Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KIMIA FORENSIK

TUGAS ASSIGNMENT 2
TOKSIKOLOGI dan TOKSIKOLOGI FORENSIK

Oleh :

Villa Ratnasari
NIM. 1708511042

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
BUKIT JIMBARAN
2019
Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan "Tugas Assignment 2:
Toksikologi dan Toksikologi Forensik" dengan baik.

Adapun tujuan dan manfaat dari tugas ini adalah memberikan pemahaman
lebih kepada pembaca dan khususnya kepada penulis dan keterkaitan nya dengan
mata kuliah Kimia Forensik beserta contoh penerapannya. Penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada para dosen yang mengampu mata kuliah Kimia
Forensik yaitu Dr. Dra Ni Made Suaniti, M.Si, Dr. I Nengah Wirajana, S.Si.,M.Si
dan Ni Komang Ariati, S.Si.,M.Si atas dedikasinya dalam mengajar selama ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan tugas ini dengan itu
saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan penulis dan semoga laporan
ini bermanfaat dan memberikan informasi tambahan.

Jimbaran, 28 September 2019


Penulis

Villa Ratnasari
TUGAS ASSIGMENT 2
Bedakan istilah berikut dengan berikan contoh senyawa yang dapat dianalisis
pada kasus forensik
1. Toksikologi
2. Toksikologi Forensik

Jawaban :
Toksikologi adalah ilmu yang menelaah tentang kerja dan efek berbahaya
zat kimia (racun) terhadap mekanisme biologi. Racun adalah senyawa yang
berpotensial memberikan efek berbahaya terhadap organisme. Sifat racun dari
suatu senyawa ditentukan oleh: dosis, konsentrasi racun di reseptor, sifat zat
tersebut, kondisi bioorganisme atau sistem bioorganisme, paparan terhadap
organisme dan bentuk efek yang ditimbulkan. Lebih khusus, toksikologi
mempelajari sifat fisiko kimia dari racun, efek psikologi yang ditimbulkannya
pada organisme, metode analisis racun baik kualitativ maupun kuantitativ
dari materi biologik atau non biologik, serta mempelajari tindakan-tidankan
pencegahan bahaya keracunan.

Perjalanan zat kimia (racun ) dalam tubuh diawali dari masuknya zat terebut
baik lewat oral, inhalasi, injeksi dan lainnya. Selanjutnya zat kimia masuk kedalam
sirkulasi tubuh dan didistribusikan ke seluruh tubuh. Proses distribusi
memungkinkan suatu zat dapat sampai pada tempat kerja yang sesuai di dalam
tubuh. Zat kimia yang tepat berada pada reseptor nya akan berinteraksi dan apabila
interaksi yang terjadi berlebihan dari zat kimia maka akan menghasilkan efek.
Selain itu, zat kimia dapat mengalami metabolisme dapat menjadi senyawa non aktif
dan diekskresikan yang dapat mengurangi sampainya atau jumlah zat kimia ke
sasarannya. Efek toksik dipengaruhi juga oleh selisih antara absorpsi dan distribusi
dengan eliminasi nya. Jadi efek toksisitas suatu zat ditentukan oleh absorpsi,
distribusi, metabolisme dan ekskresi nya.

LOOMIS (1978) berdasarkan aplikasinya toksikologi dikelompokkan dalam


tiga kelompok besar, yakni: toksikologi lingkungan, toksikologi ekonomi dan
toksikologi forensik. Tosikologi forensik menekunkan diri pada aplikasi atau
pemanfaatan ilmu toksikologi untuk kepentingan peradilan. Kerja utama dari
toksikologi forensik adalah analisis racun baik kualitatif maupun kuantitatif
sebagai bukti dalam tindak kriminal (forensik) di pengadilan.

Toksikologi forensik dapat diartikan sebagai pemanfaatan atau penerapan ilmu


toksikologi untuk kepentingan peradilan. Toksikologi forensik mencakup terapan
ilmu dalam menganalisis racun sebagai bukti tindak kriminal, dengan tujuan
mendeteksi dan mengidentifikasi konsentrasi zat racun dan metabolit nya dari cairan
biologis dan menginterpretasikan temuan analisis dalam suatu argumentasi tentang
penyebab keracunan dari suatu kasus. Berbeda dengan kimia analisis lainnya
(seperti: analisis senyawa obat dan makanan, analisis kimia klinis) pada analisis
toksikologi forensik pada umumnya analit (racun) yang menjadi target analisis,
tidak diketahui dengan pasti sebelum dilakukan analisis. Toksikologi forensik
melakukan analisis kualitatif maupun kuantitatif dari racun dari bukti fisik dan
menerjemahkan temuan analisisnya ke dalam ungkapan apakah ada atau tidaknya
racun yang terlibat dalam tindak kriminal, yang dituduhkan, sebagai bukti dalam
tindak kriminal (forensik) di pengadilan. Tujuan lain dari analisis toksikologi
forensik adalah membuat suatu rekaan rekonstruksi suatu peristiwa yang terjadi,
sampai sejauh mana obat atau racun tersebut dapat mengakibatkan perubahan
perilaku. Sampel dari toksikologi forensik pada umumnya adalah spesimen biologi
seperti: cairan biologis (darah, urin, air ludah), jaringan biologis atau organ tubuh.
Preparasi sampel adalah salah satu faktor penentu keberhasilan analisis toksikologi
forensik di samping keandalan penguasaan metode analisis instrumentasi.

Toksikologi forensik mencangkup :


a. Terapan ilmu alam dalam analisis racun sebagai bukti dalam tindak kriminal
b. Mendeteksi dan mengidentifikasi konsentrasi dari racun dan metabolit nya
dalam materi biologi
c. Menginterpretasikan temuan analisis ke dalam suatu argumentasi tentang
penyebab keracunan
Bidang kerja toksikologi forensik meliputi :
a. Analisis dan mengevaluasi racun penyebab kematian, analisis ada/tidaknya
alkohol, obat terlarang di dalam cairan tubuh atau napas, yang dapat
mengakibatkan perubahan perilaku (menurunnya kemampuan mengendarai
kendaraan bermotor di jalan raya, tindak kekerasan dan kejahatan,
penggunaan doping).
b. Analisis obat terlarang di darah dan urine pada kasus penyalahgunaan
narkotika, psikotropika dan obat terlarang lainnya.
Kasus-kasus yang memerlukan pemeriksaan toksikologi forensik:
a. Kematian akibat keracunan : kematian mendadak, kematian di penjara,
kematian pada kebakaran, dan kematian medis yang disebabkan oleh efek
samping obat atau kesalahan penanganan medis,
b. Kecelakaan fatal / tidak fatal yang dapat mengancam keselamatan nyawa
sendiri ataupun orang lain akibat pengaruh obat-obatan, alkohol, atau pun
narkoba, penyalahgunaan narkoba.
c. Kasus-kasus keracunan yang terkait dengan akibat pemakaian obat,
makanan, kosmetika, alat kesehatan, dan bahan berbahaya kimia lainnya,
yang tidak memenuhi standar kesehatan (kasus-kasus forensik farmasi).
Tujuan analisis toksikologi forensik :
a. Analisis racun baik kualitatif maupun kuantitatif sebagai bukti dalam tindak
kriminal (forensik) di pengadilan.
b. Membuat suatu rekaan rekonstruksi suatu peristiwa yang terjadi, sampai
sejauh mana obat atau racun tersebut dapat mengakibatkan perubahan
perilaku (menurunnya kemampuan mengendarai, yang dapat
mengakibatkan kecelakaan yang fatal, atau tindak kekerasan dan kejahatan).

Racun adalah suatu zat yang apabila kontak atau masuk kedalam tubuh dalam
jumlah tertentu (dosis toksik) merusak faal tubuh baik secara kimia maupun
fisiologis sehingga menyebabkan sakit atau pun kematian. Untuk kepentingan di
bidang forensik, racun dibagi berdasarkan sifat kimia, fisik serta pengaruhnya
terhadap tubuh manusia, yaitu:

1. Racun Anorganik.
a. Racun Korosif
b. Racun Metalik dan non metalik
2. Racun Organik
a. Racun Volatil
b. Racun non Volatil dan non alkaloid
3. Racun Gas
4. Racun lain–lain
a. Racun makanan
b. Racun binatang
c. Racun tumbuh–tumbuhan
d. Dan lain–lain

Sifat toksik ditentukan oleh :


 Dosis
 Konsentrasi racun di reseptor “tempat kerja”
 Sifat zat tersebut
 Kondisi bioorganisme
 Paparan terhadap organisme
 Bentuk efek yang ditimbulkan

Anda mungkin juga menyukai