BAB II
GAMBARAN WILAYAH
PERENCANAAN
Kota Padang merupakan ibukota Propinsi Sumatera Barat yang berlokasi di pesisir barat Pulau
Sumatera. Luas wilayah administrasi Kota Padang berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 17
Tahun 1980, adalah 694,96 Km2 dan sejak keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000
dilakukan restrukturisasi administrasi Kota yang menyebabkan penambahan luas administrasi
menjadi 1.414,96 Km2 (720,00 km2 diantaranya adalah lautan). Kota Padang adalah ibukota Propinsi
Sumatera Barat yang terletak di pantai barat pulau sumatera memiliki posisi astronomis antara 100º
05’ 05’’ BT – 100º34’09’’ BT dan 00º44’00’’ LS – 01º08’35’’ LS.
Berdasarkan RTRW Nasional Kota Padang memiliki posisi strategis dan mengemban fungsi penting
sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sedangkan berdasarkan RTRW Propinsi Sumatera Barat Kota
Padang merupakan kota Inti dari Pengembangan Kota Metropolitan.
Kota Padang berada di sebelah Barat Bukit Barisan dan dengan garis pantai sepanjang 68,126 km.
Sebagai kota pantai, Kota Padang terdiri atas dataran rendah yang terletak pada ketinggian 0 – 10 m
di atas permukaan laut. Secara umum, Kota Padang terletak pada ketinggian yang berkisar antara 0-
1.853 m di atas permukaan laut. Daerah tertinggi adalah Kecamatan Lubuk Kilangan, sedangkan
daerah lainnya terletak pada dataran tinggi, yaitu sebelah selatan dan timur.
II - 4
Laporan Pendahuluan
DED Kawasan Paket I Kota Padang
Gambaran Wilayah Perencanaan
Kondisi Topografi wilayah kota secara umum memiliki karakteristik perpaduan pantai, daratan dan
perbukitan bergelombang yang curam. Ketinggian wilayah dari permukaan laut berada pada 0 meter
sampai di atas 1.853 meter dari permukaan laut.
Ketinggian lahan menurut kecamatan dari permukaan laut dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut.
II - 4
Laporan Pendahuluan
DED Kawasan Paket I Kota Padang
Gambaran Wilayah Perencanaan
kondisi iklim perairan pesisir Kota Padang juga dipengaruhi oleh Samudera Hindia yang
dicirikan dengan adanya Angin Muson dan curah hujan yang tinggi sekitar 2.816,7–4.487,9
mm per tahun. Angin yang berembus didominasi oleh angin Barat, Barat Daya, Barat Laut
dengan kecepatan 1,6–5,6 knot bahkan kadang-kadang mencapai 5–40 knot. Sedangkan arah
angin dipengaruhi oleh angin musim maka arus permukaan di wilayah perairan Kota Padang
sepanjang tahun mengalir ke arah Tenggara hingga Barat Daya (Musim Barat) dengan
kekuatan arus antara 1–45 cm/detik.
Pada bulan Juli arus mencapai kekuatan minimum antara 1 cm/detik hingga 5 cm/detik.
Selain itu di perairan Kota Padang juga terjadi arus pantai yang diakibatkan oleh gelombang.
Arus ini berpengaruh terhadap abrasi dan sedimentasi pantai, sehingga menjadikan tinggi
gelombang laut yang terjadi berkisar antara 0,5–2,0 meter.
Kondisi hidrologi Kota Padang terdiri dari: Daerah Aliran Sungai (DAS), sungai, danau dan
II - 4
Laporan Pendahuluan
DED Kawasan Paket I Kota Padang
Gambaran Wilayah Perencanaan
rawa dan debit air. Wilayah Kota Padang terbagi dalam 6 (enam) Daerah Aliran Sungai
(DAS), yaitu : DAS Air Dingin, DAS Air Timbalun, DAS Batang Arau, DAS Batang Kandis,
DAS Batang Kuranji dan DAS Sungai Pisang.
Wilayah Kota Padang dilalui oleh banyak sungai besar dan kecil. Terdapat tidak kurang dari
23 aliran sungai yang mengalir di wilayah Kota Padang dengan total panjang mencapai
155,40 Km (10 sungai besar dan 13 sungai kecil). Umumnya sungai besar dan kecil yang ada
di wilayah Kota Padang ketingginnya tidak jauh berbeda dengan ketinggian permukaan laut.
Kondisi ini mengakibatkan cukup banyak wilayah Kota Padang yang rawan terhadap
banjir/genangan.
Penggunaan luas lahan di Kota Padang dapat dibedakan atas 2 kelompok utama, yaitu (a) lahan
II - 4
Laporan Pendahuluan
DED Kawasan Paket I Kota Padang
Gambaran Wilayah Perencanaan
sawah sekitar 7,42 % dan (b) lahan non sawah.sekitar 92,58 %. Diantara 92,58 % tersebut sebagian
besar masih merupakan hutan lebat, yaitu sekitar 51,01 %, sedangkan lebih kurang 10,06 %
digunakan sebagai areal tanah 25 perumahan dan industri . Selebihnya lahan digunakan untuk
sektor perdagangan dan jasa, pemerintahan, dan sebagainya.
Sesuai dengan kondisi existing Kota Padang maka dikembangkan sistem drainase dengan
pengembangan saluran arteri dan saluran kolektor. Saluran drainase yang bersifat arteri
merupakan saluran pembuang utama. Di Kota Padang yang termasuk pada saluran arteri
primer adalah sungai Batang Kuranji, Batang Belimbing, Batang Guo, Batang Logam, Batang
arung, Batang Pagang, Sungai Gayo, Sungai Padang Aru, Sungai Padang Idas Batang Kampar
Juar, Sungai Batang Aru, Batang Kayu aro, Sungai Timbalun, Sungai Sarasah, Sungai Pisang,
Bandar Jati, Sungai Koto, Sungai Banjir Kanal, Batang Kandis, Batang Arau, Batang Muara.
Saluran drainase yang terdapat disisi-sisi jalan di dalam kota Padang digolongkan pada
saluran kolektor baik yang bersifat mengumpulkan air limpasan permukaan ke saluran
drainase arteri baik sekunder maupun tersier. Yang untuk selanjutnya akan dialirkan ke
saluran arteri primer
Dari pengamatan di lapangan, kondisi saluran yang ada di kota Padang sebagian besar
merupakan saluran permanen dengan ukuran atau dimensi yang bervariasi. Kondisi saluran di
kota Padang secara umum dalam kondisi baik. Namun dibeberapa tempat terdapat saluran
yang tergolong rusak berat sehingga saluran ini yang sudah tidak berbentuk atau terjadi
kerusakan yang fatal terhadap konstruksi saluran tersebut.
II - 4
Laporan Pendahuluan
DED Kawasan Paket I Kota Padang
Gambaran Wilayah Perencanaan
Kondisi drainase existing : tidak berfungsi optimum karena telah banyak sampah dan
pendangkalan, ketinggian endapan hampir sama rata sama jalan, sehingga hujan beberapa
jam, telah terjadi melimpah menggenangi jalan.
II - 4
Laporan Pendahuluan
DED Kawasan Paket I Kota Padang
Gambaran Wilayah Perencanaan
II - 4
Laporan Pendahuluan
DED Kawasan Paket I Kota Padang