ABSTRAK
Tempe merupakan makanan favorit bangsa Indonesia. Tempe yang disukai atau telah biasa
dikonsumsi adalah salah satu jenis makanan yang terbuat dari kacang kedelai kuning. Kacang
kedelai ini difermentasikan dengan menggunakan kapang Rhizopus oligosporus. Hasil
fermentasi ini mengandung protein yang mudah dicerna oleh tubuh manusia sehingga
menjadikan tempe sebagai salah satu makanan yang sangat dianjurkan untuk dikonsumsi
dalam rangka pemenuhan gizi setiap individu. Namun proses fermentasi ini tidak begitu
mudah saja terjadi, perlu kondisi tertentu. Hal ini yang sering terabaikan, sehingga perlu
dilakukan kegiatan penelitian yang bertujuan menganalisis kadar protein pada kemasan yang
berbeda. Kegiatan analisis kadar protein ini menggunakan metode biuret dilengkapi
spektrofotometri UV-Vis dengan larutan standar protein yang digunakan adalah larutan BSA
(Bovine Serum Albumin). Kegiatan pengukuran yang dilakukan memberikan informasi
kadar protein tempe kemasan plastik sebesar 3,739 µg/mL dan tempe kemasan daun pisang
sebesar 4,912 µg/mL.
intesitas serapan panjang gelombangnya corong Buchner, labu Buchner, ball filter,
menggunakan spektrofotometri UV-Vis. spatula, pipet tetes, kaca arloji, batang
Semakin tinggi intensitas cahaya yang pengaduk.
diserap oleh spektrofotometer UV-Vis
maka semakin tinggi pula kadar protein Prosedur Penelitian
yang terdapat dalam zat tersebut (Jubaidah, Pembuatan Reagen
2016). 1. Larutan Natrium hidroksida 10%
METODE PENELITIAN Sebanyak 10 gram NaOH dilarutkan
Bahan dan Alat dalam 30 mL aquadest dalam gelas
Bahan kimia. Setelah larut dan agak dingin,
Bahan alami yang digunakan sebagai masukkan ke dalam labu ukur 100 mL,
sampel adalah tempe yang diproduksi oleh dan tambahkan aquadest sampai tanda
produsen X di daerah Parak Karakah, batas.
Padang Timur. 2. Reagen Biuret (Jubaidah, 2016)
Bahan kimia yang digunakan adalah Sebanyak 0,15 gram tembaga (II) sulfat
aquades, Larutan BSA Induk (Bovine dan 0,6 gram kalium natrium tartarat
Serum Albumin) 22% (J.Mitra& Co. Pvt. dilarutkan dalam 50 mL aquadest pada
Ltd), tembaga (II) sulfat hidrat, natrium gelas kimia 100 mL. Setelah larut
asetat, natrium hidroksida, kalium natrium sempurna, pindahkan ke dalam labu
tartarat, asam asetat glasial 100%, ukur 100 mL, kemudian tambahkan 30
ammonium sulfat kristal. mL natrium hidroksida 10%. Aduk
campuran tersebut lalu tambahkan
Alat aquadest sampai tanda batas.
Alat-alat yang digunakan adalah labu ukur 3. BufferAsam Asetat pH 5 (Tarmizi,
(10 mL, 100 mL) spektrofotometer UV- 2008)
Vis, timbangan analitik (Denver), pHmeter Larutan buffer ini merupakan campuran
(Metrohm), sentrifugen (Hettrich), tabung dari 2,8 mL asam asetat 0,2 M dengan 5
reaksi besar, tabung reaksi sedang mL natrium asetat 0,2 M maka terlebih
bertutup, rak tabung reaksi, gelas ukur (5 dahulu dibuatlah:
mL, 10 mL, 500 mL), pipet tentukur (1 a. Larutan asam asetat 0,2 M
mL, 2 mL, 5 mL), blender (Philips), gelas Encerkan 1,2 mL asam asetat glasial
kimia (25 mL, 50 mL, 250 mL, 500 mL), 100%dengan aquadest ad 100 mL.
corong, kertas saring, vortex (Heidolph), b. Larutan natrium asetat 0,2 M
Larutan 1,64 gram natrium asetat bereaksi), ukur serapan pada panjang
dengan aquadest ad 100 mL. gelombang 400-800 nm. Catat panjang
Setelah itu campurkan kedua larutan dalam gelombang serapan maksimum yang
labu ukur 100 mL, tambahkan aquadest diperoleh tersebut.
sampai tanda batas dan kocok. Ukur pH
larutan yang dikehendaki yaitu 5. Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan
BSA (Jubaidah, 2016)
Penentuan Panjang Gelombang Siapkan enam tabung reaksi. Isi setiap
Maksimum (Jubaidah, 2016) tabung reaksi sesuai dengan tabel 1 di
Larutan BSA induk 22% diencerkan bawah ini. Tabung yang telah diisi
menjadi 3% dengan cara mengambil dibiarkan selama 10 menit, kemudian
sebanyak 0,9 mL larutan BSA diukur absorbansi masing-masing larutan
ditambahkan 0,8 mL reagen Biuret dengan spektrofotometer UV-Vis pada
kemudian tambahkan aquadest 1,3 mL panjang gelombang maksimum yang telah
sehingga volume menjadi 3 mL, aduk diperoleh.
dengan menggunakan vortex. Setelah itu
larutan didiamkan selama ± 10 menit (agar
Tabel diatas memberikan informasi bahwa antara konsentrasi dan absorbansi. Namun
semakin besar konsentrasi BSA maka nilai kelinieritasnya belum terbaca sehingga
absorbansinya juga semakin besar, ini perlu dibuatkan kurva regresi linear dari 5
menyatakan bahwa terdapat hubungan larutan standar BSA tersebut.
0.4
0.3
Absorbansi
Pembacaan terhadap kurva regresi yang dipengaruhi oleh faktor lain. Selain itu
ada diketahui bahwa nilai R2 dari juga menunjukkan bahwa larutan BSA
pengukuran tersebut sebesar 0,98. Ini yang digunakan murni.
menunjukkan bahwa absorbansi
dipengaruhi 98% oleh konsentrasi larutan
standar, sedangkan 2% lainnya
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, N.P. 2009. Sifat Organoleptik
Tempe Kedelai Yang
25 Jurnal Akademi Farmasi Prayoga, Vol 2 No 1, 2017