OLEH :
KELOMPOK 2 KELAS C
DIAN K. DJAFAR NUR INDAH ADAM
ERIKA DETUAGE PERCI TAMANI
FATMAWATY DJAFAR NUR AIN MAHABU
MOHAMMAD RIVAL MADJOKA RIVALDI AHMAD
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan hidayahnya serta taufiknya, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas
Mata Kuliah TERAPI KOMPLEMENTER yang berjudul ”Terapi ECT
(Electroconvulsive Therapy)”. Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas yang
merupakan salah satu standar atau kriteria penilaian dari Mata Kuliah Terapi
Komplementer yang telah dipercayakan kepada kelompok kami yakni Kelompok
2. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing. Selaku
salah satu dosen pembimbing mata kuliah Terapi komplementer. Tak lupa pula
kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak
membantu kami dalam menyelasaikan tugas makalah ini. Kami menyadari
kekurangan kami sebagai manusia biasa dan oleh karena keterbatasan sumber
referensi yang kami miliki sehingga kiranya dalam makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan, kekeliruan, dan kekurangan baik dalam penyusunan maupun
isinya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya saran dan kritik dari
Ibu Dosen Pembimbing dan dari pihak-pihak lain atau sesama teman mahasiswa
untuk dapat menambahkan sesuatu yang kiranya dianggap masih kurang atau
memperbaiki sesuatu yang dianggap salah dalam tulisan ini. Akhirnya kami
mengucapkan banyak terima kasih. Dan semoga makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua sebagai bahan tambahan pengetahuan untuk lebih
memperluas wawasan kita dalam ilmu Keperawatan.
DAFTAR ISI
7. Meningkatkan Metabolisme
Pentingnya metabolisme tubuh membuat kesehatan akan terganggu apabila
metabolisme tubuh terganggu. Menjaga pola hidup sehat sangatlah diperlukan
untuk membantu meningkatkan metabolisme tubuh. Cara lain yang dapat
dilakukan, yakni dengan melakukan terapi listrik. Terapi menggunakan listrik
dapat membantu meningkatkan metabolisme tubuh. Sehingga pembakaran dalam
tubuh dapat berjalan dengan normal.
8. Mengatasi Asma
Terapi listrik yang dilakukan kepada penderita asma, dapat membantu
mengeluarkan dahak yang menyumbat sistem pernapasan. Aliran listrik yang
masuk akan menghancurkan dan mengeluarkan dahak yang menyumbat sistem
pernapasan. Dengan demikian, proses pernapasan atau respirasi penderita asma
dapat kembali baik, karena dahak yang menyumbat dapat dikeluarkan.
9. Mengatasi Vertigo
Penyakit vertigo berkenaan dengan kesehatan syaraf. Ketika syaraf mengalami
gangguan, sehingga tidak dapat menerima impuls dari stimulannya, maka akan
terjadi vertigo. Seperti yang telah dijelaskan, bahwa menjaga kesehatan syaraf
dengan melenturkan syaraf dapat dilakukan dengan terapi listrik. Dengn terapi
listrik, kesehatan syaraf terjaga dan dapat terhindar dari vertigo.
10.Menyembuhkan Reumatik
Rematik dapat disebabkan karena asam urat kronis yang tidak segera dilakukan
penanganan. Kandungan asam yang tinggi dalam darah dapat menyebabkan rasa
nyeri pada beberapa bagian tubuh. Menurunkan kadar asam dalam tubuh dapat
dilakukan dengan melakukan terapi listrik. Daya listrik yang masuk ke dalam
tubuh dapat membantu menurunkan kadar asam, sehingga rematik yang diderita
dapat disembuhkan.
11.Mengeluarkan Zat Berbahaya Dan Racun Dalam Tubuh
Adanya zat berbahaya dan racun di dalam tubuh dapat menyebabkan gangguan
pada beberapa organ tubuh dan membuat ginjal harus bekerja ekstra untuk
melakukan proses sekresi. Melakukan terapi listrik dapat membantu ginjal dalam
melakukan sekresi. Dengan begitu, zat berbahaya serta racun di dalam tubuh dapat
dikeluarkan, baik melalui urine, keringan atau tinja.
12.Membantu Menurunkan Berat Badan
Dampak melakukan terapi listrik yakni dapat membantu meningkatkan
metabolisme dan menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh. Selain itu, terapi
listrik juga dapat membantu membakar lemak tubuh yang tidak diperlukan.
Dengan melakuakn terapi listrik, lemak tubuh berkurang, dan berat badan ideal
dapat diperoleh.
2.4. Efek Samping
ECT merupakan terapi yang beresiko dan memiliki efek samping baik ringan
hingga serius. Efek samping dapat disebabkan prosedur anastesi atau akibat kejang
yang distimulus. Beberapa efek samping antara lain:
Kebingungan setelah terapi, dapat berlangsung beberapa menit hingga
beberapa jam.
Hilangnya ingatan, sebagian besar pasien yang menjalani ECT akan
mengalami amnesia retrograde atau kesulitan mengingat kejadian sebelum
pemberian terapi dimulai.
Efek samping fisik seperti mual, muntah, nyeri rahang, nyeri otot, atau sakit
kepala.
Efek samping medis. Dapat menyebabkan timbulnya gangguan jantung yang
serius. Karena selama terapi stimulus jantung meningkat ditandai dengan
denyut jantung dan tekanan darah yang meningkat.
2.5.Pelaksanaan dan Prosedur kerja (ECT)
Peran Perawat
Perawat sebelum melakukan terapi ECT, harus mempersiapkan alat dan
mengantisipasi kecemasan klien dengan menjelaskan tindakan yang akan
dilakukan.
Persiapan Alat
Adapun alat-alat yang perlu disiapkan sebelum tindakan ECT, adalah sebagai
berikut:
Persiapan klien
a. Anjurkan klien dan keluarga untuk tenang dan beritahu prosedur tindakan yang
akan dilakukan.
b. Lakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mengidentifikasi adanya
kelainan yang merupakan kontraindikasi ECT
c. Siapkan surat persetujuan
d. Klien berpuasa 4-6 jam sebelum ECT
e. Lepas gigi palsu, lensa kontak, perhiasan atau penjepit rambut yang mungkin
dipakai klien 6
f. Klien diminta untuk mengosongkan kandung kemih dan defekasi
g. Klien jika ada tanda ansietas, berikan 5 mg diazepam IM 1-2 jam sebelum ECT
h. Jika klien menggunakan obat antidepresan, antipsikotik, sedatif-hipnotik, dan
antikonvulsan harus dihentikan sehari sebelumnya. Litium biasanya dihentikan
beberapa hari sebelumnya karena berisiko organik.
h. Premedikasi dengan injeksi SA (sulfa atropin) 0,6-1,2 mg setengah jam
sebelum ECT. Pemberian antikolinergik ini mengembalikan aritmia vagal dan
menurunkan sekresi gastrointestinal.
Pelaksanaan
a. Setelah alat sudah disiapkan, pindahkan klien ke tempat dengan permukaan rata
dan cukup keras. Posisikan hiperektensi punggung tanpa bantal. Pakaian
dikendorkan, seluruh badan di tutup dengan selimut, kecuali bagian kepala.
b. Berikan natrium metoheksital (40-100 mg IV). Anestetik barbiturat ini dipakai
untuk menghasilkan koma ringan.
c. Berikan pelemas otot suksinikolin atau Anectine (30-80 mg IV) untuk
menghindari kemungkinan kejang umum.
d. Kepala bagian temporal (pelipis) dibersihkan dengan alkohol untuk tempat
elektrode menempel.
e. Kedua pelipis tempat elektroda menempel dilapisi dengan kasa yang dibasahi
caira Nacl.
f. Penderita diminta untuk membuka mulut dan masang spatel/karet yang
dibungkus kain dimasukkan dan klien diminta menggigit
g. Rahang bawah (dagu), ditahan supaya tidak membuka lebar saat kejang dengan
dilapisi kain
h. Persendian (bahu, siku, pinggang, lutu) di tahan selama kejang dengan
mengikuti gerak kejang 7.
i. Pasang elektroda di pelipis kain kasa basah kemudia tekan tombol sampai timer
berhenti dan dilepas
j. Menahan gerakan kejang sampai selesai kejang dengan mengikuti gerakan
kejang (menahan tidak boleh dengan kuat).
k. Bila berhenti nafas berikan bantuan nafas dengan rangsangan menekan
diafragma
l. Bila banyak lendir, dibersihkan dengan slim siger
m. Kepala dimiringkan
n. Observasi sampai klien sadar
o. Dokumentasikan hasil di kartu ECT dan catatan keperawatan
Setelah ECT
Dalami, Ermawati dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa.
Jakarta : Trans Info Media Maramis, W.F. 1994. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya :
Airlangga University Press Baihaqi, MIF. 2007. Psikiatri. Bandung : PT Refika
Aditama http://wir-nursing.blogspot.com/2011/03/elektro-convulsif-therapie-
ect.html http://www.news-medical.net/health/Electroconvulsive-Therapy-Side-
Effects %28Indonesian%29.aspx www.google.com/.../anonim/ECT/ 10