu diantara waktu terjadinya trauma kepala dan waktu

terjadinya koma terdapat waktu dimana kesadaran penderita adalah baik,

b. tekanan darah yang semakin bertambah tinggi

c. nadi semakin bertambah lambat

d. sakit kepala yang hebat


e. Hemiparesis (terjadi kelemahan pada satu sisi tubu)

f. dilatasi pupil yang ipsilateral

g. keluarnya darah yang bercampur CSS dari hidung (rinorea) dan telinga

(othorea)

h. susah bicara, mual, pernafasan dangkal dan cepat kemudian irregular,

suhu meningkat.

i. dan foto rontgen menunjukan garis fraktur yang jalannya melintang

dengan jalan arteri meningea media atau salah satu cabangnya

D. PATOFISIOLOGI

Epidural hematom secara khas timbul sebagai akibat dari sebuah luka

atau trauma atau fraktur pada kepala yang menyebabkan laserasi pada

pembuluh darah arteri, khususnya arteri meningea media dimana arteri ini

berada diantara durameter dan tengkorak daerah temporal. Rusaknya arteri

menyebabkan perdarahan yang memenuhi epidural. Apabila perdarahan terus

mendesak durameter, maka darah akan memotong atau menjauhkan daerah

durameter dengan tengkorak, hal ini akan memperluas hematoma. Perluasan

hematom akan menekan hemisfer otak dibawahanya yaitu lobus temporal ke

dalam dan ke bawah. Seiring terbentuknya hematom maka akan memberikan

efek yang cukup berat yakni isi otak akan mengalami herniasi. Herniasi

menyebabkan penekanan saraf yang ada dibawahnya seperti medulla

oblongata yang menyebabkan terjadinya penurunan hingga hilangnya

kesadaran. Pada bagian ini terdapat nervus okulomotor yang menekan saraf
sehingga menyebabkan peningkatan TIK, akibatnya terjadi penekanan saraf

yang ada diotak

E. PATHWAY

Luka, trauma/fraktur kepala

Rusaknya pembuluh darah arteri meningeal

Darah memenuhi
Darah keluar dari Darah memenuhi epidural epidural
vaskuler

Hematoma
Syok hipovolemik

Naiknya volume intrakranial Edema Otak


Hipoksia otak

Herniasi Peningkatan TIK


Iskemik

Penekanan N. Batang otak Gangguan Rasa


Risiko gangguan Nyaman: Nyeri
perfusi jaringan
otak
Penurunan kesadaran
Gangguan pusat
dan motorik
pernafasan

Hambatan Mobilitas Fisik


Hiperventilasi

Pola nafas tidak efektif


F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan pada kasus epidural

hematom yaitu sebagai berikut:

1. CT Scan : untuk mengidentifikasi adanya hemoragik, menentukan ukuran

ventrikuler pergeseran otak. CT Scan merupakan pilihan primer dalam hal

mengevaluasi trauma kepala. Sebuah epidural hematom memiliki batas

yang kasar dan penampakan yang bikonveks pada CT Scan dan MRI.

Tampakan biasanya merupakan lesi bikonveks dengan densitas tinggi yang

homogen, tetapi mingkin juga tampok sebagai ndensitas yang heterogen

akibat dari pencampuran antara darah yang menggumpal dan tidak

menggumpal.

2. MRI : memberikan foto berbagai kelainan parenkim otak dengan lebih

jelas karena mampu melakukan pencitraan dari berbagai posisi apalagi

dalam pencitraan hematom dan cedera batang otak.

3. Angiografi serebral : untuk menunjukan kelainan sirkulasi serebral seperti

pergeseran jaringan otak karena edema dan trauma.

4. EEG : untuk memperlihatkan gelombang patologis.

5. Sinar X : untuk mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur),

pergeseran struktur dari garis tengah (karena perdarahan/edema), dan

adanya fragmen tulang.

6. BAER (brain auditory evoked respons) : untuk menentukan fungsi korteks

dan batang otak.


7. PET (positron emmision topography): untuk menunjukan metabolisme

otak.

8. Fungsi lumbal : untuk menduga kemungkinan perdarahan subarachnoid.

9. AGD : untuk melihat masalah ventilasi/oksigenasi yang meningkatkan

TIK.

G. PENATALAKSANAAN EPIDURAL HEMATOM

Penatalaksanaan epidural hematom terdiri dari:

1. Terapi Operatif.

Terapi operatif bisa menjadi penanganan darurat yaitu dengan melakukan

kraniotomi. Terapi ini dilakukan jika hasil CT Scan menunjukan volume

perdarahan/hematom sudah lebih dari 20 CC atau tebal lebih dari 1 cm

atau dengan pergeseran garis tengah (midline shift) lebih dari 5 mm.

Operasi yang dilakukan adalah evakuasi hematom untuk menghentikan

sumber perdarahan sedangkan tulang kepala dikembalikan. Jika saat

operasi tidak didapatkan adanya edema serebri sebaliknya tulang tidak

dikembalikan.

2. Terapi Medikamentosa.

a. mengelevasikan kepala pasien 30o setelah memastikan tidak ada cedera

spinal atau posisikan trendelenburg terbalik untuk mengurangi TIK.

b. Berikan dexametason (pemberian awal dengan dosis 10 mg kemudian

dilanjutkan dengan dosis 4 mg setiap 6 jam).

c. Berikan manitol 20% untuk mengatasi edema serebri.


BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

H. PENGKAJIAN

1. Aktivitas istirahat

Lemah, lelah, hilang keseimbangan, kaku, perubahan kesadaran, letargi,

hemiparesis, tetraplegi, dan kehilangan tonus otot.

2. Sirkulasi

Perubahan tekanan darah (hipertensi), bradikardi. Takilardi yang diselingi

bradikardi.

3. Integritas ego

Perubahan tingkah laku/kepribadian, cemas, delirium, bingung, dan

depresi.

4. Eliminasi

Inkontinensia kemih atau usus.

5. Neurosensori

Kehilangan kesadaran sementara, amnesia kejadian, vertigo, sinkop, hilang

pendengaran, baal ekstremitas, gangguan penglihatan dan pengecapan,

penciuman, perubahan pupil, refleks tendon lemah dan tak ada.

6. Nutrisi

Mual, muntah (muntah proyektil).

7. Nyeri

Sakit kepala, gelisah, tak bisa istirahat, dan merntih.


8. Pernafasan

Mengi (+), ronkhi (+), perubahan pola nafas.

9. Interaksi sosial

Afasia motorik sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang-ulang.

I. DIAGNOSA

diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan epidural hematom

sebagai berikut:

1. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral.

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik.

3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan neuromuskular.

4. Pola nafas tidak efektif.

J. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Batasan Tujuan Intervensi Rasional

karakteristik

Risiko Pasien Setelah dilakukan 1. Monitot TTV klien 1. Penurunan


gangguan mengalami tindakan
2. Berikan posisi semi tekanan sistolik
perfusi trauma kepala. keperawatan 3x24
fowler merupakan tanda-
jaringan jam diharapkan
otak perfusi jaringan 3. Pertahankan tirah tanda gejala
serebral pasien
baring peningkatan TIK.
adekuat dengan
4. Evaluasi keadaan 2. Meningkatkan
kriteria hasil:
pupil aliran balik vena
1. TTV normal
2. Urine output 5. Kaji peningkatan dari kepala,
dan intake rigiditas, regangan, sehingga
normal
dan serangan mengurangi edema.
3. Motorik baik
kejang. 3. Tirah baring
Keterangan:
membuat konsumsi
1: tidak pernah
menunjukan O2 tidak terlalu
2: jarang banyak.
menunjukan
4. Melihat apakah
3: kadang-kadang
menunjukan fungsi batang otak
4: sering masih bai8k.
menunjukan
5. Merupakan
5: konsisten
menunjukan indikasi in fewksi

meningeal.

Nyeri Perubahan Setelah dilakukan 1. Kaji nyeri dengan 1. Berguna dalam


Akut b.d tekanan darah tindakan
format PQRST. pengawasan
agen Perubahan keperawatan 3x24
2. kontrol lingkungan keefektifan
injuri frekuensi jam diharapkan
fisik jantung pasien dapat yang dapat terapi yang
Perubahan mengontrol nyeri
berkontribusi diberikamn.
frekuensi dengan kriteria
terhadap nyeri seperti 2. Lingkungan
pernafasan hasil:
Mengekspresi 1. Frekuensi suhu, suara, dan yang tidak
kan perilaku nyeri
cahaya. nyaman dapat
(mis.: gelisah, berkurang
3. Ajarkan pasien teknik meningkatkan
merengek, 2. TTV normal
menangis, 3. Menggunakan non farmakologis nyeri bertambah
waspada, non analgetik
seperti nafas dalam. parah.
iritabilitas, 4. Menggunakan
mendesah). analgetik 4. Kolaborasikan 3. Relaksasi
Fokus
Keterangan: pemberian membantu
menyempit
farmakologik untuk mengurangi
(mis.: 1= konsisten
gangguang 2= sering mengurangi nyeri. nyeri dengan
persepsi nyeri, 3= kadang-
menutup gate
hambatan kadang
receptor.
proses pikir, 4= jarang
penurunan 5= tidak pernah 4. Analgetik cepat
interaksi
menurunkan
dengan orang
nyeri.
dan
lingkungan).
Dilatasi pupil.
Hambata Penurunan Setelah dilakukan 1. Ubah posisi klien 1. Meningkatkan
n waktu reaksi. tindakan
setiap 2 jam sekali. sirkulasi
mobilitas Kesulitan keperawatan 3x24
2. Bantu klien 2. Mempertahank
fisik b.d membolak- jam diharapkan
kelemaha balikan posisi. pasien tidak melakukan rentang an fungsi
n Keterbatasan mengalami
gerak. sendi,
neuromus rentang gangguan
3. Berikan masase. mobilisasi dan
kular pergerakan mobilitas fisik
sendi. dengan kriteria 4. Periksa menurunkan
sebagai berikut:
kemampuan dan vena yang
1. Dapat
keadaan secara statis.
melakukan
mobilisasi fungsional pada 3. Meningkatkan
sendiri
kerusakan yang sirkulasi dan
2. Tidak
terjadi. elastisitas
tergantung
3. Tidak terjadi
dekubitus kulit.

4. Identifikasi

kemungkinan
Keterangan :
1 : Tidak pernah kerusakan
dilakukan
secara
2 : jarang
fungsional dan
dilakukan
3 : Kadang- mempengaruhi
kadang dilakukan
pilihan
4 : sering
intervensi
dilakukan
5 : selalu yang
dilakukan
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Bajamal. A.H. (2016). Epidural Hematom (EDH = Epidural Hematom).

Doengoes, M.E. (20015). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Jakarta: EGC.

Heardman. (2011). Diagnosa Keperawatan. Jakarta. EGC.

Smeltzer & Bare. (20014). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol.1. Alih

Bahasa : Agung waluyo. Jakarta. EGC.

Greenberg, D. A., Michael J. A., dan Roger P. S. (2017). Intracranial

Hemorrhage, Clinical Neurology, 5th edition. United States of America:

Lange Medical Books, McGraw-Hill,.

McPhee, S. J., dan William F.G. (2016). Vascular Territories and Clinical

Features in Ischemic Stroke, Pathophysiology of Disease An Introduction

to Clinical Medicine, 5th edition. United States of America: Lange

Medical Books, McGraw-Hill,.

Anda mungkin juga menyukai