Anda di halaman 1dari 12

BENCANA ALAM YANG TERJADI DI KALIMANTAN BARAT.

1. BANJIR

Banjir di daerah danau sentarum hilir, di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan


Barat, Kajian Kondisi Hidrologis DAS Kapuas Hulu, Kabupaten Kapuas Hulu,
Kalimantan Barat yang dipublikasi World Agroforestry Centre 2008, sedikit banyak
menggambarkan profilnya. Laporan ini menyajikan ‘penilaian cepat’ DAS Kapuas
Hulu dan imbal jasa lingkungan. Kajian dikerjakan oleh Betha Lusiana, Rudy
Widodo, Elok Mulyoutami, Dudy Adi Nugroho, dan Meine van Noordwijk.

Saat penelitian, tutupan lahan dominan adalah hutan, luasnya 90 persen.


Disebutkan, tutupan lahan semakin berkurang akibat kebakaran, penebangan, dan
penambangan dalam jumlah besar. Fokus area di DAS Kapuas Hulu adalah Desa
Sibau Hulu yang terletak di sub-DAS Sibau, dan Desa Datah Dian yang terletak di
sub-DAS Mendalam. “Kedua desa ini berada di paling hulu DAS, merupakan areal
perubahan lahan banyak terjadi,” kata Kiki, menyitir riset tersebut.

Sungai sepanjang 1.143 kilometer ini, merupakan satu dari tiga DAS yang menjadi
urat nadi kehidupan di Kalimantan Barat, selain DAS Sambas dan DAS Pawan.

Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Kalimantan Barat 2005, terlihat adanya penurunan pada bagian tengah
hingga hilir Sungai Kapuas. Terutama untuk parameter material tersuspensi
(total suspended solid/TSS), kadar besi (Fe), nitrat (N-NO3), nitrit (N-NO2), asam
sulfida (H2S), oksigen untuk proses biologi (Biological Oxygen Demand/BOD), dan
kebutuhan oksigen untuk proses kimiawi (Chemical Oxygen Demand/COD).

“Penurunan kualitas air di badan Sungai Kapuas adalah indikator penurunan


kualitas lingkungan yang mencerminkan buruknya kondisi pengelolaan lingkungan
di wilayah Kalimantan Barat keseluruhan,” tulis Yuliana Susilowati, dalam jurnal
ilmiahnya yang diterbitkan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2014. Yuliana
meneliti Kualitas Air Sungai Kapuas Sebagai Indikator Kondisi Pengelolaan
Lingkungan Wilayah Kalimantan Barat.

“Banjir di hilir ini, merupakan akumalasi kondisi hulu yang rusak. Sampai kapan
pemerintah daerah maupun pusat mau menegakkan kebijakan dan aturan yang
mereka buat?” tukas Hendrikus Adam, dari Walhi Kalbar.

Riset-riset yang dilakukan peneliti, agaknya hanya ‘menumpuk’ di meja. Tidak


banyak yang menjadi rekomendasi untuk memperbaiki kondisi ini. Sepanjang 2017,
hampir seluruh kabupaten/kota di Kalimantan Barat terdampak banjir. Paling parah
adalah wilayah Jelai Hulu, Kabupaten Ketapang, mencapai atap rumah warga.
Harapan kini pada perbaikan di hulu Kapuas.
Praktik-praktik baik di hulu Kapuas belum dapat penguatan khusus dari pemerintah
setempat. Harus ada imbal balik jasa lingkungan, mekanisme yang dapat digunakan
masyarakat atas upaya menjaga sungai dan hutan.

“WWF-Indonesia, CARE dan IIED, yang didukung DGIS melalui WWF Belanda
melaksanakan Program Equitable Payment for Watershed Services (EPWS) atau
Kesetaraan Imbal Jasa DAS di Sungai Mendalam, Kabupaten Kapuas Hulu.
Program ini utuk mengatasi permasalahan kualitas sungai di Kalimantan Barat,”
jelas Albert Tjiu, Program Manager Kalimantan Barat WWF Indonesia. Upaya ini
menjadi bagian dari pengembangan pariwisata yang memanfaatkan potensi jasa
lingkungan di Danau Sentarum dan Taman Nasional Betung Kerihun. Kedua
kawasan yang mempunyai peran penting dari keberadaan Sungai Kapuas.

Praktik pertanian berkelanjutan pun menjadi salah satu peluang untuk menata hulu
Kapuas. “Komoditi pertanian, dan perkebunan yang menggunakan cara-cara lestari
mempunyai pasar tersendiri, dengan harga yang lebih baik,” tambah Laili Khairnur,
Direktur Lembaga Gemawan. Laili berharap, upaya-upaya dampingan terhadap
masyarakat bisa dilihat sebagai proses elaborasi antara pengetahuan dan kearifan
lokal.

20 januari 2018

Sumber: https://www.mongabay.co.id/2018/01/20/banjir-bencana-berulang-yang-terjadi-di-
kalimantan-barat/
Pengamat : Drainase Kota
Sanggau Memprihatinkan
Selasa, 26 Mei 2015 15:14 WIB

Banjir (ist)
Sanggau (Antara Kalbar) - Pengamat dan pemerhati lingkungan serta tata
ruang perkotaan Kabupaten Sanggau, Munawar Rahim SH menilai mayoritas
drainase atau saluran pembuangan air di Kota Sanggau kini tidak berfungsi
maksimal.
"Hasil pengamatan kita, hampir seluruhnya saluran drainase di Kota Sanggau
ini tidak berfungsi. Dampaknya ini sangat luas," ujarnya.
Menurut Munawar, kondisi ini dibuktikan, jika saat hujan turun, air melimpah
ke badan jalan di sejumlah ruas jalur protokol di Kota Sanggau dan bahkan ada
kawasan pemukiman warga dan tempat ibadah turut tergenang.
"Rata-rata drainase tersumbat. Kawasan Blok M dan lapangan sepak bola
Rawa Bakti itu, jika turun hujan digenangi air. Dulu kondisi itu tidak pernah
terjadi," bebernya.
Ditambahkan, untuk menjaga keseimbangan prasarana dan sarana drainase
perkotaan yang telah ada maka kegiatan pemeliharaan oleh instansi terkait
penting untuk dilakukan. Tujuannya, agar prasarana dan sarana drainase dapat
terus berfungsi untuk mengalirkan air permukaan dan genangan sehingga tidak
menimbulkan dampak negatif.
"Nah, selama ini jarang sekali dilaksanakan. Maka tak mengherankan saluran
drainase itu banyak yang tersumbat dan rusak," ungkapnya.
Dipaparkan, Pemkab Sanggau melalui instansi terkait dirasakan kurang
memperhatikan desain pembangunan drainase di wilayah Kota Sanggau. "Perlu
adanya desain drainase dalam wilayah kota secara baik dan benar. Sebab,
drainase dalam wilayah kota yang ada saat ini amburadul. Jika tidak ada upaya
teknis maka genangan air hujan menjadi sumber persoalan baru," paparnya.
Untuk itu, Munawar berharap agar Pemkab Sanggau melalui instansi terkait
tanggap dengan persoalan drainase itu. Soalnya, merupakan kunci dalam
membuat desain dan tata ruang Kota Sanggau kedepan. "Drainase ini sangat
penting, karena terkait dengan tata ruang wilayah. Pemerintah juga mesti berani
tegas setiap adanya pembangunan pertokoan, agar para pemilik memperhatikan
drainase ini," pungkasnya.

Pewarta : M Khusyairi
Editor : Teguh Imam Wibowo
COPYRIGHT © ANTARA
Sumber: https://kalbar.antaranews.com/berita/333503/pengamat-drainase-kota-sanggau-
memprihatinkan
Banjir Di Beberapa Wilayah
Kalbar, Ini Analisis Direktur
SAMPAN Kalimantan
Minggu, 14 Oktober 2018 22:17

TRIBUN PONTIANAK/DESTRIADI YUNAS JUMASANI


Satu diantara kawasan terdampak banjir setelah hujan deras yang mengguyur di komplek persekolahan Mujahidin,
Jalan Ahmad Yani, Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu (13/10/2018) sore. Selain meluapnya air akibat hujan deras,
pasangnya debit air di Sungai Kapuas juga menjadi faktor penyebab sejumlah wilayah di Kota Pontianak terendam
banjir.

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Rizky Prabowo Rahino


TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK – Direktur LSM Sahabat Masyarakat
Pantai (SAMPAN) Kalimantan, Dede Purwansyah menyikapi kondisi terjadinya
banjir di beberapa wilayah Kalimantan Barat akibat hujan intensitas tinggi
beberapa hari terakhir.
Simak dalam tulisan di bawah ini :
“Penyebab banjir di beberapa wilayah Kalbar bisa disebabkan oleh berbagai hal.
Semisal, lajunya deforestasi hutan terjadi di Kalimantan Barat. Kemudian, terjadi
alih fungsi lahan dari hutan menjadi non hutan.
Lalu, tata kota ataupun pola yang harus memang diperbaiki seperti wilayah di
perkotaan. Daerah resapan air yang berubah fungsi jadi lahan pemukiman dan
perkebunan juga bisa jadi penyebab. Kita tahu bahwa pohon secara ekologis
punya fungsi penting untuk menjaga resapan air dan keseimbangan alam.

Baca: Korwil FKA ESQ Kalbar Resmi Dikukuhkan

Khusus di perkotaan seperti Kota Pontianak, saya melihat problemnya lebih


kepada drainase tersumbat. Kemudian ada masyarakat yang belum sadar
membuang sampah pada tempatnya. Itu hal yang kecil sih, cuma bayangkan
saja dampaknya jika terakumulasi.
Contoh lain, wilayah sekitar Bandara Supadio Kabupaten Kubu Raya. Ketika kita
mau take off saja, sudah kelihatan ada genangan air padahal baru seharian saja
hujannya.
Di pemerintahan Gubernur-Wakil Gubernur Kalbar yang baru, saya berharap ada
perubahan tata kelola yang harus dikuatkan dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) atau nantinya bisa membuat ruang-ruang terbuka hijau dan
menggiatkan masyarakat untuk menanam pohon guna menjaga kelestarian
daerah resapan air. Ajakan-ajakan seperti itu harus dilakukan oleh pemerintah.
Me-review RTRW dengan melindungi daerah resapan dan perlindungan hutan
serta menata gambut secara bersama-sama. Gerakan sosial bersama yang
dilakukan oleh warga maupun kelompok masyarakat harus digalakkam.
Masyarakat punya peran penting. Tanggung jawab pemerintah menyadarkan
masyrakat untuk melakukan hal terbaik. Saya berharap tata ruang di Kalbar
jangan sampai membuka ruang untuk ekploitasi hutan di wilayah perhuluan.
Karena paru-paru dunia salah satunya berada di Kalbar.
Kalbar jauh dari bencana gempa, tapi kita lebih sering menghadapi banjir. Air
turun dari atas ke bawah. Kalau atas atau daerah perhuluan terbuka akibat
deforestasi, maka serapan bawah tidak ada dan akan berakibat buruk.
Terutama daerah pesisir, kalau penahannya dalam hal ini hutan-hutan mangrove
habis, maka yang terjadi gelombang pasang juga akan tetap naik. Sedangkan air
dari hulu menuju ke muara. Kemudian juga berdampak kepada kondisi dimana
air yang berada di perkotaan, kemana akan keluar ? Karena agak dekat dari
permukaan air laut.
Tata kota dan tata kawasan harus diperbaiki dan dirancang betul-betul oleh
pemerintah. Pemerhati dan pegiat lingkungan diharapkan bisa duduk bareng dan
berdiskusi tentang bagaimana menjaga Kalbar agar terhindar dari permasalahan
yang memicu terjadinya bencana alam, khususnya banjir.

Artikel ini telah tayang di tribunpontianak.co.id dengan judul Banjir Di Beberapa Wilayah Kalbar, Ini
Analisis Direktur SAMPAN Kalimantan, https://pontianak.tribunnews.com/2018/10/14/banjir-di-beberapa-
wilayah-kalbar-ini-analisis-direktur-sampan-kalimantan.
Penulis: Rizky Prabowo Rahino
Editor: Madrosid

Wabah penyakit di kalbar

Dinkes Kalbar selidiki wabah


Hepatitis di Singkawang
Rabu, 5 September 2018 15:14 WIB
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Andy Jap. (Foto Antara Kalbar/Teguh Imam Wibowo)
Pontianak (Antaranews Kalbar) - Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Barat Andy Jap mengatakan pihaknya akan melakukan penyelidikan endemik
medis dan sumber penularan dari wabah Hepatitis A yang terjadi di Kota
Singkawang sebagai upaya pencegahan menyebarnya penyakit tersebut di
masyarakat.

"Saat ini endemik Hepatitis A sepertinya memang sudah semakin mewabah di


Singkawang. Untuk itu, kita akan mengarahkan untuk mencari sumber
penyebabnya terlebih dahulu, untuk melakukan upaya pencegahan," katanya di
Pontianak, Rabu.

Untuk penanganan kasus bagi penderita, dia optimtistis Dinas Kesehatan


Singkawang bisa melakukan mengingat penyakit Hepatitis A salah satu penyakit
ringan dan masih mudah diobati.

Baca juga: Sambas waspada Hepatitis A

Meski demikian, pihaknya tidak akan menganggap hal itu sebagai sepele, karena
semua penyakit harus ditanggapi dengan serius oleh dinkes.

Pihaknya akan segera mengirim tim untuk mengetahui sumber penyebab dan
kronologis penyebaran penyakit tersebut di Kota Singkawang.

Dengan demikian, pihaknya bisa melakukan upaya lanjut untuk penanganannya.

"Sumbernya ini yang harus kita ketahui dan harus kita hilangkan.Hari ini tim dari
Kementerian Kesehatan sudah turun ke Singkawang untuk membantu kita dalam
menangani penyakit ini di Kota Singkawang," tuturnya.

Baca juga: Cegah penyebaran virus, SMPN 4 Singkawang liburkan siswa

Untuk menghindari penyakit Hepatitis A, dia mengimbau masyarakat selalu


menjaga kesehatan, istirahat yang cukup, mengonsumsi vitamin yang cukup
serta menjaga pola hidup sehat.

"Ini adalah langkah yang paling mudah yang bisa dilakukan, karena penyakit ini
juga disebarkan melalui lingkungan. Jika lingkungan kita baik dan kita menjaga
kesehatan dengan baik, tentu penyakit Hepatitis A ini tidak mudah menyerang,"
kata Andy.

Dinas Kesehatan Kota Singkawang akan mengusulkan status KLB penyakit


Hepatitis A kepada wali kota setempat, mengingat makin mewabah penyakit
tersebut di masyarakat.

Baca juga: Hepatitis A semakin mewabah, Dinkes Singkawang usulkan


status KLB

"Untuk penetapan status KLB penyakit Hepatitis A ini akan kami usulkan ke Wali
Kota Singkawang. Saat ini kita sedang menyiapkan laporan, biar nanti wali kota
yang menetapkannya," kata Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Menular Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Singkawang Mursalin.

Untuk melakukan pencegahan penyebaran penyakit tersebut, pihaknya sudah


melakukan pengambilan sampel air pada beberapa pemukiman warga di Kota
Singkawang. Sedikitnya 24 sampel air petugas diambil dari beberapa sekolah
dan rumah tangga.

Sumber : https://kalbar.antaranews.com/berita/365094/dinkes-kalbar-selidiki-wabah-hepatitis-di-
singkawang

Sabtu, 09 Februari 2019 13:53


WASPADALAH..!! Potensi Wabah
DBD di Kalbar Sangat Tinggi

PROKAL.CO, PONTIANAK- Diberitakan Rakyat Kalbar Wabah penyakit demam berdarah dengue (DBD)
terjadi di beberapa daerah Indonesia. Ada 10 provinsi menjadi peringkat tertinggi rawan DBD. Tahun
ini, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur masuk dalam sepuluh besar.
Menurut Plt Kepala Dinas Kesehatan Kalbar drg Harry Agung, tahun 2017 dan 2019, kasus DBD di
Kalbar termasuk tinggi. Secara statistik polanya sama. Di awal tahun masih sedang dan Februari -Maret
turun. “Kemudian April naik, Mei turun, Oktober sampai Desember cukup tinggi," katanya ketika ditemui
di ruang kerjanya, Jumat (8/2).
Harry mengatakan, yang dikhawatirkan data statistik 10 tahun terakhir ini. Tahun 2014, jumlah kasus
DBD di Kalbar sangat tinggi. Tahun ini potensi kasus DBD di Kalbar juga meningkat tinggi.
"Dari 2009 kemudian 2014 itu luar biasa tingginya jumlah kasus di Kalbar,” ujarnya.
Kemudian yang patut diwaspadai, apa disebut dengan siklus 3 sampai 5 tahun. Terakhir kasus DBD
tinggi tahun 2014. “Berarti khawatirnya tahun 2019 potensi kasus meningkat tinggi," jelasnya lagi.
Kendati begitu kata dia, peningkatan tersebut tergantung juga dengan iklim. Artinya, pola curah hujan.
Saat ini, Kalbar sedang dalam musim pancaroba. Inilah iklim yang buat nyamuk mudah berkembang
biak. "Di awal tahun 2019 ini kita harus melakukan upaya kesiapsiagaan," lugasnya.
Berdasarkan data terakhir Dinkes Kalbar, ada 291 kasus DBD sepanjang Januari 2019. Angka itu tidak
jauh berbeda dengan Januari 2018 dan 2017. Dari 291 kasus itu merenggut tiga nyawa. Yaitu di
Kabupaten Sanggau, Ketapang, dan Kapuas Hulu. "Kematian kasus DBD kebanyakan keterlambatan
penolongan di rumah sakit," ucapnya.
Harry mengatakan, saat ini masih banyak masyarakat yang belum paham gejala penyakit yang
disebabkan nyamuk aedes aegypti tersebut. Justru batuk pilek sekarang bisa menutupi dan trombosit
turun. Sehingga keterlambatan membawa ke fasilitas kesehatan (faskes) inilah yang kemudian
menyebabkan masuk ke masa krisis.
"Ketika mulai turun demam itu, justru masa kritis. Artinya bukan berarti sehat,” pungkasnya.
Dia mengimbau para orangtua, jika anaknya demam harus berpikir ada kemungkinan DBD. Segera bawa
ke puskesmas. “Sesegera mungkin, sehingga bisa dideteksi secara awal," pesannya.
Ia menuturkan kasus DBD tertinggi di Kalbar terjadi di Kabupaten Ketapang. Jumlahnya 100 kasus.
Kemudian Kabupaten Kubu Raya 34 kasus. Selanjutnya Kabupaten Mempawah 24 kasus. Selebihnya ada
yang belasan dan di bawah sepuluh.
"Meskipun dibanding Desember jumlahnya menurun, Oktober 519 November 843. Bulan Desember 933
kasus memang turun tapi sama dengan pola awal tahun 2017 dan 2018," bebernya.
Harry mengatakan, memang harus ada upaya penangan sejak awal di tahun 2019. Pertama dengan
memberi informasi sebanyak-banyaknya kepada masyarakat bagaimana upaya pencegahan. Agar bisa
menekan kasus DBD ini. "Informasi ini harus disampaikan seluas-luasnya,” imbuhnya.
Bukan hanya orang kesehatan, tapi semua pihak harus bergerak. Baik melalui media massa atau apapun.
“Supaya masyarakat paham ada masalah lingkungan dan perilaku yang kemudian bisa diubah untuk
menekan kejadian DBD," papar Harry.
Selain itu, melakukan gerakan massal. Baik komunitas pendidikan, kelompok masyarakat atau sektor
lain. Gerakan masyarakat ini tujuannya untuk mengubah perilaku dan lingkungan.
Contohnya yang sangat efektif adalah gerakan 3M. Yaitu menguras tempat penampungan air. Minimal
satu minggu sekali. Kemudian menutup tempat-tempat penampungan air. Untuk mengurangi potensi
nyamuk bertelur. Terakhir mengubur atau mendaur ulang semua barang-barang yang memungkinkan
nyamuk berkembang biak. “Nyamuk itu berkembang biang di air yang tidak bersentuhan langsung
dengan tanah," katanya.
Masyarakat juga bisa berupaya mencegah gigitan nyamuk. Karena Aktivitas utama nyamuk aedes
aegypti pagi dan sore menjelang magrib. Jam-jam tersebut orangtua harus paham betul untuk mencegah
anak-anak dari gigitan nyamuk. Seperti menutupi tempat tidur bayi dengan kelambu.
Kemudian anak-anak sekolah menggunakan lotion anti nyamuk. Cara lain juga bisa dilakukan. Seperti
meletakkan ikan cupang dalam bak air. Dan menanam tumbuhan anti nyamuk.
"Ini upaya plus. Kemudian yang bisa kita lakukan lagi adalah memberi Abate di tempat penampungan
air setiap 3 bulan sekali," tuturnya.
Jika masyarakat secara serentak melakukan upaya tersebut. Ia yakin kasus DBD di Kalbar bisa dikurangi.
Sebaliknya, jika tak dilakukan menjadikan potensi terjadinya wabah DBD.
Nyamuk Aedes aegypti punya kemampuan terbang sekitar seratus meter. Setelah dia menggigit kepada
penderita DBD bisa menggigit orang lain dengan jarak cukup jauh. "Inilah gerak kita yang harus masif,"
tegasnya.
Di samping upaya pencegahan tadi memang harus ada kesiagaan di sisi fasilitas kesehatan. Salah
satunya melakukan upaya peningkatan tata laksana penanganan kasus DBD. Dinkes Kalbar memberikan
instruksi ke kabupaten/kota untuk penguatan tata laksana penanganan kasus DBD dari Puskesmas ke
rumah sakit.
Kemudian memantau tren kasus DBD. Segera harus dilaporkan kepada dinas atau wilayah pasien itu
berasal.
"Akan dilakukan tindakan tambahan. Karena kalau sudah satu yang kena akan dipantau di wilayahnya
tersebut. Langsung dialkukan foging. Ini harus cepat. Ini yang perlu kita tingkatkan," terangnya.
Berkaitan dengan logistik. Baik obat-obatan ataupun untuk bahan foging harus siapn sedia. Untuk itu,
Dinkes Kalbar sudah over stock. "Jika Dinkes kabupaten/kota kekurangan bahan larvasida baik bahan
kimia foging. Stok kita cukup," tuturnya.
Selanjutnya, yang perlu ditindaklanjuti kabupaten/kota adalah revitalisasi pokjanal DBD. Di provinsi ada
lintas sektor. Harus diaktifkan sampai ke kecamatan dan desa. Karena ini adalah gerakan massal sektor
lain harus ikut andil.
"Kita akan mengumumkan ini baik dari media. Begitu juga di Dishub akan membantu memberi limflet di
pelabuhan dan armada-armada. Kemudian mahasiswa sudah siap berkomitmen turun ke lapangan,"
paparnya.
Ia mengatakan, Dinkes Kalbar juga akan melakukan program satu rumah Jumantik (pemantau jentik).
Setiap rumah harus ada diberi tugas untuk melihat apakah tempayan dan bak air ada jentik atau tidak.
Kalau semua ini dilakukan masyarakat peduli ini akan berjalan dengan baik.
"Ini program strategis yang akan kami gaungkan secara terus menerus. Mudah-mudahan sepanjang
tahun 2019 ini masyarakat Kalbar tidak mengalami peningkatan kasus DBD," demikian Harry. (rizka/rk)

Anda mungkin juga menyukai