Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Dari segi klinik, yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila adalah:
1. Dasar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas, yaitu
premolar (P1 dan P2), molar (M1 dan M2), kadang-kadang juga gigi
taring (C) dan gigi molar (M3), bahkan akar-akar gigi tersebut dapat
menonjol ke dalam sinus, sehingga infeksi gigi geligi mudah naik ke atas
menyebabkan sinusitis.
3. Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga
drainase hanya tergantung dari gerakan silia, lagipula drainase juga harus
melalui infundibulum yang sempit. Infundibulum adalah bagian dari
sinus etmoid anterior dan pembengkakan akibat radang atau alergi pada
daerah ini dapat menghalangi drenase sinus maksila dan selanjutnya
menyebabkan sinusitis.
1. Fosa olfaktorius datar, atap etmoid hampir vertikal dan lamina lateralis
kribriformis dangkal
2. Fosa olfaktorius lebih dalam, atap etmoid lebih dalam dan lamina
kribriformis lebih tinggi
3. Atap etmoid lebih tinggi dari lamina kribriformis, lamina lateralis panjang
dan tipis serta fosa olfaktorius lebih dalam.
Sinus ethmoid disuplai darah oleh arteri ethmoidal anterior dan posterior
dari arteri ophthalmik (sistem karotid internal), serta arteri sphenopalatina dari
cabang-cabang terminal arteri maksilaris internal (sistem karotis eksternal). Saraf
trigeminal yaitu V1 dan V2 mensarafi sinus etomid di mana V1 menginervasi
bagian superior sinus dan V2 pula menginervasi bagian inferiornya (Soetjipto dan
Mangunkusumo, 2007; Walsh dan Kern, 2006; Singh, 2011; Porter, 2002).
Absolut:
Tumor
Komplikasi rhinosinusitis
Mukokel sinus
Sinusitis jamur
Ensefalokel
Kebocoran cairan serebrospinal
Relatif:
Rhinosinusitis kronik
Nyeri kepala disertai nyeri pada wajah
Sinusitis akut berulang
Epitaksis
Polip nasal
(David, 2005)
2.3.3. Kontraindikasi
1. Osteitis atau osteomielitis tulang frontal yang disertai pembentukan
sekuester.
2. Pasca operasi radikal dengan rongga sinus yang mengecil (hipoplasi).
3. Penderita yang disertai hipertensi maligna, diabetes mellitus, kelainan
hemostasis yang tidak terkontrol.
(HTA, 2006)
b. Naso-endoskopi prabedah
Pada pemeriksaan ini operator dapat menilai kelainan rongga hidung,
anatomi dan variasi dinding lateral misalnya meatus media sempit karena deviasi
septum, konka media bulosa, polip meatus media, dan lainnya. Sehingga operator
bisa memprediksi dan mengantisipasi kesulitan dan kemungkinan timbulnya
komplikasi saat operasi.
d. Instrumen Bedah
Sebelum dilakukan pembedahan, maka alat-alat perlu dipersiapkan.
Peralatan endoskopi yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Teleskop 4 mm 00
2. Teleskop 4 mm 300
3. Sumber cahaya
4. Cable light
1. Infundibulektomi
Pertama perhatikan akses ke meatus medius, jika sempit akibat deviasi
septum, konka bulosa atau polip, koreksi atau angkat polip terlebih dahulu. Tidak
setiap deviasi septum harus dikoreksi, kecuali diduga sebagai penyebab penyakit
atau dianggap akan mengganggu prosedur endoskopik. Sekali-kali jangan
melakukan koreksi septum hanya agar instrumen besar bisa masuk.
3. Etmoidektomi retrograde
Seterusnya, operasi dilanjutkan dengan etmoidektomi, sel-sel sinus
dibersihkan termasuk daerah resesus frontal jika ada sumbatan di daerah ini dan
jika disertai sinusitis frontal. Setelah tahap awal tadi (BSEF Mini), sebaiknya
mempergunakan teleskop 00, dinding anterior bula etmoid diidentifikasi dan
diangkat sampai tampak dinding belakangnya yaitu lamina basalis yang
membatasi sel-sel etmoid anterior dan posterior. Jika ada sinus lateralis, maka
lamina basalis akan berada dibelakang sinus lateralis ini. Lamina basalis berada
tepat di depan endoskop 00 dan tampak tipis keabu-abuan, lamina ditembus di
bagian infero-medialnya untuk membuka sinus etmoid posterior. Selanjutnya sel-
sel etmoid posterior diobservasi dan jika ada kelainan, sel-sel dibersihkan dan atap
sinus etmoid posterior yang merupakan dasar otak diidentifikasi. Identifikasi dasar
otak di sinus etmoid posterior sangat penting mencegah penetrasi dasar otak pada
pengangkatan sel etmoid selanjutnya. Dengan jejas dasar otak sebagai batas atas
4. Sfenoidektomi
Sfenoidektomi memerlukan perencanaan yang matang. Perhatikan letak
n.optikus, a.karotis dan apakah ujung septum intersfenoid melekat pada a.karotis
sehingga jika diangkat dapat menyebabkan ruptur arteri yang fatal. Setelah ostium
sinus sfenoid diidentifikasi, harus diperlebarkan dengan menggunakan cunam
jamur. Manipulasi di sinus sfenoid harus dilakukan secara hati-hati karena
n.optikus dan a.karotis berada di daerah laterosuperior, maka sebaiknya diseksi di
bagian medial dan inferior saja. Menurut Stammberger (2004), pada 25% kasus
ditemukan dehisence di kanal tulang a.karotis. Jika ingin mengangkat septum
intersfenoid, harus yakin bahwa ujung septum tidak bertaut pada a.karotis interna
atau n.optikus.
5. Sinus frontal
Secara umum, teknik ini tidak dilakukan jika tidak ada kelainan pada sinus
frontal. Akan tetapi jika ada kelainan, maka teknik ini ditangani dengan penuh
perhatian supaya meminimalkan cedera pada mukosa. Apabila diindikasi untuk
operasi sinus frontal, teleskop 45° ataupun 70° sangat bermanfaat. Beberapa
penyebab ostium sinus frontal tersembunyi adalah jaringan udem, polip/popipoid,
sisa prosesus uncinatus di bagian superior, variasi anatomi seperti sel-sel agger
nasi yang meluas ke posterior, bula etmoid meluas ke anterior, sel supra-orbital
sangat cekung menyerupai kedalaman sinus frontal dan lainnya. Semua ini
dibersihkan dengan cunam Blekesley upturned, cunam-cunam jerapah atau kuret J
dipandu endoskop 300 dan 700, dengan memperhatikan luasnya sinus frontal pada
6. “Nasal packing”
Sebelum dilakukan terminasi, semua sinus harus diperiksa kembali dan
memastikan bahwa pendarahan telah dikontrol. Packing harus dilakukan di
meatus medialis agar dapt mencegah terjadinya lateralisasi pada konka tengah
(David, 2005; HTA, 2006; Patel, 2012).
Mayor:
Epitaksis berat
Hematoma orbita
Diplopia
Hilang penglihatan
Kurang ketajaman visual
Perdarahan intrakranial
Kebocoran cairan serebrospinal
Anosmia
Trauma nasolacrimal
Meningitis
Pneumocephalus
Stroke
Trauma arteri carotid
Minor:
Epitaksis ringan
Hyposmia
Adhesi
Nyeri kepala
Ekimosis periorbita
Emfisema periorbita
Nyeri wajah
sakit gigi
(David, 2005)